Anda di halaman 1dari 11

2.

2 Komplikasi Persalinan

2.2.1 Definisi Komplikasi Persalinan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi dari komplikasi itu sendiri adalah
penyakit yang baru timbul kemudian sebagai tambahan pada penyakit yang sudah ada. Dalam
jurnal penelitian yang dilakukan oleh Arisandi ME dkk (2016), komplikasi persalinan merupakan
keadaan yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayinya dalam
persalinan, yang dipengaruhi oleh determinan antara.1

Selain itu menurut Misar Y dkk (2012) yang meneliti faktor risiko komplikasi persalinan pada
ibu melahirkan di kabupaten Gorontalo menyatakan bahwa komplikasi persalinan merupakan
suatu kegawatdaruratan obstetrik yang paling sering menjadi penyebab kematian langsung pada
ibu melahirkan.16 Sedangkan menurut jurnal penelitian oleh Oktarivadeti (2015), komplikasi
persalinan merupakan suatu keadaan yang dapat menimbulkan kesakitan atau kematian pada ibu
maupun janin yang disebabkan oleh penyebab langsung dari persalinan.16

2.2.2 Macam macam Komplikasi Persalinan

Berdasarkan penelitian oleh Simarmata OS, Sudikno, Kristina, dkk yang menganalisis data
sekunder Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 mengenai determinan kejadian komplikasi
persalinan di Indonesia, jenis kejadian komplikasi persalinan yang dominan terjadi adalah mules
yang kuat dan teratur lebih dari sehari semalam (88,0%), perdarahan lebih banyak dibandingkan
dengan biasanya (11,5%), suhu badan tinggi dan atau keluar lendir berbau dari jalan lahir (8,9%),
kejang-kejang dan pingsan (2,5%), keluar air ketuban lebih dari 6 jam sebelum anak lahir
(14,4%), serta kesulitan atau komplikasi lainnya (5,8%).3

Sedangkan berdasarkan penelitian dengan judul yang sama kembali dilakukan oleh Simarmata
OS, Armagustini Y, dan Bisara D pada tahun 2012 dengan analisis data sekunder SKDI 2007,
jenis kejadian komplikasi persalinan terbanyak secara berurutan adalah persalinan lama (85,2%),
perdarahan (21,7%), demam atau keluar lendir berbau dari jalan lahir (17,2%), kejang dan
pingsan (5,0%), serta komplikasi lainnya (8,2%).2

Jenis komplikasi persalinan yang hampir sama berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Senewe OP dan Sulistiyowati N pada tahun 2004 antara lain adalah perdarahan (7,9%), partus
lama (15,4%), demam atau dan infeksi (3,9%), Preeklamsi atau eklamsi (23,5%).17 Sedangkan
pada penelitian yang dilakukan Misar Y, Masni, Zulkifli A pada tahun 2012, jenis komplikasi
persalinan didapatkan perdarahan (34,3%), keracunan kehamilan (23,7%) dan infeksi pada masa
nifas (10,5%).15

2.2.3 Komplikasi persalinan kala I dan kala II

a. Distosia

Distosia adalah persalinan yang lambat akibat his atau kontraksi uterus yang tidak normal
dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bayi sulit untuk lahir dan jika tidak dapat diatasi,
dapat meyebabkan persalinan macet. (dapus baru)

Jenis-jenis distosia karena kelainan tenaga atau his yaitu His Hipotonic atau insersia uteri
dimana ini merupakan kelainan his dengan kekuatan yang lemah atau tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong bayi supaya keluar.yang dimaksud disini
adalah kekuatan hisnya lemah dan frekuensinya jarang. Hal ini sering ditemukan pada ibu
dengan anemia, uterus yang terlalu terenggang misalnya akibat hidramion atau kehamilan
kembar atau makrosmonia.(dapus baru) His hypotonic atau insersia uteri terbagi menjadi 2,
yaitu: (a) insersi uteri primer dan (b) insersia uteri sekunder. Insersi uteria primer terjadi jika
persalinan berlangsung lama, terjadi pada kala I fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang
tidak adekuat sehingga sulit untuk memastikan apakah penderita telah dalam keadaan inpartu
atau belum. Sedangkan insersi uteri sekunder terjadi pada fase aktif kala I atau kala II dengan
permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan/kelainan.

