Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan
yang tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal melalui proses
persalinan yang normal, dimana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran
dengan tenaga mengejan ibu dan kontraksi kandung rahim tanpa mengalami
asfiksia yang berat ataupun trauma lahir.
Pada saat persalinan, perlukaan atau trauma kelahiran kadang-kadang
tidak dapat dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang
terganggu oleh salah satu sebab. Penanganan persalinan secara sempurna dapat
mengurangi frekuensi peristiwa tersebut.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 AKI Indonesia adalah
307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia
sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang
paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi
11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal
ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu
saat melahirkan. (Depkes RI, 2008)
Kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi di beberapa saat sesudah
persalinan bahkan persalinan normal sekalipun. Pada umumnya kelahiran bayi
normal cukup bulan merupakan tanggung jawab penuh seorang bidan terhadap
keselamatannya dan juga pada ibu pada persalinan normal. Saat ini angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di Asia
Tenggara. Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh BPS diperoleh AKI tahun

1
2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk AKB, berdasarkan
perhitungan dari BPS, pada tahun 2007 diperoleh AKB sebesar 26.9/1.000
kelahiran hidup.
Bayi baru lahir ( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu
lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. (Donna, 2003)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada
kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan
dengan tindakan vakum ekstraksi.
Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-
larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau
presentasi atau posisi janin abnormal. Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya
cedera in utero.
Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala
tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang
dalam waktu satu dua hari.
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai
dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema
sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput suksedaneum
tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.
Untuk penanganan caput succedaneum tidak ada penanganan khusus
karena dapat menghilang dengan sendirinya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyebab jalan lahir yang terdiri dari caput succedaneum.

2. Tujuan Khusus

2
1. Mampu melakukan pengkajian dengan pengumpulan data pada Bayi.
Ny. A Dengan caput seccedeneum
2. Mampu menentukan interpretasi data pada Bayi Ny. A Dengan caput
seccedaneum.
3. Mampu menentukan diagnosa potensial pada Bayi Ny. A Dengan caput
succedaneum.
4. Mampu menentukan tindakan segera terhadap masalah yang muncul
pada Bayi Ny. A Dengan caput seccedaneum.
5. Mampu merencanakan asuhan pada Bayi Ny. A Dengan caput
seccedaneum.
6. Mampu melaksanakan asuhan pada Bayi Ny. A Dengan Caput
succedaneum.
7. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Bayi
Ny. A dengan Caput succedaneum.

C. Manfaat Penulisan
Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan.
Mahasiswa lebih dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diberikan
saat melakukan pendidikan selama dalam perkuliahan. Serta dapat
melakukan keterampilan dasar praktik dilapangan.

Bagi Tenaga kesehatan / rumah sakit


Dapat menambah wawasan bagi tenaga kesehatan, sehingga dapat
mengenali secara dini tanda-tandacaput dan mampu melakukan tindakan
dengan caput seccedaneum.

3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Caput Succedaneum


a. Pengertian Caput Succedaneum
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,
sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi
oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput
suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang
setelah 2-5 hari.
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada
kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan
dengan tindakan vakum ekstraksi.
Caput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan
uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat
pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari
setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang
dilaporkan.
Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala
tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang
dalam waktu satu dua hari.

5
Caput succedaneum

Muncul waktu lahir, mengecil setelah lahir.

Lunak, tidak berfluktuasi.

Melewati batas sutura, teraba moulase.

Bisa hilang dalam beberapa jam atau 2-4 hari

Berisi cairan getah bening

b. Penyebab
Kaput suksedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala
pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan
limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler.
Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi.

c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain :
1) Makrosomia
2) Prematuritas
3) disproporsi sefalopelvik
4) distosia
5) persalinan lama
6) persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
7) persalinan dengan sectio caesaria
8) kelahiran sungsang
9) presentasi bokong
10) presentasi muka
11) kelainan bayi letak lintang

6
d. Gejala
1.) Udema di kepala
2.) Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3.) Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
4.) Udema melampaui tulang tengkorak
5.) Batas yang tidak jelas
6.) Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
7.) Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan (Dewi,
2010)

e. Patofisiologis
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe
disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi
cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi
sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu
proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran
kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada
sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas
terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.

f. Komplikasi
1) Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.

