1
PENDAHULUAN
2
TINJAUAN PUSTAKA
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Pada manusia
plasentasi terjadi 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dua minggu pertama perkembangan
hasil konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah
endometrium dan membentuk sinus intertrofoblastik darah yang dihancurkan.
Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga tebentuk ruangan-ruangan interviler dimana
vili korealis seolah-olah terapung-apung di antara ruangan-ruangan tersebut sampai
terbentuk plasenta1-2.
Tiga minggu pasca dimulai pembentukan vili korealis, Vili korealis ini akan
bertumbuh menjadi suatu masa jaringan yaitu plasenta. Lapisan desidua yang meliputi
hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut desidua kapsularis, yang terletak antara hasil
konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis disitu plasenta akan dibentuk. darah
ibu dan darah janin akan dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Plasenta demikian disebut dengan plasenta jenis hemokorial. Disini jelas tidak
ada pencampuran darah antara darah janin dan darah ibu . ada juga sel-sel desidua yang
tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan
fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan, plasenta terlepas
dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini1-2.
3
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah cavum uteri disebut desidua
kapsularis. Yang terletak di antara hasil konsepsi dan dinding uterus yang lain adalah
desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan
vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibroblast mesodermal tumbuh di
sektiar embrio. Dengan demikian, terbentuk chronic membrane yang kelak akan
menjadi korion. Selain itu, vili korialis yang berpankal pada korion. Sel-sel fibroblast
mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula bagian dalam fibroblast. Selain
itu vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-
cabang dengan baik. Di sini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan
dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh
ke arah kavum uteri sehingga lambat laun menghilang. Korion yang gundul ini disebut
korion leave1-2.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan
lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini
jelas tidak ada percampuran darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel desidua yang
tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan
fibrinoid yang disebut lapisan nitabuch. Ketika proses partus, plasenta akan terlepas dari
endometrium pada lapisan ini1-2.
4
2.2 Struktur dan Anatomi Plasenta
Pada kehamilan aterm panjang tali pusat sekitar 55-60 cm dengan diameter 2-
2,5 cm dan memiliki cukup banyak Wharton's jelly, tidak bersimpul dan tidak memiliki
thrombosis.Tali pusat yang normal memiliki dua arteri dan satu vena. Selaput plasenta
pada umumnya berwarna abu-abu, berkerut, licin dan tembus cahaya. Selaput dan
plasenta memiliki bau yang khas. Tali pusat berhubungan dengan plasenta, insersi tali
pusat apabila ditengah disebut insersio sentral, agak ke pinggir disebut insersi lateralis
dan apabila di tepi disebut insersimarginalis.
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal. Pada
bagian maternal, permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan mempunyai
struktur poligonal yang disebut sebagai kotiledon. Setiap kotiledon terbentuk
berdasarkan penyebaran cabang dari pembuluh darah fetal yang akan menvaskularisasi
stem vili dan cabang-cabangnya. Permukaan plasenta bagian maternal berwarna merah
tua dan terdapat sisa dari desidua basalis yang ikut tertempel keluar.5
Unit struktural dasar plasenta adalah vilus korionik. Vili proyeksi vaskular dari
jaringan janin yang dikelilingi oleh korion. Korion terdiri dari dua lapisan seluler:
5
syncytiotrophoblast luar yang bersentuhan langsung dengan darah maternal dalam ruang
intervillous, dan cytotrophoblast bagian dalam. Ruang intervili adalah hamparan
kavernosus besar yang mengekpansi ke dalam vili.2 Ketika vili matang, ada
pengurangan yang signifikan dari komponen sitotrofoblas sehingga pada suatu waktu,
hanya terdapat satu lapisan syncytiotrofoblas yang memisahkan sirkulasi maternaldan
endotel kapiler janin.3
Pasokan darah maternal ke rahim adalah melalui arteri uterina dan ovarium yang
membentuk arteri arcuata, dan dari arteri radial yang menembus miometrium. Arteri
radial kemudian membelah menjadi arteri spiral yang memasok ruang intervillous.
