Disusun oleh :
Kelompok 9
1. Rosdinayyah
2. Irma Susan Paramitha
3. Yulika Prastika Yunus
4. Asmin Nur Aeni
5. Ika Jayanti Nurliany
6. Yusmaindah Jayadi
7. Asrina
8. Dhuha Itsnanisa Adi
9. Alfirah Alimuddin
10. Sulfadli Anggunawan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-
Nyalah maka makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai
”Psikologi Remaja”. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengalami beberapa
kesulitan, terutama disebabkan luasnya bidang permasalahan tentang ” Psikologi
Remaja” ini. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan, walaupun masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan.
Kami sangat menyadari, bahwa sebagai seorang mahasiswa dengan
pengetahuan serta kemampuan yang masih terbatas dalam menulis makalah yang
masih belum seberapa ini dan mengingat bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dalam berbagai hal. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran serta masukan yang positif, agar makalah ini menjadi lebih baik dan
berdaya guna di masa yang akan datang.
Kami berharap, semoga makalah ini benar-benar dapat memberikan gambaran
dalam paparan dan memberikan tambahan wawasan serta bermanfaat bagi pembaca,
masyarakat, bangsa, dan negara. Amin.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian Remaja .................................................................................... 3
B. Aspek-aspek Perkembangan Remaja ........................................................ 4
C. Ciri-ciri Remaja ........................................................................................ 7
D. Tugas Perkembangan Remaja .................................................................. 10
A. Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, bukan
masa transisi yang selama ini digaungkan. Karena mereka dicap tengah mengalami
kegamangan, akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah dididik
dengan baik oleh orangtuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang
berbeda dari yang mereka miliki sebelumnya. Apa akibatnya ? Ada remaja kita yang
terjebak dalam arus coba-coba. beberapa remaja putri mencoba berbagai dandanan,
make up dan aksesoris yang menyeret mereka pada perilaku konsumtif dan
kecenderungan tabarruj, sementara yang putra mulai membolos sekolah dan merokok.
Beberapa mencandu narkoba dan bergaul terlalu bebas.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Banyak orang yang mengatakan bahwa masa ini merupakan masa-masa yang
sangat menyenangkan. Sebab di masa inilah, seseorang meninggalkan masa kanak-
kanaknya, yang tadinya hidupnya serba tergantung dengan orang tua. Namun, ketika
telah memasuki masa remaja, perlahan-lahan mulai meninggalkan ketergantungannya
dan mengenal lingkungan yang lebih kompleks.
Linkungan pergaulan yang kompleks ditambah dengan kondisi jiwa yang
masih labil membuat masa ini pun terus mengalami perkembangan yang dikenal
dengan istilah perkembangan masa remaja. Setiap tahap perkembangan manusia
biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi,
demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju bahwa jika
berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak
berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat
menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap lebih lanjut.
Oleh karena hal-hal tersebut, kami merasa perlu untuk membahas lebih jauh
lagi bagaimana perkembangan masa remaja itu, agar dapat mengantisipasi dan
menemukan solusi bagaimana cara yang tepat untuk menyikapi perkembangan masa
remaja tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan remaja?
2. Apa saja aspek perkembangan pada masa remaja?
3. Bagaimana ciri-ciri masa remaja?
4. Apa saja tugas perkembangan remaja?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari remaja.
2. Mengetahui aspek perkembangan pada masa remaja.
3. Mengetahui ciri-ciri masa remaja.
4. Mengetahui tugas perkembangan remaja.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain kita dapat menambah sedikit
pengetahuan tentang apa sebenarnya itu remaja, bagaimana aspek perkembangannya,
ciri-ciri dari remaja itu sendiri, juga apa-apa saja tugas perkembangan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow
atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja,
seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa.
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia
antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi
masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17
tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena
pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)
berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka,
dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan
masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah
dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses
pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan
bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk
fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir
secara abstrak.
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada
rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir
secara konkret menjadi abstrak. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi
pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan
Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif,
dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk
memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan
Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi
yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang
remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja
mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001)
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas
untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut
tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual,
serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal
remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu
menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan
seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu
memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir
secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang
dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya,
termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu,
dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan.
Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan
seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola
berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk
mencapai suatu tujuan di masa depan.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme . Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan
melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain”. Elkind (dalam Beyth-Marom et al.,
1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir
egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah “suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri
mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar” . Kata fabel berarti cerita
rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal
fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki
karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut
pandang orang lain dan fakta sebenarnya.
Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak
terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri
[self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis
terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak
mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja
pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat
mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir
bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa
hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability
yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang
membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan
perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya
dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak
realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya
tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik
remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka
juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa
dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan
melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable
menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
Perkembangan Kognitif
Remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh
dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai pncaknya. Hal ini karena
selama periode remaja ini proses pertmbuhan otak mencapai kesempurnaan.Sistem
saraf yang berfungsi memperoleh informasi berkembang dengan cepat. Pada masa ini
juga terjadi rerorganisasi lingkaran saraf prontal lobe. Prontal lobe berfungsi dalam
aktifitas kognitif tingkat tinggi, seperti aktifitas merumuskan perencanaan strategis
atau mengambil keputusan.
Perkembangan prontal lobe sangat berpengaruh pada terhada kemampuan
kognitif remaja, sehingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang
memberinya suatu tingkat keseimbangan mental dan kesadaran sosial yag baru dan
jika kemampuan kognitif remaja mencapai kematangan maka anak remaja mulai
memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat,
orang tua mereka bahkan terhadap kekurangan diri mereka.
Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget
Ditinjau dari teori perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa remaja telah
mencapai tahap pemikiran operasional formal yakni suatu tahap perkembangan
kognitif yang dimulaimpada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut
sampai remaja mencapi masa tenang atau dewasa. Pada masa ini, anak sudah mampu
memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin akan terjadi (absrak).
Dalam suatu eksperimen yang dilakukan Piaget dan Inhelder (1958) kepada
anak-anak dan remaja disimpulkan bahwa pada perkembangan kognitif pada masa
formal operasional mencapai tingkatan tertinggi pada keseimbangan dalam
hubungannya dengan lngkungan sementara untuk usia remaja mereka akan mmasuki
dunianya dengan segala macam kemungkinan dan kebebasan untuk memikirkan
sendiri.
Berdasar teori dan eksperimen dari Piaget tersebut, Keating, membedakan
gaya pemikiran formal operasional dari gaya pemikiran konkrit operasional dalam
tiga hal penting yaitu :
1. Penekanan pada kemungkinan versus kenyataan
2. Penggunaan penalaran ilmiah
3. Kecakapan dalam menggunakan ide-ide
Branch Model menunjukan bahwa kemampuan menggunakan pemikiran
formal operasional timbul lebih secara grandual daripada secara orisinal. Pengalaman
personal dalam berbagai aspek kehidupan, secara umum mungkin menentukan
aplikasi dari pemikiran formal operasional tersebut. Oleh karena itu, remaja mungkin
mampu menggunakan pemikiran formal operasional dalam satu mata pelajaran tetapi
yidak untuk mata pelajaran lain.
Perkembangan Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan
hasil dari perbuatan itu disebut keputusan. Ini berarti dengan melihat bagaimana
seorang remaja mengambil suatu keputusan, maka dapat diketahui perkembangan
pemikirannya.Remaja adalah masa dimana terjadi peningkatan pengambilan
keputusan.
Dalam hal pengambilan keputusan, remaja yang lebih tua ternyata lebih
kompenten daripada remaja yang lebih muda sekaligus lebih kopenten dibandingkan
anak-anak. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja yang lebih cenderung
menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai pespektif mengantisipasi
akibat dari keputusan-keputusan, dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-
sumber. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan remaja yang lebih tua, remaja
yang lebih muda memiliki kemampuan yang kurang dalam keterampilan pengambilan
kepuusan.
Meskipun demikian, keterampilan pengambilan keputusan oleh remaja ang
lebih tua seringkali jauh dari sempurna, dan kemampuan untuk mengambil keputusan
tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam kehidupan sehari-
hari, dimana luasnya pengalaman sering memainkan peran yang sangat penting.
Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Berbeda halnya dengan masa anak-anak, hubungan teman sebaya remaja lebih
didasarkan pada hubungan persahabatan. Menurut Bloos (1962), pembentukan
hubungan persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan-perubahan aspek-
aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri
dan munculnya phallic complicts. Erikson (1968) memandang tren perkembangan ini
dari perspektif normative-life-crisis, dimana teman memberikan feedback dan
informasi yang konstruktif tentang self definition dan penerimaan komitmen.
Secara lebih rinci, Kelly dan Hansen (1987) menyebutkan 6 fungsi positif dari
teman sebaya, yaitu:
1. Mengontrol implus-implus agresif. Melalui interaksi dengan teman sebaya,
remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan
cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresif langsung.
2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen.
Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja
untuk mengambil peran dan tanggungjawab baru mereka. Dorongan yang
diperoleh remaja dari teman-teman sebaya mereka ini akan menyebabkan
berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka.
3. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan
dengan cara-cara yang lebih matang. Melalui percakapan dan perdebatan
dengan teman sebaya, remaja belajar mengekspresikan ide-ide dan perasaan-
perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka memecahkan masalah.
4. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis
kelamin. Sikap-sikap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin
terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Remaja belajar
mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang mereka asosiasikan dengan
menjadi laki-laki dan perempuan muda.
5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Umumnya orang dewasa
mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang benar dan apa yang
salah. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba mengambil keputusan
atas diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimiliki oleh
teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar.
6. Meningkatkan harga diri (self-esteein). Menjadi orang yang disukai oleh
sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa enak atau
senang tentang dirinya.
Perkembangan Proaktivitas
Proaktivitas adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Steven R. Covey
mengenai manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab atas hidupnya
sendiri. Adapun makna pertama yang terkandung dalam kebebasan memilih
diantaranya:
1. Self-awareness, yaitu kemampuan untuk melihat, memikirkan, merenungkan,
dan menilai diri sendiri.
2. Imagination, yaitu kemampuan untuk membayangkan sesuatu yang
melampaui realitas empiris, yang memungkinkan manusia untuk menciptakan
sesuatu dalam pikirannya yang tidak dibatasi oleh dunia nyata.
3. Conscience, yaitu kesadaran batin yang mendalam tentang benar-salah, baik-
buruk, yang diharapkan-tidak diharapkan, sebagai prinsip yang mengatur
prilaku manusia sehingga ia dapat menyelaraskan pikiran, perasaan, dan
tindakannya.
4. Independent will, yaitu kemampuan untuk bertindak berdasarkan kesadaran
dirinya dan bebas dari segala pengaruh lain.
Makna kedua yang terkandung dalam proaktivitas adalah bahwa manusia
memiliki kemampuan untuk mengambil inisiatif. Mengambil inisiatif bukan
berarti mendesak, menjengkelkan, atau agresif, melainkan cermat, penuh
kesadaran, dan sensitive terhadap segala sesuatu yang barada di sekitarnya.
Makna ketiga yang terkandung dalam pengertian proaktivitas adalah
tanggungjawab. Artinya, manusia memiliki kesadaran penuh bahwa peristiwa-
peristiwa kehidupan yang dialaminya merupakan hasil dari perilakunya sendiri,
yang dilakukan atas dasar keputusan yang diambil secara sadar.
A. Kesimpulan
1. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Kata ”remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow
atau to grow maturity.
2. Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja antara lain perkembangan
fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial.
3. Ciri-ciri masa remaja antara lain peningkatan emosional yang terjadi secara
cepat, perubahan yang cepat secara fisik, perubahan dalam hal yang menarik
bagi dirinya, perubahan nilai, dan bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi.
4. Tugas-tugas perkembangan remaja antara lain memperluas hubungan,
memperoleh peranan sosial, menerima kebutuhannya, memperoleh kebebasan,
mencapai kepastian, memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan,
mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga, dan membentuk sistem
nilai, moralitas dan falsafah hidup.
B. Saran
Dihimbaukan kepada para pembaca agar mencari referensi lain yang lebih
efisien karena makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA