Disusun oleh:
Farah Nurul Fathinah
030.13.070
Pembimbing:
dr. Guntur M Taqwin, SpAn, MSc
dr. Budi Hartanto, SpAn
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga referat dengan judul
“Induksi dan Inhalasi Pada Pediatri” dapat selesai pada waktunya.
Referat ini dibuat oleh dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti demi memenuhi tugas dalam menempuh Kepaniteraan di bagian Ilmu
Anestesi Rumah Sakit DR Soeselo Slawi. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Guntur M Taqwin, SpAn, MSc dan dr. Budi Hartanto SpAn, dokter
pembimbing yang telah memberikan saran dalam penyusunan referat
ini.
2. Teman-teman dokter muda dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini tidak luput dari kekurangan dan masih
jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis memohon maaf kepada para pembaca
atas kekurangan yang ada. Atas semua keterbatasan yang dimiliki, maka semua
kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan lapang hati agar ke
depannya menjadi lebih baik.
Akhir kata, demikian yang penulis dapat sampaikan. Semoga referat ini
bermanfaat dalam bidang kedokteran, khususnya bidang ilmu anestesi.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing,
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
DAFTAR ISI …................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pediatri ..................................................... 2
2.1.1 Sistem Respirasi .................................................................. 2
2.1.2 Sistem Kardiovaskular ......................................................... 5
2.1.3 Sistem Hepatobilier ............................................................. 6
2.1.4 Sistem Endokrin .................................................................. 6
2.1.5 Sistem Gastrointestinal ........................................................ 6
2.1.6 Sistem Termoregulasi .......................................................... 7
2.2 Anestesi Inhalasi .......................................................................... 7
2.3 Anestesi Intravena ........................................................................ 8
2.4 Persiapan dan Tindakan Anestesi ................................................. 9
2.4.1 Persiapan Alat ......................................................................9
2.4.2 Premedikasi ........................................................................10
2.4.3 Induksi ................................................................................11
2.4.4 Pelumpuh Otot ...................................................................12
2.4.5 Intubasi ...............................................................................12
BAB III KESIMPULAN................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 1
iv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
berada di pita suara sehingga penggunaan ETT tanpa cuff disarankan
untuk pasien pediatrik.
3
dan kondisi di bawah pengaruh anestesi. Kejadian ini menuntut adanya
pemberian ventilasi tekanan positif pada saat anestesi pasien anak-anak.
Resistensi jalan nafas dapat dihitung berdasarkan hukum Poiseuille,
dimana resistensi = 8 Ln/r . Radius memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan resistensi, dimana diameter saluran nafas pada anak
masih kecil, sehingga resistensi pada anak-anak cenderung lebih tinggi
daripada orang dewasa. Hal ini dapat diatasi dalam pemberian beberapa
obat anestesi yang memiliki efek untuk mendilatasi bronkus dan
mengurangi resisten. Namun, edema sebanyak 1 ml saja dapat mengurangi
jalan napas sebanyak 60%. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa
sebaiknya terdapat sebuah bocoran disekitar ETT untuk mencegah trauma
yang dapat menyebabkan edema subglottis.
Dinding dada anak kecil banyak mengandung jaringan tulang
rawan, sehingga lebih elastis dan menyebabkan compliance paru lebih
tinggi. Hal tersebut memudahkan paru kolaps ketika ada peningkatan kerja
ventilasi yang menuntut tekanan intratoraks yang lebih negatif. Otot
pernapasan bayi yang dominan adalah diafragma, dimana otot diafragma
bayi pada usia di bawah 2 tahun didominasi oleh serat otot tipe 2 yang
memiliki ketahanan terhadap beban berulang yang rendah dibandingkan
serat otot tipe 1. Hal ini menyebabkan diafragma bayi lebih mudah letih
bila terdapat peningkatan laju ventilasi, sedangkan laju ventilasi anak-anak
sendiri sudah lebih tinggi dari dewasa sehingga kemampuan untuk
meningkatkan usaha ventilasi secara efektif akan terbatasi. Kadar volume
dead space pada anak kecil dan dewasa cenderung sama, yaitu sekitar
33%. Namun, penggunaan alat-alat anestesi dapat meningkatkan volume
dead space dan menggangu ventilasi secara efektif, sehingga penggunaan
alat-alat anestesi harus diperhatikan dengan benar. Semua faktor tersebut
akan memudahkan terjadinya gangguan pernafasan dan desaturasi pada
anak. Dapat disimpulkan bahwa pengawasan kadar oksigen harus
dilakukan secara ketat.
