PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan vertebrata diawali dengan proses fertilisasi yaitu pertemuan antara gamet
jantan dan gamet betina yang disertai dengan peleburan inti menjadi satu yang dinamakan
zigot. Fertilisasi terjadi di tuba falopi pada bagian ampula. Zigot akan bergerak menuju uterus
dengan mengalami serangkaian pembelahan. Zigot yang sampai diuterus berupa blastosista.
Zigot kemudian akan menempel di pada dinding endometrium uterus. Selama menempel
pada uterus, zigot mengalami perkembangan mulai dengan proses blastulasi yang akan
menghasilkan blastula, dan selanjutnya mengalami gastrulasi yang akan membentuk tiga
lapisan yang disebut dengan lapisan germinal embrio. Selanjutnya lapisan germinal embrio
tersebut akan berkembang. Untuk berkembang embrio tersebut membutuhkan nutrisi. Nutrisi
yang dibutuhkan oleh embrio didapatkan dari nutrisi ibunya / induknya melalui suatu saluran
yang disebut dengan plasenta.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih mendalam tentang proses penempelan zigot pada
dinding endometrium uterus dan terbentuknya plasenta.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Selaput embrio merupakan selaput pada bagian luar yang membungkus embrio agar
berada persis pada posisi normal di dalam organ reproduksi betina yaitu tempat embrio
berkembang, berfungsi sebagai perlindungan agar embrio tidak terkontaminasi oleh antigen
lain. Selaput embrio berfungsi sebagai media perantara bagi pertukaran zat serta perlindungan
bagi embrio. Embrio dapat bertahan hidup sendiri selama beberapa waktu dengan menyerap
makanan dari kantung kuning telur.
1. Plasenta
Plasenta adalah organ yang luar biasa.Yang berasal dari lapisan trofoblastik setelah
terjadi fertilisasi.Plasenta tersambung dengan sirkulasi darah ibu untuk mengambil alih
fungsi-fungsi dari fetus yang belum bisa bekerja sendiri selama dalam
kandungan.Kehidupan fetus tergantung pada integritas dan efisiensi plasenta.
Sel sinsiotrofoblas merupakan sel yang berukuran besar dan multinuklear yang
berkembang dri lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif menghasilkan hormon plasenta dan
mentranspor zat makanan dari ibu ke janin. Sekelompok sel sitotrofoblas memiliki sifat
invasif, melewati stroma endometrium untuk mencapai pembuluh darah ibu.
2
Pada usia kehamilan hari ke-10, sebagian sel sitotrofoblas berkembang menjadi
sitotrofoblas extravili yang menginvasi kapiler ibu dan arteri spiralis dengan menyumbat
lumen pembuluh darah untuk mencegah pendarahan(sinusoid). Sedangkan sel
sinsitiotrofoblas menginvasi uterus yang kemudian berkontak dengan sinusoid maternal
(kapiler ibu) sehinga lacuna trofoblastik (ruang intervili) terisi oleh darah ibu dan terjadilah
sirkulasi utero-plasenta.
Pada hari ke -14 trofoblas berkembang menjadi jonjot-jonjot seperti jari yang disebut
vili korion primitif (vili korion primer). Masing-masing vilus terususn atas satu lapis
sitotrofoblas yang dikelilingi oleh sel-sel sinsitiotrofoblas (sinsitium). Semakin lama akan
tebentuk ruang-ruang di antaranya karena kedua struktur tersebut melakukan erosi yang
semakin dalam ke dalam desidua. Vili akan menyebabkan pecahnya pembuluh darah
maternal saat struktur tersebut mengerosi jaringan endometrium dan ruang-ruang tersebut
dengan demikian terisi dengan darah maternal.
Pada minggu ke-3 terjadi percabangan vili korion primitif yang disebut vili korion
korion sekunder yang didalamnya mulai terbentuk pembuluh darah. Pembuluh darah ini
akhirnya membentuk dua arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis untuk janin.
