Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) bersama dengan Angka Kematian
Bayi (AKB) senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan
pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang
terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan
bahwa AKI untuk priode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebasar
228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI
hasil SDKI takun 2002-2003 yang mencapai307 per 100.000 kelahiran
hidup (Dikes RI, 2008).
Provinsi NTB kerap kali menjadi sorotan karena tingginya angka
kematian bayi dan ibu yang melahirkan di NTB yang selama ini
membuat kegelisahan. Tingginya AKB dan AKI yang melahirkan di
NTB memberikan kontribusi terhadap rendahnya peringkat IPM
(Indeks Pembangunan Manusia) NTB di tingkat nasional yang hampir
menempati urutan akhir. Berdasarkan data SDKI tahun 2002. Angka itu
meningkat menjadi 133 tahun 2003. AKI menurun tahun 2004 yakni
118 orang yang terus menurun tahun 2005 (108), tahun 2006 (97),
2007 turun lagi menjadi 95 orang dan 2008 menurun (92)
(SDKI, 2008).
Terlepas dari berbagai strategi yang digunakan Indonesia untuk
menurunkan angka kematian maternal tiap tahunnya, penurunan

angka tersebut relatif masih sangat rendah. Laporan kependudukan


Indonesia pada tahun 2004 memperlihatkan kematian maternal di
Indonesia yang cukup tinggi. Sepuluh tahun setelah Konferensi
Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) Cairo, AKI
melahirkan di Indonesia masih cukup tinggi dan belum dapat
diturunkan secara signifikan, serta jauh dari target internasional ICPD
yaitu di bawah 125/100.000 kelahiran hidup tahun 2005 dan 75 per
100.000

kelahiran

hidup

tahun

2015.

Departemen

Kesehatan

menargetkan tahun 2010 AKI turun menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup. Akan tetapi sampai saat ini belum ada hasil yang signifikan
terhadap penurunan angka kematian ibu (Rezky, 2008)
Penyebab kematian ibu digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab
lansung dan penyebab tidak lansung. Di NTB penyebab kematian
langsung adalah perdarahan (39,1%), eklamsi (17,4%), infeksi (5,3%),
partus lama (4,35%), abortus (2,17%), dan faktor lain (31,5%).
Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain keadaan kesehatan
ibu hamil yang buruk, anemia, dan penyakit infeksi akut/kronis
(malaria, TBC, hepatitis, infeksi saluran kemih, dan lain-lain). Di
samping itu ada faktor-faktor lain yang melatarbelakangi kematian ibu
diantaranya: faktor prilaku masyarakat yang dipengaruhi oleh sosial
budaya atau tradisi, ekonomi dan pendidikan (Depkes NTB, 2008).
Pada

penyebab

kematian

ibu

secara

langsung

seperti

perdarahan, eklamsi, infeksi, partus lama dan abortus disebabkan oleh


banyak faktor salah satunya adalah kehamilan kembar. Oleh sebab itu

kehamilan kembar sangat penting diidentifikasi sejak dini, karena akan


mengakibatkan sejumlah komplikasi yang dihubungkan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas. Seharusnya tidak ada seorangpun
wanita yang menerima perawatan antepartum dapat memasuki
persalinan dengan kondisi hamil kembar yang tidak diidentifikasi
(Varney, 2007). Dengan pertimbangan bahwa kejadian mortalitas dan
morbiditas akan lebih tinggi pada kehamilan kembar dari pada
kehamilan tunggal, maka kehamilan kembar dianggap mempunyai
risiko tinggi atau digolongkan risiko tinggi (Manuaba, 2007)
Profil

kejadian

kehamilan

kembar ini bervariasi di seluruh

Indonesia, yang kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor


berbeda di setiap daerah. Dengan pengawasan dan pemeriksaan yang
teratur pada kehamilan kembar ini, diharapkan dapat mengatasi
komplikasi yang akan ditimbulkan dengan lebih baik.
Berdasarkan catatan rekam medis di RSU Provinsi NTB, pada
tahun 2007 angka kejadian kehamilan kembar sebesar 2,09 %, tahun
2008 meningkat menjadi 4,27 %, dan dari bulan Januari-Desember
2009 menurun menjadi 4,09 %, baik disertai dengan berbagai penyulit
dan tanpa penyulit (RSU Provinsi NTB, 2009).
Peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal pada gestasi
multipel telah diketahui dengan baik. Persalinan prematur dan IUGR
lebih umum terjadi. Gestasi multipel juga dikaitkan dengan peningkatan
angka plasenta previa, malpresentasi, dan anomali kongenital (Walsh,
2008)

Pada kasus malpresentasi oleh karena kehamilan kembar,


dapat dijumpai semua kemungkinan kombinasi komposisi janin. Salah
satu atau kedua janin mungkin memiliki presentasi kepala, bokong,
atau bahu. Presentasi paling sering saat ibu masuk ke kamar bersalin
adalah kepala-kepala, kepala-bokong, dan kepala-lintang. Yang
penting presentasi-presentasi ini, terutama selain kepala-kepala, tidak
stabil sebelum dan selama persalinan dan pelahiran. Presentasi
kombinasi, muka, alis, dan bokong kaki relatif sering dijumpai terutama
apabila janin cukup kecil, cairan amnion berlabihan, atau paritas ibu
tinggi (Cunningham, 2006).
Berdasarkan data yang ada menurut Mochtar (1998), kasus
malpresentasi janin pada kehamilan kembar dengan letak membujur
presentasi kepala bokong sebesar (37-38%), keduanya presentasi
bokong (8-10%), letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%), letak
lintang dan presentasi bokong (1,5-2%), dua-duanya letak lintang (0,20,6%), dan letak dan persentase 69. Semantara presentasi normal
kedua janin dalam letak membujur presentasi kepala-kepala sebesar
(44-47%)
Sementara itu, kejadian presentasi sungsang dan lintang di
berbagai Rumah Sakit Indonesia berbeda-beda. Rata-rata angka
kejadian presentasi sungsang sebesar 2-3% dan lintang sebesar 0,52% (Mochtar, 1998). Presentasi sungsang di Rumah Sakit Provinsi
NTB pada tahun 2009 yaitu sebesar 11, 35% dan angka kejadian
lintang pada tahun 2009 sebesar 1,01% (RSU Provinsi NTB, 2009)

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul


hubungan kehamilan kembar dengan kejadian malpresentasi janin di
RSU Provinsi NTB Tahun 2009.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara
kehamilan kembar dengan kejadian malpresentasi janin di Rumah
Sakit Umum Provinsi NTB Tahun 2009 ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kehamilan kembar dengan kejadian
malpresentasi janin di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Provinsi
NTB Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi

jumlah

ibu

hamil

yang

bersalin di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Tahun 2009 baik


yang rujukan maupun yang non rujukan
b) Mengidentifikasi

jumlah

ibu

hamil

kembar

yang

bersalin di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Tahun 2009 baik


yang rujukan maupun yang non rujukan.
c) Mengidentifikasi jumlah ibu hamil kembar yang bersalin dengan
presentasi normal (kepala-kepala).
d) Mengidentifikasi jumlah ibu hamil kembar yang bersalin dengan
malpresentasi janin.

e) Mengidentifikasi jumlah ibu yang tidak hamil kembar yang


bersalin dengan malpresentasi janin.
f) Menganalisa hubungan antara kehamilan kembar dengan
kejadian malpresentasi janin.
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan antara
kehamilan kembar dengan kejadian malpresentasi janin.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan bekal ilmu
pengetahuan mengenai hubungan antara kehamilan kembar
dengan kejadian malpresentasi janin, serta dapat menerapkan ilmu
yang diperoleh di bangku kuliah dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan bayi.
2. Bagi Petugas Kesehatan.
Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga dapat
menurunkan angka kejadian yang berhubungan dengan komplikasi
yang ditimbulkan dari kehamilan kembar ini dan juga dapat
mencari solusi atau alternatif dalam mengantisipasi komplikasi
kehamilan

kembar

sehingga

manajemen

komplikasi dapat menjadi lebih baik.

penatalaksanaan

3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
pengetahuan khususnya tentang kebidanan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang kehamilan kembar sehingga
masyarakat bisa mengidentifikasi secara dini komplikasi yang
ditimbulkan oleh kehamilan kembar .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Kehamilan Kembar
a. Definisi
Gemeli atau hamil kembar adalah kehamilan dua janin
atau lebih (Wiknjosastro, 2007).
Kehamilan

ganda

adalah

bila

proses

fertilisasi

menghasilkan janin lebih dari satu (Saifuddin, 2002).


b. Etiologi
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur
dan paritas sering mempengaruhi kehamilan kemar 2 telur.
2) Faktor obat-obat induksi ovulasi : Proferti, Clomid, dan
hormone gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan
dizigotik dan kembar lebih dari dua
3) Faktor keturunan
4) Faktor yang lain belum diketahui
Faktor

bangsa

mempengaruhi

kehamilan

ganda;

di

Amerika Serikat lebih banyak dijumpai pada wanita kulit hitam


dibandingkan kulit putih. Angka tertinggi kehamilan ganda
dijumpai di Finlandia dan terendah di Jepang.

Faktor umur; makin tua, makin tinggi angka kejadian


kehamilan kembar dan menurun lagi setelah umur 40 tahun.
Paritas, pada primipara 9,8 per 1.000 dan pada multipara
(oktipara) naik jadi 18,9 per 1.000 persalinan.
Keturunan; keluarga tertentu akan cenderung melahirkan
anak kembar yang biasanya diturunkan secara paternal, namun
dapat pula secara maternal.
(Mochtar, 1998)
Menurut

Cunningham

(2008),

faktor-faktor

penyebab

kehamilan kembar adalah :


1) Ras : frekuensi kelahiran janin multipel bervariasi secara
bermakna

pada

berbagai

kelompok

etnik

dan

ras.

Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran kembar


sebanyak 1 diantara setiap 100 kehamilan pada wanita
berkulit putih, dibandingkan dengan 1 diantara 80 kehamilan
pada wanita berkulit hitam. Dibeberapa tempat di Afrika,
frekuensi kehamilan kembar sangat tinggi. Kehamilan
kembar lebih jarang terjadi di Asia. Perbedaan mencolok
dalam kehamilan kembar ini mungkin disebabkan oleh
variasi rasial kadar follicle stimulating hormone yang dapat
menyebabkan ovulasi multipel

10

2) Hereditas : sebagai faktor penentu pembentukan kembar,


riwayat keluarga pihak ibu jauh lebih penting daripada
riwayat dari pihak ayah.
3) Usia ibu dan paritas : frekuensi pembentukan kembar
meningkat dari 0 saat pubertas, yaitu saat aktivitas ovarium
minimal, hingga puncaknya pada usia 37 tahun, saat terjadi
stimulasi maksimal hormon yang meningkatkan angka
ovulasi ganda. Hal ini sesuai dengan tanda pertama penuan
reproduksi

yang

ditemukan

secara

konsisten,

yaitu

peningkatan tersendiri kadar follicle stimulating hormone di


dalam serum. Turunya insidensi setelah 37 tahun mungkin
mencerminkan habisnya folikel de graaf. Tingkat kesuburan
seperti tercermin oleh peningkatan paritas sampai 7 juga
meningkatkan

angka

pembentukan

kembar

tanpa

bergantung pada usia ibu.


4) Faktor gizi : Nylander (1971) memperlihatkan adanya
gradien tertentu dalam angka kehamilan kembar yang
berkaitan dengan status gizi seperti tercermin olrh ukuran
tubuh ibu. Wanita yang lebih tinggi dan berat memiliki angka
kehamilan kembar 25-30 persen lebih tinggi daripada wanita
bertubuh pendek yang kurang gizi.
5) Terapi kesuburan : induksi ovulasi dengan menggunakan
obat hormonal gonadotropin

(follicle stimulating hormone

11

plus gonadotropin korionik) atau klomifen secara nyata


meningkatkan kemungkinan ovulasi multipel.
c. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2007)
Fisiologi kehamilan ganda dapat terjadi karena dua ovum
yang dibuahi pada saat hampir bersamaan atau berasal dari
satu ovum yang mengalami pemecahan saat dini, dijabarkan
sebagai berikut :
a) Kehamilan ganda dari dua ovum (dizigot), nama lainnya
disebut juga heterozigot, binovuler, fraternal, yang pada
kehamilan ini dapat terjadi jenis kelaminnya kebetulan dapat
sama dan umumnya berbeda seperti pertumbuhan janin
biasa

yang

berasal

dari

ovum-spermatozoa

berbeda.

