Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Distosia berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik persalinan yang
abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau lambat umumnya terjadi bila ada
disproporsi antara ukuran bagian terbawah janin dengan jalan lahir. Pada
presentasi kepala, distosia adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio
sesaria primer. CPD(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul
sempit, ukuran kepala janin yang besar,atau lebih sering kombinasi dari kedua di
atas. Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis
dapat mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada
pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya
kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet,outlet
dan midlet,diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal tersebut yang
dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala janin.Panggul sempit disebut-
sebut sebagai salah satu kendala dalam melahirkan secara normal karena
menyebabkan obstructed laboryang insidensinya adalah 1-3% dari persalinan.
Distosia itu adalah kesulitan dalam jalannya persalianansalah satunya adalah
distosia karena kelainan his baik kekuatan maupun sifatnya yang menghambat
kelancaran persalinan. Yang dapat dibedakan menjadi Distosia kelainan janin
Yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus, Anecephalus, Kembar Siam, gawat janin,
IUFD, tali pusat menumbung.Distosia karena kelainan his dapat terjadi
karenasifat his yang berubah -ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar
kontraksi dan bagian – bagiannyasehinggakontraksi tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan.Kelainan hisjuga dapat terjadi karena his yang tidak
adekuat untuk melakukan pembukaan 2serviks atau mendorong anak keluar. His
yang tidak adekuat ini disebut dengan inersia uteri.
Oleh sebab itu, penatalaksanaan keperawatan yang tepat akan sangat
membantu mengurangi dan memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan
dengan resiko tinggi persalinan pada distosia.Dimana dengan perencanaan yang
tepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan distosia?
1
2. Apa saja penyebab dari distosia?
3. Bagaimana patofisiologi pada distosia ?
4. Apa saja tanda dan gejala pada distosia ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada distosia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada distosia ?
7. Apa saja komplikasi pada distosia ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada distosia ?
C. Tujuan
1. Mengertahui pengertian dari distosia
2. Mengetahui apa saja penyebab dari distosia
3. Mengetahui perjalanan pada distosia
4. Mengetahui tanda dan gejala pada distosia
5. Mengetahui pmeriksaan penunjang distosia
6. Mengetahui penatalaksanaan pada distosia
7. Mengetahui Apa saja komplikasi pada distosia
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada distosia
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan Mahasiswa serta untuk
mengetahui mengenai distosia
2. Bagi Institusi
Sebagai acuan tambahan untuk proses belajar mengajar Mahasiswa
Keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Distosia
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi. Secara harfiah, Distosia berarti persalinan sulit, ditandai
oleh kemajuan persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan
abnormal sering terjadi jika terdapat ketidak seimbangan ukuran antara bagian
presentasi janin dan jalan lahir. Distosia merupakan akibat dari beberapa kelainan
berbeda yang dapat berdiri sendiri atau kombinasi. Defenisi Distosia secara
umum adalah persalinan yang sulit yang ditandai dengan adanya hambatan
kemajuan dalam persalinan.
Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kemacetan atau tidak
adanya kemajuan dalam persalinan atau persalinan yang menyimpang dari
persalinan eustasia yang menunjukkan kegagalan.

a. Klasifikasi Distosia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang
menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan
pendataran/effacement (kekuatan primer), dan atau kemajuan penurunan
(kekuatan sekunder). Gilbert (2007) menyatakan beberapa faktor yang
dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus sebagai
berikut:
a. Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b. Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi
yangberlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
c. Kelainan bentuk dan posisi janin
d. Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e. Overstimulasi oxytocin
f. Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan
kecemasan
g. Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya.

3
2. Distosia karena Kelainan jalan lahir
 Karena struktur pelvis.
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter
pelvisyang mengurangi kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis
inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian tengah,pelvis outlet (pintu
bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya. Disproporsi pelvis
merupakan penyebab umum dari distosia.Kontraktur pelvis
mungkin disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi
maternal, neoplasma atau kelainan tulang belakang.
Ketidakmatangan ukuran pembentukan pelvis pada beberapa ibu
muda dapat menyebabkan distosia pelvis.
 Kelainan traktus ginetalis
a. Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema,
stenosis, dan . Edema biasanya timbul sebagai gejala
preeklampsia dan terkadang karena gangguan gizi. Pada
persalinan jika ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan
dapat juga mengakibatkan edema.
b. Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina,
dimana septum ini memisahkan vagina secara lengkap atau
tidak lengkap dalam bagian kanan dan biasanya tidak
menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu
umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun untuk
lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong
terlebih dahulu. Stenosis vagina yang tetap kaku dalam
kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya bayi, perlu
dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat menjadi
rintangan pada lahirnya janin per vaginam
c. Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan kala I servik
uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga

4
merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma
servisis uteri, merupakan
d. Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat
menyebabkan distosia apabila mioma uteri menghalangi
lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan letak janin yang
berhubungan dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang
berhubungan dengan mioma uteri.
e. Ovarium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi
lahirnya janin pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada
cavum douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama
mengandung bahaya pecahnya tumor atau ruptura uteri atau
infeksi intrapartum.
 Distosia karena kelainan posisi ibu
Posisi bisa menimbulkan dampak posisitif dan negatif karena
persalinan,dimana efek grafitasi dan bagian tubuh memiliki
hubungan yang ppenting untuk kemajuan proses persalin.misalnya
posisi tangan dan lutut,posisi oksiput posterior lebih efektif dari
pada posisi duduk dan memperpendekproses kala II .posisi
recumbent dan litotomy bisa membantu pergerakan janin ke
bawah.apabila distosia karena kelainan pisisi ibu ini
terjadi,tindakan yang harus di lakukan pada proses persalinan
adalah seksio sesaria (SC) atau vakum.
 Distosia karena respon psikologis
Stress yang di akibatkan oleh hormon dan neorotrnasmitter dapat
menyebabkan distosia.sumber strees pada setiap wanita
bervariasi,tetapi nyeri dan tidak adanya dukungn dari seseorang
merupakan faktor penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi serviks
secara normal,persalinan berlangsung lama,dan nyeri
meingkat.cemas juga menyebabkan peningkatan level stress yang
berkaitan dengan hormon (kortisol,endorphin).hormon ini dapat
menyebabkan distosia krena penurunan kontraksi uterus.
5
B. Faktor Esensial

a. Passenger (Penumpang/Janin)

Janin bergerak disepanjang jalan lahir akibat adanya interaksi beberapa faktor
seperti: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Selain
janin, plasenta yang menyertai janin juga termasuk sebagai penumpang karena
plasenta juga keluar melalui jalan lahir. Akan tetapi, plasenta jarang
menyebabkan hambatan dalam proses persalinan.

 Ukuran Kepala Janin

Kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan karena ukuran dan


sifatnya yang relatif kaku. Tengkorak janin terdiri dari 2 tulang parietal, 2
tulang temporal, 1 tulang frontal, dan 1 tulang oksipital. Tulang-tulang ini
disatukan oleh sutura membranosa: sagitalis, lambdoidalis, koronalis, dan
frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, letaknya
berada dipertemuan sutura-sutura tersebut.

Dalam persalinan, ketika ketuban pecah, saat periksa dalam fontanel dan
sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin.
Pengkajian tersebut dapat memberikan informasi usia dan kesejahteraan
bayi yang akan lahir.

Sutura dan fontanel membuat tengkorak menjadi fleksibel, sehingga


mudah menyesuaikan diri terhadap otak bayi yang beberapa waktu setelah
lahir akan terus bertumbuh. Tetapi, karena belum menyatu dengan kuat,

6
tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih yang disebut molase
(struktur kepala yang terbentuk selama persalinan). Molase dapat
berlangsung berlebihan, tetapi pada kebanyakan bayi, kepala akan
berbentuk normal dalam 3 hari setelah lahir.

 Presentasi Janin

Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali masuk ke PAP (Pintu
Atas Panggul) dan terus melalui jalan lahir saat persalinan. Ada tiga
presentasi janin yang utama yaitu kepala (lebih dahulu) 96%, bokong
(sungsang lebih dahulu) 3%, dan bahu 1%. Bagian presentasi merupakan
bagian tubuh janin yang akan teraba pertama kali oleh jari pemeriksa saat
melakukan pemeriksaan dalam.

 Letak Janin

Letak janin adalah hubungan antara punggung janin terhadap punggung


ibu. Letak janin terbagi 2 yaitu: (1) memanjang atau vertikal, dimana
punggung janin paralel dengan punggung ibu; (2) melintang atau
horizontal, dimana punggung janin membentuk sudut terhadap punggung
ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau sungsang.

 Sikap Janin

7
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang
lainnya. Ada 3 sikap janin yaitu fleksi, defleksi dan ekstensi. Pada kondisi
normal, sikap janin seperti: punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi
kearah dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut, tangan disilangkan di
depan toraks dan tali pusat terletak diantara lengan dan tungkai.

 Posisi Janin

Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum


[dagu], sinsiput [puncak kepala yang defleksi]) terhadap empat kuadran
panggul ibu. Presentasi atau bagian presentasi menunjukkan bagian janin
yang menempati PAP. Presentasi kepala, bagian yang menjadi
presentasinya yaitu oksiput; prensentasi bokong, yang menjadi presentasi
sakrum; letak lintang, yang menjadi bagian presentasi skapula bahu. Jika
yang menjadi bagian presentasi oksiput maka presentasinya puncak
kepala.

b. Jalan Lahir

8
Jalan lahir terdiri dari pangul ibu yaitu bagian-bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina).
Walaupun jaringan lunak yang ikut menunjang keluarnya bayi adalah
bagian lapisan-lapisan otot dasar panggul, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Janin harus mampu menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang kaku. Oleh sebab itu, sebelum proses
persalinan dimulai, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan
terlebih dahulu agar memudahkan proses persalinan. Ada 4 jenis
panggul dasar antara lain :

1. Ginekoid (tipe wanita klasik)

2. Android (mirip panggul pria)

3. Antropoid (mirip panggul kera antropoid)

4. Platipeloid (panggul pipih)

Sebelum persalinan dimulai, uterus terdiri dari korpus uteri dan serviks
uteri. Saat persalinan, kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri
berubah menjadi 2 bagian. Segmen bawah uterus secara bertahap
membesar karena mengakomodasi isi dalam rahim, sedangkan bagian
atas menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus
uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong kearah serviks.
Serviks kemudian menipis dan terbuka secukupnya sehingga
memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina.