Desidua di atas korion frondosom, desidua basalis,terdiri atas sebuah lapisan kompak
sel-sel besar, sel desidua yang mengandung banyak sekali lipid dan glikogen. Lapisan ini,
lempeng desidua, melekat erat dengan korion.
3
sisi yang lain dan keduanya menyatu dan dengan demikian menutup rongga rahim. Oleh
karena itu, satu-satunya bagian korion yang ikut serta dalam proses pertukaran adalah korion
frondosum yang bersama dengan desidua basalis akan membentuk plasenta.
Plasenta berbentuk oval dengan diameter 15-20 cm dan berat 500-600 gram. Plasenta
terbentuk lengkap saat usia kehamilan 16 minggu (4 bulan), ketika ruang amnion telah
mengisi seluruh rongga rahim.
1. Bagian fetal : vili korialis, ruang intervili. Darah dari ibu di ruang intervili berasal dari
arteri spinalis yang berada di desidua basalis. Pada sistol darah dipompa dengan
tekanan 70-80 mmHg ke ruang intervili sampai pada pangkal kotiledon, darah
menbanjiri ke vili korialis dan kembali secara perlahan melalui pembuluh balik (vena)
dengan tekanan 8 mmHg.
2. Bagian permukaan janin : merupakan bagian permukaan janin, tepatnya di uri yang
dilapisi selaput amnion.
3. Bagian maternal : teridiri dari desidua kompakta yang terdiri dari beberapa lobus dan
kotiledon (15-20 lobus). Pertukaran uteroplasenta terjadi melalui intervili tali pusat.
4. Letak Plasenta di Uterus
4
1.3 Tali Pusat (Funiculus Umbilicalis)
Pada waktu berpenetrasi ke dalam endometrium uterus, villi korion mencapai kapiler
darah yang terdapat di dalamnya dan memecahkan dindingnya. Akibatnya darah maternal
mengumpul dalam ruang-ruang intervilli (lakuna). Plasenta berhubungan dengan embrio
melalui tali pusat (korda umbilikalis). Di dalam tali pusat terdapat pembuluh darah (vena dan
arteri umbilikalis yang dibentuk dari mesoderm alantois) yang berhubungan dengan
pembuluh-pembuluh darah intra-embrio. Pada dinding villi korion terjadi pertukaran materi
antara darah maternal dan darah fetal. Zat-zat nutrisi dan O2 dari darah maternal memasuki
pembuluh-pembuluh darah plasenta lalu diangkut oleh vena umbilikalis memasuki tubuh
fetus, masuk ke dalam jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh. Darah yang miskin O2 dan
mengandung zat-zat ekskresi dari tubuh fetus diangkut oleh arteri umbilikalis menuju ke
5
pembuluh darah plasenta dan dilepaskan ke dalam darah maternal. Pada semua tipe plasenta
tidak pernah terjadi percampuran antara darah maternal dan darah fetal.
Kotiledon (ruang/sekat dalam plasenta) menerima darah dari 100-100 aa. Spiral yang
menembus lempeng desidua dan memasuki ruang-ruang intervili dengan jarak yang cukup
teratur. Lumen arteri spinalis sempit, sehingga mengakibatkan tingginya tekanan darah
sewaktu memasuki ruang antarvili. Tekanan ini menyemburkan darah dalam-dalam ke ruang
intervili dan membasahi banyak vili kecil dari percabangan vili dengan arah yang kaya
oksigen. Pada waktu tekanan menurun, darah mengalir kembali dari lempeng korion ke
desidua, dan memasuki vena endometrium. Karena itu darah, yang berasal dari danau-danau
intervili mengalir kembali ke dalam peredaran darah ibu melalui vena endometrium.
Secara keseluruhan, ruang intervili pada plasenta yang telah tumbuh sempurna
mengandung kira-kira 150 mL darah, yang diganti kira-kira 3 atau 4 kali dalam semenit.