4
2.1.2 Sistem Kardiovaskuler1-4
Ventrikel kiri pada anak-anak lebih nonkomplians dan serat-serat
kontraktil lebih sedikit. Namun, kebutuhan metabolisme anak-anak tetap
lebih tinggi dari orang dewasa, sehingga cardiac output juga harus
ditingkatkan (anak-anak: 200 ml/kg/min, dewasa: 70 ml/kg/min).
Cardiac output ditentukan dari kadar volume kuncup dan detak
jantung. Karena kontraktilitas ventrikel kiri yang rendah pada anak-anak,
maka kompensasi dicapai melalui peningkatan detak jantung. Hal ini
berujung pada saat dilakukan induksi anestesi, ventricular extrasystole
dapat terjadi, yaitu sebuah aritmia jantung yang dapat diatasi dengan
memperdalam anestesi. Di sisi lain, anak-anak lebih rentan terhadap
peningkatan tonus parasimpatis dan dapat dicetuskan oleh hipoksia
ataupun stimulus menyakitkan seperti pemasangan laringoskopi ataupun
intubasi. Hal tersebut dapat menurunkan cardiac output secara dramatis.
Kejadian ini dapat diatasi dengan pemberian atropine, sedangkan
bradikardia yang dicetus oleh hipoksia dapat diatasi dengan pemberian
oksigen dan ventilasi yang baik.
5
pertumbuhan, kemampuan untuk metabolisme obat akan meningkat secara
drastis dan menjadi siap dalam usia beberapa bulan. Fisiologi ini
disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) peningkatan aliran darah ke hati,
sehingga lebih banyak obat masuk ke dalam hati, dan (2) sistem enzim
yang diproduksi sudah dapat distimulasi oleh obat tersebut. Kadar albumin
dan beberapa protein yang dibutuhkan untuk berikatan dengan obat pada
plasma lebih rendah pada anak-anak dibandingkan dewasa. Kondisi
tersebut akan mengakibatkan lebih banyak obat bebas beredar di sirkulasi
karena tidak berikatan dengan albumin. Selain itu, kondisi
hiperbilirubinemia dapat terjadi karena perpindahan bilirubin dari albumin
yang disebabkan oleh obat, sehingga pasien menjadi ikterus.
6
digunakan sebagai kompensasi untuk menghasilkan panas karena bayi
berusia di bawah usia tiga bulan tidak dapat menggigil. Suhu ruangan yang
disarankan pada saat operasi adalah 34°C untuk bayi prematur, 32°C untuk
neonatus, dan 28°C untuk remaja dan dewasa. Hipotermia pada anak-anak
dapat menyebabkan depresi napas, asidosis, penurunan cardiac output,
meningkatkan durasi efek obat, menurunkan kadar trombosit, dan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
7
2.3 Anestesi Intravena
Pasien neonatus memiliki proporsi cardiac output yang mencapai otak
lebih besar dibandingkan pasien anak, sehingga dosis untuk induksi diberikan
lebih kecil. Salah satu obat yang paling sering digunakan untuk anestesi intravena
adalah propofol meskipun penggunaan di bawah umur tiga tahun belum
direkomendasikan. Dalam pemberian obat anestesi intravena, perlu diketahui
interval dosis pemberian obat harus diperpanjang agar tidak terjadi toksisitas. 3
Dosis untuk anestesi intravena pada anak-anak harus disesuaikan karena massa
otot dan lemaknya berbeda dari orang dewasa. Efek samping dari propofol yang
dapat muncul adalah bradikardia dan hipotensi dimana insidensi bradikardia pada
anak-anak 10-20% lebih tinggi daripada orang dewas. Hhal ini penting
dipertimbangkan karena pada pasien anak fungsi baroreseptor belum sempurna,
sehingga pengaturan cardiac output didominasi oleh peningkatan laju nadi..