Jenis distosia yang kedua adalah his hypertonic, dimana ini merupakan kelainan his
dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi
kontraksi dari bagian atas, tengah, dan bawah uterus,sehingga tidak efisien untuk membuka
serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine action.
Contoh misalnya tetania uteri karena obat uterotonika yang berlebihan. Pada keadaan ini
ibu akan merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada
janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat
menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian
oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya. His
yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat. Bahayanya
bagi ibu adalah terjadinya luka yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina
dan perenium.(dapus baru)

Jenis distosia yang ketiga adalah his yang tidak terkoordinasi, yaitu his yang sifatnya
berubah-ubah. Tonus otot uterus meningkat juga di luar his dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya
koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien
dalam pembukaan. Tonus otot yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang sangat kuat dan
lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini disebut
Ancoordinal Hipertonic Uterine Contraction.(dapus baru)

b. Distosia letak dan bentuk janin

Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh kelainan presentasi,
posisi dan perkembangan janin intrauterine. Diagnosis distosia akibat janin, bukan hanya
karena janin yang ukuran besar, janin dengan ukuran normal namun dengan kelainan pada
presentasi intrauterine tidak jarang menyebabkan proses persalinan.

Presentasi muka

Merupakan kelainan defleksi kepala. Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi


maksimal kepala sehingga oksiput menempel dengan punggung janin dengan demikian
maka yang merupakan bagian terendah janin adalah omentum. Dalam kaitannya dengan
simfisis pubis, maka presntasi muka dapat terjadi dengan mento-anterior atau mento-
posterior. Pada janin aterm dengan presentasi muka mento-posterior, proses persalinan
pervaginam terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis.
Dalam keadaan ini gerakan fleksi kepala agar persalinan pervaginam tidak dapat
berlangsung, maka persalinan muka spontan pervaginam tidak mungkin terjadi.

Bila dagu berada di anterior, pesalinan kepala pervaginam masih dapat


berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus presentasi
muka dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut.
Presentasi Dahi

Marupakan kelainan letak defleksi dan presentasi yang sangat jarang. Diagnosis
ditegakkan bila VT pada PAP teraba orbital ridge dan ubun-ubun besar. (dapus baru)

Letak lintang

Sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Kadang-kadang sudut
yang ada tidak tegak lurus sehingga terjadi letak oblique yang sering bersifat sementara
oleh karena akan berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong. Pada letak
lintang, bahu biasanya berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan kepala
berada pada fossa iliaca. Deskripsi letak lintang acromial kiri atau kanan dan dorso
anterior atau dorso-posterior. Angka kejadian 1:300 persalinan tunggal.

Presentasi rangkap

Prolapses lengan disamping bagian terendah janin. Angka kejadian 1:700 persalinan.
Persalinan ini disebabkan oleh hambatan penutupan PAP oleh kepala janin secara
sempurna antara lain seperti yang terjadi pada persalinan preterm.

Angka kematian perinatal meningkat sebagai konsekunsi dari persalinan preterm,


prolapses tali pusat dan prosedur obstetric yang traumatic. Pada sebagian besar kasus,
penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena jarang menganggu jalannya
persalinan dan umumnya tangan janin secara reflektoar akan ditarik sehingga tidak lagi
menganggu jalannya persalinan. Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan
mereposisi tangan dan menurunkan kepada kedalam jalan lahir secara bersamaan.

c. Distosia kelainan panggul

Dalam obstetric yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul
sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan
panggul dibagi menjadi kesempitan pintu atas panggul, kesempitan bidang bawah panggul,
kesempitan pintu bawah panggul, kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah
dan pintu bawah panggul.
d. Distosia kelainan traktus genitalis
Vulva

Kelainan yang bisa meyebabkan distosia adalah edem, stenosis dan tumor. Edem bisa
timbul waktu hamil, biasanya gejala preeklamsi akan tetapi bisa juga disebabkan oleh hal
lain misalnya gangguan gizi. Pada persalinan lama dengan ibu yang mengeran terus-
menerus pada menimbulkan edem pad vulva.

Stenosis pada vulva biasanya terjadi akibat perlukaan dan radang yang
menyebabkan ulkus-ulkus dan yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan
kesulitan, walaupun dapat diatasi dengan melakukan episiotomy yang cukup luas.
Kelainan kongenital pada vulva yang menutup sama sekali hingga hanya orifisium uretra
eksternum tampak dapat pula terjadi. Penanganan ialah melakukan sayatan median
secukupnya untuk melahirkan kepala janin.

Tumor dalam bentuk neoplasma jarang ditemukan pada vulva. Lebih sering
terdapat kondiloma akuminata. Kista atau abses glandula bartholini. Abses yang pecah
pada dapat menyebabkan infeksi puerperalis.

Vagina

Stenosis vagina kongenital jarang terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang
memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap dengan bagian kanan dan bagian
kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang
satu umumnya cukup lebar, baik untuk koltus maupun untuk lahirnya janin. Septum tidak
lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus
dipotong terlebih dahulu. Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan
radang. Pada stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan dan merupakan halangan
untuk lahirnya janin, perlu dipertimbangkan seksio sesarea. (dapus baru)

Tumor vagina dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginam.


Adanya tumor vagina bisa pula menyebabkan persalinan pervagina dianggap terlampau
berisiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah
persalinan dapat berlangsung pervaginam atau harus diselesaikan dengan seksio sesarea.
(dapus baru)

Servik uteri

Konglutinasio orifisii eksterni ialah keadaan yang jarang terdapat. Disini dalam kala I
serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi sehingga merupakan lembaran
kertas di bawah kepala janin. Diagnosis dibuat dengan menentukan lubang kecil yakni
ostium eksternum ditengah-tengah lapisan tipis tersebut, dengan cara memasuki jari ke
dalam lubang dapat memperlebar pembukaan dengan mudah dan dalam waktu yang tidak
lama pembukaan dapat menjadi lengkap dengan sedirinya.(dapus baru)

Uterus

Pada umumnya persalinan dengan mioma uteri berlangsung seperti biasa, namun harus
dalam pengawasan yang seksama. Apabila mioma uteri menghalangi persalinan
pervaginam, perlu dilakukan seksio sesarea. Miomektomi sesudah seksio sesarea pada
umumnya tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan
tertinggalnya luka-luka yang tidak rata pada myometrium yang memudahkan terjadinya
infeksi puerperal. Dalam masa puerperium, mioma uteri dapat mengecil dan bisa menjadi
lebih kecil daripada sebelum kehamilan.(dapus baru)

Ovarium

Tumor ovarium biasanya sebagian atau seluruhnya terletak dalam cavum douglas.
Membiarkan persalinan berlarut-larut mengandung bahaya pecahnya tumor (bila tumor
kistik) atau rupture uteri (bila tumor solid) dan/atau infeksi intrapartum. Apabila pada
permulaan persalinan ditemukan tumor ovarium dalam kavum douglas, bisa dilakukan
secara hati-hati untuk memastikan apakah tumor tersebut bisa diangkat keatas rongga
panggul sehingga tidak menghalangi persalinan. Jika cara tersebut tidak berhasil, atau
persalinan sudah maju sehingga percobaan reposisi lebih sukar dan lebih berbahaya.
Sebaiknya dilakukan seksio sesarea dan diikuti dengan pengangkatan tumor. Pada tumor
yang menjadi halangan bagi persalinan pervaginam, persalinan dibiarkan berlangsung
spontan dan tumor diangkat dalam masa nifas. Dalam masa ini ada kemungkinan terjadi
putaran tangkai tumor yang memerlukan tindakan pembedahan segera. (dapus baru)

2.2.4 Komplikasi persalinan kala III dan kala IV

a. Perdarahan post partum

Perdarahan post-partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua
bagian, yaitu perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir, dan yang kedua adalah perdarahan postpartum sekunder
(late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai
15 postpartum. Perdarahan, terutama perdarahan pospartum masih merupakan salah satu dari
sebab utama kematian ibu dalam persalinan. Karena itu ada tiga hal yang harus diperhatikan
dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan postpartum, yaitu menghentian
perdarahan, menjaga jangan sampai timbul syok, dan penggantian darah yang hilang.18

Perdarahan post-partum merupakan perdarahan yang masif sehingga dalam waktu singkat
ibu dapat jatuh dalam keadaan syok, atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-
lahan tetapi terus-menerus yang juga berbahaya karena kita tidak menyangka akhirnya
perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok. Karena itu
sangat penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran darah secara rutin;
serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus dan
perdarahan selama 1 jam.18

b. Retensio plasenta

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir.(dapus baru)

Jenis retensio plasenta terdiri dari (a) Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari
jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis. (b)
Plasenta akreta, implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium. (c) Plasenta inkreta, implasntasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/
memasuki miometrium. (d) Plasenta perkreta, implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. (e) Plasenta
inkarserata, tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium
uteri. (dapus baru)

c. Inversion uteri

Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah
dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba
dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Menurut perkembangannya inversion
dapat dibagi dalam beberapa tingkat yaitu (a) Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri,
tetapi belum keluar dari ruang tersebut. (b) Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam
vagina. (c) Uterus dengan vagina, semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak di luar
vagina

2.2.5 Komplikasi Lainnya

Partus Lama

Lama partus normal bervariasi juga tidak tepat karena waktu permulaan persalinan seringkali
sukar untuk ditentukan secara tepat. Walaupun demikian, dengan mempertimbangkan masalah
ini kita dapat mengatakan bahwa sekitar 60% dari pasien primigravida dapat diharapkan
melahirkan dalam 12 jam, dan lebih dari 85% pada pasien multipara. Gambaran ini memberi
pedoman mengenai perpanjangan persalinan. Jika pada pasien normal persalinan tidak terjadi
dalam waktu ini, maka pengiriman ke perawatan spesialis kandungan harus dipertimbangkan
dengan serius. Penyebab terjadinya partus lama yang paling sering adalah aksi uterus yang tidak
efektif; hal ini dapat merupakan satu-satunya kelainan atau dapat dikaitkan dengan yang lain
seperti disproporsi atau presentasi abnormal.18

Infeksi dalam Kehamilan

Ibu hamil dapat mengalami infeksi, dimana salah satunya adalah infeksi saluran kemih. Infeksi
saluran kemih adalah infeksi bakteri yang paling sering dijumpai selama kehamilan. Walaupun
bakteriuria asimtomatik merupakan hal biasa, infeksi simptomatik dapat mengenai saluran
bawah yang menyebabkan sistitis, atau menyerang kaliks, ginjal, pelvis, dan parenkim sehingga
menimbulkan pielonefritis. Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari
flora normal perineum. Terdapat bukti bahwa beberapa jenis E.coli memiliki vili yang
meningkatkan virulensinya. Walaupun kehamilan itu sendiri tampaknya tidak meningkatkan
faktor-faktor virulensi ini, stasis air kemih tampaknya menyebabkan hal tersebut dan bersama
dengan refluks vesikoureter stasis mempermudah timbulnya gejala infeksi saluran kemih bagian
atas.8

Komplikasi pada ibu dan janin dapat terjadi. Oleh karena itu diagnosis dan terapi
merupakan masalah penting yang harus dapat diatasi. Perubahan hormonal semasa kehamilan
dan perubahan fungsi ginjal menyebabkan ISK mudah terjadi dan akibatnya dapat
berkepanjangan pada ibu, seperti kuman yang tetap ada sampai beberapa lama setelah persalinan.
Disamping itu, risiko persalinan prematur menyertai kehamilan dengan ISK ini.8

Ketuban Pecah Dini

Yang dimaksudkan ketuban pecah dini (KPD) adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi
pada semua usia kehamilan sebelum persalinan dimulai. Masa laten biasanya berlangsung
sekurangnya satu jam. Insidensi KPD berkisar dari 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan.
KPD preterm terjadi kira-kira 1% kehamilan dan jelas merupakan komplikasi yang lebih
menantang untuk para dokter spesialis obstetrik. Pada kehamilan tahap lanjut, komplikasi dapat
terjadi apabila kantong ketuban pecah sebelum waktunya, yang ditandai dengan pengeluaran
cairan dalam jumlah banyak dari vagina.18

Ketuban pebah dini juga dapat diartikan, bocornya cairan amnion sebelum mulainya
persalinan, terjadi kira kira 7 sampai 12% kehamilan. Paling sering ketuban pecah pada atau
mendekati saat persalinan; persalinan terjadi secara spontan dalam beberapa jam. Bila ketuban
pecah dini dihubungkan dengan preterm, ada risiko peningkatan morbiditas dan mortalitas
perinatal akibat imaturitas janin. Bila kelahiran tidak terjadi dalam 24 jam, juga terjadi risiko
peningkatan infeksi intrauterin.17, 18

Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) adalah pecahnya selaput yang berisi cairan
ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi. Jika terjadi KPSW selalu
dilakukan tindakan untuk segera melahirkan bayi guna mencegah infeksi yang bisa terjadi pada
bayi maupun ibunya. Tetapi pendekatan ini sudah tidak perlu dilakukan lagi karena risiko
terjadinya infeksi bisa dikurangi dengan mengurangi frekuensi pemeriksaan dalam. Pemeriksaan
dengan bantuan spekulum bisa membantu dokter dalam memastikan pecahnya selaput ketuban,
memperkirakan pembukaan serviks (leher rahim) dan mengambil contoh cairan ketuban dari
vagina. Jika hasil analisa cairan ketuban menunjukkan bahwa paru- paru bayi sudah cukup
matang, maka dilakukan induksi persalinan (tindakan untuk memulai proses persalinan) dan bayi
dilahirkan. Jika paru-paru bayi belum matang, persalinan ditunda sampai paru-paru bayi
matang.18

Beberapa ibu mengalami pecah ketuban sebelum persalinan (lebih sering disebut sebagai
ketuban pecah dini atau KPD). Saat aterm dan ada banyak faktor yang dapat digunakan untuk
menentukan kondisi ini. Kebanyakan ibu dengan KPD akan mengalami persalinan spontan dan
hasilnya baik. Namun ada bahaya yang berhubungan dengan ketuban pecah, meliputi infeksi,
infeksi iatrogenik, dan perlunya induksi persalinan dengan intervensi yang sesuai.18

Pre-eklamsia dan Eklampsia

Merupakan salah satu komplikasi yang serius dan paling ditakuti. Kondisi ini dipengaruhi oleh
faktor genetik atau keturunan, dan lebih sering dialami oleh wanita yang hamil untuk pertama
kalinya. Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, walaupun jelas bagaimana hal itu terjadi. Istilah kesatuan penyakit diartikan
bahwa kedua peristiwa dasarnya sama dan bahwa eklampsia merupakan peningkatan yang lebih
berat dan berbahaya dari preeklampsia, dengan tambahan gejala tertentu. Pre-eklampsia adalah
penyakit yang umumnya terjadi dalam trimester ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya.18

Tanda khas pre-eklampsia adalah tekanan darah tinggi, ditemukannya protein dalam urin dan
pembengkakan jaringan (edema) selama trimester ke-2 kehamilan. Dengan demikian
meningkatnya tekanan darah dan jumlah protein urin keadaan dapat menjadi berat. Terjadi nyeri
kepala, muntah, gangguan penglihatan, dan nyeri pada perut bagian atas dan kemudian anuria
(berhentinya produksi air kemih). Pada stadium akhir dan paling berat yang disebut eklampsia,
pasien akan mengalami kejang. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat akan terjadi
kehilangan kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati
atau perdarahan otak.8,18
Pre-ekampsia terjadi pada 6% kehamilan dan biasanya muncul pada sekitar minggu ke- 20 dan
ke- 40. Penyebabnya adalah malformasi sel-sel yang membawa darah ke plasenta. Terapinya
terdiri dari istirahat baring, pemberian cairan serta menurunkan tekanan darah. Perawatan di
rumah sakit biasanya dianjurkan untuk mencegah risiko terjadinya eklampsia. Gejala utama
serangan eklampsia berat yaitu sakit kepala yang hebat dan penglihatan kabur. Tidak ada
pengobatan lain untuk mengatasi eklampsia selain melahirkan bayi dan plasenta sesegera
mungkin. Gejala-gejala pre-eklampsia antara lain yaitu meningkatnya tekanan darah, yaitu
tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Selain itu ada gejala lain yang
menyertainya, antara lain adalah (1) pembengkakan, terutama pada wajah dan tungkai, (2)
peningkatan protein di air seni melebihi normal, (3) pusing, karena tekanan darah naik, (4) rasa
mual di akhir kehamilan kurang lebih 28 minggu usia kehamilan, (5) perut sebelah kanan terasa
nyeri, (6) sakit kepala di bagian depan atau dahi, (7) gangguan penglihatan atau penglihatan
menjadi buram, dan (8) tinitus.8

Emboli air ketuban

Ini merupakan komplikasi persalinan yang sangat serius, namun sangat jarang terjadi, yaitu
ketika sejumlah cairan kecil cairan ketuban yang melindungi janin dalam rahim masuk ke aliran
darah ibu, khususnya pada kasus persalinan yang sulit. Cairan ini beredar ke paru-paru dan dapat
menyebabkan pembuluh nadi paru-paru menyempit. Penyempitan ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung, irama jantung yang tidak teratur, syok, bahkan henti jantung dan
kematian. Pembekuan darah yang luas juga merupakan komplikasi yang umum terjadi dan
membutuhkan perawatan emergensi. Penyebab dari emboli air ketuban adalah dikarenakan his
yang kuat dan terus-menerus, misalnya pada pemberian uteotonika yang berlebihan dimana
ketuban sudah pecah. (dapus baru)

Daftar pustaka baru

1. Sari LA. Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya. Pusat Pendidikan dan


Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan sumber
daya manusia. Jakarta ; 2015. h. 3-18.

Anda mungkin juga menyukai