Darah ini mengalir sepanjang vili korion, yang mempunyai luas permukaan berkisar dari 4
hingga 14 meter persegi. Akan tetapi patut diingat bahwa pertukaran di plasenta tidak
berlangsung di semua vili, tetapi hanya pada vili yang pembuluh janinya berhubungan erat
dengan membrane sinsitium yang membungkusnya. Pada vili ini, sinsitium kerap kali
mempunyai brush border yang terdiri atas banyak vili halus, sehingga sangat menambah luas
permukaan, dan akibatnya meningkatkan kecepatan pertukaran antara peredaran darah ibu
dan janin.
Fungsi plasenta memasok segala sesuatu yang dibutuhkan oleh embrio dan janin untuk
tumbuh dan matang. Berbagai sistem yang kompleks terdapat di dalam jaringan plasenta
untuk memfasilitasi perpindahan nutrien ke janin dan kemudian membuangnya. Di bawah
kendali tekanan darah sistemik, darah arteri maternal menyembur dari arteri spiralis ke dalam
ruang intervili dan kemudian menyebar.
Terdapat empat jenis mekanisme transpor yang memindahkan molekul-molekul penting dari
darah ibu ke dalam plasent, kemudian sirkulasi ke janin, yaitu :
1. Pertukaran gas respirasi terjadi melalui difusi pasif menuruni gradient konsentrasi.
6
2. Glukosa, suatu bahan bakar metabolik utama untuk embrio dan janin, ditranfer
melalui difusi.
3. Kalsium memasuki plasenta melalui transpor kation aktif dimana berbagai asam
amino diangkut melawan gradient konsentrasi berpasangan dengan transpor natrium.
4. Imunoglobulin dari kelas IgC memasuki plasenta melalui endositosis setelah terjadi
pengikatan ujung Fc molekul IgC ke reseptor membran Fc trofoblas.
5. Produksi Hormon Protein pada Plasenta
Plasenta harus memasok segala sesuatu yang dibutuhkan oleh janin untuk tumbuh dan
matang. Berbagai sistem yang kompleks terdapat di dalam jaringan plasenta untuk
memfasilitasi perpindahan nutrien ke janin dan kemudian membuangnya.
1. Pertukaran gas
Pertukaran gas seperti oksigen, karbon dioksida, dan karbon monoksida berlangsung
melalui difusi primitif. Pada saat cukup bulan, janin menyaring 20-30 mL oksigen dalam
semenit dari peredaran darah ibu, dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa penyaluran
oksigen sebentar saja pun akan fatal akibatnya bagi bayi.
Pertukaran nutrien dan elektrolit, seperti asam amino, asam lemak bebas, karbohidrat dan
vitamin berjalan cepat dan meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia kehamilan.
Antibodi ibu diambil oleh sinsitiotrofoblas dengan cara pinositosis dan selanjutnya
diangkut ke pembuluh kapiler janin. Dengan cara ini, janin memperoleh antobodi ibu, yaitu
immunoglobulin G (IgG) kelas (7S). Antobodi ini membantu melawan berbagai penyakit
infeksi dan memperoleh kekebalan pasif terhadap difteri, cacar, campak, dan lain-lainnya,
tetapi bukan terhadap cacar air dan batuk rejan (pertusis). Imunisasi pasif penting karena
7
janin hanya mempunyai sedikit kemampuan untuk menghasilkan antibodi sendiri sampai
sesudah lahir.
Beberapa jam pasca fertilisasi, penyatuan nuklei akan membentuk zigot dan selanjutnya
dalam waktu 3 – 4 hari sudah terbentuk sebuah masa solid berbentuk seperti bola yang
disebut morula. Morula dengan cepat berjalan didalam Tuba Falopii menuju rongga uterus.
Selama perjalanannya, melalui kanalikuli zona pellucida masuk sejumlah cairan membentuk
rongga cairan dalam morula sehinga terbentuk blastosis. Setelah mencapai rongga rahim,
zona pellucida mengembang dan menipis. Blastosis akan menempel dan segera masuk
kedalam stroma endometrium. Sekitar 50% bagian blastosis berada dalam endometrium.
Peristiwa terpautnya blastosis pada stroma endometrium uterus induk disebut implantasi
(nidasi). Penempelan blastosis pada dinding endometrium yang terjadi pada hari ke 6-7 (akhir
minggu pertama )
Bagian yang pertama kali menyentuh endometrium uterus adalah kutub animal (kutub
embrionik), yaitu kutub tempat terdapatnya inner cell mass. Pada waktu itu sel-sel trofoblas
mensekresikan enzim-enzim proteolitik yang akan menghancurkan epitelium uterus sebagai
jalan untuk penetrasinya zigot ke dalam endometrium. Setelah terbentuk “jalan masuk”, Sel
trofoblas superfisial mengalami diferensiasi menjadi sitotrofoblas (lapisan dalam) dan
sinsitiotrofoblas ( lapisan luar ).
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-8, blastosis tertanam di dalam stroma
endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu sitrotrofoblas dan
sinsitrofoblas. Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi sel kecil kuboid berdampingan
8
dengan rongga blastosis(hipoblas) dan satu lapisan sel silinder tinggi bersebelahan dengan
ruang amnion (epiblas). Pembentukan cakram datar (cakram mudigah bilaminer). Rongga
kecil muncul di dalam epiblas menjadi rongga amnion. Sroma endometrium tempat
implantasi dan sekitarnya tampak edema dan hipervaskuler. Kelenjarnya berkelok-kelok dan
mengeluarkan banyak glikogen dan mucus.
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-9, blastosis semakin dalam terbenam
didalam endometrium. Trofoblas mengalami perkembangan pada kutub embrionalnya
dimana vakuola-vakuola pada sinsitrofoblas dan membentuk lacuna-lakuna (tahap lakunasi).
Pada kutub abembrional terbentuk selaput tipis (selaput eksoselom) yang melapisi
sitotrofoblas. Selaput ini bersama hipoblas membentuk rongga ekoselom (yolk sac /kantung
kuning telur).
Blastosis telah terbenam seluruhnya pada hari ke-10-12. Pada saat yang sama, sel-sel
sinsitrofoblas menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel kapiler ibu.
Pembuluh darah ini tersumbat dan kemudian melebar(sinusoid). Karena trofoblas terus
merusak sinusoid, darah ibu mulai mengalir melalui sistem trofoblas sehingga terjadi
sirkulasi uteroplasma.Sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam trofoblas dan
permukaan luar rongga eksoselom yang berasal dari yolk sac membentuk jaringan
penyambung halus dan longgar = mesoderm ekstraembrional = selom ekstraembrional =
rongga korion.
9
Gambar 3. Impantasi Blastosis hari ke 10
Implantasi blastosit biasanya terjadi di uterus. Jika implantasi terjadi di tempat lain,
biasanya perkembangannya mengalami komplikasi serius dalam beberapa minggu.
Implantasi intrauterine, blastosit biasanya lebih banyak menempel pada badan endometrium,
sedikit lebih sering pada posterior dari pada anterior.
Tempat terjadinya implantasi pada manusia pada bagian posterior uterus (2/3 bagian
kasus) dan pada bagian anterior uterus (1/3 bagian kasus). Daerah tempat tertanamnya embrio
ke dalam endometrium induk disebut tangkai tubuh (body stalk). Daerah ini semula berada di
atas amnion. Ketika amnion membesar, embrio bergeser dari tangkai tubuh, sehingga berada
di posterior (kauda). Tangkai tubuh akan mengalami pemanjangan dan perampingan menjadi
tali pusat. Tempat imlantasi blastosit dapat terjadi di ekstrauterin yang akan menyebabkan
terjadinya kehamilan luar rongga rahim, yang disebut dengan kehamilan ectopic
10
2.2 Macam – Macam Implantasi
1. Superfisial
Keadaan dimana embrio menempel pada permukaan epitel endometrium. Misalnya pada
kambing, babi, sapi, kuda.
