Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi
berlangsung sampai 12 18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama
perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasit telah melakukan penetrasi ke
pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan.
Pertumbuhan ini berjalang terus, sehingga timbul ruangan-ruangan interviler di mana
vili korialis seolah-olah terapung-apung diantara ruangan-ruangan tersebut sampai
terbentuknya plasenta.
Pada kehamilan seorang ibu bukan hanya menyiapkan persalinan tetapi juga
harus mempersiapkan untuk proses laktasi. Pemberian ASI kepada bayi baru lahir
merupakan suatu hal penting karena mempunyai manfaat besar bagi ibu dan bayi.
proses laktasi merupakan hal yang fisiologis yang di alami oleh setiap ibu. Dalam
prosesnya, laktasi mempunyai beberapa tahap dan perlu di pahami.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah disusunnya makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
dan memahami tentang plasentasi dan laktasi.
2. Tujuan Khusus
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat mengetahui cara untuk
meningkatkan pengetahuan terhadap pengertian dari plasentasi dan laktasi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat.





2

BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1. Pengertian plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi
embrio ke dalam endometrium, plasentasi akan dimulai. Pada manusia plasentasi
berlangsung sampai 12 18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama
perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasit telah melakukan penetrasi ke pembuluh
darah endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang
berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini
berjalang terus, sehingga timbul ruangan-ruangan interviler di mana vili korialis seolah-
olah terapung-apung diantara ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta.
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat didentifikasi dan dimulai
pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin in berakhir di lengkung kapilar
(capillary loops) di dalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah
maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine. Vili
korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kea rah kavum uteri disebut desidua
kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis;
di situ plasenta akan dibentuk. Desisua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah
desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubung oleh jonjot-jonjot yang dinamakan
vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibrolas mesodermal tubuh disekitar
embrio dan melapisi pua sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian, di sini korion
disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang
mendapat makanan , karea hasil konsepsi bertumbuh kea rah kavum uteri sehingga
lambat-laun menhilang; korion yang gundul ini disebut korion laeva.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak
ada percampuran darah antara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel desidua yang
tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan
fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan, plasenta terlepas dari
endometrium pada lapisan Nitabuch ini.

3


1.2.Pengertian plasenta

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan Plasenta makin lama makin
bear dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16
minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik
buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan ibu
dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa hormon penting dalam kehamilan yaitu
Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human Plasenta Lactagen (PHL).

1.3. Bentuk dan Ukuran

Bentuk bundar/oval
Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
Berat rata-rata 500-600 gram
Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat ditengah/ sentrali,
disamping/ lateralis, atau di ujung tepi/ marginalis.
Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi
selaput tipis desidua basalis
Disisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh orion) menuju tali
pusat. Orion diliputi oleh amnion
Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 3000cc/menit (20 minggu) meningkat 600 cc
7000 cc/menit (aterm)

1.4 Letak Plasenta

Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang
agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus
uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.


1.5 Keadaan Plasenta, dibagi menjadi dua :

A. Bagian ibu/permukaan maternal :
1. Permukaan yang menghadap ke dinding rahim
2. Warnanya merah tua
3. Permukaannya kasar beralur-alur sehingga seolah-olah terbagi
dalam beberapa belah yang disebut kotiledon
4. Permukaan maternal mempunyai 15-20 kotiledon

B. Bagian janin/ permukaan fetal :
1. Permukaan menghadap kearah janin, tampak licin dan berwarna putih kuning.
2. Permukaan fetal diliputi lapisan amnion yang tipis dan bening
sehingga kelihatan membayang dibawahnya pembuluh darah yang
bercabang.
3. Pada permukaan janin dan plasenta terutama tali pusat
4. Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta
4

5. Tebalnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning dan tampak terpilih yang
tidak sama tebalnya pada semua tempat didalam tali pusat terdapat tiga
pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis

1.6 Pembentukan Plasenta

Pada minggu-minggu pertama perkembangan, jonjot-jonjot meliputi seluruh
permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, jonjot pada kutub embrional terus
tumbuh dan meluas membentuk korion frondosum (korion berjonjot lebat seperti semak-
semak).Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi dan menjelang bulan
ketiga sisi korion ini menjadi halus dan disebut korion leave. Setelah minggu pertama
(hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplantasi di
endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua
lapis yang berbeda :
1. sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, di sebelah
dalam (dekat embrioblas).
2. sinsitiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar
(berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini akan berkembang
menjadi PLASENTA

1.7 Tahap Pembentukan plasenta

1. Stadium berongga (lacunar stage).
Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh
menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan
sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan.

2. Sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian
terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium
(sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid.
Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta/sistem
sirkulasi feto-maternal.
Antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser,
terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan
penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional. Bagian yang
berbatasan dengan sitotrofoblas disebutmesoderm ekstraembrional somatopleural,
kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).Bagian yang berbatasan
dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebutmesoderm ekstraembrional
splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran
blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblasyang telah
dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas
saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.

3. Terbentuknya rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau
rongga korion (chorionic space).
Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang
makin lama makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan
kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom
5

ekstraembrional(extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic
space).
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan
sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok
sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot
ini memanjang sampai bertemu dengan alirandarah ibu.

4. Terbentuknya tali pusat
Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang
terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub
embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot
sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari intimesoderm dilapisi selapis sel
sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.
Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang
dimilikinya, mesodermdalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan
pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi
suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier/tertiary stem villi) .
Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas, sehingga
jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya
dihubungkan oleh sedikit jaringanmesoderm yang kemudian menjadi tangkai
penghubung (connecting stalk). Mesodermconnecting stalk yang juga memiliki
kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh
darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.

5. Sirkulasi feto-maternal.
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring
denganperkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa,
terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat,
sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun
demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut
sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan
lapisan korion.
Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan
dengan komponensirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem
tersebut dinamakan sirkulasi feto-maternal.

6. Plasenta dewasa
Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta dewasa /
lengkap yang normal :
1. Bentuk bundar / oval
2. diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3. berat rata-rata 500-600 g
4. insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis,
di samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
5. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput
tipis desidua basalis.
6. di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali
pusat. Korion diliputi oleh amnion.
6

7. sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai
600-700 cc/menit (aterm).

1.8. Tali Pusat
Tali pusat tali yang menghubungkan janin dengan urin dengan ciri :
1. Tebal kira-kira sebesar jari
2. Panjang 50 cm
3. Berwarna putih kuning
4. Tampak terpilin dan tidak pada semua tempat tebalnya

Tali pusat duliputi oleh amnion yang sangat erat melekat. Selain berisi arteri dan
vena umbilikalis, tali pusat berisi pula zat seperti agar-agar yang disebut Selei Wharton.

1.9. Macam-macam Plasenta
Berdasarkan bentuknya :
a. plasenta normal
b. plasenta membranasea
c. plasenta suksenturiata
d. plasenta spuria
e. plasenta bilobus
f. plasenta trilobus

Berdasarkan dinding rahim :
a. plasenta adhesive
b. plasenta akreta
c. plasenta inkreta
d. plasenta perkreta

1.10. Fungsi Plasenta
Fungsi plasenta bagi janin :
1. Organ respirasi
2. Organ transfer nutrisi dan ekskresi
3. Organ untuk sintesa hormone

Diperkirakan pula memiliki peranan sebagai barier imunologis yang melindungi
janin dari reaksi penolakan oleh sistem imunologi maternal. Transportasi bahan melalui
plasenta berlangsung melalui :
1. Transportasi pasif :
Difusi sederhana [simple diffusion
Difusi dengan fasilitas [facilitated diffusion]
2. Transportasi aktif :
Reaksi enzymatic
Pinocytosis

Mekanisme diatas memerlukan energi dan kecepatan metabolisme plasenta yang
sebanding dengan yang terjadi pada hepar atau ginjal, misalnya :

a. Ekskresi
7

Ginjal, hati dan usus janin belum berfungsi dengan baik sebagai alat
pembuanga. Sisa metabolisme akan dibuang melalui plasenta yang dapat
menghubungkan janin dengan dunia luar secara tidak langsung.
Zat utama yang diekskresi adalah karbon dioksida ( CO
2
). Bilirubin juga
diekskresi karena sel darah merah diganti relatif sering. Terdapat sedikit pemecahan
jaringan yang terpisah serta jumlah urea dan asam urat yang diekskresi sangat sedikit.