9
c. Kekuatan (Power)

Kekuatan merupakan kontraksi ketika ibu melakukan dorongan


untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus saat persalinan baik
secara involunter dan volunter. Terdapat 2 macam kekuatan antara lain:
(1) Kontraksi involunter disebut dengan kekuatan primer, yang
menandai dimulainya persalinan. Kekuatan primer membuat serviks
menipis selama tahap pertama persalinan (effacement) dan terbuka dan
janin turun; (2) Kontraksi volunter disebut kekuatan primer, yang
dimana serviks telah berdilatasi dan memperbesar kekuatan kontraksi
involunter. Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul,
sifat kontraksi akan berubah, yakni bersifat seperti mendorong keluar.
Ibu akan merasa ingin mengedan (yang biasa dilakukan saat buang air
besar). Namun dalam usaha mendorong keluar ini, digunakan otot
dengan jenis yang berbeda. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi
dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap maka kekuatan ini
cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina.
Jika ibu melakukan mengedan terlalu dini, dilatasi serviks akan menjadi
terhambat. Mengedan membuat ibu menjadi lelah dan menimbulkan
trauma serviks.

 Posisi Ibu
Posisi pada ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Hal ini karena dengan mengubah posisi ibu menjadi
tegak membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk dan jongkok. Posisi tersebut dapat membantu
membuat gaya gravitasi penurunan janin. Selain itu, posisi tegak
dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat. Kontraksi
uterus tejadi lebih kuat dan efisien untuk membantu penipisan dan
dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu dalam kondisi
normal meningkat selama persalinan seiring kontraksi uterus

10
mengembalikan darah ke anyaman pembuluh darah. Posisi tegak
membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan
mencegah kompresi pembuluh darah. Saat janin turun melalui jalan
lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar panggul
merangsang refleks mengedan ibu. Jika ibu mengedan pada posisi
duduk atau berjongkok, otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron
dengan kontraksi rahim.

B. Etiologi
Distosia disebabkan karena adanya kelainan pada jaringan keras/tulang
panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul seperti adanya tumor-tumor.
Distosia karena kelainan alat kandungan misalnya atresia vulva (tertutupnya
vulva), adanya sekat dan tumor vagina, sikatriks pada serviks karena infeksi atau
operasi.
Panggul disebut sempit bila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran normal.
Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis (ruang
tengah panggul) atau outlet (dasar panggul).

Distosia dapat disebabkan oleh :

a. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau


akibat upaya mengejan ibu (kekuatan/power)
b. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)
c. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar,
dan jumlah bayi (passengger)
d. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung
C. Patofisiologi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya
dominasi kekuatan pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan,
kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan
dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.
Incoordinate uterine action yaitu sifat His yang berubah. Tonus otot uterus
meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
11
karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi
antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin.
His ini juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction.
Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah,
kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi
penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi
atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana,
tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah
uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam,
kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke
dalam kavum uteri.

12
D. Pathway
Kelainan tenaga kelainan bentuk kelainan kelainan
Dan letak jalan lahir respon psi-
kologis
Kurang PAP sempit
Pengetahuan ketokolamin
Tentan Mengejan
yang benar janin sulit melewati
PAP
kontraksi tidak
singkron

tenaga cepat jabis

kesulitn Perslinan

Distosia

Tonus otot partus lama rencana


Rencana tinda
Obstruksi penekanan penekanan energi ibu jalan lahir terpapar kanSC
Mekanis pada jalan lahir kepala janin dengan udara
Penurunan pada panggul hiper- terlalu lama krisis situasi
janin menekan metabolisme
saraf pengen mudah ketokolmin
Resiko cedera masuk
Resiko janin
respon stress
cidera
maternal hipotalamus
(nyeri) Kekurangan vol. Resiko infeksi
Cairan dan elektrolit ansietas

