Anda di halaman 1dari 26

Referat

Cell Free Plasenta MRNA

1
PENDAHULUAN

Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan janin


yang sedang berkembang melalui tali pusat ke dinding rahim untuk
memungkinkan transfer nutrisi, termoregulasi, pembuangan produk
metabolisme, dan pertukaran gas melalui aliran darah maternal; untuk
melawan infeksi internal; dan untuk menghasilkan hormon tertentu. Kata
plasenta berasal dari bahasa Latin jenis kue, dari bahasa Yunani plakóenta
/ plakoúnta, akusatif plakóeis / plakoús, "flat, slab- like‖ (datar, seperti
lempengan) berdasarkan bentuknya yang bulat dan datar.1,2

Plasenta merupakan organ janin dengan dua komponen: plasenta


fetus (Chorion frondosum), yang berkembang dari blastokista yang sama
yang membentuk janin, dan plasenta maternal (Decidua basalis), yang
berkembang dari jaringan uterus maternal. Organ ini dikeluarkan dari
tubuh saat janin lahir. Unit struktural dasar plasenta adalah vilus korionik.
Vili merupakan proyeksi vaskular dari jaringan janin yang dikelilingi oleh
korion, suatu jaringan yang terdiri dari dua lapisan seluler:
syncytiotrophoblast dan cytotrophoblast.1,2,3

Secara umum plasenta berfungsi sebagai pertukaran gas (contoh:


oksigen dan karbon dioksida), transfer metabolik (contoh: glukosa, asam
amino, asam lemak, elektrolit, vitamin, air), fungsi endokrin (contoh:
Human chorionic gonadotropin (HCG), Human placental lactogen
(HPL), estrogen, progesteron), fungsi imunologis, transfer obat, serta
fungsi proteksi janin terhadap xenobiotik tertentu. 2,3,4

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembentukan Plasenta

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Pada manusia
plasentasi terjadi 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dua minggu pertama perkembangan
hasil konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah
endometrium dan membentuk sinus intertrofoblastik darah yang dihancurkan.
Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga tebentuk ruangan-ruangan interviler dimana
vili korealis seolah-olah terapung-apung di antara ruangan-ruangan tersebut sampai
terbentuk plasenta1-2.

Gambar 1. Perkembangan Plasenta

Tiga minggu pasca dimulai pembentukan vili korealis, Vili korealis ini akan
bertumbuh menjadi suatu masa jaringan yaitu plasenta. Lapisan desidua yang meliputi
hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut desidua kapsularis, yang terletak antara hasil
konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis disitu plasenta akan dibentuk. darah
ibu dan darah janin akan dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Plasenta demikian disebut dengan plasenta jenis hemokorial. Disini jelas tidak
ada pencampuran darah antara darah janin dan darah ibu . ada juga sel-sel desidua yang
tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan
fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan, plasenta terlepas
dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini1-2.

3
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah cavum uteri disebut desidua
kapsularis. Yang terletak di antara hasil konsepsi dan dinding uterus yang lain adalah
desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan
vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibroblast mesodermal tumbuh di
sektiar embrio. Dengan demikian, terbentuk chronic membrane yang kelak akan
menjadi korion. Selain itu, vili korialis yang berpankal pada korion. Sel-sel fibroblast
mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula bagian dalam fibroblast. Selain
itu vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-
cabang dengan baik. Di sini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan
dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh
ke arah kavum uteri sehingga lambat laun menghilang. Korion yang gundul ini disebut
korion leave1-2.

Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan
lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini
jelas tidak ada percampuran darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel desidua yang
tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan
fibrinoid yang disebut lapisan nitabuch. Ketika proses partus, plasenta akan terlepas dari
endometrium pada lapisan ini1-2.

Gambar 2. Pembentukan Spiral Artery

4
2.2 Struktur dan Anatomi Plasenta

Istilah plasenta mulai diperkenalkan pada zaman Renaissance oleh Realdus


Columbus pada tahun 1559. Plasenta diambil dari istilah Latin yang memberi arti flat
―cake‖. Plasenta adalah organ berbentuk cakram yang menyediakan satu-
satunya hubungan fisik antara maternal dan fetus. Selama kehamilan, plasenta tumbuh
untuk memberikan area permukaan yang semakin besar untuk pertukaran fetal-
maternal. Pada saat aterm, plasenta memiliki berat hampir 500 g, diameter 15-20 cm,
dan ketebalan 2-3 cm. Plasenta terdiri dari dua sisi yaitu sisi maternal terdiri dari desisua
kompakta yang terdiri dari beberapa lobus dan kotiledon, sisi dimana plasenta
berwarna merah gelap dan terbagi-bagi dalam lobula dan kotiledon yang berjumlah
antara 15-20. Darah ibu mengalir di seluruh plasenta diperkirakan meningkat dari 300
ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40
minggu. Sedangkan sisi fetal yaitu bagian permukaan yang mengkilap, berwarna keabu-
abuan dan seperti tembus cahaya sehingga nampak jaringan pada sisi maternal, teridiri
dari korion frotundum dan villi.1

Pada kehamilan aterm panjang tali pusat sekitar 55-60 cm dengan diameter 2-
2,5 cm dan memiliki cukup banyak Wharton's jelly, tidak bersimpul dan tidak memiliki
thrombosis.Tali pusat yang normal memiliki dua arteri dan satu vena. Selaput plasenta
pada umumnya berwarna abu-abu, berkerut, licin dan tembus cahaya. Selaput dan
plasenta memiliki bau yang khas. Tali pusat berhubungan dengan plasenta, insersi tali
pusat apabila ditengah disebut insersio sentral, agak ke pinggir disebut insersi lateralis
dan apabila di tepi disebut insersimarginalis.

Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal. Pada
bagian maternal, permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan mempunyai
struktur poligonal yang disebut sebagai kotiledon. Setiap kotiledon terbentuk
berdasarkan penyebaran cabang dari pembuluh darah fetal yang akan menvaskularisasi
stem vili dan cabang-cabangnya. Permukaan plasenta bagian maternal berwarna merah
tua dan terdapat sisa dari desidua basalis yang ikut tertempel keluar.5

Unit struktural dasar plasenta adalah vilus korionik. Vili proyeksi vaskular dari
jaringan janin yang dikelilingi oleh korion. Korion terdiri dari dua lapisan seluler:

5
syncytiotrophoblast luar yang bersentuhan langsung dengan darah maternal dalam ruang
intervillous, dan cytotrophoblast bagian dalam. Ruang intervili adalah hamparan
kavernosus besar yang mengekpansi ke dalam vili.2 Ketika vili matang, ada
pengurangan yang signifikan dari komponen sitotrofoblas sehingga pada suatu waktu,
hanya terdapat satu lapisan syncytiotrofoblas yang memisahkan sirkulasi maternaldan
endotel kapiler janin.3

Pasokan darah maternal ke rahim adalah melalui arteri uterina dan ovarium yang
membentuk arteri arcuata, dan dari arteri radial yang menembus miometrium. Arteri
radial kemudian membelah menjadi arteri spiral yang memasok ruang intervillous.
Tekanan yang dapat terukur sekitar 80-100 mm Hg di arteri uterus, 70 mm Hg di arteri
spiral dan hanya 10 mmHg dalam ruang intervillous. Dua arteri umbilikalis yang
muncul dari arteri iliaka internal janin membawa darah janin yang terdeoksigenasi
melalui tali pusat ke plasenta. Arteri umbilikalis terbagi menjadi arteri korionik dan
berakhir sebagai kapiler di dalam vili. Zat dalam darah maternal mengalir dari ruang
intervillous melalui syncytiotrophoblast, jaringan ikat janin, dan endotelium kapiler
janin ke dalam darah janin. Kapiler janin mengalir ke vena korionik yang bermuara.2

Gambar 3. Gambar skematik dari potongan melintang dari plasenta

6
Aliran darah uterus maternal saat aterm adalah 600 ml min-1, 80% di antaranya
mengalir ke plasenta. Tidak ada autoregulasi dalam sirkulasi uteroplasenta dan oleh
karena itu aliran berhubungan langsung dengan tekanan perfusi uterus rata-rata dan
berbanding terbalik dengan resistensi pembuluh darah uterus. Aliran darah dalam
sirkulasi uteroplasenta akibatnya dapat dikurangi dengan hipotensi maternal dan
peningkatan tekanan uterus selama kontraksi uterus. Karena arteri uteroplasenta
mengandung reseptor α-adrenergik, stimulasi simpatik (mis. Dengan obat vasopresor)
dapat menyebabkan vasokonstriksi arteri uterina.2-3

2.3 Kelainan Yang Dapat Terjadi Pada Plasenta

Faktor yang menentukan tempat nidasi dari blastokis yang nantinya akan
berkembang menjadi plasenta masih belum dapat dipastikan. Pada umumnya nidasi
terletak dibagian atas dari uterus, akan tetapi implantasi yang abnormal mungkin dapat
terjadi dan dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan, misalnya pada plasenta
previa yang dapat menyebabkan malpresentasi janin. Perubahan letak plasenta selama
masa kehamilan atau biasa disebut ―dynamic placentation‖ dapat terjadi
akibat perubahan uterus selama masa kehamilan sehingga dapat merubah bentuk dan
posisi dari plasenta. Sebanyak 77% kasus dari plasenta dengan nidasi dibagian segmen
bawah rahim dapat berpindah ke atas, sedangkan sebanyak 68% kasus dari plasenta
dengan letak dibagian fundus dapat bergeser kebawah seiring bertambahnya usia
kehamilan2-3.

Pada penelitian terdahulu telah diketahui bahwa plasenta mengalami pertumbuhan


secara berkesinambungan dan dapat diukur hingga diameter mencapai 17,2 cm dan luas
permukaan 23,245 mm2 saat aterm. Istilah ―error in outline‖ lebih tepat
digunakan untuk menggambarkan dan menunjukkan variasi dari bentuk plasenta. Jarang
ditemukan plasenta dengan bentuk yang bulat seutuhnya, lebih sering adalah berbentuk
lonjong dan jarang ditemukan dengan bentuk yang tidak beraturan, terkadang pula
berbentuk segitiga dimana hal ini dipengaruhi oleh tempat penempelannya, terjadinya
atropi dan dapat pula dipengaruhi oleh cara penempelan. Yang paling jarang lagi adalah
plasenta berbentuk bilobata dimana terdapat dua buah lobus pada plasenta yang
dipisahkan oleh segmen membran plasenta. Plasenta berbentuk bulat dan oval
merupakan bentuk yang paling dominan pada plasenta manusia, dan jarang sekali
ditemukan plasenta dengan bentuk yang abnormal2-3.
7
2.4 Pemeriksaan Plasenta

Pemeriksaan plasenta diharuskan setelah persalinan secara makroskopik. Plasenta


yang diukur harus memenuhi syarat sebagai berikut : plasenta lahir secara utuh, dan
merupakan plasenta yang lengkap memiliki tali pusat yang mengandung dua arteri dan
satu vena. Pengukuran plasenta meliputi pengukuran berat plasenta, diameter plasenta,
ketebalan plasenta, luas permukaan plasenta serta panjang tali pusat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :

a. Berat plasenta, ditimbang segera setelah plasenta lahir menggunakan timbangan


yang memiliki ketelitian 1 gram.

b. Diameter plasenta, dihitung diameter maksimal dan diameter minimal plasenta


kemudian diabil rata-rata nilai tengahnya.

c. Ketebalan plasenta, diukur menggunakan jarum pada 5 titik di 3 tempat yang


berbeda, yaitu satu jarum pada area pusat plasenta, dua jarum di area
pertengahan antara pusat dan tepi plasenta dan dua jarum lainnya di daerah tepi
plasenta kemudian diambil rata-rata nilai tengahnya.

d. Panjang tali pusat, diukur mulai dari insersi dari sisi bayi hingga akhir pada
insersi di plasenta

Pemeriksaan plasenta diharuskan pada setiap setelah persalinan secara


makroskopik. Pemeriksaan plasenta menunjukkan informasi penting tentang apa yang
telah terjadi pada janin. Ukuran plasenta yang besar dapat beresiko menyebabkan
terjadiya tekanan darah tinggi dikemudian hari baik pada bayi laki maupun perempuan.

Penelitian di 12 Rumah Sakit di Amerika Serikat tentang faktor risiko ibu (umur,
pengetahuan,pendapatan, perokok atau tidak dan anemia ) terhadap pertumbuhan
plasenta,dengan pertumbuhan ketebalan plasenta serta area chorionic plasenta,
ditemukan 21.5 % dari 34.345 ibu hamil dan lebih memungkinkan akan mengalami
hipertropik plasenta yang akan mempengaruhi morfometri plasenta

8
2.5 Fungsi Plasenta

2.5.1 Pertukaran Gas

Paru-paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas saat berada dalam rahim,
sehingga plasenta memiliki peran sepenuhnya untuk transfer oksigen dan karbon
dioksida dari dan ke janin yang sedang berkembang.

Oksigen adalah molekul nonpolar kecil yang siap melintasi plasenta dengan
mekanisme difusi pasif. Transfer oksigen terutama tergantung pada gradien tekanan
parsial oksigen antara darah maternal di ruang intervillous dan darah janin di arteri
umbilikalis. Transfer oksigen ke janin ditingkatkan oleh efek Bohr. Pada sirkulasi darah
feto-maternal, darah maternal mengambil karbon dioksida dan menjadi lebih asam. Hal
ini menyebabkan pergeseran ke kanan dari kurva disosiasi oksihemoglobin maternal
yang menyebabkan pelepasan oksigen ke janin. Pada saat yang sama, darah janin
melepaskan karbon dioksida dan menjadi lebih alkalotik. Hal ini mengarah ke
pergeseran kurva janin ke kiri, menyebabkan pengambilan oksigen oleh janin.
Fenomena ini disebut 'Efek Bohr Ganda'. Pemindahan oksigen dari maternal ke fetus
juga dimediasi oleh hemoglobin janin yang menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin
janin lebih jauh ke kiri.1

Karbon dioksida juga melintasi plasenta dengan mudah melalui difusi pasif.
Pemindahannya dari janin ke maternal terutama bergantung pada gradien tekanan
parsial untuk karbon dioksida antara darah janin di arteri umbilical dan darah maternal
di ruang intervillous (1,8 kPa).

Transfer karbon dioksida dari janin ke maternal difasilitasi oleh efek Haldane
(peningkatan kapasitas darah terdeoksigenasi untuk membawa karbon dioksida
dibandingkan dengan darah teroksigenasi). Ketika darah maternal melepaskan oksigen
(menghasilkan deoksihaemoglobin), ia mampu membawa lebih banyak karbon dioksida.
Pada saat yang sama, ketika darah janin mengambil oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin, ia mengurangi afinitas terhadap karbon dioksida dan karenanya
melepaskan karbon dioksida ke maternal. Kombinasi dari dua peristiwa ini disebut 'Efek
Haldane Ganda'.1

9
2.5.2 Transfer Metabolik

Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung, belakang


skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram perhari sehingga pada
kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin berupa lemak. Hal ini menyebabkan adanya
cadangan energi sebesar 21.000 KJ dan diperlukan untuk fungsi metabolisme dalam
regulasi suhu tubuh janin pada hari-hari pertama setelah lahir.

a. Glukosa

Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui metode
transfer aktif yang melibatkan proses enzimatik. Nutrien yang kompleks akan dipecah
menjadi komponen sederhana sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi ulang
pada villi chorialis janin. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi pertumbuhan janin
(90%), 10% sisanya diperoleh dari asam amino. Jumlah glukosa yang mengalami
transfer meningkat setelah minggu ke 30. Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa
kira-kira 10 gram per kilogram berat janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi
glikogen dan lemak. Janin tergantung pada pengambilan glukosa dari sirkulasi maternal
di seluruh plasenta oleh transporter glukosa dari GLUT. Janin memiliki kemampuan
yang sangat kecil dalam glukoneogenesis, sehingga glukosa maternal menjadi sumber
energy utama bagi janin. Difusi glukosa pasif di seluruh plasenta tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan janin dan oleh karena itu diperlukan difusi terfasilitasi dengan
menggunakan berbagai transporter glukosa.4,5

Plasenta berfungsi sebagai sensor nutrisi dengan mengadaptasi sistem


transportasi sesuai dengan lingkungan maternal. Sampai saat ini, beberapa ulasan telah
menggambarkan ekspresi isoform GLUT1 dan GLUT3, dalam jaringan plasenta dan
telah mendeskripsikan bagaimana fungsi masing-masing isoform terhadap kebutuhan
metabolisme plasenta.

