[sembunyikan]
1 Sejarah
2 Klasifikasi
3 Struktur dan Materi Genetik
4 Siklus Hidup
5 Deteksi HIV
6 Penularan dan Pencegahan
6.1 Hubungan seksual
6.2 Ibu ke anak (transmisi perinatal)
6.3 Lain-lain
7 Lihat pula
8 Rujukan
9 Pranala luar
[SUNTING] SEJARAH
Pada tahun 1983, Jean Claude Chermann dan Franoise BarrSinoussi dariPerancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang
penderita sindrom limfadenopati.[3] Pada awalnya, virus itu disebut ALV
(lymphadenopathy-associated virus)[4] Bersama dengan Luc Montagnier, mereka
membuktikan bahwa virus tersebut merupakan penyebab AIDS.[4]Pada awal tahun
1984, Robert Gallo dari Amerika Serikat juga meneliti tentang virus penyebab AIDS yang
disebut HTLV-III.[3][5] Setelah diteliti lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III
merupakan virus yang sama dan pada tahun 1986, istilah yang digunakan untuk
menyebut virus tersebut adalah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1. [6]
Tidak lama setelah HIV-1 ditemukan, suatu subtipe baru ditemukan diPortugal dari
pasien yang berasal dari Afrika Barat dan kemudian disebut HIV-2.[3] Melalui kloning dan
analisis sekuens (susunan genetik), HIV-2 memiliki perbedaan sebesar 55% dari HIV-1
dan secara antigenik berbeda.[3]Perbedaan terbesar lainnya antara kedua strain (galur)
virus tersebut terletak pada glikoprotein selubung. [3] Penelitian lanjutan memperkirakan
bahwa HIV-2 berasal dari SIV (retrovirus yang menginfeksi primata) karena adanya
kemiripan sekuens dan reaksi silang antara antibodi terhadap kedua jenis virus tersebut.
[3]
[SUNTING] KLASIFIKASI
HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical) hingga oval karena
bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion). [11]Selubung virus berasal dari
membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida. [11] Di dalam selubung
terdapat bagian yang disebut protein matriks. [11]
Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid.
[12]
Genom adalah materi genetik pada bagian inti virus yang berupa dua kopi utas
tunggal RNA.[12] Sedangkan, kapsid adalah protein yang membungkus dan melindungi
genom.[12]
Berbeda dengan sebagian besar retrovirus yang hanya memiliki tiga gen (gag, pol,
dan env), HIV memiliki enam gen tambahan (vif, vpu, vpr, tat, ref,dan nef).[11] Gen-gen
tersebut disandikan oleh RNA virus yang berukuran 9 kb. [11] Kesembilan gen tersebut
dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein
struktural (Gag, Pol, Env), protein regulator (Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya
pada HIV-1, Vpx hanya pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef).[12]
Nama Gen
dan
Protein
yang
disandikan
Ukuran
116 AA, 2
ekson, 19
kDalton
Vif (faktor
infektivitas
virus)
192 AA, 23
kDalton
Lokalisasi
Fungsi
Vpr
96-106 AA, komponen dari inti virus dan
(Protein R
10-15 kDalton
kompleks membran
virus)
Vpx
(Protein X
virus)
81 AA
Vpu
(terfosforilasi)
(Protein U
, 9,2 & 16
virus)
kDalton
Nef
(Faktor
Negatif)
206 AA, 27
kDalton
komponen virion
retikulum endoplasma,
protein transmembran
Struktur HIV.
Seperti virus lain pada umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan
sel inang. Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan
reseptor pada permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5.
Sel-sel yang menjadi target HIV adalah sel dendritik, sel T, dan makrofaga.[12] Sel-sel
tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis, vagina,
dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV.[12] Selain itu, HIV juga dapat
langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di noda limpa.[12]
Setelah menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran sel sehingga
isi partikel virus akan terlepas di dalam sel. [14] Selanjutnya, enzimtranskriptase balik yang
dimiliki HIV akan mengubah genom virus yang berupa RNA menjadi DNA. [14] Kemudian,
DNA virus akan dibawa ke inti sel manusia sehingga dapat menyisip atau terintegrasi
dengan DNA manusia.[14] DNA virus yang menyisip di DNA manusia disebut sebagai
provirus dan dapat bertahan cukup lama di dalam sel. [14] Saat sel teraktivasi, enzimenzim tertentu yang dimiliki sel inang akan memproses provirus sama
dengan DNA manusia, yaitu diubah menjadi mRNA.[14] Kemudian, mRNAakan dibawa
keluar dari inti sel dan menjadi cetakan untuk membuat protein dan enzim HIV.
[14]
Sebagian RNA dari provirus yang merupakan genom RNA virus. [14] Bagian genom
RNA tersebut akan dirakit dengan protein dan enzim hingga menjadi virus utuh. [14] Pada
tahap perakitan ini, enzim protease virus berperan penting untuk
memotong protein panjang menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus. [14] Apabila
HIV utuh telah matang, maka virus tersebut dapat keluar dari sel inang dan menginfeksi
sel berikutnya.[15]Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan (budding), di
mana virus akan mendapatkan selubung dari membran permukaan sel inang.[15]
[SUNTING] DETEKSI HIV
HIV dapat ditularkan melalui injeksi langsung ke aliran darah, serta kontakmembran
mukosa atau jaringan yang terlukan dengan cairan tubuh tertentu yang berasal dari
penderita HIV.[20] Cairan tertentu itu meliputi darah, semen, sekresi vagina, dan ASI.
[20]
Beberapa jalur penularan HIV yang telah diketahui adalah melalui hubungan seksual,
Pencegahan HIV melalui hubungan seksual dapat dilakukan dengan tidak berganti-ganti
pasangan dan menggunakan kondom.[21] Cara pencegahan lainnya adalah dengan
melakukan hubungan seks tanpa menimbulkan paparan cairan tubuh. [23] Untuk
menurunkan beban virus di dalam saluran kelamin dan darah, dapat digunakan terapi
anti-retroviral.[24]
[sunting] Lain-lain
Cara efektif lain untuk penyebaran virus ini adalah melalui penggunaan jarumatau alat
suntik yang terkontaminasi, terutama di negara-negara yang kesulitan dalam sterilisasi
alat kesehatan.[21] Bagi pengguna obat intravena (dimasukkan melalui pembuluh darah),
HIV dapat dicegah dengan menggunakan jarum dan alat suntik yang bersih.
[21]
Penularan HIV melaluitransplantasi dan transfusi hanya menjadi penyebab sebagian
kecil kasus HIV di dunia (3-5%). [21] Hal ini pun dapat dicegah dengan melakukan
pemeriksaan produk darah dan transplan sebelum didonorkan dan menghindari donor
yang memiliki resiko tinggi terinfeksi HIV.[21]
Penularan dari pasien ke petugas kesehatan yang merawatnya juga sangat jarang
terjadi (< 0.0001% dari keseluruhan kasus di dunia). [21] Hal ini dicegah dengan
memeberikan pengajaran atau edukasi kepada petugas kesehatan, pemakaian pakaian
pelindung, sarung tangan, dan pembuangan alat dan bahan yang telah terkontaminasi