Anda di halaman 1dari 7

RESUME ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN TRAUMA/ CEDERA LAHIR

OlehKelompok :

Ni Luh Ratih Widyasari P07124217007

Putu Linda Praba P07124217037

Ni Made Indah Artawati P07124217046

Ni Made Rita Antariningsih P07124217050

Ni Kadek Ayu Ade Lina Dewi Udayani P07124217054

Made Linda Rusdyana Devi P07124217057

Ni Putu Diana Puspita Karma Yanti P07124217060

Ni Kadek Suparningsih P07124217067

Ni Putu Risha Marlita Utami P07124217068

Yunika Sullistyari P07124216037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN KEBIDANAN

2018
RESUME ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN TRAUMA/ CEDERA LAHIR

Trauma pada Bayi Baru Lahir

Trauma pada bayi baru lahir adalah cedera yang didapatkan saat persalinan. Trauma
biasanya disebabkan oleh makrosomia, prematur, chepalo pelvic disproportion (CPD), distosia,
persalinan lama, presentase abnormal, dan persalinan dengan tindakan (vakum atau forceps).

Trauma atau cedera pada bayi baru lahir dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Cedera kepala

b. Cedera leher dan bahu

c. Cedera intraabdomen

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Michail Kokolakis & Ioannis Koutelekos
menekankan bahwa intervensi tenaga kesehatan dalam kasus neonatus yang mengalami cedera
otak traumatis harus diberikan oleh orang yang terlatih khusus yang telah memperoleh
keterampilan dan pengetahuan dalam area khusus tertentu. Penting untuk hasil yang sukses dari
intervensi tenaga kesehatan adalah pelatihan dan bimbingan sering sesi dimana tenaga kesehatan,
dalam hubungannya dengan dokter, akan dapat menemukan, memahami dan menerapkan solusi
yang kompeten ilmiah untuk memenuhi kebutuhan yang tepat dari kasus ini.

A. Cedera Kepala

1.Caput Succedaneum pada Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Caput succedaneum

Caput succedaneum adalah edema subkutis akibat penekanan jalan lahir pada
persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir. Caput
Succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5
hari. Tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,
sering ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada
persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri
dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum (Rukiyah dan Yulianti, 2013:22-23).
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi Caput succedaneum yang
besar di bagian terbawah kepala janin. Caput succedaneum ini dapat berukuran cukup
besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Caput succedaneum dapat
hampir mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap. Dokter yang
kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara prematur dan tidak bijak untuk
melakukan ekstraksi forceps. Biasanya Caput succedaneum bahkan yang besar sekalipun,
akan menghilang dalam beberapa hari (Prawirohardjo, 2014:578).

Merupakan pembengkakan lokal pada presenting part yang dapat melewati garis
sutura, biasanya keadaan ini akan menghilang dalam waktu sekitar tiga hari (Lockhart Rn
& Saputra, 2014: 39). Caput succedaneum adalah edama dari kulit kepala anak yang
terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak (Tando, 2013:193).

b. Komplikasi

a) Infeksi Infeksi pada Caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.

b) Ikterus Pada bayi yang terkena Caput succedaneum dapat menyebabkan ikterus
karena kompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi.

c) Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena Caput succedaneum karena pada
benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

c. Penanganan Spesifik Untuk Caput Succedaneum

Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang


setelah 2-5 hari. Tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura
sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi
pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang
diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum (Rukiyah dan Yulianti,
2013:22). Untuk melakukan penanganan pada kasus Caput succedaneum sebagai berikut:

a) Perawatan bayi dirawat seperti bayi normal.

b) Pengawasan keadaan umum bayi.


c) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari
(agar tidak terjadi hipotermi).

d) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekan dengan tiduran untuk
mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas karena
tekanannya meninggi dam cairan serebrospinalis meningkat keluar.

e) Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada


benjolan.

f) Memberikan konseling kepada orang tua tentang:

1) Keadaan trauma yang dialami pada bayi;

2) Menjelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya tanpa


pengobatan;

3) Perawatan bayi sehari-hari;

4) Manfaat dan tehnik pemberian ASI

g) Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:

1) Perawatan tali pusat dengan baik;

2) Personal hygine yang baik pada daerah luka;

3) Pemberian ASI yang adekuat (Dewi, 2014: 125).

2. Cephal Hematoma

a. Pengertian

Cedera ini merupakan akumulasi pendarahan di bawah area periosteum ( lapisan


membran dipermukaan luar tulang) pada bagian parietal (dinding luar) tulang tengkorak,
akan tampak seperti benjolan berukuran kecil hingga sedang di bagian permukaan tulang
kepalanya, tidak keras, dan akan menjadi fluktuatif (berubah bentuk) pada beberapa jam
setelah lahir. Cedera ini bisa terjadi pada persalinan normal atau persalinan yang dibantu
dengan alat .

b. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hampir sama dengan caput succedaneum (tidak perlu perawatan


local) hanya lebih berhati-hati lagi, jangan sering diangkat dari tempat tidur. Cairan
tersebut akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1 minggu. Bertambahnya ukuran
dari hematom dan bukti lain dari perdarahan yang luas adalah indikasi tambahan
penyelidikan, meliputi studi radiografi dan pengkajian faktor pembekuan. Pemeriksaan x-
ray tengkorak dilakukan. Bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari
seluruh cephal haematom), perlu pemantauan haemoglabin, hemotokrit dan bilirubin.
Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu dilakukan, aspirasi merupakan kontraindikasi .
Asuhan kebidanan meliputi menjaga posisi bayi pada posisi berlawanan dengan daerah
cephal haematoma, dan kolaborasi dengan tim pediatric.

B. Cedera Leher dan Bahu

1. Fraktur Klavikula

a. Pengertian

Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan


sekitarnya, sedangkan klavikula atau tulang selangka merupakan tulang panjang yang
menghubungkan tulang atas pada batang tubuh. Jadi fraktur klavikula adalah retaknya
tulang panjang yang menghubungkan lengan atas pada batang tubuh

b. Penatalaksanaan

1) Beritahukan kepada ibu untuk membatasi pergerakan bayi

2) Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit


3) Rawat bayi dengan hati-hati

4) Berikan nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara
mengajarkan kepada ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur,
sendok, atau pipet

5) Terangkan kepada ibu bahwa fraktur akan sembuh secara spontan,


biasanya tanpa gejala sisa, dan akan teraba benjolan di daerah tulang
yang patah pada umur 2 atau 3 minggu.

2. Brakial Flexus Palsy

a. Pengertian

Brakial palsy adalah kelumpuhan lengan akibat cederanya flexus brachialis.


Flexus brachialis adalah jaringan saraf tulang belakang yang berasal dari bagian
belakang leher, meluas melalui aksila, dan mempersaraf ekstremitas atas.
Brakial palsy bukanlah penyakit genetic, jadi sebenarnya dapat
dicegah.Dijelaskan bahwa jika cedera ini terjadi dalam kandungan, berarti ada
bagian saraf yang tidak terbentuk sempurna. Karena itu, salah satu cara untuk
menghindarinya adalah dengan diagnose dini. (Dr. Dwi)

b. Penatalaksanaan

Penanganan atau penatalaksanaan kebidanan meliputi rujukan untuk


membebat yang terkena dekat dengan tubuh dan konsultasi dengan tim
pediatric. Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk
mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah
kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara
lain dengan cara :

1) Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan
ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1
– 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian
diikuti program mobilisasi atau latihan.
2) Immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 90
derajat, siku fleksi 90 derajat  disertai supine lengan bawah dan
pergelangan tangan dalam keadaan ekstensi
3) Beri penguat atau bidai selama 1 – 2 minggu pertama kehidupannya
dengan cara meletakkan tangan bayi yang lumpuh disebelah kepalanya.
4) Rujuk ke rumah sakit jika tidak bisa ditangani.
Penatalaksanaan dengan bentuk kuratif atau pengobatan.Pengobatan
tergantung pada lokasi dan jenis cedera pada pleksus brakialis dan
mungkin termasuk terapi okupasi dan fisik dan dalam beberapa kasus,
pembedahan.Beberapa cedera pleksus brakialis menyembuhkan
sendiri.Anak-anak dapat pulih atau sembuh dengan 3 sampai 4 bulan.

C. Cedera Intra Abdomen

Pendarahan intraabdomen

Kelainan ini dapat terjadi akibat teknik yang salah dalam memegang bayi pada
extraksi persalinan sungsang. Gejala yang dapat dilihat ialah adanyatanta-tanda syok,
pucat, anemia, dan kelainan abdomen tanpa tanda-tanda pendarahan yang jelas.
Ruptur hepar, lien dan pendarahan adrenal merupakan beberapa faktor yang dapat
menimbulkan pendarahan ini operasi serta transfusi darah dini dapat memperbaiki
prognosis bayi.

Anda mungkin juga menyukai