Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DISTOSIA DI

RUANG BERSALIN RS IBNU SINA


MAKASSAR

OLEH :
Rinaldy Yudistira S.Kep
14420192095

CI INSTITUSI CI LAHAN

(...........................) (..........................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki
karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan
abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian
terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah
indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD
(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran kepala
janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap
penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat
mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada
pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya
kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet,
outlet dan midlet, diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal

tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala janin. Panggul


sempit disebut-sebut sebagai salah satu kendala dalam melahirkan secara
normal karena menyebabkan obstructed labor yang insidensinya adalah 1-3%
dari persalinan.
B. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan laporan pendahuluan ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman
dalam memecahkan masalah pada kasus distosia.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian distosia
b. Mendeskripsikan etiologi distosia
c. Mendeskripsikan patofisiologi distosia
d. Mendeskripsikan pathway distosia
e. Mendeskripsikan manifestasi distosia
f. Mendeskripsikan komplikasi distosia
g. Mendeskripsikan pemeriksaan penunjang distosia
h. Mendeskripsikan penatalaksanaan distosia
i. Mendeskripsikan prognosis distosia
j. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada kasus distosia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan (Sulis
dian, 2019)
B. Etiologi
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his, kelainan janin, kelainan alat
kandungan, serta karena kelainan jalan lahir.
1. Kelainan his
a. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
b. Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
c. Kekuatannya seperti memeras isi rahim.
d. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
2. Kelaianan jalan lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada
jaringan keras/tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
Dapat berupa kelainan bentuk panggul yang tidak normal (selain gynecoid),
dan kelainan ukuran panggul. Panggul sempit (pelvic contaction) apabila
ukurannya 1–2 cm kurang dari ukuran yang normal
3. Kelainan janin
bayi lahir yang beratnya >4000 gram. Menurut kepustakaan bayi besar
baru dapat menimbulkan dytosia kalau beratnya >4500gram. Kesukaran
yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar
dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih
besar
4. Kelainan alat kandungan
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, stenosis
vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma
akuminata dan fistula.
(Sulis dian, 2019)
C. Patofisiologi
Distosia atau partus macet adalah terjadinya perlambatan/arrest proses
persalinan, baik pada kala 1 maupun kala 2. Berdasarkan penyebabnya maka
dapat diklasifikasikan menjadi gangguan kontraksi, abnormalitas pada janin, atau
adanya gangguan pada jalan lahir. [1Kontraksi yang dibutuhkan untuk dapat
melakukan persalinan secara normal adalah minimal 200 unit Montevideo.
Ketika terdapat gangguan kontraksi, maka proses persalinan akan terhambat.
Kondisi yang dapat menyebabkan gangguan kontraksi adalah penggunaan
anestesi atau analgesik karena dapat menurunkan kontraktilitas rahim dan usaha
ibu untuk mengejan, abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan kehamilan lebih dari
42 minggu. Adanya jaringan parut, fibroid, atau hal lain yang mengganggu
hubungan antara segmen uterus juga dapat menyebabkan kontraksi yang tidak
adekuat.
D. Penyimpangan KDM

DISTOSIA

Partus Lama

Harapan tidak Mal Presentasi Kemajuan


realtis Janin Persalinnan yang
lambat
Abnormalitas
Kerentanan Pelvus ibu
pribadi Krisis Situasi

Penekanan kepala
Ketidakadekuatan janin pada Faktor Stres
sistem pendukung panggul
Resiko Cedera
janin Ansietas
Koping individu
tidak efektif