b. Nutrisi
. Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui
metodetransfer aktif yang melibatkan proses enzymatik. Nutrien yang komplek akan
dipecah menjadi komponen sederhana sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi
ulang pada villi chorialis janin. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi
pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperoleh dari asam amino.
Jumlah glukosa yang mengalami transfer meningkat setelah minggu ke 30.
Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per kilogram berat
janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan lemak.
Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung, belakang
skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram perhari sehingga pada
kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin berupa lemak. Hal ini menyebabkan
adanya cadangan energi sebesar 21.000 KJ dan diperlukan untuk fungsi metabolisme
dalam regulasi suhu tubuh janin pada hari-hari pertama setelah lahir.
Pada bayi preterm atau dismatur, cadangan energi lebih rendah sehingga akan
menimbulkan permasalahan.
Lemak dalam bentuk asam lemak bebas sulit untuk di transfer. Lemak yang
mengalami proses transfer di resintesa kedalam bentuk fosfat dan lemak lain dan
disimpan dalam jaringan lemak sampai minggu ke 30. Setelah itu, hepar janin
memiliki kemampuan untuk sintesa lemak dan mengambil alih fungsi metabolisme.
Dalam sirkulasi janin terdapat fetal hemoglobin (F) yang memiliki afinitas
tinggi terhadap oksigen dan sebaliknya mudah melepaskan karbon dioksida melalui
sistem difusi dalam plasenta.
Dengan adanya perbedaan afinitas tersebut, plasenta dapat menjalankan
fungsinya sebagai alat pernapasan. Makin tua kehamilan, semakin tinggi
konsentrasi adult hemoglobin (A) sebagai persiapan bernapas melalui paru-paru pada
saat kelahiran.

c. Respirasi
Vaskularisasi yang luas didalam villi dan perjalanan darah ibu dalam ruang
intervilus yang relatif pelan memungkinkan pertukaran oksigen dan CO
2
antara darah
ibu dan janin melalui difusi pasif. Setelah kebutuhan plasenta terpenuhi, eritrosit janin
mengambil oksigen dengan saturasi 70% dan PO
2
30 40 mmHg, sudah memadai
untuk memenuhi kebutuhan janin. CO
2
melewati plasenta dengan difusi pasif.
Ion Hidrogen, bicarbonate dan asam laktat dapat menembus plasenta
melalui difusi sederhana sehingga status keseimbangan asam-basa antara ibu dan anak
sangat berkaitan erat. Oleh karena transfer berlangsung perlahan, janin dapat
melakukan buffer pada kejadian penurunan pH, kecuali bila asidosis maternal
diperberat dengan dehidrasi atau ketoasidosis sebagaimana yang terjadi pada partus
lanjut dimana janin dapat mengalami asidosis.
Efisiensi pertukaran ini tergantung pada pasokan darah ibu melalui arteri
spiralis dan fungsi plasenta. Bila pasokan darah ibu terbatas seperti yang terjadi pada
penyakit hipertensi dalam kehamilan, penuaan plasenta sebelum saatnya , kehamilan
8

postmatur, hiperaktivitas uterus atau tekanan talipusat, maka ketoasidosis pada janin
dapat terjadi secara terpisah dari asidosis maternal.

d. Pembentukan Hormon
Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya
hormon yang analog dengan hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon steroid.
Hormon Properti
Human Chorionic Somatotropin
hCS
Serupa dengan Growth Hormon dan
Prolaktin
Human Chorionic Gonadotropin
hCG
Stimulasi steroidogenesis adrenal dan
plasenta. Analog LH
Human Chorionic Gonadotropin
hCT
Analog dengan Thyrotropin
Corticotropin Releasing Hormon
CRH
Seperti pada deasa
Estrogen
Komplek. Stimulasi aliran darah dan
pertumbuhan uterus
Progestogen Implantasi dan relaksasi otot polos
Adrenocorticoid
Induksi sistem ensim dan maturasi
janin
Sejumlah produk plasenta dan metabolisme janin dapat digunakan untuk
skrining penyakit janin. Pengukuran alfafetoprotein yang dihasilkan oleh hepar,usus
dan yolc sac janin dapat digunakan untuk deteksi sejumlah kelainan anatomi .
Bersama dengan penentuan serum hCG maternal, dapat diperhitungkan terjadinya
trisomi.