2) Ikterus

7
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus
karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu
dan bayi.

3) Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena
pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

g. Penatalaksanaan
1.) Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal.
2.) Pengawasan keadaan umum bayi.
3.) Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang
cukup.
4.) Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik
menyusui dengan benar.
5.) Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada
benjolan.
6.) Berikan konseling pada orang tua, tentang:
a. Keadaan trauma yang dialami oleh bayi;
b. Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah
sampai 3 minggu tanpa pengobatan.
c. Perawatan bayi sehari-hari.
d. Manfaat dan teknik pemberian ASI.

h. Manajemen
Manajemen terdiri dari pengamatan saja lengkap dan cepat pemulihan
biasanya akan terjadi dengan caput succedaneum. Jika kulit kepala bayi kontur
telah berubah, kontur normal harus kembali.

8
Bayi akan sering (dimengerti) marah sehingga mungkin memerlukan
analgesia untuk sakit kepala dan penanganan harus disimpan ke minimum untuk
beberapa hari pertama.

B. Teoritis Manajemen Asuhan kebidanan Menurut Verney.


Proses Manajemen Menurut Helen Varney (1997). Varney 1997
menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah
yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970-an. Proses ini
memperkenalkan sebuah metode dengan perorganisasian pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun bagi tenaga kesehatan.
Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan
memberi pengertian yang menyatukan pengetahuan,hasil temuan, dan penelitian
yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.

Adapun langkah manajemen varney, yaitu :


Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar.
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
 Riwayat kesehatan.
 pemeriksaan fisik pada kesehatan.
 Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
 Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan
data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu

9
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi.

Langkah II (kedua): Interpretasi Data.


Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di
interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan
oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa.
.
Langkah III (ketiga): Identifikasikan diagnosa atau masalah Potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.

Langkah IV (keempat): Identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan


segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak

10
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya,
perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau
nilai APGAR yang rendah).

Langkah V(kelima) : Rencana asuhan kebidanan.


Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/
data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan,
konseling, dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan
dengan sosial ekonomi,kultur atau masalah psikologis.

Langkah VI(keenam) : Pelaksanaan yang menyeluruh.


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan
dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan
tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi.


Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-

11
benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Dalam memberikan asuhan lanjutan tujuh langkah varney, sebagai catatan
perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian,
yaitu sebagai berikut :
 S (Subyektif): Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data
klien melalui anamneses.
 O (Obyektif): Menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik
klien,
hasil laboratorium, dan uji diagnotik lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung assessment.
 A (Assessment):Menggambarkan dokumentasi hasil analis dan
interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
C. Diagnosis/ masalah.
D. Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah.
E. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 varney
 P (Planning): Menggambaran pendokumentasian tindakan, evaluasi dan
perencanaan berdasarkan assesment.

C. Teori Teknik Pendokumentasian Kebidanan.


SOAP yaitu subjek, objek, assesment dan planning. Subjek artinya
data yang kita ambil dari pasien melalui wawancara langsung dengan pasien
ataupun keluarga pasien. Data objektif adalah data yang diambil dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan. Assesment yaitu diagnosa pasien. Planning
adalah gabungan dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

12
BAB III

STUDI KASUS

A. Jenis Laporan Kasus

Laporan kasus ini dibuat dalam bentuk studi kasus.Dimana kegiatan studi

kasus ini bertujuan untuk langsung memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif menyeluruh dan berkesinambungan dari BBL (Bayi Baru Lahir).

B. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Lokasi kegiatan studi kasus ini dilakukan di RS Ibu dan Anak ruang Nicu

Kabutapen Aceh Besar

2. Waktu

Waktu kegiatan ini dilakukan tanggal 15 s/d 16 November 2016, pukul 19.30

Wib.

C. Subjek Laporan Kasus

Subjek dalam kasus ini adalah Bayi Ny.A berusia 1 hari , dengan caput

Seccedaeum.

13
D. Instrument Laporan Kasus

Instrument yang digunakan selama melakukan studi kasus ini dengan

mengunakan format asuhan kebidanan bayi baru lahir, serta lembar dokumentasi

pasien dengan format SOAP sesuai dengan standar Bayi Baru Lahir (BBL).

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Pengumpulan data primer yaitu data yang didapatkan dari pasein atau keluarga

pasien, dan bahkan dari hasil pemeriksaan.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang menunjang untuk mengidentifikasi masalah dan untuk


melakukan tindakan, data sekunder dapat diperoleh dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan.

F. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam kasus ini mengunakan format asuhan
kebidanan BBL Alat dan bahannya adalah sebagai berikut :
Incubator, Infuset, standar infuse, selang Ogt, kain bedung (2),

14
BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Data
Tanggal : 15 November 2016
Jam : 19.30 WIB

a. Data Obyektif
Nama Bayi : Bayi Ny “A”
Umur : 1 hari
Tgl/jam/lahir : 15 November 2016 / 22.00WIB/SC
Jenis kelamin : Perempuan

Nama : Ny “A” Nama Suami : Tn “M”


Umur : 26 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Krueng Kale Alamat : Krueng Kale

B. Anamnesa
1. Keluhan utama
Bayi Ny “A” lahir secara SC, dan ibu mengatakan merasa khawatir dengan
kondisi bayinya, karena pada kepala bayi terdapat benjolan dengan batas yang tegas

15
dan tampak bengkak melampaui tulang kepala bayi. Ibu mengatakan takut terjadi
kelainan pada anaknya.
2. Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dengan usia kehamilan 38 minggu dan
Ibu memeriksakan kehamilannya di Bidan.
Riwayat pranatal
Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah biasa
Trimester II : Ibu mengatakan tidak mengalami keluhan
Trimester III : Ibu mengatakan sering kencing

Riwayat natal
Bayi Ny “A” lahir tanggal : 15 November 2016 Jam : 19.20 WIB
Panjang badan : 50 cm
Berat badan : 2500 gr
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm

3. Riwayat kesehatan ibu


Ibu GII PI A0 UK 37 minggu,

4. Riwayat kesehatan sekarang


Pasien datang dengan spontan KU jelek,sesak +,waktu lahir tidak langsung
menangis,dan odem pada skrotum.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti : kencing manis, hipertensi (darah tinggi) asma dan tidak mempunyai
penyakit menular seperti : TBC, penyakit kuning serta tidak mempunyai
penyakit menahun, seperti : jantung.

16
6. Kebiasaan sehari-hari
 Makan : 3 x/sehari dengan porsi nasi 1 piring, lauk, sayur, susu, buah.
 Obat-obatan/jamu : -
 Merokok : -

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Suhu : 368 0C
Pernapasan : 60 x/menit
HR : 160 x/menit
BB : 2500 gram
PB : 50 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Pemeriksaan fisik secara sistematis
- Kepala : Terdapat benjolan dengan batas yang tegas, tampak oedame
malampaui tulang kepala, benjolan teraba lembut dan lunak,
terdapat caput succedaneum.
- Ubun-ubun : Ubun-ubun besar dan kecil masih cekung
- Muka : Putih pucat
- Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan
- Kulit : Merah, akral hangat
- Mulut : Bibir Simetris, tidak sumbing, mukosa bibir lembab, tidak ada
stomatitis, lidah merah muda
- Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis.

17
- Dada : Simetris kanan, kiri
- Tali pusat : Tidak ada infeksi, basah, masih terbungkus kasa
- Punggung : Simetris, tidak ada benjolan dan lesi
- Ekstrimitas : Tangan : Simetris, jari lengkap
Kaki : Simetris, jari kaki lengkap
- Genetalia : Bersih, testis sudah turun diskrotum(odem), penis berlubang
- Anus : Berlubang.

Refleks
Refleks moro : ada
Refleks rooting : ada
Refleks sucking : ada
Refleks graphs : lemah
Refleks tonik neck : lemah
Refleks walking : lemah

Antropometri
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Eliminasi
Mekonium : Sudah keluar, warna hijau kehitaman.