Nyeri akut
E. Tanda dan Gejala
Gejala pada Ibu :
· Gelisah
· Letih
· Suhu tubuh meningkat
· Nadi dan pernafasan cepat
· Edem pada vulva dan servik
· Bisa jadi ketuban berbau
13
Gejala lain :
1. Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping.
2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
3. Nyeri hebat dan janin sulit dikeluarkan.
4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus.
5. Dada teraba seperti punggung ,belakang kepala terletak berlawanan
dengan letak dada, teraba bagian-bagian kecil dan denyut jantung janin
terdengar leih jelas pada dada.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Tes prenatal: dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi
mutipel.
2. Ultrasound atau pelvimetri sinar x: mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi
janin, posisi dan formasi.
3. Pengambilan sampel kulit kepala janin: mendeteksi atau mengesampingkan
asidosis.
4. Kardiotokografi (CTG) : dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan janin
dengan cara mengukur DJJ, gerakan janin dan kondisi rahim
G. Penatalaksanaan
a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
 Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun
melalui pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau
miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang,
kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan
belakang.
 Penanganan
Pada persalinan ini sebaiknya dilakukan pengawasan yang
seksamatindakan untuk mempercepat jalnnya persalinan dilakukan
apabila kala II terlalu lama atau ada tanda-tanda bahaya terhadap
janin. Pada persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah
apabila letak ubun-ubun kecil berada di depan, maka harus di
usahakan agar ubu-ubun kecil dapat diputar kedepan. Perputaran
kepala dapat dilakukan dengan tangan penolong yang dimasukkan
ke dalam vagina atau cunam.
14
 Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat
defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi
dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak kepala (presentasi
sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-
ubun besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan
sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang
kepala.
 Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal
sehingga muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada
panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut gantung
juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.
 Penanganan
Bila selmaa pengamatan kala II terjadi posisi mento posterior
parsiten, maka diusahakan untuk memutar dagu ke depan dengan
satu tangan dimasukkan ke vagina. Jika usaha ini tidak berhasil
maka dilakukan secsio caesaria.
 Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat,
sehingga dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini
merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang kemudian
berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
 Penanganan
Presnetasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal,
tidak akan dapat lahir spontan melalui vagina sehingga harus
dilairkan dengan secsio caesaria. Bila persalinan mengalami
kemajuan dan ada harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi
presentasi belakang kepala tidak perlu dlakukan tindakan. Jka pada
akhir skala I kepala belum masuk ke kepala panggul, dapat
diusahakan mengubah presentasi dengan perasat thorn. Tapi jika

15
tidak berhasil maka lakukan secsio caesaria. Meskipun kepala
sudah masuk ke rongga panggul, tetapi jika kala II tidak
mengalami kemajuan, juga dilakukan secsio caesaria. Bayi ynag
lahir dalam presentasi dahi menunjukkan kaput suksedaneum yang
besar pada dahi yang disertai moulage kepala yang berat.
 Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada
dibawah cavum uteri.
 Penanganan
Mengingat bahayanya, sebaiknya pesalinan dalam letak sungsang
di hindarkan. Untuk itu sewaktu pemeriksaan antenatal dijumpai
latak sungsang terutama pada primigravida hendaknya dilakukan
ersi luar menjadi versi presentasi kepala. Vesi luar ini sebaiknya
dilakukan pada 34 dan 38 minggu. Kalau pada sebelum minggu ke
34 kemungkinan besar jann masih dapaet memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar akan sulit berhasil
dikarenakan janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah
berkurang. Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin
harus pasti dan denyut janntung janin harus dalam keadaan baik.
Kontra indikasi untuk versi luar adalah:
a. panggul sempit
b. perdarahan anterpartum
c. hipertensi
d. amil kembar
e. plasenta previa
 Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada
pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih
tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu
atas panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di atas,
atau di bawah.

16
 Penanganan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,
sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan
versi luar. Ibu harus dimasukkan ke rumahsakit lebih dini pada
permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan letak, segera
dapat ditentukan diagnosis dan penanganan. Pada permulaan
persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak lintang asalkan
pembukaan masih kurang dari 4cm dan ketuban belum pecah.
Pada seorang primigravida bila versi luar idak behasil, sebaiknya
seger dilakukan secsio caesarea. Persalinan letak lintang pada
multipara bergantung kepada riwayat obstretrik wanita yang
bersangkutan baik, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan
serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi.
Selama menunggu harus di usahakan ketuban-ketuban tetap utuh.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat
prolapsus funikuli, harus segera dilakukan secsio caesarea. Jka
ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka
bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai tekanan, dapat
ditungggu sampai pembukaan lengkap, kemudian dilakukan versi
ekstraksi/secsio caesarea
 Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul
dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping
bokong janin dijumpai tangan.
 Penanganan
Pada presentasi genda padda umumnya tidak indikasi untuk
mengamil tindakan, karena pada panggul ukuran nomal, persalinan
dapat spontan dengan vagina. Tetapi apabla lengan seluruhnya
menumung disamping kepala, sehingga menghalangi turunnya
kepala dapat dilakukan reposisi lengan. Tangan penolong
dimasukkan kedalam vagina dan mendorong lengan janin dan
keatas melewati kepalanya, kemudian kepala didorong keluar
rongga panggul denga tekanan dar luar.

