BAB 1
PENDAHULUAN
dan gagal ginjal. Plasenta akreta menjadi penyebab 7 -10% dari kasus kematian
ibu di dunia.2
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan Laporan Kasus ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman terkait teori mengenai perdarahan antepartum khususnya subtopik
plasenta previa dan plasenta akreta serta mengintegrasikannya dengan kasus –
kasus yang diperoleh selama mengikuti kegiatan Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2. Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi,
dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat
meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7 % sampai
7
dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka kejadiannya lebih rendah yaitu
kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya wanita yang hamil
dengan paritas tinggi. Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200
persalinan, insiden dapat meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada
ibu yang paritas tinggi.10
2.2.4. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat
berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu misalnya pada
pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih besar, keadaan ini
akan menjadi plasenta previa lateralis.
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :8
8
dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai.13
2.2.7.1.Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan
tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.14
2.2.7.2.Pemeriksaan Luar
11
2.2.7.3.Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosion
porsionis uteri, karsinoma posrsionis uteri, polypus servisis uteri, varises vulva,
dan trauma.Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai.14
tidak ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak. Penentuan
lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya
radiasi terhadap janin.15,16
Gambar 5. Gambaran Ultrasonografi pada Plasenta Previa
USG telah memudahkan diagnosis dan manajemen dari plasentaprevia.
Hampirsemua kasus plasenta previa dapat didiagnosis dengan sonografi, dan
diagnosis positif palsu dan negative palsu dapat dihindari diagnosa dapat
dihindari.9
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat
tertutup kembali (tamponade pada plasenta).17 Penekanan tersebut dapat
dilakukan melalui beberapa cara yaitu :16,17
Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan
pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis,
plasenta previa marginalis, atau plasenta letak rendah, namun bila ada
pembukaan. Pada primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau
lebih. Juga dapat dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis
dengan janin yang sudah meninggal.16,17
Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem
kulit kepala janin dengan cunam Willet Gausz.Kemudian cunam diikat
dengan menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban
kira-kira 50-100 gr atau sebuah batu bata seperti katrol.Tindakan ini
biasanya hanya dilakukan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif karena seringkali menimbulkan perdarahan
pada kulit kepala janin.17
Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang diisi
udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai
lagi.17
Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari
kakinya sehingga dapat ditarik keluar.Cara ini dilakukan dengan
mengikatkan kaki dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban
seberat 50-100 gram.17
14
Plasenta akreta pertama kali dipublikasikan pada tahun 1937 oleh Irving
dan Hertig, dimana mereka menganalisis 18 kasus perlengketan abnormal pada
sebagian atau seluruh plasenta setelah bayi lahir.19
Plasenta akreta terjadi oleh karena tidak terbentuknya lapisan desidua
basalis dan lapisan nitabuch. Plasenta akreta dapat dibagi menjadi plasenta akreta
total, plasenta akreta parsial, dan plasenta akreta fokal berdasarkan jumlah
jaringan plasenta yang terlibat dalam invasi ke miometrium.20
17
2.3.2. Epidemiologi
Insiden plasenta akreta meningkat dan berbanding lurus dengan tingkat
kelahiran sesar yang meningkat. Kejadian plasenta akreta sebanyak 1 dari 533
kehamilan untuk periode 1982-2002 di Amerika, terus mengalami peningkatan
dari kejadian sebelumnya 1 dari 4.027 kehamilan pada tahun 1970, dan 1 dalam
2.510 kehamilan pada tahun 1980. Kejadian plasenta akreta mencapai 75% dari
seluruh implantasi abnormal plasenta, 18% inkreta, dan 7% prekreta.21
2.3.4. Patofisiologi
2.3.5. Diagnosis
Skor PAI memiliki rentang nilai dari 0 – 9. Jumlah total skor PAI dapat
memberikan gambaran kemungkinan persentase invasi plasenta ke uterus.