E. Manifestasi klinis
1. Ibu :
a. Gelisah
b. Letih
c. Suhu tubuh meningkat
d. Nadi dan pernafasan cepat
e.   Edema pada vulva dan servik
f. ketuban berbau
2. Janin : DJJ cepat dan tidak teratur
F. Komplikasi
Komplikasi dari distosia dapat dibagi pada :
1. Komplikasi ibu
a. Perdarahan
b. Trauma / cedera jalan lahir
c. Infeksi
2. Komplikasi janin
a. Asfiksia berat
b. Ekskoriasi kepala
c. Sefalhematoma
d. Perdarahan subgaleal dan ikterus neonatorum berat
e. Nekrosis kulit kepala yang dapat menimbulkan alopesia dikemudian hari
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes prenatal : untuk memastikan penyulit persalinan seperti : janin besar,
malpresentasi
2. Pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi janin
3. Pengambilan sampel kult kepala janin : mendeteksi atau mencegah asidosis
H. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c. Kolaborasi dalam pemberian :
1. Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
2. Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin
10 mg (IM)
3. Perbaiki keadaan umum
4. Dukungan emosional dan perubahan posisi
5. Berikan cairan
2. Penanganan Khusus
a. Kelainan His
1. TD diukur tiap 4 jam
2. DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II Pemeriksaan
dalam :
a. Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
b. Berikan analgetik seperti petidin, morfin
c. Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his
b. Kelainan janin
1. Pemeriksaan dalam
2. Pemeriksaan luar
3. MRI
Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik
primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
3. Kelainan jalan lahir
Kalau konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium) persalinan dengan
SC
I. Prognosis
Prognosis distosia biasanya berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan
selanjutnya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa distosia saat persalinan
biasanya akan menyebabkan kesulitan persalinan pada kehamilan berikutnya.
Sementara itu distosia dapat menyebabkan komplikasi, baik dari ibu maupun
bayi.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas/istrahat
a) Melaporkan keletihan, kurang energi
b) Letargi, penurunan penampilan
2. Sirkulasi
a) Tekanan darah dapat meningkat
b) Mungkin menerima magnesium sulfat untuk hipertensi karena kehamilan
3. Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih mungkin ada

4. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan

5. Nyeri/ketidaknyamanan
a) Mungkin menunjukan persalinan palsu di rumah
b) Kontraksi jarang, dengan intensitas ringan sampai sedang (kurang dari tiga
kontraksi dalam periode 10 menit)
c) Dapat terjadi sebelum awitan persalinan (disfungsi fase laten primer) atau
setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder)
d) Fase laten persalinan dapat memanjang ; 20 jam atau lebih lama pada
nulipara rata-rata adalah 8½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata-rata
adalah 5½ jam)
e) Tonus istirahat miometrial mungkin 8 mm Hg atau kurang dan kontraksi
dapat terukur kurang dari 30 mm Hg atau dapat terjadi masing-masing
lebih dari 5 menit. Sedangkan, tonus istrahat dapat lebih besar dari 15 mm
Hg, pada peningkatan kontraksi 50 sampai 85 mm Hg dengan peningkatan
frekuensi dan penurunan intensitas.
6. Keamanan
a) Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34 minggu dalam upaya
untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
b) Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang
dari 2 cm/jam pada multipara (penurunan dengan durasi yang lebih lama
(protracted). Tidak ada kemajuan yang terjadi dalam 1 jam atau lebih
untuk nulipara atau dalam 30 menit pada multipara (penghentian
penurunan)
c) Pemeriksaan vagina dapat menunjukan janin dalam malposisi (misalnya
dagu, wajah, atau posisi k
d) Serviks mungkin kaku/tidak siap.
e) Dilatasi mungkin kurang dari 1,2 cm/jam pada primipara atau kurang dari
1,5 cm/jam untuk multipara, pada (fase aktif protraksi)
7. Seksualitas
a) Dapat primigravida atau grande multipara
b) Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,
janin besar, atau grande multriparitis.
c) Dapat mengalami tumor uterus tidak teridentifikasi.
8. Pemeriksaan diagnostik
a) Tes pranata : dapat memastikan polihidramnion, janin besar, atau gestasi
multipel
b) Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin
c) Ultrasound atau pelvimetri sinar-X : mengevaluasi arsitektur pelvis,
presentasi janin, posisi dan formasi
d) Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau
mengesampingkan asidosis.
9. Prioritas masalah keperawatan
a) mengkaji dan mengatasi pola uterus abnormal
b) memantau respons fisik maternal/janin terhadap pola kontraksi dan
lamanya persalinan
c) memberikan dukungan emosional untuk klien/pasangan
d) mencegah komplikasi
B. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan persalinan yang lambat.
2. Risiko tinggi cedera tehadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama,
malpresentasi janin, hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu, CPD.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi, kerentanan
pribadi, harapan/persepsi tidak realistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.
C. Intervensi
1. Risiko tinggi cedera tehadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama,
malpresentasi janin, hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu, CPD.
Hasil yang diharapkan :