II. Interpretasi Data


Tanggal : 15-11-2016 Jam : 19.40 WIB
Dx : Bayi Ny “A” umur 1 jam dengan Caput Succedeneum
Ds : Bayi lahir langsung menangis.
Do : KU : Lemah
Suhu : 368 0C
Pernapasan : 60x/menit

18
HR : 160 x/menit
BB : 2500 gram
PB : 50 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Kulit : Putih pucat
Akral : Hangat
Masalah : Hipotermi
Kebutuhan : Pembebasan jalan nafas
- Kehangatan (Bouding attachmen/skin to skin)
- ASI eksklusif

III. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial


Dx potensial : bayi Ny “A” dengan Caput Seccedaneum

IV. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera


- Kehangatan - Pemasangan Infus
- Pemasangan Ogt - Kolaborasi dengan Dr.Spesialis
- ASI eksklusif anak
- Terapi sinar - Observasi TTV
- Pencegahan hipotemi

V. Rencana Asuhan Menyeluruh (Intervensi)


Dx : Bayi Ny “A” umur 1 jam dengan Caput seccedaneum
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan bayi dapat tumbuh
dengan baik dan terhindar dari berbagai penyakit yang akan
memperparah kondisinya.
Kriteria : - Bayi mampu tumbuh dengan baik dan sehat
- Bayi tidak mengalami gangguan atau terkena penyakit

19
- TTV dalam batas normal
Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
Nadi : 100-120 x/menit
RR : 40-60 x/menit
Intervensi
1. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
Untuk pencegahan infeksi
2. Membungkus bayi/member kehangatan pada bayi
Untuk mencegah hipotermi
3. Memposisikan ekstensi
Melonggarkan jalan nafas.
4. Memberikan O2
Pola nafasnya efektif
5. Observas TTV/4jam
Mengetahui keadaaan umum bayi
6. Pemberian ASI eksklusif Via oral/3jam
Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
7. Perawatan bayi sehari-hari
Memenuhi kebutuhan personal hygine bayi
8. Menimbang berat badan setiap hari
Mengetahui bayi dehidrasi atau tidak.

20
VI. Implementasi
TT
Hari/Tgl Kegiatan
D
15-11-16 - Mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir
Jam 20.00 - Membungkus bayi dengan gedong dan meletakkannya
WIB dibawah sinar lampu
- Memposisikan kepala bayi ekstensi dan menengadahkan
kepala bayi.
- Memberikan O2 dengan selang nasal kanul,2 ml
- Observasi TTV
HR : 138x/menit
RR : 40x/menit
S : 36 C
- Perawatan bayi sehari-hari(mengganti popok BAK_BAB,
memandikan bayi, perawatan tali pusat)
- Menimbang berat badan bayi (2840gram)

VII. Evaluasi
Tanggal : 15-11-2016 Jam : 21.00 WIB
S : -
O : KU : Lemah
Suhu : 369 0C
BB : 2500 gram
PB : 50 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm

A : Bayi Ny “I” umur 1 hari dengan caput seccedaneum

21
P :- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
- Observasi TTV/4jam

22
BAB V
PEMBAHASAN

Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan praktek, diruang Nicu rumah
sakit ibu dan anak, untuk melakukan tindakan digunakan alat yang steril. Akan tetapi
banyak tindakan keperawatan yang dilakukan sehingga kami mahasiswi kebidanan
harus menyesuaikan dengan praktek.

23
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-
kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian
yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum
dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika
terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk
kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan
molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang
setelah satu minggu.(Sarwono, 2007)

B. Saran
1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan agar
selalu memantau keadaan pada bayi.
2. Diharapkan kepada bidan untuk benar-benar mengerti tentang
penatalaksanaan pada setiap kelainan kepala yang mungkin terjadi pada
neonatus.
3. Diharapkan kepada setiap orang tua untuk melakukan perawatan bayinya
secara rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan
iritasi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Hassan, Rusepno. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UI
Markum, A. H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Oxorn H. 1990. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan
Esentia Medica
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, H. 2005. dalam Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

25

Anda mungkin juga menyukai