2.3.6. Penatalaksanaan
2.3.6.1. Manajemen antepartum
Perencanaan persalinan sebaiknya melibatkan ahli anestesi, dokter
kandungan, dokter bedah panggul seperti ahli onkologi ginekologi, ahli bedah,
neonatologist, bedah urologi, ahli hematologi, dan ahli radiologi intervensi untuk
mengoptimalkan outcome pasien. Karena risiko kehilangan darah yang besar,
perhatian harus diberikan untuk kadar hemoglobin ibu sebelum operasi, juga
terhadap adanya ketersediaan produk darah sebelum operasi berlangsung. Banyak
24
ini untuk penggantian darah dalam situasi trauma menunjukkan rasio 1:1 PRC :
fresh frozen plasma. PRC dan fresh frozen plasma harus tersedia dalam kamar
operasi. Tambahan faktor koagulasi darah dan unit darah lainnya harus diberikan
dengan cepat sesuai dengan kondisi tanda-tanda vital pasien dan stabilitas
hemodinamik pasien.2
Ultrasonografi pra operasi untuk pemetaan lokasi plasenta dapat membantu
dalam menentukan pendekatan optimal ke dinding perut dan dan posisi insisi
rahim untuk memberikan visualisasi yang memadai dan menghindari area plasenta
sebelum pengeluaran janin.22
BAB 3
STATUS PASIEN
Nama : Ny. DS
Umur : 32 Tahun
Paritas : G3P2A0
NO. RM : 75.90.01
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
28
ANAMNESIS UMUM
Ny. DS, 32 tahun, G3P2A0, Batak, Kristen, SLTP, Ibu Rumah Tangga i/d Tn. A,
33 tahun, Batak, Kristen, Karyawan Swasta datang ke IGD RSUP HAM dengan
keluhan utama keluar darah dari kemaluan.
Telaah:
Hal ini dialami oleh pasien sejak Oktober 2018. Darah yang keluar berwarna
merah segar dengan volume 1 –2 kali ganti dok perhari dan berupa gumpalan-
gumpalan. Keluhan tidak disertai rasa nyeri. Hal ini merupakan pertama kali yang
dialami oleh pasien selama kehamilannya. Mules-mules mau melahirkan
dijumpai. Pasien mengaku tidak ada keluar air-air dari kemaluan. Pasien masih
merasakan adanya gerakan janin.Mual dan muntah tidak ada. Riwayat
trauma/jatuh selama hamil tidak dijumpai. Riwayat perut dikusuk oleh tukang
kusuk tidak dijumpai. Riwayat berhubungan dengan suami dalam satu minggu ini
tidak dijumpai. BAK dan BAB normal, tidak ada keluhan. Pasien merupakan
pasien rujukan RS. Mitra Medika dengan diagnosis Plasenta Previa Totalis Susp.
Akreta+ Prev SC 2x + MG + KDR (30-31) minggu+PK+AH.
Riwayat Haid
Menarche umur: 14 tahun, menstruasi terakhir tanggal: (?) Maret 2017, siklus: 25
hari, teratur, lama: 5 hari, volume: 2-3 kali ganti doek/hari
HPHT : Maret 2017
TTP : Desember 2018
ANC : Dokter kandungan 2 kali
STATUS PRESENS
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,6ºC
Anemis : (+/+)
Ikterus : (-)
Sianosis : (-)
Dispnoe : (-)
Edema : (-)
STATUS OBSTETRIKUS
Inspeksi : Abdomen membesar asimetris
Palpasi
Tinggi Fundus Uteri : 3 jari bawah procesus xyphoideus
Teregang :
Terbawah :
Gerak Janin :(+)
HIS : (-)
DJJ : 144 x/i, reguler
STATUS GINEKOLOGIS
Genitalia Eksterna
Inspeksi : serviks tertutup
VT : lendir darah (-), air ketuban (-)
DIAGNOSA SEMENTARA
Plasenta previa totalis suspek akreta + previous Sectio Caesarea 2x + Multi
Gravida + Kehamilan Dalam Rahim (30-31) minggu + Presentasi Kepala + Anak
Hidup
DIAGNOSA BANDING
1. Solusio plasenta + previous Sectio Caesarea 2x + Multi Gravida + Kehamilan
Dalam Rahim (30-31) minggu + Posisi Kepala + Anak Hidup
31
RENCANA
SC ( 08/11/2018)
BAB 4
FOLLOW UP PASIEN
32
Terapi :
i. IVFD RL 20 gtt/i
ii. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
iii. Inj. Transamin 50 mg / 8 jam
