OLEH :
Rinaldy Yudistira S.Kep
14420192095
CI INSTITUSI CI LAHAN
(...........................) (..........................)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki
karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan
abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian
terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah
indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD
(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran kepala
janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap
penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat
mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada
pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya
kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet,
outlet dan midlet, diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan (Sulis
dian, 2019)
B. Etiologi
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his, kelainan janin, kelainan alat
kandungan, serta karena kelainan jalan lahir.
1. Kelainan his
a. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
b. Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
c. Kekuatannya seperti memeras isi rahim.
d. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
2. Kelaianan jalan lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada
jaringan keras/tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
Dapat berupa kelainan bentuk panggul yang tidak normal (selain gynecoid),
dan kelainan ukuran panggul. Panggul sempit (pelvic contaction) apabila
ukurannya 1–2 cm kurang dari ukuran yang normal
3. Kelainan janin
bayi lahir yang beratnya >4000 gram. Menurut kepustakaan bayi besar
baru dapat menimbulkan dytosia kalau beratnya >4500gram. Kesukaran
yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar
dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih
besar
4. Kelainan alat kandungan
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, stenosis
vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma
akuminata dan fistula.
(Sulis dian, 2019)
C. Patofisiologi
Distosia atau partus macet adalah terjadinya perlambatan/arrest proses
persalinan, baik pada kala 1 maupun kala 2. Berdasarkan penyebabnya maka
dapat diklasifikasikan menjadi gangguan kontraksi, abnormalitas pada janin, atau
adanya gangguan pada jalan lahir. [1Kontraksi yang dibutuhkan untuk dapat
melakukan persalinan secara normal adalah minimal 200 unit Montevideo.
Ketika terdapat gangguan kontraksi, maka proses persalinan akan terhambat.
Kondisi yang dapat menyebabkan gangguan kontraksi adalah penggunaan
anestesi atau analgesik karena dapat menurunkan kontraktilitas rahim dan usaha
ibu untuk mengejan, abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan kehamilan lebih dari
42 minggu. Adanya jaringan parut, fibroid, atau hal lain yang mengganggu
hubungan antara segmen uterus juga dapat menyebabkan kontraksi yang tidak
adekuat.
D. Penyimpangan KDM
DISTOSIA
Partus Lama
Penekanan kepala
Ketidakadekuatan janin pada Faktor Stres
sistem pendukung panggul
Resiko Cedera
janin Ansietas
Koping individu
tidak efektif
E. Manifestasi klinis
1. Ibu :
a. Gelisah
b. Letih
c. Suhu tubuh meningkat
d. Nadi dan pernafasan cepat
e. Edema pada vulva dan servik
f. ketuban berbau
2. Janin : DJJ cepat dan tidak teratur
F. Komplikasi
Komplikasi dari distosia dapat dibagi pada :
1. Komplikasi ibu
a. Perdarahan
b. Trauma / cedera jalan lahir
c. Infeksi
2. Komplikasi janin
a. Asfiksia berat
b. Ekskoriasi kepala
c. Sefalhematoma
d. Perdarahan subgaleal dan ikterus neonatorum berat
e. Nekrosis kulit kepala yang dapat menimbulkan alopesia dikemudian hari
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes prenatal : untuk memastikan penyulit persalinan seperti : janin besar,
malpresentasi
2. Pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi janin
3. Pengambilan sampel kult kepala janin : mendeteksi atau mencegah asidosis
H. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c. Kolaborasi dalam pemberian :
1. Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
2. Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin
10 mg (IM)
3. Perbaiki keadaan umum
4. Dukungan emosional dan perubahan posisi
5. Berikan cairan
2. Penanganan Khusus
a. Kelainan His
1. TD diukur tiap 4 jam
2. DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II Pemeriksaan
dalam :
a. Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
b. Berikan analgetik seperti petidin, morfin
c. Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his
b. Kelainan janin
1. Pemeriksaan dalam
2. Pemeriksaan luar
3. MRI
Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik
primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
3. Kelainan jalan lahir
Kalau konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium) persalinan dengan
SC
I. Prognosis
Prognosis distosia biasanya berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan
selanjutnya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa distosia saat persalinan
biasanya akan menyebabkan kesulitan persalinan pada kehamilan berikutnya.