8
mcg/kg/menit
Peralatan Elektronik :
Lampu ruangan
Mesin anestesia
Mesin penghangat tempat tidur
Infusion pump
Syringe pump
Defibrilator
2.4.2 Premedikasi3,7
Tujuan pemberian premedikasi pada pasien anak sama dengan
orang dewasa, yakni untuk mengurangi ansietas pasien, mengurangi rasa
nyeri yang dialami, menurunkan dosis obat untuk induksi, serta
9
mengurangi sekresi jalan napas. Namun pemberian premedikasi pada anak
dapat memfasilitasi perpisahan dengan orang tua dan memudahkan proses
intubasi bila dibutuhkan. Beberapa obat pre-medikasi yang paling sering
diberikan adalah midazolam dan ketamine. Pemberian obat sedasi harus
diberikan hati-hati bila pasien memiliki gangguan saluran napas dan
pemberian harus dihindari bila pasien memiliki gangguan neurologis atau
peningkatan tekanan intrakranial serta bila ada resiko besar terjadinya
aspirasi atau regurgitasi di lambung.
2.4.3 Induksi
Induksi dapat dilakukan baik dengan metode inhalasi maupun
metode intravena. Metode inhalasi dapat digunakan apabila pasien takut
terhadap jarum, tidak kooperatif atau sulit mencari akses vena. Namun
10
metode inhalasi merupakan teknik yang memerlukan dua orang, dimana
orang pertama harus mempertahankan jalan nafas dan orang kedua
mencari akses vena dan memasukan obat-obatan intravena sesuai indikasi.
Obat-obatan inhalasi anestesi yang paling sering diberikan adalah
halothane dan sevoflurane. Halothane memiliki bau yang manis sehingga
mudah dihirup dan bila ditambah dengan N2O dapat mempercepat induksi
serta durasi obat yang lebih lama namun dapat menimbulkan arritmia
sehingga penggunaanya sudah mulai ditinggalkan. Sevoflurane tidak
bersifat irritatif dan memiliki onset yang lebih cepat dan durasi yang lebih
pendek namun dapat menyebabkan delirium pada saat pasien sadar. Pilihan
obat untuk induksi intravena adalah propofol, thiopental dan ketamine.
11
2.4.4 Intubasi9,10
Sesuai anatomi jalan napas pasien anak, pada intubasi disarankan
menggunakan blade lurus, namun blade bengkok dapat digunakan bila
pasien memiliki berat 6-10 kg. Penggunaan ETT lebih disarankan jenis
tanpa cuff pada pasien berusia dibawah 8 tahun, serta usahakan terdapat
sedikit bocoran pada ETT. Ukuran ETT pada anak-anak dapat
menggunakan rumus Modified Cole formula dan Khine Formula: [(Usia/4)
+ (4, bila tanpa cuff jadinya ditambah 3)]. Kedalaman ETT dapat
diperkirakan dengan menggunakan rumus: [(Usia/2) + (12)] bila pada anak
berusia lebih dari dua tahun. Bila usia anak kurang dari dua tahun, maka
digunakan rumus: (Ukuran ETT X 3). Kedalaman ETT dapat
diperhitungkan dengan rumus namun tetap harus disesuaikan secara klinis
dengan mendengarkan suara napas kedua paru pasien. Penggunaan LMA
disesuaikan dengan berat badan pasien.
12
2.5 20-30 kg
3 >30 kg
BAB III
KESIMPULAN
13
Pasien pediatri memiliki struktur anatomi, fisiologi, dan pertimbangan
farmakologi yang unik dalam melakukan tindakan anestesi. Pediatri dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu neonatus (usia 0-28 hari), infant (usia 29 hari –
12 bulan), anak (usia 1-12 tahun), dan remaja (usia 13-16 tahun). 4 Tindakan yang
dilakukan dibedakan berdasarkan usia, dimana kelompok neonatus (usia 0-28
hari) memiliki tendensi mengalami efek samping terhadap sistem kardiopulmonal.
Risiko tindakan anestesi terhadap anak akan menurun seiring dengan peningkatan
usia anak. Hal ini menyimpulkan bahwa diperlukan keahlian khusus dalam
melakukan tindakan anestesi pada anak-anak, terutama usia yang masih muda
dikarenakan tingkat kerentanan terhadap komplikasi pemberian obat maupun
tindakan anestesi yang tinggi.
Sistem organ anak masih berkembang dan masih belum sempurna.
Organogenesis dimulai pada minggu ke-8, dimana masing-masing sistem akan
mengalami pematangan lebih lanjut sesuai dengan perkembangannya. Hal ini
melandasi konsep penggunaan anestesi harus diperhatikan lebih ketat dalam
memantau efek obat dan tindakan yang diberikan terhadap sistem organ tersebut.
Sistem organ yang penting dalam anestesi adalah sistem respirasi, sistem
kardiovaskuler, sistem ginjal, dan sistem hepar.
Secara anatomis, jalur pernafasan anak-anak lebih sempit dan pendek,
sehingga pemasangan intubasi harus dilakukan dengan hati-hati. Selain itu,
sekresi saliva lebih banyak, sehingga penggunaan suction harus dipertimbangkan.
Regulasi pernafsan pada anak-anak sama seperti orang dewasa yang dipengaruhi
dan diatur oleh pH dan pCO2, tetapi anak-anak lebih rentan terhadap terjadinya
desaturasi oksigen karena kebutuhan metabolik yang tinggi. Otot pernapasan pada
anak-anak didominasi oleh otot diafragma dimana otot bayi diafragma mudah
letih dan bila ada penyakit yang menyebabkan tekanan intra-abdomen meningkat,
maka proses ventilasi anak akan terganggu. Sistem kardiovaskuler anak-anak
lebih aktif dari orang dewasa dengan nilai laju jantung 2-3x lipat di atas orang
dewasa. Enzim untuk metabolisme obat pada hati bayi belum berkembang
sepenuhnya, sehingga pemberian obat-obatan harus diperhatikan. Bayi juga rentan
14
terhadap hipoglikemi karena cadangan glikogen yang sedikit dan juga hipotermi
karena permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bansal T, Hooda S. Anesthetic Considerations In Paediatrics Patients. JIMSA
15
2013;26(2):127131.
2. Abdelmalak B, et al. Anesthesiology. 2nd ed. United States of America:
McGrawHill. 2012. p.
3. Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar anestesiologi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia / RS Cipto Mangankusumo. 2012. p.
4. Macfarlane F. Pediatric Anatomy and Physiology and the Basis of Pediatric
Anesthesia. Mater Children’s Hospital. Available at:
https://www.aagbi.org/sites/default/files/7-Paediatric-anatomy-physiology-
and-the-basics-of-paediatric-anaesthesia.pdf. Accessed on December 20, 2018.
5. Insoft, Robert M, David I. Growth and Development. A practice of
Anaesthesia for Infants and Children, 4th ed. Philadelphia: Elsevier. 2009.
6. Alcorn J, Mc Namara PJ. Ontogeny of hepatic and renal systemic clearance
pathways in infants: part 1. Clin pharmacokinet 2002; 41: 959-98.
7. Lerman J, Schmitt Bantel BI, Gregory GA, et al. Effect of age on the
solubility of volatile anesthetics in human tissues. Anesthesiology 1986; 65;
307-11.
8. Rupp K, Holzki J, Fischer T, Keller C. Pediatric Anesthesia. 1st Edition.
Germany: Drager. 1999.
9. Matsumoto T, Carvalho WB. Tracheal Intubation. J Pediatr 2007; 83: S83-90.
10. Esther Weathers. Neonatal And Pediatric Cuffed Endotracheal Tubes: Safety
And Proper Use. KC Educational Counseling Services. 2016.
16