17
Apabila presentasi ganda ditemukan prolaksus funikuli, maka
penangana bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks.
Bila janin dalam keadaan baik dan pembukaan belum lengkap
sebaiknya dilakukan secsio caesarea, sedangkan bila pembukaan
lengkap, panggul mempunyai ukuran nomal pada multipara, dapat
dipetimbangkan melahirkan janin per vagina. Bila janin sudah
meninggal, diusahakan untuk persalinan spontan, sedangkakn
tindakan untuk mempercapt persalinan hanya dilakukan atas
indikasi ibu.
b. Kelainan bentuk janin
Pertumbuhan janin yang berlebihan Yang dinamakan bayi besar
ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala dan bahu
tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus
oleh janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama
persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan
berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami
kesulitan dalam melahirkannya.
 Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar
sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvi.
 Kelainan bentuk janin yang lain
a) Janin kembar melekat(double master) Torakopagus(pelekatan
pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering
menimbulkan kesukaran persalinan.
b) Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites
atau tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
 Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada
presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin,

18
karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah
janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
 Penanganan
Pada proklasus funkuli jani menhadapi bahaya hipoksia,karena tali
pusat akan terjepit antara bagian terendah janin dan jalan
lahir.apabila tali pusat masuh berdenyut tapi pembukaan belum
lengkap tindakan yang harus dilakukan adalah reposisi tli pusat
atau seksio sesaria
1. Ekstraksi Forcep
a. Pengertian
Forsep adalah tindakan obstetric yang bertujuan untuk mempercepat
kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala)
dengan alat cunam. (Abdul Bari, 2000)
Ekstraksi Forcep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunam yang dipasang dikepalanya. Cunam yang umum
dipakai adalah cunam Niagle, sedang pada kepala yang menyusul
dipakai cunam piper dengan lengkung panggul agak datar dan tangkai
yang panjang, melengkung keatas dan terbuka. (Bobak, 2004 :798)
b. Jenis-jenis persalinan Estraksi forcep
Bentuk persalinan forsep dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
 Forcep rendah (low forcep)
Forcep yang digunakan telah dipasang pada kepala janin yang
berada sekurang-kurangnya pada Hodge III.
Forcep tengah (midforcep)
 Pemasangan forcep pada saat kepala janin sudah masuk dan
menancap di panggul pada posisi antara Hodge II dan Hodge III.
 Forcep tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara Hodge I atau Hodge II,
artinya ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul
dengan perkataan lain kepala masih dapat digoyang. Forsep tinggi
saat ini sudah diganti dengan Sectio Cesarea.

c. Syarat Ekstraksi Forcep


Keadaan yang menjadi syarat untuk memutuskan partus dengan
19
ekstraksi forcep adalah sebagai berikut :
 Pembukaan harus lengkap
Jika pembukaan belum lengkap bibir servik dapat terjepit
antara kepala anak dan sendok sehingga servik juga bisa robek
yang sangat membahayakan karena dapat menimbulkan
perdarahan hebat.
 Ketuban sudah pecah atau dipecahkan
Jika ketuban belum pecah maka selaput janin ikut tertarik oleh
forcep dan dapat menimbulkan tarikan pada plasenta yang
dapat terlepas karenanya ( solution plasenta).
 Ukuran terbesar kepala harus sudah melewati pintu atas
panggul Kepala sekurang-kurangnya sampai di Hodge III
untuk letak belakang kepala. Supaya tidak tersesat oleh caput
succedanum dalam menentukan turunnya kepala maka toucher
harus selalu di control oleh palpasi.
 Kepala harus dapat dipegang oleh forcep
Forsep tidak boleh dipasang pada kepala yang luar biasa
ukuran atau bentuknya, seperti : premature, hidrochepal.
 Panggul tidak boleh terlalu sempit
d. Indikasi Ekstraksi Forcep
 Indikasi ibu
 Persalinan distosia
 Persalinan terlantar
 Ruptur uteri imminen
 Kala dua lama

 Ekslampsi / pre ekslampsi


 Profilaksis penyakit sistemik ibu
1. Gestosis
2. Hipertensi
3. Penyakit jantung
4. Penyakit paru-paru
e. Ibu keletihan
2). Indikasi Janin

20
a. Janin yang mengalami disstress
b. Presentasi yang belum pasti
c. Janin berhenti rotasi
d. Kelahiran kepala pada presentasi bokong
3). Indikasi waktu :
a. Indikasi pinard ( 2 jam mengedan tidak lahir)
b. Modifikasi remeltz
1). Setelah kepala di dasar panggul diberikan 5 unit oksitoksin
2).Tunggu 1 jam tidak lahir dilakukan ekstraksi forsep

21
a. Kontra Indikasi Ekstraksi Forcep
Beberapa kondisi yang menjadi kontra indikasi ekstraksi forcep yaitu :
1) Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi
sehingga kepala sulit dipegang oleh forcep.
2) Anencephalus
3) Adanya disproporsi cepalo pelvic
4) Kepala masih tinggi
5) Pembukaan belum lengkap
6) Pasien bekas operasi vesiko vegina fistel