a) Terhindar dari cedera persalinan


b) Persalinan berjalan dengan rentang waktu normal

Intervensi Rasional
Mandiri
Tinjau ulang riwayat persalinan, Membantu dalam mengidentifikasi
awitan dan durasi kemungkinan penyebab, kebutuhan
pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang
tepat. Disfungsi uterus dapat disebabkan
oleh keadaan atonik atau hipertonik. Atonik
uterus diklasifikasikan primer bila ini terjadi
sebelum awitan persalinan (fase laten) atau
sekunder bila ini terjadi setelah persalinan
yang baik (fase aktif).
Catat waktu/jenis obat. Hindari
pemberian narkotik atau Pola kontraksi hipertonik dapat terjadi pada
anestetik blok epidural sampai respons terhadap oksirosin, sedatif yang
serviks dilatasi 4 cm diberikan terlalu dini (atau melebihi
kebutuhan) dapat menghambat atau
Evaluasi tingkat keletihan yang menghentikan persalinan
menyertai, serta aktivitas dan Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan
istrahat, sebelum awitan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari
persalinan. persalinan lama/persalinan palsu.
Kaji pola kontraksi uterus secara
manual atau secara elektronik Disfungsi kontrkasi memperlama persalinan
meningkatkan risiko komplikasi
maternal;/janin. Pola hipotonik ditunjkan
dengan kontraksi sering dan ringan yang
terukur kurang dari 30 mm Hg. Pola
hipertonik ditunjukan dengan peningkatan
frekuensi dan penurunan intensitas
kontraksi, pada peningkatan tonus istrahat
lebih besar dari 15 mmHg.