Transporter glukosa plasenta primer GLUT1 adalah isoform dominan yang


banyak diekspresikan selama awal kehamilan. Protein GLUT1 sangat diekspresikan
sepanjang kehamilan dan terletak di membran basal dari syncytiotrophoblast. Selain
GLUT1, GLUT3, yang memiliki afinitas tinggi terhadap glukosa juga terdapat dalam
plasenta manusia selama trimester pertama dan kedua, sebuah temuan yang

10
menunjukkan bahwa GLUT3 dapat berperan dalam penyerapan glukosa di awal
kehamilan. GLUT3 hanya terdeteksi pada membran microvillus tetapi tidak pada
membran plasma basal dari syncytiotrophoblast 4,5

b. Asam amino

Asam amino untuk sintesis protein janin ditransfer dari maternal ke janin dengan
transport aktif. Ada beberapa protein transporter khusus untuk asam amino anionik,
kationik, dan netral. Banyak dari protein ini menjadi co-transport asam amino dengan
natrium: pengangkutan natrium ke bawah konsentrasi gradiennya dapat menyeret asam
amino ke dalam sel.4,5

c. Asam lemak

Asam lemak penting untuk sintesis senyawa yang terlibat dalam pensinyalan sel
(mis. Prostaglandin dan leukotrien), dan untuk produksi fosfolipid janin, membran
biologis, dan mielin. Lipoprotein lipase, enzim yang memecah lipoprotein menjadi asam
lemak bebas, terletak di permukaan maternal plasenta.4 Asam lemak bebas dan gliserol
ditransfer dari maternal ke janin terutama dengan difusi sederhana, namun ada juga
yang menggunakan protein pengikat asam lemak.4,5

Barier plasenta manusia terdiri dari satu lapisan trofoblas syncytial. Molekul
utama glukosa, asam amino, dan asam lemak diambil dari darah maternal (ruang
ekstravilous) oleh sistem transporter spesifik dan dilepaskan pada membran sel basal ke
kompartemen janin. Transpor glukosa berjalan menuju gradien konsentrasi, sedangkan
transfer asam amino merupakan proses aktif melawan gradien konsentrasi. Asam le mak
dapat berdifusi di sepanjang gradien konsentrasi tetapi juga dapat diambil oleh sistem
transporter dan ditranslokasi ke membran plasma dengan bantuan protein pengikat asam
lemak (FABP). 4

11
Gambar 4. Transport nutrisi melalui barier plasenta (lapisan trofoblas
syncytial). Terdapat banyak kategori transporter namun hanya transporter yang paling
penting yang ditunjukkan dalam gambar, seperti: GLUT1, GLUT3, untuk glukosa;
SNAT1-4, CAT1, 2, 4, dan LAT1, −2 untuk transportasi asam amino; untuk asam lemak
FAT / CD36, FATP, dan protein pengikat lemak FABPpm dan FABP.

d. Elektrolit, vitamin, dan air

Ion natrium dan klorida sebagian besar ditransfer melintasi plasenta melalui
difusi pasif, walaupun transpor aktif dapat juga berperan. Ion kalsium, zat besi, dan
vitamin ditransfer oleh transportasi aktif buatan. Air bergerak dengan difusi sederhana
sesuai dengan gradien tekanan hidrostatik dan osmotik. Protein saluran air tertentu
dalam trofoblas dapat membantu perjalanannya.6

2.5.3 Fungsi Endokrin

Human chorionic gonadotropin

HCG adalah salah satu hormon dalam kehamilan yang paling penting. HCG
merupakan glikoprotein dan terdiri dari dua subunit yang tidak terkait secara kovalen,
subunit α dan β: α dibagi oleh semuanya, sedangkan subunit β adalah karakteristik dari
masing-masing hormon. Subunit HCG β dikodekan oleh sekelompok gen yang terletak
pada kromosom 19. Oleh karena itu, HCG adalah protein heterodimer yang terutama
disintesis oleh syncytiotrophoblast. mRNA HCG terdeteksi pada tahap embrio enam
hingga delapan, sehingga embrio manusia mulai memproduksi hormon ini sebelum

12
implantasi. Dari hari ke 8 setelah pembuahan, HCG dapat dideteksi dalam serum ibu,
dan levelnya memuncak pada minggu ke 10 kehamilan, kemudian menurun perlahan
hingga akhir kehamilan. Deteksi beta-HCG dalam darah dan urin umumnya digunakan
sebagai tes kehamilan, karena hampir secara eksklusif diproduksi selama kehamilan
(meskipun beberapa tipe sel tumor juga dapat mengeluarkan hormon ini).6

Progesteron

Progesteron adalah hormon steroid yang penting untuk pemeliharaan kehamilan,


sehingga disebut juga 'hormon kehamilan'. Nama progesteron berasal dari bahasa Latin
pro dan gestare, yang berarti zat yang mendukung kehamilan. Corpus luteum adalah
produsen utama progesteron selama minggu-minggu pertama kehamilan, karena
stimulasi HCG. Setelah 6-8 minggu kehamilan sampai akhir kehamilan, karena
konsentrasi HCG menurun, plasenta secara bertahap menjadi sumber utama
progesteron, karena pembentukan lapisan sinkronisasi. Hormon steroid ini terutama
disintesis dari kolesterol ibu, melalui reak si dua langkah yang terjadi di mitokondria
syncytiotrophoblast. Berbeda dengan organ steroidogenik lainnya, plasenta tidak
mengekspresikan protein regulator akut steroidogenik, protein yang mentransfer
kolesterol menuju membran dalam mitokondria, yang merupakan langkah penting dan
membatasi sintesis progesteron. 6

Selama kehamilan, progesteron berfungsi dalam beberapa hal. Progesteron


berperan dalam immunotolerance, karena meningkatkan ekspresi proftilitas sitokin Th2
oleh limfosit T-helper tipe 2 ibu dan menghambat aktivitas sel uNK. Progesteron juga
menghambat kontraktilitas miometrium dan meningkatkan ketenangan uterus sepanjang
kehamilan. Steroid ini menghambat kontraktilitas spontan jaringan miometrik manusia
secara in vitro. Dilaporkan bahwa progesteron memberikan efek ini dengan aktivasi
MPR (membrane-associated progesterone receptors), secara langsung memodulasi
cAMP intraseluler dan kadar Ca2+ , yang mengurangi ekspresi gen penyandi protein
yang terlibat dalam kontraksi. 6

Estrogen

Estrogen memiliki beberapa peran selama kehamilan, dan efeknya secara klasik
dimediasi oleh aktivasi reseptor estrogen, ERα dan ERβ. Estrogen juga dapat

13
mengaktifkan reseptor estrogen terkait membran, mengerahkan tindakan nongenomik
yang meliputi mobilisasi Ca2+ intraseluler, aktivasi adenylyl cyclase dan mengakibatkan
peningkatan level cAMP dan aktivasi MAPK. Dalam plasenta, ekspresi ERα sebagian
besar terbatas pada sitotrofoblas sedangkan ERβ lebih diekspresikan dalam
syncytiotrophoblast.