Tekanan yang dapat terukur sekitar 80-100 mm Hg di arteri uterus, 70 mm Hg di arteri
spiral dan hanya 10 mmHg dalam ruang intervillous. Dua arteri umbilikalis yang
muncul dari arteri iliaka internal janin membawa darah janin yang terdeoksigenasi
melalui tali pusat ke plasenta. Arteri umbilikalis terbagi menjadi arteri korionik dan
berakhir sebagai kapiler di dalam vili. Zat dalam darah maternal mengalir dari ruang
intervillous melalui syncytiotrophoblast, jaringan ikat janin, dan endotelium kapiler
janin ke dalam darah janin. Kapiler janin mengalir ke vena korionik yang bermuara.2
6
Aliran darah uterus maternal saat aterm adalah 600 ml min-1, 80% di antaranya
mengalir ke plasenta. Tidak ada autoregulasi dalam sirkulasi uteroplasenta dan oleh
karena itu aliran berhubungan langsung dengan tekanan perfusi uterus rata-rata dan
berbanding terbalik dengan resistensi pembuluh darah uterus. Aliran darah dalam
sirkulasi uteroplasenta akibatnya dapat dikurangi dengan hipotensi maternal dan
peningkatan tekanan uterus selama kontraksi uterus. Karena arteri uteroplasenta
mengandung reseptor α-adrenergik, stimulasi simpatik (mis. Dengan obat vasopresor)
dapat menyebabkan vasokonstriksi arteri uterina.2-3
Faktor yang menentukan tempat nidasi dari blastokis yang nantinya akan
berkembang menjadi plasenta masih belum dapat dipastikan. Pada umumnya nidasi
terletak dibagian atas dari uterus, akan tetapi implantasi yang abnormal mungkin dapat
terjadi dan dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan, misalnya pada plasenta
previa yang dapat menyebabkan malpresentasi janin. Perubahan letak plasenta selama
masa kehamilan atau biasa disebut ―dynamic placentation‖ dapat terjadi
akibat perubahan uterus selama masa kehamilan sehingga dapat merubah bentuk dan
posisi dari plasenta. Sebanyak 77% kasus dari plasenta dengan nidasi dibagian segmen
bawah rahim dapat berpindah ke atas, sedangkan sebanyak 68% kasus dari plasenta
dengan letak dibagian fundus dapat bergeser kebawah seiring bertambahnya usia
kehamilan2-3.
d. Panjang tali pusat, diukur mulai dari insersi dari sisi bayi hingga akhir pada
insersi di plasenta
Penelitian di 12 Rumah Sakit di Amerika Serikat tentang faktor risiko ibu (umur,
pengetahuan,pendapatan, perokok atau tidak dan anemia ) terhadap pertumbuhan
plasenta,dengan pertumbuhan ketebalan plasenta serta area chorionic plasenta,
ditemukan 21.5 % dari 34.345 ibu hamil dan lebih memungkinkan akan mengalami
hipertropik plasenta yang akan mempengaruhi morfometri plasenta
8
2.5 Fungsi Plasenta
Paru-paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas saat berada dalam rahim,
sehingga plasenta memiliki peran sepenuhnya untuk transfer oksigen dan karbon
dioksida dari dan ke janin yang sedang berkembang.
Oksigen adalah molekul nonpolar kecil yang siap melintasi plasenta dengan
mekanisme difusi pasif. Transfer oksigen terutama tergantung pada gradien tekanan
parsial oksigen antara darah maternal di ruang intervillous dan darah janin di arteri
umbilikalis. Transfer oksigen ke janin ditingkatkan oleh efek Bohr. Pada sirkulasi darah
feto-maternal, darah maternal mengambil karbon dioksida dan menjadi lebih asam. Hal
ini menyebabkan pergeseran ke kanan dari kurva disosiasi oksihemoglobin maternal
yang menyebabkan pelepasan oksigen ke janin. Pada saat yang sama, darah janin
melepaskan karbon dioksida dan menjadi lebih alkalotik. Hal ini mengarah ke
pergeseran kurva janin ke kiri, menyebabkan pengambilan oksigen oleh janin.
Fenomena ini disebut 'Efek Bohr Ganda'. Pemindahan oksigen dari maternal ke fetus
juga dimediasi oleh hemoglobin janin yang menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin
janin lebih jauh ke kiri.1
Karbon dioksida juga melintasi plasenta dengan mudah melalui difusi pasif.