7) Jika lingkaran kontraksi patologis bandel sudah setinggi pusat


atau lebih.
b. Persiapan Ekstraksi Forcep
1) Persiapan untuk ibu
a. Rambut kemaluan dicukur
b. Kandung kemih dikosongkan
c. Atur posisi lithotomi
d. Perineum dan sekitarnya di desinfeks
e. Pasang doek steril
2. Persiapan penolong
a. Cuci tangan secara furbringer
b. Memakai baju steril
c. Memakai sareng tangan steril
3. Persiapan alat

a.Doek steril

b.Sarung tangan steril

c.Alat persalinan normal

d.Alat forcep

e.Alat untuk episiotomy dan menjahit

f. Kateter

g.Obat-obatan desinfektan dan uterotonika


22
4. Persiapan untuk bayi

a. Penghisap lendir dan alat resusitasi lainnya

b. Alat pemanas bayi

c. Komplikasi Ekstraksi Forcep

g. komplikasi ekstra forcep

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada tindakan ekstraksi forcep


yaitu:
1) Komplikasi pada ibu

a. Perdarahan yang disebabkan oleh retensio plasenta , atonia


uteri serta jahitan robekan jalan lahir yang lepas.
b. Infeksi

c. Trauma jalan lahir seperti terjadinya fistula vesiko vaginal,


fistula recto vaginal , fistula utero vaginal, rupture uteri,
rupture serviks, dan robekan perineum
2) Komplikasi pada bayi

a. Trauma ekstraksi forcep dapat menyebabkan cacat karena


aplikasi forcep
b. Infeksi yang berkembang menjadi sepsis dapat menyebabkan
kematian serta encephalitis sampai meningitis.
c. Gangguan susunan syaraf pusat yang dapat menimbulkan
gangguan intelektual
d. Gangguan pendengaran dan keseimbang
2. Estraksi vakum

a. Pengertian

Ekstraksi Vakum adalah metode pelahiran dengan memasang sebuah


mangkuk ( Cup ) vakum di kepala janin dan tekanan negatif.
(Bobak,Ledwig,Jensen, 2005, hal 799).

23
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya. (Kapita selekta
Kedokteran : 331

b. syarat-syarat ekstraksi vakum

Syarat-syarat ekstraksi

1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap


2. Presentasi kepala janin aterm,TBJ >2500 g
3. Cukup bulan (tidak prematur)
4. Tidak ada sempit panggul
5. Kepala sudah masuk pintu atas panggul
6. Anak hidup dan tidak gawat janin
7. Penurunan sampai H III/IV (dasar panggul)
8. Kontraksi baik
9. Ibu kooperatif dan mampu untuk mengejan
10. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan
11. Analgesia yang sesuai
12. Kandung kencing ibu kosong
c. Indikasi
1. Partus tidak maju dengan anak hidup
2. Kala II lama dengan presentasi kepala belakang
d. Kontra indikasi
 Ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh mengejan, panggul
sempit.
 Bukan presentasi belakang kepala, presentasi muka atau dahi
 Kepala belum masuk pintu atas panggul
 Pembukaan serviks tidak lengkap
 Bukti klinik adanya CPD
 Tidak kooperatif

e. Persiapan ekstraksi vakum

Beberapa hal yang harus disiapkan sebelum tindakan ekstraksi


vakum yaitu:

24
 Persiapkan ibu dalam posisi litotomi
 Kosongkan kandung kemih dan rektum
 Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik
 Pasang infus bila diperlukan
 Siapkan alat-alat yang diperlukan

f. Teknik vakum ekstraksi

Sebelum dilaksanakan teknik vacum ekstrasi harus mengetahui


indikasi ekstraksi vacum terlebih dahulu yaitu Partus tidak maju
dengan anak hidup dan kala II lama dengan presentasi kepala
belakang.

Persiapan adalah sama pada ekstrksi forcipal, cup dilicinkan dengan


minyak kemudian di masukan ke dalam jalan lahir dan diletakkan
pada kepala anak. Titik yang ada pada cup sedapat-dapatnya
menunjukkan ke ubun-ubun kecil. Sedapat-dapatnya digunakan cup
yang terbesar supaya tidak mudah terlepas. Dengan 2 jari cup
ditekankan pada kepala bayi sambil seorang asisten dengan perlahan-
lahan memompa tekanan sampai – 0,2 atmosfer, setelah itu dengan 1
jari kita periksa apakah tidak ada jaringan cervix atau vagina yang
terjepit. Tekanan – 0,2 atmosfer dipertahankan selama 2 menit
kemudian diturunkan sampai - 0,5 atm, dua menit kemudian
diturunkan lagi sampai -0,7 – (-0.75)atm. Kita biarkan pada tekanan
-0,7 atm,selama 5 menit agar caput terbentuk dengan baik. Kita
pasang pengait dan tangan kanan memegang pengait tersebut untuk
menarik. Tiga jari tangan kiri dimasukkan ke jalan lahir, untuk
mengarahkan tarikan, jari-jari telunjuk dan tengah diletakkan pada
pinggir cup sedangkan ibu jari pada bagian tengah cup, Penarikkan
dilakukan pada waktu his dan si ibu disuruh mengedan. Kadang-
kadang dapat dilakukan dorongan pada fundus uteri untuk
memudahkan ekstraksi. Arah tarikan adalah sesuai dengan penarikan

25
forceps. Setelah kepala lahir cup dilepaskan dengan menghilangkan
vakum

g. Kegagalan vakum ekstraksi dan penyebabnya

Ekstraksi vakum dianggap gagal bila ditemui kondisi seperti berikut ini,
yaitu : kepala tidak turun pada tarikan, jika tarikan sudah tiga kali dan
kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit dan mangkok lepas
pada tarikan dengan tekanan maksimum.