Berkaitan dengan waktu terjadinya pembuahan terhadap


ovum tersebut dikemukakan tiga bentuk yaitu:
a) Kembar dizigot : terjadi konsepsi terhadap ovum pada
hubungan seksual dengan waktu sama terhadap dua
ovum.
b) Superfekundasi : terjadi konsepsi terhadap ovum dengan
waktu yang relatif berdekatan oleh hubungan seksual
dari suami sendiri atau orang lain.
c) Superfetasi : kehamilan kedua terjadi pada waktu relatif
jauh setelah kehamilan pertama.

12

Syarat superfetasi adalah desidua kapsularis dan desidua


parietalis belum bersatu, sehingga masih terdapat peluang
spermatozoa untuk masuk kavum uteri, menuju tuba falopii
dan

berhasil

terjadi

konsepsi

serta

diikuti

dengan

implantasinya.
b) Kehamilan ganda dari satu ovum (monozigot)
Kejadiannya lebih jarang daripada dua ovum. Selain itu, saat
pemecahannya

akan menyebabkan terjadinya anomali

pertumbuhan sehingga dapat terjadi berbagai bentuk.


Sedangkan menurut Cunningham (2006)
a) Apabila pembelahan terjadi sebelum massa sel dalam
(morula) terbentuk dan lapisan luar blastokista belum
pasti menjadi korion (dalam 72 jam pertama setelah
pembuahan) maka akan terbentuk dua mudigah, dua
amnion dan dua korion. Akan terjadi kembar monozigotik,
diamnionik, dan dikorionik. Jumlah plasenta mungkin dua
terpisah atau satu berfusi
b) Apabila pembuahan terjadi antara hari keempat dan
kedelapan, setelah massa sel dalam terbentuk dan selsel yang

ditakdirkan menjadi korion sudah mulai

berdiferensiasi

tetapi

sel-sel

amnion

belum,

akan

terbentuk dua mudigah masing-masing dengan kantung


amnion terpisah. Dua kantung amnion akhirnya akan

13

ditutupi oleh sebuah korion bersama sehingga dihasilkan


kembar monozigotik, diamnionik, dan monokorionik.
c) Namun apabila sudah terbentuk yang terjadi sekitar 8
hari setelah pembuahan, pembuahan akan menghasilkan
dua mudigah di dalam satu kantung amnion bersama,
atau

kembar

monozigotik,

nonoamnionik,

dan

monokorionik.
d) Apabila pembuahan dimulai lebih belakangan lagi, yaitu
selelah lempeng embrionik terbentuk, maka pemisahan
tidak lengkap dan terbentuk kembar siam.
d. Angka kejadian kehamilan kembar
Menurut hukum Hellin, frekuensi antara kehamilan ganda
dan tunggal adalah :
1) Gemeli (2)

1:89

2) Triplet (3)

1:7.921

3) Quadruplet (4)

1:704.969

4) Quintuplet (5)

1:62.742.241

Menurut penelitian Greulich (1930) pada 121 juta


persalinan didapat angka kejadian kehamilan ganda, yaitu
gamely 1:85, triplet 1:7.629, quadruplet 1:670.743, dan
quintuplet 1:41.600.000.
(Wiknjosastro, 2007)

14

e. Jenis Kehamilan Kembar


Menurut Mochtar (1998) jenis kehamilan kembar adalah
sebagai berikut :
1) Dizigotik (= kembar 2 telur, heterolog, biovuler, dan fraternal)
Kedua telur bias berasal dari :
a) 1 ovarium dan dari 2 folikel de Graff
b) 1 ovarium dan dari 1 folike de Graff
c) 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
2) Monozigotik (= kembar 1 telur, homolog, uniovoler, identik),
dapat terjadi karena:
a) Satu telur dengan 2 inti, hamatan pada tingkat blastula
b) Hambatan pada tingkat segmentasi
c) Hamabatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum
primitive streak.
Perbedaan cirri, sifat, dan lain-lainnya antara kemar
monozigotik dan dizigotik (satu telur dan 2 telur)
Perbedaan
Plasenta

Monozigotik
1 (70%)

Dizigotik
2 ( 100% )

2 (30%)
Korion

1 (70%)

2 ( 100% )

2 (30%)
Amnion

1 (70%)

2 ( 100% )

2 (30%)
Tali Pusat

Sirkulasi darah

Janin bersekutu

Terpisah

Sekat Kedua Kantong

2 lapis

4 lapis

15

Jenis kelamin

Sama

Sama atau tidak

Rupa

Sama

Agak berlainan

Mata, telinga, gigi

Sama

Berbeda

Kulit

Sama

Berbeda

Ukuran antropologik

Sama

Berbeda

Sidik jari

Sama

Berbeda

Cara pegangan

Bisa sama

Sama, bisa kedua-

Bisa satu kidal

duanya kanan

Yang lain kanan


Kira-kira sepertiga kembar adalah monozigotik dan dua
pertiga lainnya adalah dizigotik.
3) Conjoined twins, superfekundasi, dan superfetasi
Conjoinet twins atau kembar siam adalah kembar
dimana janin melekat satu dengan yang lainnya. Misalnya
torakofagus

(dada

dengan

dada),

abdominofagus

(perlekatan kedua abdomen), kraniofagus (kedua kepala)


dan

sebagainya.

Banyak

kembar

siam

telah

dapat

dipisahkan secara operatif dengan berhasil.


Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang
dikeluarkan pada ovulasi yang sama pada dua kali koitus
yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek. Hal ini
dilaporkan oleh Archer (1910) seorang wanita kulit putih
melakukan koitus berturut-turut dengan seorang kulit putih
dan kemudian dengan pria kulit hitam melahirkan bayi
kembar: satu bayi putih dan satu lagi kulit hitam (mulatto).

16

Superfertasi adalah kehamilan kedua yang terjadi


beberapa minggu atau bulan setelah kehamilan pertama.
Belum pernah dibuktikan pada manusia, namun dapat
ditemukan pada kuda

Gambar : jenis kehamilan kembar


(Bambang Widjanarko, 2009)
f. Tanda dan gejala kehamilan kembar
Berikut adalah tanda dan gejala yang mengindikasikan
kemungkinan kehamilan kembar :
1) Ukuran uterus, tinggi fundus uteri, dan lingkar abdomen
melebihi ukuran yang seharusnya untuk usia kehamilan
akibat pertumbuhan uterus yang pesat selama trimester II.

17

2) Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar hCG)


3) Riwayat bayi kembar dalam keluarga
4) Riwayat penggunaan obat penyubur sel telur
5) Pada palpitasi abdomen didapatkan tiga atau lebih bagian
besar dan/atau banyak bagian kecil, yang akan semakin
mudah diraba terutama pada trimester III.
6) Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut
jantung janin yang jelas-jelas berbeda satu sama lain (lebih
dari 10 denyut permenit dan terpisah dari detak jantung ibu)
(Varney, 2007)
g. Pertumbuhan janin kembar
1) Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr
lebih ringan dari janin tunggal
2) Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dua dibawah
2500 gr, triplet dibawah 2000 gr, quadruplet dibawah 1500,
dan quintuplet di bawah 1000 gr.
3) Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar
tidak sama, umumnya berselisih antara 50 sampai 2000 gr,
dank arena pembagian sirkulasi darah tidak sama, maka
yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.

18

4) Pada kehamilan ganda monozigotrik:


a) Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan
janin Yang lain. Karena itu setelah bayi satu lahir tali
pusat harus diikat untuk menghindari pendarahan.
b) Karena

itu

janin

yang

satu

dapat

terganggu

pertumbuhannya dan dapat menjadi monstrum, seperti


akardiakus, dan kelainan lainnya.
c) Dapat terjadi sindrom transfuse fetal; pada jann yang
mendapat

darah

polisitemnia,

lebih

edema

banyak

dan

terjadi

pertumbuhan

hidramnion,
yang

baik.

Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi,


oligohidrami, dan mikrokardia, karena kurang mendapat
darah.
5) Pada kehamilan kembar dizigotik:
a) Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh
sampai cukup bulan.
b) Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan
muda), atau pada kehamilan yang agak tua, janin
menjadi pipih yang disebut fetus papyraseus atau
kompresus.
(Wiknjosastro, 2007)

19

h. Letak pada presentasi janin


Pada hamil kembar sering terjadi kesalahan presentasi
dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat
berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang
berubah jadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai
kombinasi letak, presentasi, dan posisi bisa terjadi, yang
paling sering dijumpai adalah :
1) Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepalakepala (44-47%)
2) Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38%)
3) Keduanya presentasi bokong (8-10%)
4) Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%)
5) Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%)
6) Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%)
7) Letak dan persentase 69 adalah letak yang berbahaya,
karena dapat terjadi kunci-mengunci (interlocking).
( Rustam Mochtar 1998)
i. Diagnosis
Menurut Rustam Mochtar, 1998 diagnosis kehamilan
kembar adalah sebagai berikut :
1) Anamnesis
a) Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur
kehamilan.

20

b) Gerakan janin lebih banyak dirasakan oleh ibu.


c) Uterus terasa lebih cepat membesar.
d) Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan
kembar.
2) Inspeksi dan palpasi
a) Pada pemeriksaan pertama ulangan ada kesan uterus
lebih besar dan lebih cepat tumbuhnya dari biasa.
b) Gerakan-gerakan janin terasa lebih sering
c) Bagian-bagian kecil terasa lebih banyak
d) Teraba ada 3 bagian besar janin
e) Teraba ada 2 balotmen.
3) Auskultasi
Terdengar dua denyut jantung janin pada dua tempat yang
agak berjauhan dengan kecepatan sedikitnya 10 denyut
permenit atau bila dihitung bersamaan terdapat selisih 10.
4) Rontgen foto abdomen
Tampak gambaran dua janin
5) Ultra sonografi
Bila tampak 2 janin atau 2 jantung yang berdenyaut yang
telah dapat di temukan pada triwulan 1.
6) Elektrokardiogram total
Terdapat gambaran 2 EKG yang berbeda dari 2 janin.

21

7) Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar
atau ada 2 plasenta, maka produksi HCG akan tinggi, jadi
titrasi hasil kehamilan bisa positif, kadang-kadang sampai
1/200. hal ini dapat di kacaukan dengan mola hidatidosa.
Kadangkala diagnosa baru di ketahui setelah bayi
pertama lahir, uterus masih besar dan tenyata ada satu janin
dalam rahim. Kehamilan kembar sering terjadi bersamaan
dengan hidramnion dan teksemia gravidarum.
Menurut

Cunningham

(2006)

diagnosis

kehamilan

kembar adalah :
1) Pemeriksaan

ultrasonografi

yang

cermat,

kantung

gestasional yang terpisah pada kehamilan kembar dapat


diidentifikasi sangat dial. Riwayat kembar, usia maternal
lanjut, paritas tinggi, dan ukuran ibu besar pada keluarga
dari pihak ibu serta riwayat pernah hamil kembar merupakan
petunjuk yang lemah, tetapi riwayat baru mendapat klomifen
atau gonadotropin atau kehamilan yang diperoleh dari
teknologi reproduksi dengan bantuan merupakan petunjuk
yang kuat. Pemeriksaan klinis disertai pengukuran akurat
tinggi fundus merupakan hal yang penting. Selama trimester
kedua, ukuran uterus lebih besar daripada yang diperkirakan
untuk usia gestasi yang dihitung berdasarkan data haid.

22

Pada pertengahan kedua, kehamilan multipel dapat diduga


jika : Lingkar abdomen dan ukuran uterus lebih besar
dibandingkan dengan usia kehamilan.
2) Palpasi menunjukkan kelebihan bagian janin, dati dapat
dideteksi dua bagian kepala janin. Namun secara umum,
janin kembar sulit didiagnosis dengan palpasi bagian-bagian
tubuh janin sebelum trimester ketiga. Bahkan pada tahap
lanjut kehamilan, mungkin sangat sulit mengidentifikasi
kembar dengan palpasi transabdominal, terutama apabila
salah satu kembar, terletak di atas kembar lainnya, apabila
ibu gemuk, atau apabila terdapat hidramnion.
3) Bunyi jantung janin
Menjelang akhir trimester pertama, kerja jantung janin dapat
dideteksi dengan peralatan ultrasonik Doppler. Beberapa
waktu sesudahnya kita dapat mengidentifikasi dun jantung
janin apabila frekuensi keduanya jelas berbeda satu sama
lain serta dengan frekuensi denyut jantung ibu. Dengan
menggunakan stetoskop janin aural biasa, bunyi jantung
janin pada kembar dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan
yang cermat pada usia kehamilan 18-20 minggu.
4) Pemeriksaan radiologis
Radiograf abdomen ibu sebagai upaya membuktikan adanya
janin multipel dapat membantu pada keadaan-keadaan

23

tertentu yang jarang, biasanya apabila terdapat gestasi


multipel ordo tinggi dan belum jelas berapa banyak janin
yang ada.
5) Pemeriksaan biokimiawi
Jumlah gonadotropin korionik dalam plasma dan urin, secara
rata-rata lebih tinggi daripada yang dijumpai pada kehamilan
tunggal. Kembar sering terdiagnosis sewaktu dilakukan
pemeriksaan kadar alfa-fetoprotein serum ibu, walaupun
pemeriksaan ini saja tidak bersifat diagnostik.
j. Diagnosis banding
1) Hidramnion ; hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar,
kadang-kadang kelainan hanya terdapat pada satu kantong
amnion, dan yang lainnya adalah oligohidramnion.
2) Kehamilan dengan mioma uteri atau kista ovarii ; tidak
terdapat dua denyut jantung janin pada pemeriksaan
berulang, bagian besar dan kecil yang sukar digerakkan,
lokasinya yang tidak berubah, dan pemeriksaan rontsen
dapat membedakan kedua hal tersebut.
(Wiknjosastro, 2007).
k. Komplikasi antara ibu dan janin
Komplikasi untuk ibu lebih buruk bila dibandingkan pada
kehamialn

tunggal,

karena

seringnya

terjadi

toksemia

24

grafidarum, partus prematurus, anemia, perdarahan postpartum


dan perdarahan antepartum.
Sedang

pada

janin yaitu BBLR,KJDR, kelainan

kongenital, distosia ( kelainan letak ), morbiditas dan mortalitas


prinatal. Penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal pada
anak kembar antara lain sindroma gangguan pernapasan,
cedera kelahiran, perdarahan otak, asfiksia kelahiran, animali
bawaan, kelahiran mati
(Hacker dan Moore, 2001).
l. Penatalaksanaan
Penanganan dalam kehamilan
Menurut

Rustam

Mochtar

(1998)

penatalaksanaan

kehamilan kembar dalam kehamilan :


1) Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan
dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis
telah di tegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih sering
(1x seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu ).
2) Setelah kehamilan 30 minggu koitus dan perjalanan jauh
sebaiknya di hindari, karena akan merangsang partus
prematurus.
3) Pemakaian

korset

guritayang

tidak

terlalu

perbolehkan, supaya terasa lebih ringan.


4) Periksa darah lengkap, Hb dan golongan darah.

ketat

di

25

Menurut Saifuddin (2002) :


1) Penilaian pertumbuhan janin dan penanganan bila ada
masalah seperti kemajuan pertumbuhan janin dan deteksi
adanya kelainan congenital.
2) Pematangan paru janin: bila ada tanda-tanda partus
prematurus

yang

mengancam

dengan

pemberian

betamethason 24mg/ hari.


3) Rawat Inap bila :
a) Ada kelainan Obstetri
b) Ada his/ pembukaan serviks
c) Pertumbuhan salah satu janin terganggu
d) Kondisi sosial yang tidak baik
e) Profilaksis/ mencegah partus prematurus dengan obat
tokolitik.
Sedangakan menurut Tim Ilmu Obstetri Dan Ginekologi
FK UNRAM NTB 2008 :
1) ANC seperti biasa, antisipasi kemungkinan komplikasi
yang akan timbul
2) Lebih banyak istirahat saat kehamilan 7 bulan sampai
aterm

26

Penanganan dalam Persalinan


Menurut Rustam Mochtar (1998) :
Proses persalinan

pada

kehamilan

kembar bukan

merupakan multifikasi proses kelahiran bayi

melainkan

multifikasi dari resiko kehamilan dan persalinan. Selain tenaga


Ibu, besarnya bayi dan faktor jalan lahir, letak dan presentasi
bayi

menjadi

faktor

yang

sangat

menentukan

dalam

keberhasilan penanganan kehamilan kembar. Ramalan proses


persalinan akan dengan cepat berubah apabila terjadi
perubahan presentasi ataupun letak bayi kedua. Diperlukan
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang cukup baik
untuk melakukan pertolongan persalinan kembar. Bila letak
dan presentasi yang dihadapi cukup mendukung, maka
kelahiran bayi dapat berlangsung dengan baik, tetapi bila terjai
penyulit maka diperlukan berbagai intervensi mulai dari
manual aid, versi ekstraksi hingga tindakan operatif.
Menurut Tim obstetri dan ginekologi RSUD Mataram
( 2001).
Syarat:
1) Kondisi vital Ibu masih memadai untuk proses persalinan
2) Tidak terdapat komplikasi berat pada Ibu, atau apabila
terjadi komplikasi, hal tersebut telah diatasi sebelum
pertolongan persalinan dilaksanakan.

27

3) Kondisi bayi cukup baik (tidak gawat janin)


4) Ibu

cukup

kooperatif dan

dapat

mengikuti

insruksi

penolong
Adapun proses penatalaksanaanya yaitu

1) Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi biasa


ditolong seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.
2) Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa
dalam untuk menentukan keadaan anak kedua. Tunggu,
sambil memeriksa tekanan darah dan lain-lain.
3) Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak
kedua lataknya membujur, ketuban dipecahkan pelanpelan

supaya

air

ketuban

tidak

mengalir

deras

keluar.Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti


biasa.
4) Waspadalah atas kemungkinan terjadinya pendarahan
postpartum, maka sebaiknya pasang infuse profilaksis.
5) Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya
melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solusio
plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara operatif
obsterik :
a) Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau lahirkan
dengan cara ekstraksi.
b) Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan
ekstraksi vakum atau forseps.

28

c) Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau


kaki.
6) Indikasi seksio cesarean hanya pada :
a) Janin pertama letak lintang
b) Bila terjadi prolaps tali pusat
c) Plasenta previa
d) Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama
letak sungsang dan anak kedua letak kepala.
7) Kala

IV

diawasi

terhadap

kemungkinan

terjadinya

perdarahan postpartum; berikan suntikan sinto-metrin yaitu


10 IU sintosinon tambah 0,2 mg methergin IV.
Menurut Tim Ilmu Obstetri Dan Ginekologi FK UNRAM
NTB

(2008)

penatalaksanaan

kehamilan

kembar

saat

persalinan :
1) Diharapkan pervaginam kecuali anak pertama kelainan
letak
2) Bila perlu induksi dengan amniotomi
3) Setelah anak pertama lahir, buat posisi membujur pada
anak kedua , tunggu his, lakukan amniotomi. Persalinan
bisa spontan, EV atau berbagai manuver pertolongan letak
sungsang bergantung posisi anak kedua. Versi ekstraksi
hanya dilakukan pada letak lintang anak kedua yang gagal
dibuat membujur.

29

4) Hati-hati kemungkinan HPP

2. Malpresentasi
a. Definisi
Presentasi adalah bagian janin yang ada dibagian bawah
rahim (Wiknjosastro, 2007)
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain
verteks (Saifuddin, 2002)
b. Etiologi/patologi
Faktor yang dikaitkan dengan melpresentasi meliputi
melemahnya

otot

abdomen

(seperti

kehamilan

kembar),

anomali uterus, peningkatan atau penurunan mobilitas janin,


dan obstruksi pintu atas panggul. Prematuritas dan hidramnion
dikaitkan dengan peningkatan mobilitas janin dan karenanya
sangat dikaitkan dengan malpresentasi (Walsh, 2008)
c. Klasifikasi malpresentasi
1) Presentasi bokong : bila bokong merupakan bagian terendah
janin. Ada 3 macam presentasi bokong ; complete breech
(bokong sempurna), frank breech (bokong murni), footling
breech (bokong kaki)
2) Presentasi bahu : bila bahu merupakan bagian terendah
janin

30

3) Presentasi muka : disebabkan oleh ekstensi yang penuh dari


kepala janin
4) Presentasi rangkap : bila bagian kecil janin prolaps
disamping bagian terendah janin.
5) Presentasi dahi : disebabkan oleh ekstensi parsial dari
kepala janin sehingga oksiput lebih tinggi dari sinsiput.
(Saifuddin, 2002)
d. Diagnosis
Menurut

Saifuddin

(2002)

dignosis

masing-masing

malpresentasi :
1) Presentasi bokong
a) Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen
b) Pemeriksaan abdominal : kepala teraba dibagian atas,
bokong pada daerah pelvis, auskultasi menunjukkan
bahwa djj lokasinya lebih tinggi.
c)

Pada pemeriksaan vaginal teraba bokong dengan atau


kaki serta walau ada mekonium masih normal.

2) Presentasi muka
a) Pemeriksaan abdominal : lekukan akan teraba antara
daerah oksiput dan punggung
b) Djj sejajar dengan bagian kecil janin
c) Pada pemeriksaan vaginal : muka dengan mudah teraba,
teraba mulut, dan bagian rahang mudah diraba, tulang

31

pipi, tulang orbita. Untuk membedakan mulut dan anus;


anus merupakan garis lurus dengan tuber ischii, mulut
merupakan segi tiga dengan prominen molar.
d) Kepala janin dalam keadaan defleksi maksimal
3) Presentasi rangkap
Prolaps ekstrimitas bersamaan dengan bagian terendah
janin (kepala/bokong)
4) Presentasi dahi
Diagnosa ditegakkan bila VT pada PAP meraba orbital ridge
dan ubun-ubun besar (Widjanarko, 2009)
e. Penanganan
1) Presentasi bokong
a) Bila tidak ada kontra indikasi, dapat dilakukan versi luar
pada usia kehamilan 36 minggu
b) Bila versi luar berhasil kontrol 1 minggu lagi dan dikelola
sebagai presentasi kepala
c) Pada

primigravida

dipertimbangkan

untuk

partus

pervaginam, dengan memperlihatkan ZA skor, partograf


WHO, kompetensi penolong
d) Pada multigravida, paersalinan pervaginam tergantung
kompetensi penolong
e) Persalinan pervaginam dianggap sukar atau berbahaya
bila ZA < 3

32

(FK UNRAM, 2008)


2) Presentasi majmuk
a) Persalinan spontan hanya

bisa terjadi bila janin kecil

atau mati dan maserasi


b) Lakukan koreksi dengan jalan knee chest position,
dorong bagian yang prolaps ke atas, dan pada saat
kontraksi masukkan kepala memasuki pelvis. Bila tidak
berhasil lakukan SC.
(Saifuddin, 2002)
3) Presentasi muka
a) Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses
persalinan

berlangsung

secara

normal,

persalinan

pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung


dengan wajar.
b) Observasi Detik Jantung Janin dilakukan dengan monitor
eksternal.
c) Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit,
maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa
harus dilakukan.
d) Usaha

untuk

merubah

presentasi

muka

menjadi

presentasi belakang kepala , pemutaran posisi dagu


posterior menjadi dagu anterior secara manual atau

33

dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi dalam era


obstetri modern tidak lagi dikerjakan.
(Widjonarko, 2009)
4) Presentasi dahi
Prinsip penatalaksanaan sama dengan pada presentasi
muka.
(Widjonarko, 2009)
3. Hubungan Kehamilan Kembar Dengan Malpresentasi Janin
Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion
lebih banyak daripada biasa, sehingga sering terjadi perubahan
presentasi dan posisi janin (Wiknjosastro, 2007)
Pada kasus malpresentasi oleh karena kehamilan kembar,
dapat dijumpai semua kemungkinan kombinasi komposisi janin.
Salah satu atau kedua janin mungkin memiliki presentasi kepala,
bokong, atau bahu. Presentasi paling sering saat ibu masuk ke
kamar bersalin adalah kepala-kepala, kepala-bokong, dan kepalalintang. Yang penting presentasi-presentasi ini, terutama selain
kepala-kepala, tidak stabil sebelum dan selama persalinan dan
kelahiran. Presentasi kombinasi, muka, alis, dan bokong kaki relatif
sering dijumpai terutama apabila janin cukup kecil, cairan amnion
berlabihan, atau paritas ibu tinggi (Cunningham, 2006).
Berbagai kombinasi letak, presentasi, dan posisi kehamilan
kembar yang paling sering dijumpai adalah :

34

a. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala-kepala


(44-47%)
b. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38%)
c. Keduanya presentasi bokong (8-10%)
d. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%)
e. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%)
f. Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%)
g. Letak dan persentase 69 adalah letak yang berbahaya, karena
dapat terjadi kunci-mengunci (interlocking).
(Mochtar, 1998)

Gambar: Jenis, letak dan presentasi kehamilan kembar.


(Sumber: manuaba, 2007)

Gambar: Mekanisme interlocking pada hamil kembar


(Sumber : Widjarnarko, 2009)

35

B. Kerangka Konsep

Faktor yang
mempngaruhi:
Hereditas
Umur
Paritas

Obat induksi
ovulasi

Tanpa
Penyulit

Pada ibu
APB
Preeklamsi
Eklamsi
Partus lama
HPP

Kehamilan
Kembar

Keturunan
Dengan
Penyulit
Faktor lain
Pada Janin
Malpresentasi
BBLR
KJDR
Asfeksia

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Sumber : Modifikasi Mocthar (1998), Hacker dan Moore (2001)

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSU Provinsi NTB lokasi penelitian ini
diambil dengan alasan dan pertimbangan sebagai berikut :
a. Tersedianya data kejadian kehamilan kembar Tahun 2009
b. Tersedianya data kejadian presentasi sungsang dan lintang
pada kehamilan tunggal pada tahun 2009
c. Belum Pernah dilakukan penelitian serupa di Ruang Bersalin
RSU Provinsi NTB .
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncana pada bulan Juni-Juli 2010
B. Desain Penelitian
Desain

penelitian merupakan

rancangan

penelitian

yang

disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk


dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitiannya

(Sastroasmoro, 2008).
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Case
Control yaitu rancangan penelitian yang membandingkan antara
kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi
kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan. Dari segi waktu

36

37

menggunakan rancangan penelitian retrospektif yaitu rancang bangun


dengan melihat kebelakang dari suatu kejadian (Hidayat, 2007)

C.

Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai
karakteristik tertentu ( Sastroasmara, 2008 ).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2007 dalam Azis Alimul, 2007)
Populasi

dalam

penelitian

ini

adalah

semua

kasus

komplikasi kehamilan dan persalinan yang terdapat dalam register


kasus ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Propinsi NTB pada
Tahun 2009 yang berjumlah 2622 kasus.
2. Sampel
Sampel adalah bagian ( subset ) dari populasi yang dipilih
dengan

cara

tertentu

hingga

dapat

mewakil

populasinya

( Sastroasmoro, 2008 ).
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Azis
Alimul, 2007)
a. Besar sampel
Sampel dalam penelitian ini dibagi dua jenis yaitu sampel
yang merupakan kasus dan sampel yang merupakan kontrol. Cara

38

pengambilan sampel untuk sampel kasus adalah total sampling


yaitu semua ibu hamil kembar yang bersalin selama tahun 2009
yaitu sebanyak 61 kasus. Sedangkan untuk sampel yang menjadi
kontrol digunakan perbandingan 1:1, sehingga jumlah sampel yang
menjadi kontrol sebanyak 61 kasus. Sampel kontrol diambil secara
acak dari keseluruhan kasus malpresentasi pada ibu hamil tunggal
yang terjadi selama tahun 2009 di Ruang Bersalin RSU Provinsi
NTB.
b. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi
a) Ibu dengan kehamilan kembar yang melahirkan di Ruang
Bersalin RSU Provinsi NTB Tahun 2009.
b) Ibu hamil kembar yamg bersalin dengan presentasi
normal
c) Ibu hamil kembar yang bersalin dengan malpresentasi
janin
d) Ibu dengan kehamilan kembar yang datanya tersedia
lengkap.
e) Ibu hamil tunggal yang bersalin dengan malpresentasi
janin (bokong dan lintang)
2) Kriteria eksklusi
Ibu dengan kehamilan kembar yang datanya tidak tersedia
lengkap.

39

D. Data Yang Dikumpulkan


Penelitian dilakukan dengan mengambil data yang terdapat
pada rekam medis di instalasi Rekam Medis (RM) RSU Provinsi NTB.
Data diperoleh dalam bentuk sekunder dengan cara mencatat apa
yang telah tertulis pada Rekam Medis. Dari rekam medis tersebut
dicatat :
1. Data tentang jumlah persalinan pada ibu dengan kehamilan kembar
yang tercatat di register Ruang Bersalin di RSU Provinsi NTB
selama tahun 2009.
2. Data tentang ibu hamil kembar yang bersalin dengan presentasi
normal (kepala-kepala)
3. Data tentang ibu hamil kembar yang bersalin dengan malpresentasi
4. Data tentang ibu hamil tunggal yang bersalin dengan malpresentasi
5.

Data tentang gambaran umum wilayah penelitian yaitu RSU


Provinsi NTB.

E. Cara Pengumpulan Data


1. Data tentang jumlah persalinan pada ibu dengan kehamilan kembar
dikumpulkan dengan cara penelusuran rekam medik.
2.

Data tentang ibu hamil kembar yang bersalin dengan


presentasi kepala-kepala dikumpulkan dengan cara penelusuran
rekam medik.

3.

Data tentang ibu hamil kembar yang bersalin dengan


malpresentasi dikumpulkan dengan cara penelusuran rekam medik.

40

4.

Data tentang ibu hamil tunggal yang bersalin dengan


malpresentasi (bokong dan lintang) dikumpulkan dengan cara
penelusuran rekam medik.

5.

Data tentang gambaran umum wilayah penelitian yaitu RSU


Provinsi NTB diperoleh dari buku Profil RSU Provinsi NTB tahun
2009.

F. Cara Pengolahan Data


1. Data tentang jumlah persalinan pada ibu dengan kehamilan
kembar

diolah

secara

deskriptif

dan

ditabulasi

dengan

menggunakan distribusi frekuensi.


2. Data tentang persalinan pada ibu dengan kehamilan kembar
berupa presentasi kepala-kepala diolah secara deskriptif dan
ditabulasi dengan menggunakan distribusi frekuensi
3. Data tentang hamil kembar yang bersalin dengan malpresentasi
janin yang terdiri dari :
a. Jumlah ibu dengan kehamilan kembar yang bersalin berupa
letak membujur presentasi kepala bokong.
b. Jumlah ibu dengan kehamilan kembar yang bersalin berupa
letak membujur keduanya presentasi bokong.
c. Jumlah ibu dengan kehamilan kembar yang bersalin berupa
letak lintang dan presentasi kepala.
d. Jumlah ibu dengan kehamilan kembar yang bersalin berupa
letak lintang dan presentasi bokong.

41

e. Jumlah ibu dengan kehamilan kembar yang bersalin berupa


dua-duanya letak lintang
f. Jumlah ibu dengan kehamilan kembar yang bersalin berupa
letak dan presentasi 69.
Diolah secara deskriptif dan ditabulasi dengan menggunakan
distribusi frekuensi
4. Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya adalah :
a. Editing
Yaitu memeriksa kembali kebenaran data tentang kehamilan
kembar

dan

kehamilan

tunggal

yang

bersalin

dengan

malpresentasi diperoleh selama tahun 2009 di rekam medik.


b. Coding
Yaitu memberikan code numeric (angka) terhadap data yang
terdiri atas

beberapa kategori yaitu hamil kembar dan tidak

hamil kembar serta presentasi normal dan malpresentasi.


c. Tabulasi
Yaitu memasukkan data yang telah di kumpulkan ke master
table atau data base computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana sebelum diolah ke dalam computer.
G. Analisis Data
Untuk membuktikan adanya hubungan kehamilan kembar dengan
malpresentasi dilakukan analisa data menggunakan uji Chi Square
versi 10,5 dengan 0,05.

H. Definisi Operasional
No Variabel
1
Independen:

Definisi Operasional

Cara Ukur

Kriteri hasil

Skala

42

Kehamilan

Kehamilan dua janin Rekam Medik

Hamil kembar

kembar

atau lebih.

Tidak

Nominal

hamil

kembar
2

Dependen:
Malpresentasi

Semua

presentasi Rekam Medik

(presentasi

janin selain verteks

bokong, bahu,

Malpresentasi

Presentasi
verteks

lintang,
interlocking)

PROPOSAL
HUBUNGAN KEHAMILAN KEMBAR DENGAN
KEJADIAN MALPRESENTASI JANIN
DI RUANG BERSALIN RSUP NTB
PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009

Nominal

43

Shohifatul Mawaddah
NIM. P07124007041

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MATARAM
JURUSAN KEBIDANAN
MATARAM
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Di pertahankan di depan Tim Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Mataram Jurusan Kebidanan dan
diterima untuk memenuhi salah satu syarat untuk enyelsaikan
program pendidikan diploma (DIII) Kesehatan jurusan
kebidanan tahun akademik 2009/2010

44

Mengesahkan

()

45

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Profil Dinas Kesehatan Propinsi NTB Tahun 2007.
Pemerintah Provinsi NTB. Mataram.
Anonim. 2009. Profil Kesehatan Indonesia
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

2008.

Departemen

Anonim. 2008. SPM Ilmu Obstetri Dan Ginekologi. FK UNRAM. NTB


Cunningham, FG. 2006. Obstetri Williams. EGC: Jakarta.
Doddy Ario dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan
Ginekologi. Rumah Sakit Umum Mataram. Mataram.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2007. Metode Penlitian kebidanan dan Teknik
Analisa Data. Salemba Medika. Jakarta.
Mochtar, Rustam Delfi Lutan. 1998. Sinopsis Obstetri (Obstetri fisiologi
dan patologi). EGC. Jakarta.
Notoatmodjo S. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku
Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Nonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Varney, Helen. 2007. Bukun Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. 2007
Walsh, LV. 2008. Bukun Ajar Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

46

Bambang Widjanarko 2009.


http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/kehamilan-kembar.html

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan Proposal
yang

berjudul

Hubungan

Kehamilan

Kembar

Dengan

Kejadian

Malpresentasi Janin di RSU Propinsi NTB Priode Januari 2009-Desember


2009 ini tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih penulis tunjukkan kepada kedua orang tua (ibu
dan bapak) tersayang, yang telah banyak memberikan bantuan baik moril
maupun materil. Selain itu pula, penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada :
1.

Bapak Ir. Muchtar Mukarim, M. Soc. Sc selaku Direktur


Poltekkes Mataram

2.

Ibu Rante Allo Sambara, SST, SH selaku Ketua Jurusan


Kebidanan

3.

Ibu Dra. Hj. Siti Whataniah, M. Repro selaku pembimbing


utama yang telah banyak memberikan petunjuk, koreksi serta saran
yang sangat bermanfaat dalam proposal ini.

4.

Ibu Syajaratuddur Faiqah, SSiT

selaku pembimbing

pendamping yang telah banyak memberikan petunjuk, koreksi serta


saran yang sangat bermanfaat dalam proposal ini.

47

5.

Ibu Yunita Marlianana, SST selaku wali kelas dan ibu


Imtihanatun Najahah, SST selaku dosen PA serta dosen-dosen
Jurusan

Kebidanan

Poltekkes

Mataram

yang

telah

banyak

membimbing dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada


penulis.

6.

Kak Muhtar tersayang terimakasih atas segalanya.

7.

Kak Bardan bersama istri, kak Fathur bersama istri, Dek


Nin, Najwa yang lucu dan keluargaku tercinta terimakasih atas
dukungannya.

8.

Murobbi ku Mb Fitri, Amd. Keb, ukhti Marlita, Nurhasanah,


Kartina, Rohmi, Nurul, Mustafid dan Aa Dodi terimakasih selalu
memberikan siraman rohani dan motivasi .

9.

Temen kos ku mb Menk dan keluarga di Narmada yang


selalu ihlas membantu.

10.

Kru Rental Datu (Spesial Mas Dan, Mas Sadri dan Mas
Ben) yang selalu membantu

11.

Teman-teman seperjuangan AKBID yang selalu sabar dan


tidak patah semangat, serta semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan dalam kelancaran penyusunan Proposal ini.
Penulis mengharapkan saran atau masukan dari berbagai pihak yang

sifatnya membangun untuk perbaikan Proposal ini.


Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kita semua

48

Mataram, Maret 2010

Penulis

Anda mungkin juga menyukai