e. Transfer Obat
Transfer obat melalui plasenta tidak berbeda dengan nutrien lain pada
umumnya. Kecepatan transfer dipengaruhi oleh kelarutan dari molekul ion didalam
lemak dan ketebalan trofoblas. Pada paruh kedua kehamilan, trofoblas menjadi tipis
dan area plasenta bertambah luas sehingga transfer obat dapat berlangsung lebih
mudah.
Obat ilegal (narkotika, cocain dan marihuana) yang dikonsumsi oleh ibu hamil
dapat melewati plasenta dan dapat mengganggu perkembangan janin. Dampak dari
hal ini sulit ditentukan oleh karena selain obat ilegal, pasien biasanya juga adalah
perokok atau peminum alkohol.
Pertumbuhan janin cenderung terhambat dan mengalami kelainan kongenital
tertentu, Seringkali mengakibatkan terjadinya persalinan preterm dan anak yang
dilahirkan dapat menunjukkan sindroma withdrawal.

1.11. Kelainan Plasenta
1. Insersio Marginalis
a. Tali pusat di pinggir plasenta
b. Tidak menimbulkan kesulitan





9

2. Insersio Velamentosa

a. Tali pusat tidak tertanam pada plasenta, tetapi diselimuti janin
b. Pembuluh-pembuluh darah tali pusat bercabang dalam selaput janin
c. Klinis: Bila kebetulan bagian selaput janin yang mengandung pembuluh
darah berada di kutub bawah (vasa previa) maka pada waktu pembuluh darah
putus dan menyebabkan perdarahan yang berasal dari janin sehingga janin akan
meninggal
3. Plasenta Bilobata

a. Uri yang terdiri dari 2 bagian
b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan
4. Plasenta Fenestra

a. Uri yang berlobang
b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan
5. Plasenta Marginata (Sirkumvalata)

a. Pada pinggir uri terdapat suatu lingkaran jaringan tebal yang berwarna putih
selebar 4 5 cm
b. Jaringan putih ini sesungguhnya lipatan dari jaringan selaput janin
c. selaput janin tidak melekat pada pinggir jaringan uri tetapi agak ke tengah
d. Klinis: dapat menimbulkan perdarahan sebelum persalinan
10

6. Plasenta Suksenturiata

a. Disamping uri yang normal didapatkan uri tambahan kecil yang terpisah
b. Diantar auri tambahan dan uri yang normal ada hubungan pembuluh darah
c. Klinis; Bila pada waktu persalinan, ada uri tambahan yang tertinggal maka dapat
terjadi perdarahan post partum, oleh karena itu bila pada pemeriksaan uri dalam
selaput janin terdapat pembuluh darah yang terputus dan terbuka, maka harus
diperhatikan kemungkinan adanya plasenta suksenturiata.


2.1. Pengertian laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral
dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Payudarah atau mammae adalah
perlengkapan organ reproduksi pada wanita yang mempersiapkan pembentukan air
susu ibu pada saat menyusui kelak,Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudarah,dengan berat kira-kira 200 gram,yang kiri umumnya lebih besar dari yang
kanan.pada waktu hamil payudarah membesar,mencapai 600 gram dan pada waktu
menyusui bisa mencapai 800 gram.

2.2. Produksi air susu ibu (prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan
berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen
dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI. Dalam fisiologi laktasi prolaktin suatu hormon yang
disekresi oleh glandula pituitari anterior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi
walupun tingkat hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan,
kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepas atau keluarnya
plasenta pada akhir proses persalinan, maka tingkat estrogen dan progesteron
berangsur-angsur turun sampai tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya
prolaktin. Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat
diekstrasi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan molekul-
molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan
mendorongnya menuju ke tubuli laktifer.
Peningkataan tingkat prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan
demikian juga memiliki fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2
sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.Tingkat prolaktin
paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian pertama pemberian air susu
dilakukan pada malam hari, yang biasanya memang demikian, maka metode-metode
kontrasepsiyang lebih reliabel harus dipakai ketika ingin mengindari kehamilan.
11

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Tingkat estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga
terjadi sekresi ASI. Pada ada dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan
refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

1. Refleks prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan,
yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting
susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan produksi faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang produksi faktor driver sekresi
prolaktin. Faktor driver sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu.
Tingkat prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 - 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi
dan rangsangan puting susu

2. Refleks aliran (let down reflek)
12


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,
hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel
akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung / pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, antara lain :
1. Refleks menangkap (rooting refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh
ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi
akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.