Adapun hal-hal yang bisa menjadi penyebab kegagalan pada ekstraksi


vakum yaitu :

 Tenaga vakum terlalu rendah


 Tenaga negatif dibuat terlalu cepat
 Selaput ketuban melekat
 Bagian jalan lahir terjepit
 Koordinasi tangan kurang baik
 Traksi terlalu kuat
 Cacat alat
 Disproporsi sefalopelvik yag sebelumnya tidak diketahui.

Komplikasi dan upaya menghindarinya

Komplikasi yang bisa terjadi pada persalinan dengan bantuan ekstraksi


vakum yaitu :

 Pada ibu : Bisa terjadi perdarahan akibat atonia uteri atau trauma,
trauma Pada janin : Aberasi dan laserasi kulit kepala,
sefalhematoma yang biasanya hilang dalam 3-4 minggu, nekrosis
kulit kepala, perdarahan intakranial (sangat jarang) jaundice,
fraktur clavikula, kerusakan N VI dan N VII.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam upaya menghindari komplikasi


yaitu : pastikan indikasi dan syarat penggunaannya, penempatan magkuk
yang tepat, hindari terjepitnya jarigan lunak ibu, arah tarikan yang benar,
hindari kekuatan tarikan yang berlebihan, koordinasikan tarikan dengan

26
usaha mengejan, awasi penurunan/pengeluaran dan terapkan “the rule of
threes” (penghentian tindakan)

 Keuntungan vakum ekstraksi


Beberapa keuntungan yang didapat dari vakum ekstraksi yaitu :
1. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau
kurang dengan demikian mengurangi frekuensi SC.
2. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, Cup dapat
dipasang pada belakang kepala, samping kepala ataupun dahi.
3. Tarikan tidak dapat terla luberat. Dengan demikian kepala tidak
dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau
berat cup akan lepas dengan sendirinya.
4. Cup dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap,
misalnya pada pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat
pembukaan.
5. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala
dan mengadakan fleksi kepala (misal pada letak dahi).

Lebih sedikit membutuhkan anastesi dibanding ekstraksi forcep. Lebih


sedikit trauma terhadap vagina / perineum ibu.jalan lahir dan infek

 Kerugian vakum ekstraksi


Kerugian dari tindakan vakum ekstraksi adalah waktu yang diperlukan
untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relatip lebih lama dari pada
forceps (± 10 menit) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi
untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress
(gawatjanin). Selain itu alatnya relatif mahal dibanding dengan forcep.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tindakan vakum ekstraksi
1. Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubunbesar.
2. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.
3. Cup dengan tekanan negative tidak boleh dipasang lebih dari ½
jam.
4. Penarikan pada wakru ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada
his dan ibu mengejan.

27
5. Apabila kepala masih agak tinggi(H III ) sebaiknya dipasang cup
yang terbesar (diameter 7 cm)
6. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi.
7. Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature.
 Bahaya vakum ekstraksi
 Terhadap ibu : Robekan bibir cervix atau vagina karena terjepit
antara kepala bayi dan cup.
 Terhadap anak : Perdarahan dalam otak. Caput succedaneum
artificialis akan hilang dalam beberapa hari. Vakum ekstraktor
dapat juga dipergunakan untuk melahirkan kepala waktu
Sectiocaecar.

3. Sectio Cesarea

a. PengertianSeksio Caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi trans


abdomen pada uterus. Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Sarwono, 2009)

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &
Wiknjosastro, 2006)

b. Indikasi Seksio Cesarea


Indikasi ibu :
 Plasenta previa sentralis dan lateralis.
 Panggul sempit dimana jenis panggul dengan konjungnatavera
kurang dari 8 cm bisa dipastikan tidak dapat melahirkan dengan
cara spontan.
 Disproporsi sepalo pelvic yaitu ketidak mampuan kepala dan
panggul.
 Distosiaservik
 Pre eklamsi dan hipertensi
 Mal presentasi janin

28
 Partus lama
 Distoksiaolehkarena tumor
 Ruptur uteri yang mengancam
 Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan,
apabila telah mengalami seksiosesaria atau menjalani operasi
kandungan sebelumnya.

Indikasi janin

 Gawat Janin
 Janin besar
 Kontra indikasi
 Janin mati
 Kelainan kongenital berat
 Syok, akibat anemia berat yang belum diatasi

c. Kontra indikasi

 Janin mati
 Syok, akibat anemia berat yang belum diatasi
 Kelainan congenital berat.

d. Jenis-jenis SC

 Sectio cesaria transperitonealis profunda


Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen
bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi
seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
29
 Sectio cecaria klasik atau section cecaria korporal
Pada sectio cecaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di
selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio
cecaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen atas uterus.
 Sectio cecaria ekstra peritoneal
Section cecaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak
banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uterin berat.
 Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uterus
d. Infeksi intra uteri berat

e. Komplikasi SC

 Pada ibu
Infeksi Puerperium (Nifas) merupakan kenaikan suhu beberapa hari
dalam masa nipas, dibagi menjadi :
 Ringan
 Pendarahan
 Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang terpotong
saat melakukan seksiosesaria
 Endometritis yaitu infeksi atau peradangan pada endometrium
 Resikoruptura uteri padakehamilan
 Pada bayi
Hipoxia, depresi pernapsan, sindrom gawat pernapasan, trauma
persalinan.
H. Komplikasi

30
 Komplikasi maternal
 Perdarahan pasca persalinan
 Robekan perineum derajat 3 atau 4
 Rupture uteri
 Komplikasi fetal
 Fraktura clavicle
 Kematian janin
 Hipoksia janin,dengan atau tanpa kerusakan neorologis permanen
 Farktura humerus
I. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas Klien : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/bangsa.
2. Keluhan utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan
nyeri dan cemas.Riwayat
3. Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu : Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien
pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan
sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada
riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: Biasanya dalam kehamilan sekarang ada
kelainan seperti; Kelainan letak janin (lintang,sunsang dll) apa yang
menjadi presentasi dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah dalamkeluarga ada yang menderita
penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan pre eklamsi
d. Pengkajian pola fungsional
 Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan, kurang energy, letargi, penurunan
penampilan
 Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium
sulfat untu hipertensi karena kehamilan
 Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai

31
 Integritasego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses
kehamilan,kontraksi jarang,dengan intensitas ingan sampa
sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau
sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,
 Keamanan
 Seksualitas
e. Pemeriksaan fisik
 Kepala
rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe
 Mata
Biasanya konjungtiva anemis
 Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan,
biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
 Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak
awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi,
letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus
keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
 Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem
pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya
kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk
mengidentifikasi adanya plasenta previ
 Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan
bentukpanggul dan kelainan tulang belakang
1. Diagnosa

32
a. Resiko cidera pada ibu b/d kelelahan
b. Cidera pada janin b/d ketuban pecah sebelum waktunya
c. nyeri akut b/d agen pencedera fisik dibuktikan dengan klien tampak meringis
d. ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai dengan kilen tegang
3. Intervensi
 (Resiko cidera pada ibu b/d kelelahan)
 Tindakan
- Identifikasi umum pasien
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor kelainan tanda vital dan janin pada ibu
- Identifikasi posisi janin dengan usg
- Identifikasi pendarahan pasca persalinan
 Terapeutik
- Siapkan peralatan yang sesuai termasuk monitor janin
ultrasoundn mesin anastesi persediaan resusitasi
neonatal, forcep, dan penghangat bayi ekstra
- Dukung orang terdekat mendampingi pasien
- Fasilitasi tindakan forcep atau ekstraksi vakum jika
perlu
 Edukasi
- Jelakan prosedur tindakan yang akan dilakukan
- Jelaskan karakteristik bayi baru lahir yang terkait
dengan kelelahan beresiko tinggi (memar dan tada
forcep)
 kolaborasi
- kordinasi dengan tim untuk standbay
- kolaborasi pemberian anastesi maternal sesuai
kebutuhan
 (Cidera pada janin b/d ketuban pecah sebelum waktunya)
 Tindakan
- Identifikasi area lingkungan yang dapa menyebabkan
cidera
- Identifikasi obat yang dapat menyebabkan cidera

33
 Terapiutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selama tidur
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dan lingkungan
ruang rawat (mis.penggunaan telepon tempat tidur dan
lokasi kamar mandi)
- Pastikan barang barang pribadi mudah dijangkau
- Diskusikan bersama anggota keluarga yag dapat
mendampingi pasien
 Edukasi
-jelaskanalasan intervensi pencegahan jatuh pada keluarga
dan pasien
-anjurkan untuk berganti poasisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum ber

34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Distosia berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik persalinan
yang abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau lambat umumnya terjadi
bila ada disproporsi antara ukuran bagian terbawah janin dengan jalan lahir. Pada
presentasi kepala, distosia adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio
sesaria primer.
B. Saran
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan tentang
keperawatan maternitas II dengan harapan perawat dapat menambah pengetahuan.
Semoga makalah keperawatan maternitas II ini dapat bermanfaat.

35
DAFTAR PUSTAKA
Paat judita,dkk. 2015. Persalinan distosia pada remaja dibagian opstetri
ginekologi blu rsup prof. Dr. R.D. kandau manado.jurnal E klinic vol.3.N0.2

Qonitun umu,dkk. 2019. Faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian partus


lama pada ibu bersalin di RSUD Dr.R.koesma tuban. Jurnal kesehatan dr. Soebandi
.vol:7. No:1.

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2017. Standar luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
Keperawatan. Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2017. Standar diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan idikator


Keperawatan. Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

36
37
38

Anda mungkin juga menyukai