2. Eksentrik
Keadaan dimana embrio menembus sedikit lebih dalam ke dalam endometrium uterus.
Misalnya pada anjing, kucing, tikus.
3. Interstitial (profundal)
1. Desidua basalis
yaitu desidua yang secara langsung ditanami embrio (tempat tertanamnya embrio)
2. Desidua kapsularis
yaitu desidua yang melingkupi embrio dan turut meregang sesuai dengan membesarnya
embrio
3. Desidua parietalis
Ketika bayi dilahirkan, ketiga macam desidua akan mengelupas dan dikeluarkan bersama
plasenta. Sejalan dengan makin membesarnya embrio, amnion mendesak desidua kapsularis,
sehingga desidua ini akan bertemu dengan desidua parietalis dan lumen uterus menjadi
sempit.
a. Amnion
Amnion berasal dari bahasa yunani yang berarti membran fetus. Amnion disusun oleh
ektoderm (di dalam) dan mesoderm somatik (di luar) yang disbut somaotopleura,
11
membentuk suatu kantung menyelbungi embrio dan berisi dengan cairan. Keberadaan
selaput ini sangat khas pada reptil, aves dan mamalia sehingga pada kelompok ini sering
disebut dengan kelompok Amniota, sedangkan ikan dan amphibi tidak memilki amnion
yang disebut dengan Anamniota. Fungsi amnion antara lain melindungi embrio secara
langsung, menghindari embrio dari kekeringan dan perlekatan ke dinding uterus dan
cangkak (pada telur) dan berperan sebgai penawar goncangan (shock absorber).
Rongga amnion berisis cairan jernih seperti air yang sebagian dihasilkan oleh sel-sel
amnion, tetapi terutama berasal dari darah ibu. Jumlah cairan amnion meningkat dari
sekitar dari 30 mL pada 10 minggu masa gestasi, menjadi 350 mL pada umur 20 minggu
kehamilan, 800-1000 mL pada 37 minggu. Pada bulan-bulan permulaan kehamilan,
mudigah bergantung pada tali pusarnya di dalam cairan ini, yang berperan sebagai
bantalan pelindung. Cairan amnion ini menyerap goncangan-goncangan, mecegah
perlekatan mudigah pada amnion dan memberikan ruang gerak pada janin. Volume cairan
amnion bertukar setiap 3 jam.Mulai dari awal bulan kelima, janin menelan cairan
amnionnya sendiri, dan diperkirakan ia minum 400 mL/ hari, yaitu sekitar separuh jumlah
totalnya. Urine janin masuk ke dalam cairan amnion setiap hari pada bulan kelima, tetapi
urine ini sebagian besar adalah air, karena plasenta pada saat itu berfungsi sebagai tempat
pertukaran sisa-sisa metabolisme. Pada saat lahir membran amniokorion membentuk
bagian gaya hidrostatik yang membantuk melebarkan saluran leher rahim.
b. Kantong Yolk
Kantung yolk disusun oleh endoderm dan mesoderm splanknik (splanchnopleura). Dalam
kantong yolk terdapat pembuluh vitelin yang berguna untuk menyerap dan menyebarkan
yolk pada embrio. Kuning telur/ Kantong yolk sangat erat fungsinya dalam nutrisi pada
embrio. Fungsi kantung Yolk mencerna yolk (dengan bantuan enzim pada endodermnya)
dan tempat awal pembentukan pembuluh darah dan butir-butir darah (pembuluh darah
vitelin).
c. Chorion
choriun berasal dari bahasa yunani yang berati kulit. Chorion atau serosa adalah membran
embrio yang paling luar yang berbatasan dengan cangkang atau jaringan induk, yang
merupakan tempat pertukaran antara embrio dan lingkungan sekitarnya. Pada hewan-
hewan ovivar, chorion berfungsi sebagai petukaran gas bagi respirasi. Pada mamalia,
choriom tidak hanya berperan sebagai pembungkus dan respirasi saja tetapi juga dalam
nutrisi, eksresi,viltrasi dan sintesis hormon.
12
Chorion kadang-kadang disebut amnion palsu (false amnion). Hal ini disebabkan karena
memiliki lapisan somaopleura yang susunannyaa terbalik dengan selaput amnion
(ektoderm diluar dan mesoderm somatik di dalam). Pada aves, chorion berada di bawah
cangkang kapur. Fungsi chorion yaitu melindungi embrio (terluar), berperan dalam
pembenukan plasenta (pada mamalia), dan bersama dengan allantois berfungsi dalam
respirasi.
Peran chorion pada mamalia, :
a. Dalam implantasi akan membentuk vili
b. Penghasil hormon
HCG, untuk mempetahankan copus luteum pada ovarium agar tetap menghasilkan
progesteron
Soatomammotropin, merangsang kelenjar mammae untuk menghasilkan laktasi,
disebut hormon PLH
Menolak reaksi inkompatibilitas (immitis), yaitu dengan menekan T. Limfosit
(penghasil antibodi) sehingga konseptus tidak ditolak.
d. Alantois
Kantung allantois terbentuk dari evaginasi usus belakang, allantois akan membesar
memenuhi ruang dibawah korion. Allantois disusun oleh slpanknopleura (endoderm di
dalam dan mesoderm slanknik di luar). Fungsi allantois yaitu pembuluh-pembuluh darah
yang berasal dari membran splanknik pada allantois bersama-sama chorion berperan
dalam respirasi, yaitu membekali embrio dengan O2, sebagai kantong penampung
sampah-sampah metabolisme (terutama urea) dan merupakan ginjal embrional,
13
pembuluh-pembuluh darah dari allantois akan menyerap Ca2+ sehigga cangkang kapur
akan rapuh sehngga mudah untuk menetas. Semua selaput waktu menetas akan
ditinggalkan, kecuali padabeberapa unggas, tangkai allantois menjadi vesica urinaria.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Selaput embrio merupakan selaput pada bagian luar yang membungkus embrio agar berada
persis pada posisi normal di dalam organ reproduksi betina yang berfungsi dalam
perlindungan embrio.
2. Amnion berfungsi untuk menghindari embrio dari kekeringan dan perlekatan ke dinding
uterus dan cangkak (pada telur) dan berperan sebgai penawar goncangan (shock absorber).
3. Kantung Yolk berfungsi untuk mencerna yolk (dengan bantuan enzim pada endodermnya)
dan tempat nawal pembentukan pembuluh darah dan butir-butir darah (pembuluh darah
vitelin).
4. Chorion berfungsi melindungi embrio (terluar), berperan dalam pembenukan plasenta (pada
mamalia), dan bersama dengan allantois berfungsi dalam respirasi.
5. Allantois disusun oleh slpanknopleura (endoderm di dalam dan mesoderm slanknik di luar).
B. Saran
Demikianlah isi dari makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharap apresiasi berupa
saran maupun kritik dari pembaca, supaya makalah ini bisa menjadi lebih lengkap dan lebih
sempurna.Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi setiap orang yang
membacanya, Amin
16
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biology edisi ke-5 jilid 3 Alih Bahasa Prof.Dr.Ir. Wasmen Manalu.
Jakarta : Erlangga.
Majumdar, N.N. 1985. Textbook of Vertebrates Embryology. Ed. 5. New Delhi: Tata
McGraw Hill
Moore, Keith L. 1988. The Developing Human. Philadelpia : W.B Saunders Company.
17