Pemindahannya dari janin ke maternal terutama bergantung pada gradien tekanan
parsial untuk karbon dioksida antara darah janin di arteri umbilical dan darah maternal
di ruang intervillous (1,8 kPa).
Transfer karbon dioksida dari janin ke maternal difasilitasi oleh efek Haldane
(peningkatan kapasitas darah terdeoksigenasi untuk membawa karbon dioksida
dibandingkan dengan darah teroksigenasi). Ketika darah maternal melepaskan oksigen
(menghasilkan deoksihaemoglobin), ia mampu membawa lebih banyak karbon dioksida.
Pada saat yang sama, ketika darah janin mengambil oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin, ia mengurangi afinitas terhadap karbon dioksida dan karenanya
melepaskan karbon dioksida ke maternal. Kombinasi dari dua peristiwa ini disebut 'Efek
Haldane Ganda'.1
9
2.5.2 Transfer Metabolik
a. Glukosa
Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui metode
transfer aktif yang melibatkan proses enzimatik. Nutrien yang kompleks akan dipecah
menjadi komponen sederhana sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi ulang
pada villi chorialis janin. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi pertumbuhan janin
(90%), 10% sisanya diperoleh dari asam amino. Jumlah glukosa yang mengalami
transfer meningkat setelah minggu ke 30. Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa
kira-kira 10 gram per kilogram berat janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi
glikogen dan lemak. Janin tergantung pada pengambilan glukosa dari sirkulasi maternal
di seluruh plasenta oleh transporter glukosa dari GLUT. Janin memiliki kemampuan
yang sangat kecil dalam glukoneogenesis, sehingga glukosa maternal menjadi sumber
energy utama bagi janin. Difusi glukosa pasif di seluruh plasenta tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan janin dan oleh karena itu diperlukan difusi terfasilitasi dengan
menggunakan berbagai transporter glukosa.4,5
10
menunjukkan bahwa GLUT3 dapat berperan dalam penyerapan glukosa di awal
kehamilan. GLUT3 hanya terdeteksi pada membran microvillus tetapi tidak pada
membran plasma basal dari syncytiotrophoblast 4,5
b. Asam amino
Asam amino untuk sintesis protein janin ditransfer dari maternal ke janin dengan
transport aktif. Ada beberapa protein transporter khusus untuk asam amino anionik,
kationik, dan netral. Banyak dari protein ini menjadi co-transport asam amino dengan
natrium: pengangkutan natrium ke bawah konsentrasi gradiennya dapat menyeret asam
amino ke dalam sel.4,5
c. Asam lemak
Asam lemak penting untuk sintesis senyawa yang terlibat dalam pensinyalan sel
(mis. Prostaglandin dan leukotrien), dan untuk produksi fosfolipid janin, membran
biologis, dan mielin. Lipoprotein lipase, enzim yang memecah lipoprotein menjadi asam
lemak bebas, terletak di permukaan maternal plasenta.4 Asam lemak bebas dan gliserol
ditransfer dari maternal ke janin terutama dengan difusi sederhana, namun ada juga
yang menggunakan protein pengikat asam lemak.4,5
Barier plasenta manusia terdiri dari satu lapisan trofoblas syncytial. Molekul
utama glukosa, asam amino, dan asam lemak diambil dari darah maternal (ruang
ekstravilous) oleh sistem transporter spesifik dan dilepaskan pada membran sel basal ke
kompartemen janin. Transpor glukosa berjalan menuju gradien konsentrasi, sedangkan
transfer asam amino merupakan proses aktif melawan gradien konsentrasi. Asam le mak
dapat berdifusi di sepanjang gradien konsentrasi tetapi juga dapat diambil oleh sistem
transporter dan ditranslokasi ke membran plasma dengan bantuan protein pengikat asam
lemak (FABP). 4
11
Gambar 4. Transport nutrisi melalui barier plasenta (lapisan trofoblas
syncytial). Terdapat banyak kategori transporter namun hanya transporter yang paling
penting yang ditunjukkan dalam gambar, seperti: GLUT1, GLUT3, untuk glukosa;
SNAT1-4, CAT1, 2, 4, dan LAT1, −2 untuk transportasi asam amino; untuk asam lemak
FAT / CD36, FATP, dan protein pengikat lemak FABPpm dan FABP.
Ion natrium dan klorida sebagian besar ditransfer melintasi plasenta melalui
difusi pasif, walaupun transpor aktif dapat juga berperan. Ion kalsium, zat besi, dan
vitamin ditransfer oleh transportasi aktif buatan. Air bergerak dengan difusi sederhana
sesuai dengan gradien tekanan hidrostatik dan osmotik. Protein saluran air tertentu
dalam trofoblas dapat membantu perjalanannya.6
HCG adalah salah satu hormon dalam kehamilan yang paling penting. HCG
merupakan glikoprotein dan terdiri dari dua subunit yang tidak terkait secara kovalen,
subunit α dan β: α dibagi oleh semuanya, sedangkan subunit β adalah karakteristik dari
masing-masing hormon. Subunit HCG β dikodekan oleh sekelompok gen yang terletak
pada kromosom 19. Oleh karena itu, HCG adalah protein heterodimer yang terutama
disintesis oleh syncytiotrophoblast. mRNA HCG terdeteksi pada tahap embrio enam
hingga delapan, sehingga embrio manusia mulai memproduksi hormon ini sebelum
12
implantasi. Dari hari ke 8 setelah pembuahan, HCG dapat dideteksi dalam serum ibu,
dan levelnya memuncak pada minggu ke 10 kehamilan, kemudian menurun perlahan
hingga akhir kehamilan. Deteksi beta-HCG dalam darah dan urin umumnya digunakan
sebagai tes kehamilan, karena hampir secara eksklusif diproduksi selama kehamilan
(meskipun beberapa tipe sel tumor juga dapat mengeluarkan hormon ini).6
Progesteron
Estrogen
Estrogen memiliki beberapa peran selama kehamilan, dan efeknya secara klasik
dimediasi oleh aktivasi reseptor estrogen, ERα dan ERβ. Estrogen juga dapat
13
mengaktifkan reseptor estrogen terkait membran, mengerahkan tindakan nongenomik
yang meliputi mobilisasi Ca2+ intraseluler, aktivasi adenylyl cyclase dan mengakibatkan
peningkatan level cAMP dan aktivasi MAPK. Dalam plasenta, ekspresi ERα sebagian
besar terbatas pada sitotrofoblas sedangkan ERβ lebih diekspresikan dalam
syncytiotrophoblast.
Estriol adalah estrogen yang lemah dan estrogen yang paling banyak dalam
urin. Tampaknya, fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan aliran darah
uteroplasenta. Namun, estrogen, juga dapat menginduksi kontraksi sel miometrium
manusia yang terisolasi dengan meningkatkan ekspresi koneksin-43, yang menunjukkan
steroid ini meningkatkan komunikasi junction gap di miometrium dan berperan dalam
inisiasi persalinan. Hal ini juga disintesis dalam plasenta oleh aromatase dari 16a-
hidroksi-dehidroepiandrosteron sulfat.
Estradiol adalah estrogen yang paling banyak ditemukan sepanjang kehamilan dan
memiliki peran yang berbeda. Estrogen ini mendorong implantasi embrio, karena
merangsang pertumbuhan dan diferensiasi endometrium. Dalam kultur eksplan
endometrium manusia, estrogen memodulasi ekspresi beberapa gen yang berpartisipasi
dalam pematangan dan diferensiasi endometrium.
14
payudara maternal untuk produksi ASI.6 HPL mengubah maternal dari pengguna
karbohidrat menjadi pengguna asam lemak, sehingga menghemat glukosa untuk janin.
Meskipun sebagian besar protein terlalu besar untuk melewati barier plasenta,
antibodi IgG maternal dapat berpindah dari maternal ke janin dengan pinositosis untuk
memberikan kekebalan pasif dalam beberapa bulan pertama kehidupan.
Syncytiotrophoblast memiliki reseptor untuk fragmen Fc dari IgG; IgG yang terikat
kemudian endositosis menjadi vesikel sebelum dilepaskan secara eksositosis ke dalam
darah janin.2 Pemindahan ini dimulai pada awal kehamilan dan meningkat secara
eksponensial pada trimester ketiga.7 Namun demikian, antibodi yang menyebabkan
gangguan autoimun maternal (mis. myasthenia gravis) juga dapat melintasi plasenta dan
mempengaruhi janin.2
Infeksi ibu dan janin merupakan penyebab penting mortalitas dan morbiditas
selama kehamilan. Karena sistem kekebalan yang belum berkembang pada janin dan
bayi baru lahir, perlindungan kekebalan diberikan selama kehamilan dan tergantung
pada pasokan ibu-ke-janin dari antibodi ibu, yang diambil dari darah ibu untuk
dilepaskan ke sirkulasi darah janin. Transmisi antibodi ini ke jaringan janin tampaknya
terbatas pada IgG dan subkelasnya. Transmisi janin dengan semua subkelas IgG
memiliki peran penting dalam kehamilan untuk memberikan kekebalan pasif bagi
15
kelangsungan hidup ekstra- uterin dan pertahanan neonatal terhadap infeksi.7
16
Transmisi plasenta dari antibodi maternal (IgGs) ke dalam sirkulasi darah janin
membutuhkan transfer melintasi berbagai lapisan sel termasuk syncytiotrophoblast vili,
stroma dan sel-sel endotel kapiler janin di dalam jaringan vili. Sejumlah penelitian ex
vivo yang berbeda dilakukan pada plasenta manusia untuk mempelajari mekanisme
transpor antibodi. Selain perkembangan yang cepat dari pengetahuan dalam biologi
molekuler, kemajuan teknologi yang lebih baru di bidang histokimia memungkinkan
alokasi yang lebih tepat dari berbagai antibodi dan reseptornya untuk struktur subseluler
yang ditentukan. Berbagai subtipe FcR dan isoform masing-masing secara berbeda
diekspresikan dalam berbagai komponen jaringan plasenta manusia dan memainkan
peran yang berbeda dalam transfer IgG dari ibu ke janin. Reseptor Fc neonatal
(Neonatal Fc Receptor,FcRn) diidentifikasi sebagai mRNA dan protein dalam
syncytiotrophoblast plasenta manusia, secara umum diterima bahwa FcRn memediasi
pengambilan IgG pada permukaan syncytiotrophoblast plasenta manusia. Pembentukan
endosom setelah pengikatan IgG ke FcRn melindungi transfer IgG tanpa degradasi
melintasi plasenta ke arah ibu-ke-janin.1
Gambar 6. Mekanisme transportasi aktif IgG dari ibu-ke-janin. FcRn pada antarmuka
ibu- plasenta (syncytiotrophoblast) mengikat IgG dari sirkulasi darah ibu dengan cara
yang bergantung pada pH, mengangkut melalui lapisan sel jaringan plasenta melalui
transcytosis, dan melepaskan IgG yang terikat pada sirkulasi darah janin. FcRn:
Reseptor Fc neonatal.
17
2.5.5. Fungsi Transfer Obat
Hampir semua obat pada akhirnya akan melewati plasenta dan mencapai janin.
Jika dilihat dari sifatnya terdapat tiga jenis transfer obat lintas plasenta, yakni: 8
Obat yang mengalami perpindahan total (mis. Thiopental) akan dengan cepat
melintasi plasenta dengan konsentrasi yang secara farmakologis seimbang dalam darah
maternal dan janin.
Obat-obatan ini melintasi plasenta untuk mencapai konsentrasi yang lebih besar
pada janin dibandingkan dengan darah maternal. Contoh obat dalam golongan ini adalah
ketamin.
18
Gambar 7. Diagram diatas menunjukkan mekanisme transfer obat melalui plasenta (A,
difusi sederhana; B, difusi terfasilitasi oleh karier; C, transpor aktif menggunakan
ATP; D, pinositosis; BM, membran basal dari syncytiotrophoblast; MVM, membran
mikro dari syncytiotrophoblast) 4
Obat yang berjalan melalui siklus fetal-maternal dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti:
1. Faktor fisik:
Ketebalan plasenta
Metabolisme plasenta
2. Faktor farmakologis:
Kelarutan lemak
19
pKa
Ikatan protein
Namun, transfer obat transplasenta ini juga dapat menyebabkan efek yang
merugikan pada janin, termasuk teratogenisitas atau gangguan pertumbuhan serta
perkembangan janin. Risiko terbesar efek samping obat pada janin selama
organogenesis terjadi pada trimester pertama. Efek obat pada janin dapat langsung atau
dapat dimediasi melalui perubahan aliran darah uteroplasenta .
20
2.5.6. Fungsi Proteksi
Plasenta dapat berfungsi untuk melindungi janin dari xenobiotik tertentu yang
dapat beredar dalam darah maternal. Banyak molekul xenobiotik kecil dapat melintasi
plasenta dengan difusi sederhana melalui rute transelular atau paraseluler. Sebagai
alternatif, beberapa xenobiotik dapat diangkut melintasi plasenta oleh satu atau lebih
dari sejumlah besar sistem transportasi plasenta, banyak di antaranya tidak sepenuhnya
spesifik untuk molekul yang diangkut secara endogen. Namun, ada sejumlah fitur
pelindung plasenta manusia, yang dapat membantu mengurangi transfer zat yang
berpotensi bahaya melalui plasenta. Fitur-fitur ini termasuk pompa ekspor di membran
dari syncytiotrophoblast yang menghadap ke maternal, protein resistensi multi-obat 1
(multidrug resistance protein 1, MDR1), beberapa anggota keluarga protein yang terkait
dengan resistensi multi-obat (multidrug resistance-associated protein, MRP), protein
pengikat ATP spesifik-plasenta (ATP-binding cassette proteins, ABCP), protein
resistensi kanker payudara (breast cancer resistance protein, BCRP) dan protein terkait
resistensi mitoxantrone (mitoxantrone resistance- associated protein, MXR).9 Selain
itu, plasenta mengandung sejumlah enzim sitokrom P450 yang dapat memetabolisme
obat dan xenobiotik lainnya, bersama dengan fase I dan fase II lainnya enzim
xenobiotik-metabolisme.10 Namun, meskipun plasenta dapat membantu mengurangi
paparan janin terhadap beberapa zat xenobiotik, ada banyak yang dapat melewati
plasenta dan memiliki efek teratogenik, termasuk alkohol, thalidomide, banyak
antikonvulsan, litium, warfarin, isotretinoin dan banyak lainnya.10
Meskipun sebagian besar protein tidak mudah melewati plasenta, beberapa dapat
melintasi plasenta dengan pinositosis, termasuk antibodi maternal terutama dari kelas
immunoglobulin G. Antibodi semacam itu membantu memberikan kekebalan pasif pada
bayi yang baru lahir. Ada banyak perdebatan tentang bagaimana jaringan trofoblas
plasenta manusia bertahan dalam penolakan imunologis dari imunitas maternal yang ada
di desidua uterus.11
21
diperkirakan sekitar 1,5-2% kehamilan pada maternal yang HIV-positif dapat terjadi
transfer HIV transplasental, misalnya melalui pengikatan HIV pada lektin yang
diekspresikan oleh plasenta dengan penyerapan virus selanjutnya.12 Virus lain yang
dapat menginfeksi janin termasuk virus cytomegalovirus, rubella, polio, varicella,
variola dan coxsackie. Bakteri yang menyebabkan sifilis juga dapat ditularkan melintasi
plasenta, seperti halnya parasit protozoa yang menyebabkan toksoplasmosis.13
Fungsi penting dari plasenta manusia adalah untuk melindungi janin dari zat
berbahaya dalam darah maternal, seperti glukokortikoid atau racun. Protein transporter
terikat membran plasenta, yang dikenal sebagai protein resistensi multidrug, melindungi
janin dengan mengembalikan bahan yang tidak diinginkan ke sirkulasi maternal. Sebuah
studi dalam The American Journal of Pathology melaporkan bahwa infeksi bakteri dan
virus secara berbeda mempengaruhi protein transporter ini pada awal dan akhir
kehamilan, menunjukkan mekanisme potensial yang mendasari komplikasi kehamilan
terkait infeksi seperti persalinan prematur dan kerusakan otak janin.14
Singkatnya, plasenta adalah hubungan fisik dan fungsional antara maternal dan
janin yang sedang berkembang. Di dalam plasenta, pertumbuhan dan fungsi diatur dan
dikoordinasikan dengan tepat untuk memastikan pertukaran nutrisi dan produk sisa
antara sistem peredaran darah maternal dan janin berjalan dengan efisien. Plasenta juga
terkait erat dengan fungsi proteksi terhadap janin.14
22
KESIMPULAN
Plasenta adalah organ sementara berbentuk cakram, yang terdiri dari dua
komponen: plasenta fetus yang berkembang dari blastokista yang sama yang
membentuk janin, dan plasenta maternal yang berkembang dari jaringan uterus
maternal. Organ ini menyediakan interaksi antara ibu dengan janin, selama kehamilan,
dan dikeluarkan dari tubuh saat persalinan. Unit struktural dasar plasenta adalah vilus
korionik, yang merupakan proyeksi vaskular dari jaringan janin yang dikelilingi oleh
korion, suatu jaringan yang terdiri dari dua lapisan seluler: syncytiotrophoblast dan
cytotrophoblast.
23
secara klasik dimediasi oleh aktivasi reseptor estrogen, ERα dan ERβ, human placental
lactogen yang berperan dalam produksi surfaktan paru janin dan sintesis hormon
adrenokortikotrofik serta membantu perkembangan payudara maternal untuk produksi
ASI, dan human growth hormone yang merangsang glukoneogenesis dan lipolisis
maternal.
Selain semua fungsi diatas plasenta juga memiliki peran penting dalam
melindungi janin dari xenobiotik tertentu yang dapat beredar dalam darah maternal. Hal
ini terjadi karena adanya barier pada plasenta sehingga beberapa bakteri, protozoa, dan
sejumlah virus tidak dapat masuk ke sirkulasi janin. Selain itu plasenta juga dapat
melindungi janin dari glukokortikoid atau racun tertentu melalui protein transporter
terikat membran plasenta, yang dikenal sebagai protein resistensi multidrug.
Singkatnya, plasenta merupakan terminal hubungan fisik dan fungsional antara maternal
dan janin, dimana didalamnya terdapat koordinasi untuk memastikan pertukaran zat-zat
pada sirkulasi feto-maternal berjalan dengan baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Moore KL, Persaud TVN. The placenta and fetal membranes. The Developing
Human: Clinically Oriented Embryology. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc.,
2008; 110–44
2. Power I, Kam P. Maternal and neonatal physiology. In: Principles of Physiology for
the Anaesthetist. London: Arnold, 2011; 345 –64
4. Desforges M, Sibley CP. Placental nutrient supply and fetal growth. Int J Dev Biol
2010; 54: 377–90
5. Knipp GT, Audu KL, Soares MJ. Nutrient transport across the placenta. Adv Drug
Deliv Rev 1999; 38: 41–58
6. Gude NM, Roberts CT, Kalionis B, King RG. Growth and function of the normal
human placenta. Thromb Res 2004; 114: 397–407
8. Pacifici GM, Nottoli R. Placental transfer of drugs administered to the mother. Clin
Pharmacokinet 1995; 28: 235– 69
9. Marin JJG, Macias RIR, Serrano MA. The hepatobiliary-like excretory function of
the placenta. A review. Placenta 2003;24:431—8.
10. Pasanen M. The expression and regulation of drug metabolism in human placenta.
Adv Drug Deliv Rev 1999;38:81—97.
25
Placenta 2004;25:1—8.
12. Soilleux EJ, Coleman N. Transplacental transmission of HIV: a potential role for
HIV binding lectins. Int J Biochem Cell Biol 2003;35:283—7.
13. Arechavaleta-Velasco F, Koi H, Strauss III J.F, Parry S. Viral infection of the
trophoblast: time to take a serious look at its role in abnormal implantation and
placentation? J Reprod Immunol 2002;55:113—21.
14. Gude NM, Roberts CT, Kalionis B, King RG. Growth and function of the normal
human placenta. Thrombosis Research. 2004;114(5-6):397–407
15. Guttmacher AE, Maddox YT, Spong CY. The human placenta project : placental
structure, development, and function in real time. 2014
16. Roberts RM, Green JA, Schulz LC. The evolution of the placenta. 2016
26