Estriol adalah estrogen yang lemah dan estrogen yang paling banyak dalam
urin. Tampaknya, fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan aliran darah
uteroplasenta. Namun, estrogen, juga dapat menginduksi kontraksi sel miometrium
manusia yang terisolasi dengan meningkatkan ekspresi koneksin-43, yang menunjukkan
steroid ini meningkatkan komunikasi junction gap di miometrium dan berperan dalam
inisiasi persalinan. Hal ini juga disintesis dalam plasenta oleh aromatase dari 16a-
hidroksi-dehidroepiandrosteron sulfat.

Oestetrol merupakan steroid yang unik dalam kehamilan manusia, yang


diproduksi secara eksklusif oleh hepar janin. Substansi ini dapat dideteksi sejak usia
kehamilan 9 minggu, tetapi fungsi biologisnya masih harus diidentifikasi.

Estradiol adalah estrogen yang paling banyak ditemukan sepanjang kehamilan dan
memiliki peran yang berbeda. Estrogen ini mendorong implantasi embrio, karena
merangsang pertumbuhan dan diferensiasi endometrium. Dalam kultur eksplan
endometrium manusia, estrogen memodulasi ekspresi beberapa gen yang berpartisipasi
dalam pematangan dan diferensiasi endometrium.

Estradiol juga meningkatkan angiogenesis dan vasodilatasi, yang menunjukkan


peran dalam pengaturan aliran darah uteroplasenta manusia. Steroid ini menginduksi
dilatasi arteri uterus dan plasenta. 6

Human placental lactogen

Human placental lactogen (HPL) juga diproduksi oleh syncytiotrophoblast.


Hormon tersebut mengurangi sensitivitas insulin maternal, menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah maternal. Hormon tersebut juga merangsang produksi surfaktan
paru janin dan sintesis hormon adrenokortikotrofik serta membantu perkembangan

14
payudara maternal untuk produksi ASI.6 HPL mengubah maternal dari pengguna
karbohidrat menjadi pengguna asam lemak, sehingga menghemat glukosa untuk janin.

Varian human growth hormone

Varian human growth hormone diproduksi oleh syncytiotrophoblast dan


mempengaruhi pertumbuhan plasenta itu sendiri. Iajuga merangsang glukoneogenesis
dan lipolisis maternal, sehingga dapat mengoptimalkan ketersediaan nutrisi untuk janin
yang sedang berkembang.

2.5.4. Fungsi Imunologis

Meskipun sebagian besar protein terlalu besar untuk melewati barier plasenta,
antibodi IgG maternal dapat berpindah dari maternal ke janin dengan pinositosis untuk
memberikan kekebalan pasif dalam beberapa bulan pertama kehidupan.
Syncytiotrophoblast memiliki reseptor untuk fragmen Fc dari IgG; IgG yang terikat
kemudian endositosis menjadi vesikel sebelum dilepaskan secara eksositosis ke dalam
darah janin.2 Pemindahan ini dimulai pada awal kehamilan dan meningkat secara
eksponensial pada trimester ketiga.7 Namun demikian, antibodi yang menyebabkan
gangguan autoimun maternal (mis. myasthenia gravis) juga dapat melintasi plasenta dan
mempengaruhi janin.2

Plasenta memainkan peran penting dalam imunomodulasi. Syncytiotrophoblasts


janin, yang membentuk permukaan vili korionik melepaskan vesikel dengan berbagai
ukuran dan berbagai fungsi.1

Infeksi ibu dan janin merupakan penyebab penting mortalitas dan morbiditas
selama kehamilan. Karena sistem kekebalan yang belum berkembang pada janin dan
bayi baru lahir, perlindungan kekebalan diberikan selama kehamilan dan tergantung
pada pasokan ibu-ke-janin dari antibodi ibu, yang diambil dari darah ibu untuk
dilepaskan ke sirkulasi darah janin. Transmisi antibodi ini ke jaringan janin tampaknya
terbatas pada IgG dan subkelasnya. Transmisi janin dengan semua subkelas IgG
memiliki peran penting dalam kehamilan untuk memberikan kekebalan pasif bagi

15
kelangsungan hidup ekstra- uterin dan pertahanan neonatal terhadap infeksi.7

Imunoglobulin adalah molekul berbentuk Y yang mengandung dua fragmen


pengikat antigen (Fab) dan batang dari bentuk Y (fragmen Fc) (Gambar 4). Ikatan
antigen spesifik pada fragmen Fab menghasilkan pembentukan kompleks imun,
sedangkan fragmen Fc berinteraksi dengan sistem efektor respon imun, seperti reseptor
komplemen atau FcR pada permukaan subpopulasi tertentu dari sel darah putih. Hal ini
memulai kaskade reaksi yang pada akhirnya mengarah pada penghilangan antigen.
Pada manusia, imunoglobulin kelas G adalah antibodi dominan, yang dalam
serum terdapat dalam empat subkelas yang berbeda di daerah Fc mereka yang mengarah
pada afinitas berbeda dengan FcR. FcR, selain dari memunculkan respon imun terhadap
invasi tubuh oleh antigen, juga terlibat dalam pengangkutan antibodi bebas melintasi
berbagai hambatan jaringan. Komplemen antibodi maternal melewati intestinal atau
plasenta untuk memberikan proteksi pada janin dan neonatus terhadap infeksi selama
bulan- bulan pertama kehidupan bayi baru lahir.1

Gambar 5. Struktur protein imunoglobulin (antibodi). Dua rantai berat identik


dihubungkan oleh hubungan disulfida. Sisi pengikatan antigen terdiri dari daerah
variabel (putih) dari rantai berat dan ringan, sedangkan sisi efektor dari antibodi (yang
mengontrol apakah itu menggumpalkan antigen, mengikat makrofag, masuk ke sekresi
lendir atau mengikat reseptor Fc plasenta ) ditentukan oleh urutan asam amino dari
daerah konstan rantai berat.

16
Transmisi plasenta dari antibodi maternal (IgGs) ke dalam sirkulasi darah janin
membutuhkan transfer melintasi berbagai lapisan sel termasuk syncytiotrophoblast vili,
stroma dan sel-sel endotel kapiler janin di dalam jaringan vili. Sejumlah penelitian ex
vivo yang berbeda dilakukan pada plasenta manusia untuk mempelajari mekanisme
transpor antibodi. Selain perkembangan yang cepat dari pengetahuan dalam biologi
molekuler, kemajuan teknologi yang lebih baru di bidang histokimia memungkinkan
alokasi yang lebih tepat dari berbagai antibodi dan reseptornya untuk struktur subseluler
yang ditentukan. Berbagai subtipe FcR dan isoform masing-masing secara berbeda
diekspresikan dalam berbagai komponen jaringan plasenta manusia dan memainkan
peran yang berbeda dalam transfer IgG dari ibu ke janin. Reseptor Fc neonatal
(Neonatal Fc Receptor,FcRn) diidentifikasi sebagai mRNA dan protein dalam
syncytiotrophoblast plasenta manusia, secara umum diterima bahwa FcRn memediasi
pengambilan IgG pada permukaan syncytiotrophoblast plasenta manusia. Pembentukan
endosom setelah pengikatan IgG ke FcRn melindungi transfer IgG tanpa degradasi
melintasi plasenta ke arah ibu-ke-janin.1

Gambar 6. Mekanisme transportasi aktif IgG dari ibu-ke-janin. FcRn pada antarmuka
ibu- plasenta (syncytiotrophoblast) mengikat IgG dari sirkulasi darah ibu dengan cara
yang bergantung pada pH, mengangkut melalui lapisan sel jaringan plasenta melalui
transcytosis, dan melepaskan IgG yang terikat pada sirkulasi darah janin. FcRn:
Reseptor Fc neonatal.

17
2.5.5. Fungsi Transfer Obat

Hampir semua obat pada akhirnya akan melewati plasenta dan mencapai janin.
Jika dilihat dari sifatnya terdapat tiga jenis transfer obat lintas plasenta, yakni: 8

• Pemindahan total (obat tipe 1)

Obat yang mengalami perpindahan total (mis. Thiopental) akan dengan cepat
melintasi plasenta dengan konsentrasi yang secara farmakologis seimbang dalam darah
maternal dan janin.

• Melebihi pemindahan (obat tipe 2)

Obat-obatan ini melintasi plasenta untuk mencapai konsentrasi yang lebih besar
pada janin dibandingkan dengan darah maternal. Contoh obat dalam golongan ini adalah
ketamin.

• Transfer tidak lengkap (obat tipe 3)

Obat-obatan ini tidak dapat melewati plasenta sepenuhnya, menghasilkan


konsentrasi maternal yang lebih tinggi dibandingkan dengan darah janin (mis.
suksinilkolin) Obat-obatan yang ditransfer dari darah maternal ke janin harus dibawa ke
ruang intervillous dan melewati syncytiotrophoblast, jaringan ikat janin, dan endotelium
kapiler janin. Hambatan yang membatasi laju transfer obat plasenta adalah lapisan sel
syncytiotrophoblast yang menutupi vili. Ada empat mekanisme utama transfer obat di
seluruh plasenta , yakni difusi sederhana, difusi terfasilitasi oleh karier, transpor aktif
menggunakan ATP, dan pinositosis.

18
Gambar 7. Diagram diatas menunjukkan mekanisme transfer obat melalui plasenta (A,
difusi sederhana; B, difusi terfasilitasi oleh karier; C, transpor aktif menggunakan
ATP; D, pinositosis; BM, membran basal dari syncytiotrophoblast; MVM, membran
mikro dari syncytiotrophoblast) 4

Obat yang berjalan melalui siklus fetal-maternal dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti:

1. Faktor fisik:

 Area permukaan plasenta

 Ketebalan plasenta

 pH darah maternal atau janin

 Metabolisme plasenta

 Aliran darah uteroplasenta

 Adanya transporter obat pada plasenta

2. Faktor farmakologis:

 Berat molekuler obat

 Kelarutan lemak

19
 pKa

 Ikatan protein

 Gradien konsentrasi melalui plasenta

Dalam beberapa kasus, pemindahan transplasental ini dapat bermanfaat dan


obat-obatan dapat secara sengaja diberikan kepada maternal untuk mengobati kondisi
janin tertentu. Misalnya, steroid dapat diberikan kepada maternal untuk meningkatkan
pematangan paru janin. Obat jantung juga dapat diberikan kepada maternal untuk
mengendalikan aritmia janin.

Namun, transfer obat transplasenta ini juga dapat menyebabkan efek yang
merugikan pada janin, termasuk teratogenisitas atau gangguan pertumbuhan serta
perkembangan janin. Risiko terbesar efek samping obat pada janin selama
organogenesis terjadi pada trimester pertama. Efek obat pada janin dapat langsung atau
dapat dimediasi melalui perubahan aliran darah uteroplasenta .

Beberapa contoh obat yang toksik pada kehamilan adalah:

Tabel 1. Obat Yang Toksik Pada Kehamilan

20
2.5.6. Fungsi Proteksi

Plasenta dapat berfungsi untuk melindungi janin dari xenobiotik tertentu yang
dapat beredar dalam darah maternal. Banyak molekul xenobiotik kecil dapat melintasi
plasenta dengan difusi sederhana melalui rute transelular atau paraseluler. Sebagai
alternatif, beberapa xenobiotik dapat diangkut melintasi plasenta oleh satu atau lebih
dari sejumlah besar sistem transportasi plasenta, banyak di antaranya tidak sepenuhnya
spesifik untuk molekul yang diangkut secara endogen. Namun, ada sejumlah fitur
pelindung plasenta manusia, yang dapat membantu mengurangi transfer zat yang
berpotensi bahaya melalui plasenta. Fitur-fitur ini termasuk pompa ekspor di membran
dari syncytiotrophoblast yang menghadap ke maternal, protein resistensi multi-obat 1
(multidrug resistance protein 1, MDR1), beberapa anggota keluarga protein yang terkait
dengan resistensi multi-obat (multidrug resistance-associated protein, MRP), protein
pengikat ATP spesifik-plasenta (ATP-binding cassette proteins, ABCP), protein
resistensi kanker payudara (breast cancer resistance protein, BCRP) dan protein terkait
resistensi mitoxantrone (mitoxantrone resistance- associated protein, MXR).9 Selain
itu, plasenta mengandung sejumlah enzim sitokrom P450 yang dapat memetabolisme
obat dan xenobiotik lainnya, bersama dengan fase I dan fase II lainnya enzim
xenobiotik-metabolisme.10 Namun, meskipun plasenta dapat membantu mengurangi
paparan janin terhadap beberapa zat xenobiotik, ada banyak yang dapat melewati
plasenta dan memiliki efek teratogenik, termasuk alkohol, thalidomide, banyak
antikonvulsan, litium, warfarin, isotretinoin dan banyak lainnya.10

Meskipun sebagian besar protein tidak mudah melewati plasenta, beberapa dapat
melintasi plasenta dengan pinositosis, termasuk antibodi maternal terutama dari kelas
immunoglobulin G. Antibodi semacam itu membantu memberikan kekebalan pasif pada
bayi yang baru lahir. Ada banyak perdebatan tentang bagaimana jaringan trofoblas
plasenta manusia bertahan dalam penolakan imunologis dari imunitas maternal yang ada
di desidua uterus.11

Plasenta umumnya membentuk penghalang terhadap penularan banyak bakteri


dari maternal ke janin. Namun, beberapa bakteri, protozoa, dan sejumlah virus dapat
ditularkan melalui plasenta. Misalnya, walaupun sebagian besar infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) ditularkan dari maternal ke bayi pada waktu persalinan,

21
diperkirakan sekitar 1,5-2% kehamilan pada maternal yang HIV-positif dapat terjadi
transfer HIV transplasental, misalnya melalui pengikatan HIV pada lektin yang
diekspresikan oleh plasenta dengan penyerapan virus selanjutnya.12 Virus lain yang
dapat menginfeksi janin termasuk virus cytomegalovirus, rubella, polio, varicella,
variola dan coxsackie. Bakteri yang menyebabkan sifilis juga dapat ditularkan melintasi
plasenta, seperti halnya parasit protozoa yang menyebabkan toksoplasmosis.13

Fungsi penting dari plasenta manusia adalah untuk melindungi janin dari zat
berbahaya dalam darah maternal, seperti glukokortikoid atau racun. Protein transporter
terikat membran plasenta, yang dikenal sebagai protein resistensi multidrug, melindungi
janin dengan mengembalikan bahan yang tidak diinginkan ke sirkulasi maternal. Sebuah
studi dalam The American Journal of Pathology melaporkan bahwa infeksi bakteri dan
virus secara berbeda mempengaruhi protein transporter ini pada awal dan akhir
kehamilan, menunjukkan mekanisme potensial yang mendasari komplikasi kehamilan
terkait infeksi seperti persalinan prematur dan kerusakan otak janin.14

Karena infeksi / peradangan intrauterin relatif sering terjadi selama kehamilan,


dan terkait dengan gangguan kehamilan yang signifikan, akibat penurunan ekspresi
pengangkut obat dapat mengekspos embrio / janin terhadap obat, toksin, dan hormon
yang berpotensi berbahaya yang melintas dari sirkulasi maternal di saat yang paling
rentan.14

Singkatnya, plasenta adalah hubungan fisik dan fungsional antara maternal dan
janin yang sedang berkembang. Di dalam plasenta, pertumbuhan dan fungsi diatur dan
dikoordinasikan dengan tepat untuk memastikan pertukaran nutrisi dan produk sisa
antara sistem peredaran darah maternal dan janin berjalan dengan efisien. Plasenta juga
terkait erat dengan fungsi proteksi terhadap janin.14

22
KESIMPULAN

Plasenta adalah organ sementara berbentuk cakram, yang terdiri dari dua
komponen: plasenta fetus yang berkembang dari blastokista yang sama yang
membentuk janin, dan plasenta maternal yang berkembang dari jaringan uterus
maternal. Organ ini menyediakan interaksi antara ibu dengan janin, selama kehamilan,
dan dikeluarkan dari tubuh saat persalinan. Unit struktural dasar plasenta adalah vilus
korionik, yang merupakan proyeksi vaskular dari jaringan janin yang dikelilingi oleh
korion, suatu jaringan yang terdiri dari dua lapisan seluler: syncytiotrophoblast dan
cytotrophoblast.

Plasenta memiliki perananan yang sangat penting dalam perkembangan janin,


karena merupakan satu-satunya organ yang memfasilitasi hubungan fisik antara ibu
dengan janin. Dalam kandungan plasenta menjadi sarana dalam pertukaran gas janin,
karena paru-paru janin belum dapat berfungsi dalam pertukaran gas. Pada pertukaran
gas plasenta berperan sebagai sarana transfer oksigen, melalui efek Bohr dan efek Bohr
ganda dan dimediasi oleh hemoglobin janin yang menggeser kurva disosiasi
oksihemoglobin janin lebih jauh ke kiri. Sedangkan karbon dioksida melintasi plasenta
dengan mudah melalui difusi pasif. Pemindahannya dari janin ke maternal terutama
bergantung pada gradien tekanan parsial untuk karbon dioksida antara darah janin di
arteri umbilical dan darah maternal di ruang intervillous.

Sebagai fungsi transfer metabolik plasenta berperan sebagai sensor nutrisi


dengan mengadaptasi sistem transportasi sesuai dengan lingkungan materal dengan
isoform GLUT1 dan GLUT3 Sedangkan asam amino untuk sintesis protein janin
ditransfer dari maternal ke janin dengan transport aktif. Asam lemak bebas dan gliserol
ditransfer dari maternal ke janin terutama dengan difusi sederhana, namun ada juga
yang menggunakan protein pengikat asam lemak. Dan ion natrium dan klorida sebagian
besar ditransfer melintasi plasenta melalui difusi pasif.

Sebagai fungsi endokrin plasenta berperan melalui hormon human chorionic


gonadotropin (salah satu hormon paling penting dalam kehamilan), progesteron
(hormon steroid yang penting untuk pemeliharaan kehamilan), esterogen yang efeknya

23
secara klasik dimediasi oleh aktivasi reseptor estrogen, ERα dan ERβ, human placental
lactogen yang berperan dalam produksi surfaktan paru janin dan sintesis hormon
adrenokortikotrofik serta membantu perkembangan payudara maternal untuk produksi
ASI, dan human growth hormone yang merangsang glukoneogenesis dan lipolisis
maternal.

Sebagai fungsi imunologis plasenta berperan dalam imonomodulasi dan sebagai


perlindungan pasif bagi kelangsungan hidup ekstra-uterin dan pertahanan neonatal
terhadap infeksi. Hal ini terutama diperankan oleh antibodi IgG dan subkelasnya.
Sedangkan sebagai fungsi transfer obat plasenta berperan dalam memberikan terapi
kepada janin melalui sirkulasi maternal, dimana obat-obatan yang ditransfer dari
sirkulasi maternal ke janin dibawa ke ruang intervillous melewati syncytiotrophoblast.

Selain semua fungsi diatas plasenta juga memiliki peran penting dalam
melindungi janin dari xenobiotik tertentu yang dapat beredar dalam darah maternal. Hal
ini terjadi karena adanya barier pada plasenta sehingga beberapa bakteri, protozoa, dan
sejumlah virus tidak dapat masuk ke sirkulasi janin. Selain itu plasenta juga dapat
melindungi janin dari glukokortikoid atau racun tertentu melalui protein transporter
terikat membran plasenta, yang dikenal sebagai protein resistensi multidrug.
Singkatnya, plasenta merupakan terminal hubungan fisik dan fungsional antara maternal
dan janin, dimana didalamnya terdapat koordinasi untuk memastikan pertukaran zat-zat
pada sirkulasi feto-maternal berjalan dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore KL, Persaud TVN. The placenta and fetal membranes. The Developing
Human: Clinically Oriented Embryology. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc.,
2008; 110–44

2. Power I, Kam P. Maternal and neonatal physiology. In: Principles of Physiology for
the Anaesthetist. London: Arnold, 2011; 345 –64

3. Mushambi MC. Physiology of pregnancy. In: Pinnock C, Lin T, Smith T, eds.


Fundamentals of Anaesthesia. London: Greenwich Medical Media Ltd, 2002; 511–
27

4. Desforges M, Sibley CP. Placental nutrient supply and fetal growth. Int J Dev Biol
2010; 54: 377–90

5. Knipp GT, Audu KL, Soares MJ. Nutrient transport across the placenta. Adv Drug
Deliv Rev 1999; 38: 41–58

6. Gude NM, Roberts CT, Kalionis B, King RG. Growth and function of the normal
human placenta. Thromb Res 2004; 114: 397–407

7. Malek A. Role of IgG antibodies in association with placental function and


immunologic diseases in human pregnancy. Expert Rev Clin Immunol 2013; 9: 235
– 49

8. Pacifici GM, Nottoli R. Placental transfer of drugs administered to the mother. Clin
Pharmacokinet 1995; 28: 235– 69

9. Marin JJG, Macias RIR, Serrano MA. The hepatobiliary-like excretory function of
the placenta. A review. Placenta 2003;24:431—8.

10. Pasanen M. The expression and regulation of drug metabolism in human placenta.
Adv Drug Deliv Rev 1999;38:81—97.

11. Moffett A, Loke YW. The immunological paradox of pregnancy: a reappraisal.

25
Placenta 2004;25:1—8.

12. Soilleux EJ, Coleman N. Transplacental transmission of HIV: a potential role for
HIV binding lectins. Int J Biochem Cell Biol 2003;35:283—7.

13. Arechavaleta-Velasco F, Koi H, Strauss III J.F, Parry S. Viral infection of the
trophoblast: time to take a serious look at its role in abnormal implantation and
placentation? J Reprod Immunol 2002;55:113—21.

14. Gude NM, Roberts CT, Kalionis B, King RG. Growth and function of the normal
human placenta. Thrombosis Research. 2004;114(5-6):397–407

15. Guttmacher AE, Maddox YT, Spong CY. The human placenta project : placental
structure, development, and function in real time. 2014

16. Roberts RM, Green JA, Schulz LC. The evolution of the placenta. 2016

26

Anda mungkin juga menyukai