Sementara itu distosia dapat menyebabkan komplikasi, baik dari ibu maupun
bayi.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istrahat
a) Melaporkan keletihan, kurang energi
b) Letargi, penurunan penampilan
2. Sirkulasi
a) Tekanan darah dapat meningkat
b) Mungkin menerima magnesium sulfat untuk hipertensi karena kehamilan
3. Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih mungkin ada
4. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5. Nyeri/ketidaknyamanan
a) Mungkin menunjukan persalinan palsu di rumah
b) Kontraksi jarang, dengan intensitas ringan sampai sedang (kurang dari tiga
kontraksi dalam periode 10 menit)
c) Dapat terjadi sebelum awitan persalinan (disfungsi fase laten primer) atau
setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder)
d) Fase laten persalinan dapat memanjang ; 20 jam atau lebih lama pada
nulipara rata-rata adalah 8½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata-rata
adalah 5½ jam)
e) Tonus istirahat miometrial mungkin 8 mm Hg atau kurang dan kontraksi
dapat terukur kurang dari 30 mm Hg atau dapat terjadi masing-masing
lebih dari 5 menit. Sedangkan, tonus istrahat dapat lebih besar dari 15 mm
Hg, pada peningkatan kontraksi 50 sampai 85 mm Hg dengan peningkatan
frekuensi dan penurunan intensitas.
6. Keamanan
a) Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34 minggu dalam upaya
untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
b) Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang
dari 2 cm/jam pada multipara (penurunan dengan durasi yang lebih lama
(protracted). Tidak ada kemajuan yang terjadi dalam 1 jam atau lebih
untuk nulipara atau dalam 30 menit pada multipara (penghentian
penurunan)
c) Pemeriksaan vagina dapat menunjukan janin dalam malposisi (misalnya
dagu, wajah, atau posisi k
d) Serviks mungkin kaku/tidak siap.
e) Dilatasi mungkin kurang dari 1,2 cm/jam pada primipara atau kurang dari
1,5 cm/jam untuk multipara, pada (fase aktif protraksi)
7. Seksualitas
a) Dapat primigravida atau grande multipara
b) Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,
janin besar, atau grande multriparitis.
c) Dapat mengalami tumor uterus tidak teridentifikasi.
8. Pemeriksaan diagnostik
a) Tes pranata : dapat memastikan polihidramnion, janin besar, atau gestasi
multipel
b) Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin
c) Ultrasound atau pelvimetri sinar-X : mengevaluasi arsitektur pelvis,
presentasi janin, posisi dan formasi
d) Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau
mengesampingkan asidosis.
9. Prioritas masalah keperawatan
a) mengkaji dan mengatasi pola uterus abnormal
b) memantau respons fisik maternal/janin terhadap pola kontraksi dan
lamanya persalinan
c) memberikan dukungan emosional untuk klien/pasangan
d) mencegah komplikasi
B. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan persalinan yang lambat.
2. Risiko tinggi cedera tehadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama,
malpresentasi janin, hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu, CPD.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi, kerentanan
pribadi, harapan/persepsi tidak realistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.
C. Intervensi
1. Risiko tinggi cedera tehadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama,
malpresentasi janin, hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu, CPD.
Hasil yang diharapkan :
Intervensi Rasional
Mandiri
Tinjau ulang riwayat persalinan, Membantu dalam mengidentifikasi
awitan dan durasi kemungkinan penyebab, kebutuhan
pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang
tepat. Disfungsi uterus dapat disebabkan
oleh keadaan atonik atau hipertonik. Atonik
uterus diklasifikasikan primer bila ini terjadi
sebelum awitan persalinan (fase laten) atau
sekunder bila ini terjadi setelah persalinan
yang baik (fase aktif).
Catat waktu/jenis obat. Hindari
pemberian narkotik atau Pola kontraksi hipertonik dapat terjadi pada
anestetik blok epidural sampai respons terhadap oksirosin, sedatif yang
serviks dilatasi 4 cm diberikan terlalu dini (atau melebihi
kebutuhan) dapat menghambat atau
Evaluasi tingkat keletihan yang menghentikan persalinan
menyertai, serta aktivitas dan Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan
istrahat, sebelum awitan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari
persalinan. persalinan lama/persalinan palsu.
Kaji pola kontraksi uterus secara
manual atau secara elektronik Disfungsi kontrkasi memperlama persalinan
meningkatkan risiko komplikasi
maternal;/janin. Pola hipotonik ditunjkan
dengan kontraksi sering dan ringan yang
terukur kurang dari 30 mm Hg. Pola
hipertonik ditunjukan dengan peningkatan
frekuensi dan penurunan intensitas
kontraksi, pada peningkatan tonus istrahat
lebih besar dari 15 mmHg.
D. Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi, berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Saat evaluasi perawat hendaknya selalu memberi kesempatan klien dan keluarga
untuk menilai keberhasilannya, kemudian diarahkan sesuai dengan kemampuan
klien dan keluarga dibidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukarmi, Icesmi. Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan Nifas dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika
Margareth ZH. 2013. Kehamilan Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
Sulis Diana. Erfiani. Zulfa. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalianan dan
Bayi Baru Lahir. Surakarta : CV OASE GROUP
http://www.scribd.com/doc/84878321/Askep-Pd-Klien-Dgn-Distosiat. Di unduh
pada tanggal 05 Mei 2020.