Catat kondisi serviks. Pantau


tanda amnionitis. Catat
Serviks kaku atau tidak siap tidak akan
peningkatan suhu atau jumlah
dilatasi, menghambat penurunan
sel darah putih; catat bau dan
janin/kemajuan persalinan. Terjadinya
warna rabas vagina
amnionitis secara langsung dihubungkan
dengan lamanya persalinan,sehingga
melahirkan harus terjadi dalam 24 jam
Catat penonjolan, posisi janin, setelah pecah ketuban.
dan presentasi janin
Indikator kemajuan persalinan ini dapat
mengindentifikasi timbulnya penyebab
persalinan lama. Sebagai contoh, presentasi
bokong tidak seefektif lebarnya dilatasi
serviks pada presentasi verteks.
Palpasi abdomen pada klien
kurus terhadap adanya cincin Pada persalinan terhambat, depresi cincin
retraksi patologis di anatara patologis (cincin Bandl) dapat terjadi pada
segmen uterus. (Cincin ini tidak hubungan segmen atas dan bawah,
dapat dipalpasi melalui vagina, menandakan ancaman ruptur uterus.
atau melalui abdomen pada klien
gemuk).
Tempatkan klien pada posisi
rekumben lateral dan anjurkan Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus
tira baring atau ambulasi sesuai dapat memperbaiki pola hipertonik.
toleransi Ambulasi dapat membantu kekuatan
gravitasi dalam merangsang pola persalinan
normal dan dilatasi serviks.
Anjurkan klien berkemih setiap
1-2 jam. Kaji terhadap Kandung kemih penuh dapat menghambat
kepenuhan kandung kemih aktivitas uterus dan mempengaruhi
diatas simfisis pubis. penurunan janin.
Kaji derajat hidrasi. Catat
jumlah dan jenis masukan. Persalinan yang lama dapat megakibatkan
(Rujukan pada DK; kekurangan ketidakseimbangan cairan-elektrolit serta
volume cairan, risiko tinggi kekurangan cadangan glukosa,
terhadap) mengakibatkan kelelahan dan persalinan
lama dengan peningkatan risko infeksi
uterus, hemoragi pascapartum, atau pencetus
Tinjau ulang kebiasaan defekasi kelahiran pada adanya persalinan hipertonik.
dan keteraturan evakuasi Kepenuhan usus dapat menghambat
aktivitas uterus dan mempengaruhi
penurunan janin.
Tetap bersama klien ; berikan
lingkungan yang tenang sesuai Reduksi rangsang dari luar mungkin perlu
indikasi untuk memungkinkan tidur setelah
pemberian obat unbtuk klien dalam status
hipertonik. Juga membantu dalam
menurunkan tingkat ansietas, yang dapat
menimbulkan disfungsi uterus baik primer
Sediakan kotak peralatan
dan sekunder.
kedaruratan
Mungkin diperlukan pada kejadian pencetus
persalinan dan kelahiran, yang berhubungan
dengan hipertonitisitas uterus.
Kolaborasi
Siapkan klien terhadap
amniotomi dan bantu dalam
Pecah ketuban menghilangkan distensi
prosedur, bila serviks dialatasi 3-
uterus berlebihan (penyebab disfungsi baik
4 cm.
primer dan sekunder) dan memungkinkan
bagian presentasi mendekat dan persalinan
maju pada tidak adanya disproporsi
sefalopelvik (CPD).
Gunakan rangsangan puting
untuk menghasilkan oksitosin
Oksitosin mungkin perlu untuk menambah
endogen, atau memulai infus
atau memulai aktivitas miometrik untuk pola
oksitosin eksogen atau
uterus hipotonik. Ini biasanya
prostaglandin.
dikonindikasikan pada pola persalinan
hipertonik karena ini dapat menambah
hipertonisitas, tetapi dapat dicoba dengan
amniotomi bila fase laten memanjang dan
bila CPD dan malposisi dikesampingkan.
Berikan narkotik atau sedatif
seperti morfin, fenobarbnital, Dapat membantu membedakan antara
atau sekobarbital, untuk tidur, persalinan sejkati dan palsu. Pada persalinan
sesuai indikasi. palsu, kontraksi berhenti, pada persalianan
sejati, pola lebih efektif dapat terjadi
mengikuti istrahat. Morfin membantu
menigkatkan sedasi berat dan
menghilangkan pola kontraksi hipertonik.
Periode istrahat mengubah energi dan
menurunkan penggunaan glukosa untuk
menghilangkan kelelahan.
Bantu dengan persiapan untuk
seksio sesaria sesuai indikasi,
Melahirkan sesaria segera diindikasikan
untuk malposisi, CPD, atau
untuk cincin Bandl untuk distres janin
cincin bandl (rujuk pada MK :
karena CPD
kelahiran sesaria)
Siapkan untuk melahirkan
dengan forsep, bila perlu.
Kelelahan ibu yang berlebihan,
mengakibatkan upaya mengejan tidak efektif
pada persalinan tahap II, memerlukan
penggunaan forsep.

2. Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan persalinan yang lambat.


Hasil yang diharapkan :

a) Pasien tidak trampak stress


b) Pasien tidak kawatir dengan keadaannya
Intervensi Rasional
Kaji tingkat ansietas Mengetahui tingkat ansietas klien
Berikan rasa nyaman pada klien Agar klien merasa nyaman dengan
Singkirkan stimulasi yang keadaannya
berlebihan Mengurangi kekawatiran klien

Dorong klien untuk Agar klien lebih merasa tidak terbebani


mengungkapkan perasaannya dengan keadaannya
Pahami perasaan klien terhadap
situasi stress
Minta suami atau keluarga untuk - Agar klien terasa nyaman dengan

mendampingi selama proses perawat jika klien mengungkapkan

persalinan untuk memberikan perasaannya

keamanan dan mengurangi rasa - Untuk menurunkan ansietas pada

takut klien dan mengurangi rasa takut

Ajarkan klien teknik relaksasi Memberikan kenyamanan pada klien untuk


mengurangi ansietas

3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi, kerentanan


pribadi, harapan/persepsi tidak realistis, ketidakadekuatan sistem pendukung
Hasil yang diharapkan :

a) Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi.


b) Mengidentifikasi/menggunakan teknik koping efektif.
Intervensi Rasional
Mandiri
Tentukan kemajuan persalinan. Persalinan yang lama yang berakibat
keletihan dapat menurunkan kemampuan
klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi.
Peningkatan nyeri bila serviks tidak
dilatasi/membuka dapat menandakan
terjadinya anoksia sel-sel uterus.
Kaji derajat nyeri dalam
Ketidaknyamanan dan nyeri dapat
hubungannya dengan
disalahartikan pada kurangnya kemajuan
dilatasi/penonjolan
yang tidak dikenali sebagai masalah
disfungsional.
Kenali realitas keluhan klien
Mendengarkan perasaan dan mendukung
akan nyeri/ketidaknyamanan
dapat menurunkan ketidaknyamanan dan
membantu klien rileks dan mengatasi situasi.

Tentukan tingkat ansietas klien


Ansietas berlebihan meningkatkan aktivitas
dan pelatih. Perhatikan adanya
adrenal/pelepasan katekolamin,
frustasi
menyebabkan ketidakseimbangan endokrin.
Kelebihan epinefrin menghambat aktivitas
miometrik. Tekankan juga penurunan
penyimpangan glikogen, menurunkan
ketersediaan glukosa untuk sintesis adenosin
trifosfat (ATP), yang diperlukan untuk
kontraksi uterus.
Diskusikan kemungkinan
kepulangan klien ke rumah Klien mungkin mampu rileks lebih baik bila
sampai mulainya persalinan aktif pada lingkungan yang dikenal. Memberikan
kesempatan untuk
mengalihkan/memfokuskan kembali
perhatian dan menyelesaikan tugas yang
berpengaruh pada tingkat ansietas/frustasi.
Berikan tindakan kenyamanan
dan pengubahan posisi klien. Menurunkan ansietas, meningkatkan
Anjurkan penggunaan teknik kenyamanan, dan membantu klien
relaksasi dan pernapasan yang mengatasi situasi secara positif.
dipelajari

Berikan dorongan pada upaya


klien/pasangan untuk berkencan Mungkin bermanfaat untuk memperbaiki
kesalahan konsep bahwa klien terlalu
bereaksi terhadap persalinan atau kadang
menyalahkan terhadap perubahan rencana
kelahiran yang diantisipasi
Berikan informasi faktual
tentang apa yang terjadi
Dapat membantu reduksi ansietas dan
meningkatkan koping

D. Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi, berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Saat evaluasi perawat hendaknya selalu memberi kesempatan klien dan keluarga
untuk menilai keberhasilannya, kemudian diarahkan sesuai dengan kemampuan
klien dan keluarga dibidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Sukarmi, Icesmi. Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan Nifas dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika

Margareth ZH. 2013. Kehamilan Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
Sulis Diana. Erfiani. Zulfa. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalianan dan
Bayi Baru Lahir. Surakarta : CV OASE GROUP

http://www.academia.edu/7538249/BAB_I_PENDAHULUAN. Di unduh pada


tanggal 05 Mei 2016.

http://www.scribd.com/doc/84878321/Askep-Pd-Klien-Dgn-Distosiat. Di unduh
pada tanggal 05 Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai