Anda di halaman 1dari 4

1.

Plasenta
Plasenta merupakan organ ekstra corporal yang mengubungkan ibu dan janin serta
memiliki fungsi yang unik dan komplek. Kelainan plasenta akan mempengaruhi
kesejahteraan janin, kesehatan ibu, serta manajemen kehamilan, persalinan dan nifas.
Adanya kelainan implantasi plasenta pada waktu kehamilan awal harus disikapi dengan
bijaksana karena letak tersebut masih mungkin berubah dengan terbentuknya Sekmen
Bawah Uterus (SBU). Mulai kehamilan 28 minggu.
a. Embriologi plasenta
Plasenta berkembang dari khorion frondosum dan disedua basalis pada
kehamilan 8 minggu. Cakram khorion membentuk lapisan permukaan fetal plasenta
yang berbatasan dengan cairan amnion, sedangkan cakram basalis membentuk daerah
pembatas dengan dinding uterus. Kedua cakram tersebut bersatu di daerah tepi
plasenta.
Plasenta terdiri dari 2 komponen, yaitu : komponen maternal dan fetal.
Komponen maternal berasal dari endometrium, dan komponen fetal berasal dari
khorion yang terdiri dari cakram khorion dan villi khorialis. Villi khorialis berasal dari
cakram khorion yang mengadakan penonjolan kerongga intervilosa yang berisi darah
maternal. Komponen maternal dibentuk dari desidua basalis yang membentuk cakram
desidua.
Plasenta bagian fetal (khorion frondosum) tertanam di dalam bagian plasenta
maternal (desidua basalis) melalui lapisan sitotrofoblas dan jangkar villi khorialis
(ancoring villi) yang meluas dari cakra khorion menuju rongga intervilosa dan melekat
erat pada desidua basalis melalui lapisan sitotrofoblas.
b. Anatomi plasenta
Plasenta matur berbentuk bundar hingga discoid, dipisahkan oleh septa-septa
yang berasal dari villi khorialis. Septa-septa tersebut membagi plasenta atas 10-38
lobus yang berbentuk irregular, dan disebut sebagai kotiledon. Setiap kotiledon
mengandung 2 atau lebih batang utama villi khoriales (villous stems) dan cabang-
cabang kecil lainnya. Jaringan plasenta terdiri dari 58% struktur jaringan villi dan 42%
rongga intervillosa. Berat plasenta aterm sekitar 500 gram atau 1/6 berat bayi baru
lahir. Dengan luas permukaan daerah basal sekitar 200 cm2 dan ketebalan sekitar 10-
25 mm.
Biometri plasenta perlu dinilai, terdiri dari ketebalan dan diameternya. Pada
kehamilan normal plasenta bertambah tebal secara linear pada kehamilan15-37
minggu, setelah itu ketebalan plasenta sedikit berkurang hingga kehamilan 40 minggu.
Hoddick dkk (1985) mendapatkan ketebalan plasenta maksimum 3 cm hingga
kehamilan 20 minggu dan selanjutnya tidak melebihi 4-5 cm. dalam keadaan normal,
plasenta menempati sekitar 25% kavum uteri pada kehamilan 20 minggu, dan sekitar
12,5% pada kehamilan aterm.
Ketebalan plasenta diukur melalui dari permukaan cakram khorion hingga
perbatasan cakram basalis dan myometrium (lapisan mitabuch). Ada panduan
sederhana tentang ketebalan plasenta (rule of thumb) yaitu tebal plasenta dalam mili
meter sebanding dengan usia gestasi dalam minggu, misalnya tebal 20 mm sesuai
kehamilan 20 minggu.
Diameter rata-rata plasenta pada kehamilan 13-16 minggu adalah 70 mm dan
mencapai 220 mm pada akhir kehamilan.
c. Fisiologi Plasenta
Plasenta memiliki permukaan yang luas untuk terjadinya pertukaran sirkulasi ibu
dan janin. Darah yang berasal dari janin telah mengalami proses deoksigenasi, mengalir
melalui arteri umbilikalis menuju plasenta. Di daerah insersi umbilicus, arteri umbilikalis
membagi diri menjadi cabang-cabang kecil yang berjalan radial menuju cakram khorion
dan memasuki cabang utama villi khorialis.
Di dalam villi khorialis membentuk jaringan kapiler-kapiler yang banyak dan
kompleks sehingga memungkinkan terjadinya proses pengkayaan kembali darah aterial
tersebut dengan oksigen dan nutrient yang berasal dari ibu. Normalnya tidak terjadi
percampuran darah ibu dan janin. Selanjutnya darah yang telah diperkaya dengan oksigen
dan nutrient berjalan menuju vena-vena berdinding tipis yang ada di dalam villi khorialis
kemudian bersatu menjadi vena umbilikalis dan selanjutnya menuju janin melalui
umbilicus.
Darah dirongga intervillosa berasal dari ibu melalui system sirkulasi terbuka.
Sekitar 80-100 buah arteri spiralis memasuki rongga intervillosa sehingga aliran darah
dari ibu mudah memasukinnya. Aliran darah tersebut dipompakan secara berkala dan
darah yang masuk tersebut secara cepat menuju cakra khorion. Setelah menggapai atap
rongga intervillosa aliran darah melambat agar memungkinkan terjadinya pertukaran
oksigen dan nutrient yang efisien dan efektif. Selanjutnya darah ibu menuju vena-vena di
daerah desidua basalis (dasar rongga intervillosa) menuju vena pengumpulan di
endometrium dan kembali memasuki sirkulasi ibu. Diperlukan volume darah ibu yang
memadai agar kelangsungan hidup embrio dan janin dapar terjaga dengan sempurna.

d. Kelainan plasenta
1) Kelainan bentuk plasenta
Kelainan bentuk plasenta dapat meningkatkan atau tidak meningkatkan resiko
pada janin. Kelainan bentuk yang tidak meningkatkan resiko pada janin adalah
plasenta berbentuk seperti ginjal, seperti hati, atau seperti biskuit; plasenta berbentuk
bilobus atau berbentuk multi/lobus. Plasenta berbentuk bipartite atau tripartite,
plasenta sirkumpalata, plasenta membranasea, dan plasenta suksenturiata (lobus
aksesoris) meningkatkan resiko pada janin.
Pada plasenta sirkumvalata, insersi selaput amnion pada permukaan fetal
plasenta sehingga ada bagian plasenta yang tidak dilapisi amnion. Tempat insersi
seringkali ditandai oleh cekungan pada daerah plasenta. Daerah yang tidak dilapisi
selaput amnion cenderung mudah berdarah, biasanya berupa perdarahan bercak.
Kelainan ini berkaitan dengan tingginya kejadian pertumbuhan janin terhambat, dan
juga diduga berperan dalam terjadinya perdarahan antepartum.
Plasenta yang tebal (lebih dari persentil ke 90) seringkali berkaitan dengan
infeksi intrauterine, hidropsfetalis dan kehamilan ganda. Ketebalan plasenta tidak
berkaitan dengan usia ibu dan paritas.
2) Infark plasenta
Infark adalah jaringan putih keras berukuran kecil hingga beberapa cm, baik
pada permukaan maternal maupun pada permukaan fetal plasenta. Infark plasenta
terdapat hingga 25% plasenta aterm. Kebanyakan infark berbentuk kecil dan tidak
memiliki konsekuensi klinis. Infark yang luas pada trimester I dan II seringkali
disebabkan oleh penyakit vascular ibu. Kadangkala implantasi plasenta didekat
mioma uteri dapat menyebabkan terjadinya infark plasenta. Gambaran sonografis
tampak sebagai daerah hipoekoik (pada awal infark) hingga hiperekhoik (pada infark
lama) dengan ukuran bermacam-macam, dan daerah infark tersebut dapat bersatu.
a. Kelainan Plasenta (Sulaiman, 2014)
1) Plasenta fenestrata yaitu plasenta yang berlubang ditengah-tengahnya.
2) Plasenta bilobata yaitu plasenta yang terdiri dari 2 lobi.
3) Plasenta suksenturiata yaitu terdapat plasenta tambahan yang kecil, kejadian
hanya 3%.
4) Plasenta membranasea adalah plasenta yang lebar dan tipis meliputi hampir
seluruh permukaan korion. Serta menimbulkan perdarahan antepartum dan
memberikan kesulitan pada kala III karena sukar terlepas.
5) Plasenta sirkumvalata yaitu pada permukaan fetal dekat pinggir plasenta terdapat
cincin putih.
e. Penyakit Plasenta
Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat melakukan penukaran nutrisi melalui
perdarahan darah retorplasenter. Setiap gangguan yang terjadi dalam plasenta akan
memberikan dampak yang serius terhadap tumbuh kembangnya janin. Ukuran
plasenta yang besar dijumpai pada penyakit eritroblastosis fetalis, dan diabetes
melitus, sedangkan ukuran plasenta kecil dijumpai pada penyakit hipertensi
termasuk pre-eklamsia dan eklamsia.
1) Infark plasenta
Terjadinya pemandatan plasenta, nuduler dan keras, sehingga tidak berfungsi
dalam peetukaran nutrisi. Infark plasenta dapat terjadi pada bagian fetal atau
meternal dan atau keduanya. Infark plasenta disebabkan oleh infeksi pada
pembuluh darah arteri dalam bentuk pariartritis atau enertritis yang
menimbulkan nekrosis jaringan dan disertai bekuan darah’
Pada gangguan yang besar dapat menimbulkan kurangnya pertukaran nutrisi,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan plasenta dalam rahim,
keguguran, lahir prematur, lahir dengan berat badan rendah, dan kematian dalam
rahim. Infark terbagi menjadi 2 jenis: a) infark putih, terdapat pada bagian
maternal ditimbulkan oleh degenerasi trofoblast b) infark merah, akan menjadi
putih karena reorganisasi.
2) Kista plasenta
Terjadi karena pencairan korion, terdapat pada permukaan fetal plasenta dan
berisi cairan jernih kuning atau kadang-kadang kemerahan.
3) Tumor-tumor plasenta
Jenis-jenis tumor plasenta ialah korioangioma, mola hidatidosa dan
koriokarsinoma.
4) Radang plasenta
Dapat terjadi karena perjalanan infeksi desidua, misalnya oleh gonokokus atau
kuman lain; juga dapat terjadi pada partus lama.
5) Perkapuran plasenta
Pada permukaan maternal kadang-kadang terdapat tempat-tempat yang
mengalami perkapuran.
6) Edama plasenta
Terjadi pada hidrops fetalis dan pada gangguan peredaran darah dalam tali pusat.

Anda mungkin juga menyukai