2. Refleks menghisap
13


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke
dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah
areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

3. Refleks menelan

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.
Pada akhir kehamilan, terjadi sekresi cairan jernih kekuningan yang disebut
kolustrum yang mengandung imunoglobulin, produksi kolustrum terus meningkat
pasca persalinan dan digantikan dengan produksi ASI. Tingkat estrogen menurun
dengan cepat 48 jam pasca persalinan sehingga memungkinkan berlangsungnya
aktivitas HPR terhadap sel alveolus untuk inisiasi dan mempertahankan proses laktasi.
Proses laktasi semakin meningkat dengan isapan pada payudara secara dini dan sering
oleh karena secara reflektoar, isapan tersebut akan semakin meningkatkan harga HPR
Emosi negatif [kecemasan ibu bila ASI tak dapat keluar] menyebabkan penurunan
sekresi prolaktin melalui proses pelepasan prolactine-inhibiting factor (dopamin) dari
hipotalamus. Pada hari ke 2 dan ke 3 pasca persalinan, HPR merangsang alveoli untuk
memproduksi ASI. Pada awalnya, ASI menyebabkan distensi alveolus dan ductus
kecil sehingga payudara menjadi tegang.
2.3.Produksi air susu (oksitosin)
Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke
papilla mammae. Keluarnya ASI terjadi akibat kontraksi sel mioepitelial dari alveolus
dan ductuli (gambar atas) yang berlangsung akibat adanya reflek ejeksi ASI (let-down
reflex). Reflek ejeksi ASI diawali hisapan oleh bayi hipotalamus hipofisis
mengeluarkan oksitosin kedalam sirkulasi darah ibu (gambar atas) . oksitosin
menyebabkan terjadinya kontraksi sel mioepitelial dan ASI disalurkan kedalam
alveoli dan ductuli ductus yang lebih besar penampungan subareolar.
14

Oksitosin mencegah keluarnya dopamin dari hipotalamus sehingga produksi
ASI dapat berlanjut. Emosi negatif dan faktor fisik dapat mengurangi reflek ejeksi
ASI, tugas perawatan pasca persalinan antara lain meliputi usaha untuk meningkatkan
keyakinan seorang ibu bahwa dia mampu untuk memberikan ASI kepada bayinya.
1. Tekanan dari belakang
Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli
tersebut ke dalam tubuli laktifer dan pengisapan oleh bayi akan memacu sekresi
air susu lebih banyak.
2. Refleks neurohormonal
Ketika bayi disusui, maka gerakan mengisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang ada di dalam glandula pituitaria
posterior.akibat langsung refleks ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari hipofisis
posterior: hal ini akan menyebabkan sel-sel miopitel (sel keranjang atau sel laba-
laba) di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam
pembuluh lactifer dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke
dalam ampulla. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya
jahitan perineum. Dengan demikian penting untuk menempatkan ibu falam posisi
yang nyaman, santai dan bebas dari rasa sakit terutama pada jam-jam menyusukan
anak. Sekresi oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uteus berkontraksi
dan membantu involusi uterus selama puerperium (masa nifas).

2.4.Pemeliharaan laktasi
Penyediaan berlangsung terus sesuai kebutuhan. Ketika bayi tidak disusui,
maka tidak akan dimulai penyediaan air susu. Bila seorang ibu bayi kembar menyusui
kedua bayinya bersama, maka penyediaan air susu akan tetap cukup untuk kedua bayi
tersebut. Maka sering bayi disusui, penyediaan air susu ibu juga makin baik. Dua
faktor penting untuk pemeliharaan laktasi tersebut adalah:
1. Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusui, terutama pada hari-hari
neonatal awal. Penting bahwa bayi difiksasi pada payudara dengan posisi yang
benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan
gusi b a yi sebaiknya berada pada kulit areola, sehingga tekanan diberikan kepada
ampula yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan
demikian bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla mammae. Bila ibu
mengeluh rasa sakit, maka bayi tidak terfiksasi secara baik. Sebagai respons
terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari glandula pituitasi anterior dan
demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu
alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal, maka ibu dapat memeras air
susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Tetapi
pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan kedua cara tersebut.

Fiksasi
15

Fiksasi bayi (yaitu aposisi yang benar antara lidah dengan gusi bayi
terhadap papilla dan areola mammae ibu) adalah seni yang harus
dipelajari oleh peserta didik sebelum mereka mencoba melatih ibu-ibu
muda. Ibu, bayi dan bidan yang mengajari perlu menemukan posisi yang
nyaman untuk mencapai maksud ini, dan mungkin perlu mencoba posisi
yang berbeda-beda.

2. Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara
yang lain. A pabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada
pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama
kali. Atau bayi mu n gkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara
yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Bila diinginkan bayi
benar-benar puas(kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama
(fore-milk) maupun air susu kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini
hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara. Penting
bahwa bayi minum air susu ketika ia menginginkannya dan selama ia ingin
minum, maka penyediaannya jangan sampai tidak cukup atau berlebihan. Ketika
air susu yang diproduksi tidak dikeluarkan maka laktasi akan tertekan (mengalami
hambatan) karena terjadi pembengkakan alveoli dan sel keranjang tidak dapat
berkontraksi. ASI tidak dapat dipaksa masuk kedalam ductus lactifer. Tidak
terlalu ditekankan disini bahwa memberikan ASI saat dibutuhkan dan melakukan
stripping payudara setiap menyusui an a k juga penting untuk memelihara
laktasi. Rutinitas dan pola minum ASI akan terbentuk dan minumnya akan lebih
jarang ketika laktasi telah berfungsi penuh.

3. Keuntungan ASI
a. keuntungan ASI untuk bayi :
ASI mengandung antibodi dalam jumlah besar yang berasal dari tubuh
seorang ibu. Antibodi tersebut membantu bayi menjadi tahan terhadap
penyakit, selain itu juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Telah
terbukti bahwa bayi yang diberi ASI lebih kuat dan terhindar dari beragam
penyakit seperti asma, pneumonia, diare, infeksi telinga, alergi, SIDs,
kanker anak, multiple scleroses, penyakit Crohn, diabetes, radang usus
buntu, dan obesitas.
Hormon yang terdapat di dalam ASI menciptakan rasa kantuk dan rasa
nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan kolik atau bayi yang
sedang tumbuh gigi dan membantu membuat bayi tertidur setelah makan.
Menyusui membantu perkembangan otak. Bayi yang diberi ASI rata-rata
memiliki IQ 6 poin lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu
formula.
16

Menyusui secara psikologis baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan
ibu. Jika seorang sedang membaca atau mengecek email saat menyusui,
bayi tetap mendapat manfaat dari kehangatan dan keamanan karena
meringkuk ke tubuh ibunya.

b. Keuntungan untuk Ibu :
Cara paling mudah untuk menurunkan berat badan! Menyusui membakar
ekstra kalori sebanyak 200-250 per hari. Biarkan wanita lain berkeringat di
tempat senam, semua yang perlu Anda lakukan adalah berpelukan dengan
bayi Anda.
Menyusui itu gratis. Biaya untuk susu formula selama seminggu bisa
mencapai ratusan ribu rupiah. Dan biaya selama setahun untuk susu formula
mencapai lebih dari jutaan rupiah . Dan lebih dari itu Anda harus membeli
perlengkapan seperti dot, botol dan peralatan sejenisnya kemudian Anda
harus menjaga barang-barang tersebut tetap bersih.
ASI selalu siap tersedia. Tidak perlu mencampur susu formula atau
menunggu menghangatkan, sementara bayi menjerit tak bisa ditenangkan.
Tidak perlu khawatir kehabisan ketika tengah malam atau tidak cukup
membawa susu formula tersebut ketika sedang berpergian.
ASI merupakan metode kontrasepsi yang alami
Pelepasan hormon oksitosin ketika menyusui meningkatkan perasaan
tenang, nyaman, dan cinta untuk bayi.
Menyusui bagus untuk kesehatan. Menyusui membantu uterus kembali ke
ukuran normal lebih cepat dan mencegah perdarahan. Wanita yang
menyusui memiliki iinsiden lebih sedikit terkena osteoporosis dan beberapa
tipe kanker termasuk kanker payudara dan kanker ovarium.

4. Perbedaan pemberian ASI dengan pemberian susu formula
Pemberian susu formula ini adalah susu selain ASI yang juga biasa diberikan
kepada bayi pada umumnya dan bahan dasar susu formula ini adalah dibuat dari
susu sapi, atau pun susu kambing dan susu kedelai . Dan demikian yang disebut
dengan 'Susu Formula' dan juga pengertian susu formula. Hal ini akan terdengar
ilmiah, karena memang susu formula tersebut diubah formulanya dengan
mempertimbangkan keamanannya dan kegunaan serta manfaatnya bagi sistem
percernaan bayi serta anak.anak. Meskipun susu formula tersebut telah
dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan "kandungan ASI" tentunya tidak
akan sama dengan ASI (Air Susu Ibu) yang sesungguhnya. Manusia khususnya
17

adalah kaum wanita bisa memproduksi susu yang benar-benar diperuntukkan
untuk khusus bayi. Sedangkan susu formula yang berasal dari mamalia lain tentu
berbeda, dan walau sempurna bagi keturunannya, tentunya tidak bisa disamakan
dengan pemberian ASI oleh seorang ibu kapada anak-anaknya.

5. Berapa Kali dan Berapa Lama Pemberian ASI Pada Bayi
Pada awalnya, bayi akan disusui sekitar setiap dua sampai tiga jam. Pada masa
awal ini, bayi menghisap selama lima sampai dua puluh menit pada setiap
payudara, bisa lebih cepat atau lebih lama tergantung keinginan bayi.
Bayi mungkin hanya ingin menyusui pada satu payudara dan setelah itu
tertidur. waktu menyusui berikutnya, sodorkan payudara yang satu lagi.
Gunakan peniti di BH untuk mengingat payudara mana yang terakhir. Jika
bayi ingin menyusui dari dua payudara, berikanlah.
Tidak perlu dijadwal, turutilah on demand atau kapanpun bayi meminta
minum.
Beberapa meminum ASI sedikit sedikit, dan sering (karena ASI sangat mudah
dicerna dan diserap). Karena itu, biarkanlah bayi mengatur kapan mereka mau
ASI. Tidak ada kata jarak antar minum terlalu sebentar, karena saat bayi
mengatur asupan ASI mereka, payudara akan mengatur produksi ASI secara
otomatis. Jarak antar minum setidaknya 45 menit adalah cukup normal saja
untuk bayi yang baru lahir.
Lambat laun, jarak antar minum ini akan bertambah jarang dengan tumbuhnya
bayi, hingga 2-3 jam sekali. Namun, sewaktu waktu, ada saatnya bayi
mengalami lonjakan pertumbuhan (growth spurts), selama kira-kira 2-3 hari.
Growth spurts itu seringkali terjadi umur 3 minggu, 6 minggu, 3 bulan, dan 6
bulan. Saat itu, bayi akan membutuhkan lebih banyak susu dari sebelumnya,
sehingga dia akan meminta ASI lebih sering bahkan setiap setengah jam,
selama 2-3 hari itu. Tidak apa apa, turuti saja kemauan bayi itu seberapa
seringnya pun, karena payudara anda akan beradaptasi dengan membuat ASI
lebih banyak lagi. Setelah beberapa hari, jarak antar menyusui akan menjadi
lebih jarang kembali.
6. Perbedaan prolaktin dengan oksitosin
Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan
berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan
adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli.
Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
18

Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau
ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses
laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam
pembuluh ampula.Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi,
juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Biladuktus melebar, maka secara
reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.


2.5.Komposisi ASI dan Stadion Laktasi
1. kolostrum (susu jolong) pelindung yang kolosal
a. kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi
dan berpotensi tinggi.
b. komposisi kolostrum rata-rata mengandung protein 8,5%, lemak 2,5%,
karbohidrat 3,5%, corpusculum colostrums, garam mineral 0,4%, air 85,1%,
leukosit sisa epitel yang mati vitamin A, B, C, D, E dan K dalam jumlah
yang sedikit, nilai kalori sama dengan 80kJ/30ml.
c. fungsi kolostrum memberikan gizi dan proteksi, yang berperan dalam
proteksi untuk menata yang terdiri dari:
Imunoglobulin melapisi dinding usus yang berfungsi untuk mencegah
penyerapan protein yang dapat menyebabkan alergi.
laktoferin merupakan protein yang memiliki afinitas yang tinggi
terhadap zat besi. Harga laktoferin yang tertinggi pada kolostrum dan
ASI adalah pada 7 hari pertama pascapartum (setelah
melahirkan). Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan ASI
akan mencegah perkembangan pathogen (setelah
meahirkan). Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan ASI
akan mencegah perkembangan pathogen. Laktoferin terdapat di dalam
air susu sapi, tetapi laktoferin ini akan rusak pada proses
pasteurisasi. Laktoferin tidak ada dalam makanan buatan (formula). Efek
imunologis laktoferin akan hilang bila makanan bayi ditambahkan zat
besi.
Lisosom berfungsi sebagai anti bakteri dan juga menghambat
pertumbuhan berbagai virus. Harga lisosom pada kolostrum dan air
susu jauh lebih besar kadarnya dibanding air susu sapi.
19

Factor anti trifsin berfungsi menghambat kerja trifsin sehingga akan
menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh
tripsin.
Laktobasilus ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai asam
yang mencegah pertumbuhan kuman pathogen. Untuk pertumbuhannya,
laktobasilus membutuhkan gula yang mengandung nitrogen yaitu factor
bifidus. Factor bifidus ini ada didalam kolostrum dan ASI.
Factor bifidus tidak ada dalam susu sapi.
Pada hari pertama dan kedua setelh melahirkan, tidak jarang kita
mendengar seorang ibu baru mengatakan, "ASI saya belum
keluar". Sebenarnya, meski asi yang keluar pada hari tersebut
sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum dalam
payudara. Mendekati kapasitas lambung bayi 1-2 hari.
"Cairan emas" yang encer sering kali berwarna kuning atau dapat
pula jernih ini lebih menyerupai darah dari pada susu, sebab
mengandung sel hidup yang nenyerupai "sel darah putih" yang
dapat membunuh kuman penyakit.
Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang
tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan
dating.
Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan asi
yang matang. Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih
banyak dibanding dengan ASI yang matang. Harga karbohidrat
dan lemak rendah dibanding dengan susu matang.
Volume kolostrum antara 150-300 mil/24 jam.
Kolostrum harus diberikan pada bayi.
2. ASI transisi / peralihan
ASI peralihan adalah ASi yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
menjadi ASI yang matang.
Tingkat protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin meninggi.
Volume akan makin meningkat.
3. ASI matang (mature)
Merupakan ASi yang dikeluarkan pada sekitar hari ke 14 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan.
Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan
satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
4. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremilk.Foremilk
memiliki komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian
(hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali
dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi.
20

5. Lemak ASI makanan terbaik otak bayi
Lemak ASi adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah
kadarnya. Tingkat lemak bevariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk
bayi yang sedang tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis,
dapat menyesuaikan diri dengan jumlah kalori yng dibutuhkan untuk pertumbuhan
bayi dari hari ke hari. Bahkan pada hari yang sama tingkat lemak ASI pada waktu
yang ber b eda tidak sama.
Pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan diperlukan kalori
yang lebih banyak. Oleh karena itu, bayi akan lebih sering menyusu sepanjang
hari selama beberapa minggu. Dengan jarak menyusu yang lebih pendek seperti
itu maka kadar lemak akan meningkat memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan bayi
dimaksud.

























BAB III
PENUTUP
21

A. Kesimpulan
laktasi dipengaruhi oleh hormone dimulai dari proses produksi ASI yang
dipengaruhi oleh hormon Prolaktin. Pada proses produksi ASI dipengaruhi oleh
hormone oksitosin. Dalam pemeliharaannya ini dipengaruhi oleh rangsangan maupun
pengosongan ASI. Proses menyusui sangat penting karena komposisi ASI memiliki
nutrisi dan antibodi yang baik untuk bayi seperti kolostru m . Bagi ibu rangsangan
yang ditimbulkan dari isapan bayi dapat membantu proses involusi uterus serta salah
satu alat kontrasepsi alami.
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi akan dimulai. Pada manusia
plasentasi berlangsung sampai 12 18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu
pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasit telah melakukan penetrasi ke
pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan.
Pertumbuhan ini berjalang terus, sehingga timbul ruangan-ruangan interviler di mana
vili korialis seolah-olah terapung-apung diantara ruangan-ruangan tersebut sampai
terbentuknya plasenta. Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat
didentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin in berakhir
di lengkung kapilar (capillary loops) di dalam vili korialis yang ruang intervilinya
dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan
melalui vena uterine. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan
yaitu plasenta.

B. Saran
Tiada gading yang tak retak, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan.
Karena itu kami dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan bidan. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar
negeri

Anda mungkin juga menyukai