34
Hasil Laboratorium
2 jam post operasi :
Hb/eri/ Ht/ Leu/ PLT
:
12,5/4,19/39/16,390/
344000
10/11/201 Status presens Post TAH a/i – Cefadroxil tab
8 Sens : CM prev SC 2x + 2x1
TD : 120/80 mmHg plasenta previa – Asam
HR : 82 x/i totalis akreta + Mefenamat tab
RR : 20 x/i H2 3x1
35
BAB 5
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Faktor Resiko Ny. DS, 32 tahun, G3P2A0, dengan
Plasenta previa lebih banyak terjadi riwayat previous SC 2x datang dengan
pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan keluhan utama perdarahan
sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. pervaginam sejak ± 1minggu sebelum
Uterus yang cacat juga dapat masuk rumah sakit. Volume 2-3x ganti
meningkatkan angka kejadian plasenta kain, bergumpal, warna merah
previa. Pada beberapa Rumah Sakit kehitamandatang dengan keluhan
Umum Pemerintah dilaporkan angka utama perdarahan pervaginam sejak ±
kejadian plasenta previa berkisar 1,7 % oktober 2018. Volume 1-2x ganti kain,
sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di bergumpal, warna merah kehitaman.
negara maju angka kejadiannya lebih Riwayat Persalinan (G3P2A0)
1. 2014 : Kehamilan preterm, SC
rendah yaitu kurang dari 1 % yang
di RS, oleh Sp.Obgyn, anak
mungkin disebabkan oleh berkurangnya
laki-laki, dengan berat badan
wanita yang hamil dengan paritas tinggi.
lahir 2600 gr, meninggal
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira
2. 2015 : Kehamilan aterm, SC di
1 dari 200 persalinan, insiden dapat
RS, oleh Sp.Obgyn, anak
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 perempuan, dengan berat
persalinan pada ibu yang paritas tinggi. badan lahir 2800 gr, 3 tahun,
Insiden plasenta akreta meningkat dan keadaan sehat
37
Penatalaksanaan
Manajemen Plasenta Previa IVFD RL 20 gtt/i
Penatalaksanaan pada plasenta Nifedipine tab 3 x 1
previa dapat dibagi dalam 2 golongan,
yaitu : Manajemen Post Operasi
1. Ekspektatif, dilakukan apabila janin
IVFD RL 20 gtt/i
masih kecil sehingga kemungkinan hidup
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
di dunia masih kecil baginya. Sikap
Inj. Transamin 50 mg / 8 jam
ekspektasi tertentu hanya dapat
Inj. Ketorolac 30mg/12 jam
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
Inj ranitidine 50mg/12 jam
perdarahannya sudah berhenti atau sedikit
Rencana :Awasi tanda vital, dan
sekali. Dahulu ada anggapan bahwa
perdarahan
kehamilan dengan plasenta previa harus
Cek darah rutin 2 jam post
segera diakhiri untuk menghindari
operasi
perdarahan yang fatal.
Kemudian dilanjutkan dengan terapi
Syarat terapi ekspektatif yaitu :18
oral
a) Kehamilan preterm dengan
– Cefadroxil tab 2x1
perdarahan sedikit yang
– Asam Mefenamat tab 3x1
kemudian berhenti.
– Vitamin B complex tab 2x1
b) Belum ada tanda-tanda in
partu.
c) Keadaan umum ibu cukup
40
BAB 6
KESIMPULAN
Ny. DS, 32 tahun, G3P2A0, Batak, Kristen, SLTP, Ibu Rumah Tangga datang ke
RSUP Haji Adam Malik didiagnosa dengan Plasenta previa totalis suspek akreta +
previous Sectio Caesarea 2x + Multi Gravida + Kehamilan Dalam Rahim (30-31)
minggu + Presentasi Kepala + Anak Hidup Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaaan penunjang, pasien telah menjalankan sectio
caesarea (8/11/2018). Pasien kemudian dipulangkan dan berobat jalan pada
tanggal 11/11/2018
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Wardana GA, Karkata MA. Faktor Risiko Plasenta Previa. Cdk. 2007:34(5);
229-232.
2. Committee opinion, Placenta Accreta, The American College of Obstetricans
and Gynecologists, July 2012.
3. Rachimhadhi T. Pembuahan, Nidasi, dan Plasentasi In: Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2012. p. 139-47.
4. Konar H. Fundamentals of Reproduction In: DC Dutta’s Textbook of Obstetric
8th edition. Jaypee Brothers Medical Publisher. 2015. p. 32.
5. Aghajanian P, Ainbinder SW, Akhter MW, Andrew DE, Anti D, Archie CL, et
al. Maternal-Placental-Fetal Unit; Fetal & Early Neonatal Physiology In :
LANGE: Current Diagnosis and Treatment Obstetrics & Gynaecology 10 th
edition. USA: McGraw-Hill Companies. 2007. p. 1-11.
6. Huppertz B, Kingdom J. The Placenta and Fetal Membranes In: Dewhurst’s
Textbook of Obstetrics & Gynaecology 7th edition. India: Blackwell
Publishing. 2007. p. 19-26.
7. Chamberlain G. Obstetrics by Ten Teachers: Anatomy & Physiology of The
Placenta, Cord, and Membranes 16th edition. Edward Arnold. London. 1995. p.
7-12.
8. Imna. Gambaran Riwayat Obstetri (Persalinan) Ibu yang Mengalami Plasenta
Previa di RSUD dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2006-Juni 2010. Medan:
Universitas Sumatera Utara. 2011 [Skripsi]. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30489
9. Hanafiah TM. Plasenta Previa. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2004.
Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3513
43
10. Afriani A. Prevalensi Persalinan Seksio Sesaria Atas Indikasi Plasenta Previa
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 [Skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara. 2011. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31399
11. Sastawinata S, Martaadisoebrata D, Wierakusumah FF. Obstetri Patologi Ilmu
Kesehatan Reproduksi 2nd edition. Jakarta: EGC. 2005. p. 85-90.
12. Cunningham FG, et al. Obstetri Williams 21th edition. Jakarta: EGC. 2005. p. 685-
688, 592-604.
13. Oxorn, H. Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:
Yayasan Essentia Medica. 2003. p. 425-428.
14. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan 3 th edition.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2012. p. 365-76.
15. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri 2nd edition. Jakarta: EGC. 1998. p. 117-121,269-
279.
16. Oyelese, Y. Placenta Previa: The Evolving Role of Ultrasound. Ultrasound
Obstet Gynecol. 2009:34; 123–6.
17. Mose, JC. Perdarahan Antepartum In: Sastrawinata S.: Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC. 2005. p. 83-91.
18. Scearce, J and Uzelac, PS. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH De
Cherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology, 10th edition. New York: McGraw-Hill. 2007. p. 337-8.
19. Jauniax E, Collins S, Burton GJ. Placenta Accreta Spectrum: Pathophysiology
and Evidence-Based Anatomy for Prenatal Ultrasound Imaging. Am J Of
Obstet & Gynaecol. 2017. p. 1-13.
20. Eliza, Alfred. Prenatal Diagnosis of Placenta Accreta. USA: The American
Institute of Ultrasound in Medicine. 2013. p. 1-7
21. Fauzan, Iswari WA, Pardede TU, Darus F, Puspitasari B, Santana S, et. al.
USG untuk Deteksi Plasenta Akreta. CDK:44(8):2017; 586-90.
22. Publication Committee Society for Maternal-Fetal Medicine. Placenta Accreta.
American Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2010. Washington DC.
44
23. Rac MWF, Dashe JS, Wells E, Moschos E, McIntire DD, Twickler DM.
Ultrasound Predictors of Placental Invasion: the Placenta Accreta Index. Am J
Obstet Gynecol. 2015;212:343; e1-7.
24. Green – top Guideline No 27. Placenta praevia, placenta praevia accreta and
vasa praevia: diagnosis and management. Royal College of Obstetricans and
Gynaecologists. 2011.
.