Anda di halaman 1dari 29

STIKES KARYA HUSADA

SEMARANG
Entrepreneur Campus

TUGAS KELOMPOK MIDWIFERY I


KEGAWATDARURATAN OBSTETRI PADA IBU HAMIL
Asuhan Kebidanan Pada Ny. E G1P0A0, Usia 25 Tahun, Hamil 30 Minggu, Janin
Tunggal, Hidup Intra Uterine, Letak Membujur, Presentasi Kepala, Belum Masuk PAP,
Punggung Kanan Dengan PEB Di Puskesmas Tahunan Jepara

Dosen Pengampu :
Fitria Hikmatul Ulya, M.Tr.Keb

Disusun Oleh Kelompok 3:


Bruria Sari Indah Sulistyowati : 2004110
Dian Novita Apriliana : 2004112
Evi Kania : 2004115
Faridha Setyaningsih : 2004116
Nur Wachidah : 2004125
Sofiatun : 2004134
Sotekah : 2004135

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KELAS JEPARA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes tahun
2017). Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat
selama masa hamil, masa persalinan, masa nifas, memfasilitasi dan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi (Midwifery Update tahun 2016). Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
sedangkan kewenangan normal yang dimiliki bidan meliputi: pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana.
Angka kematian Ibu (AKI) menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangannya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan atau cidera. Hasil Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 mengatakan bahwa AKI mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI,
2015).
Penyebab kematian ibu pada tahun 2018 yaitu. perdarahan (28%), Hipertensi
Dalam Kehamilan (HDK) (26%), infeksi (7%), dan lain-lain (39%), yaitu penyebab
tidak langsung kematian ibu dan bayi adalah kondisi masyarakat seperti pendidikan,
sosial ekonomi dan budaya, kondisi geografis keadaan sarana pelayanan yang kurang
siap ikut memperberatpermasalahan ini. (Direktorat Kesehatan Ibu, 2010-2013).
Profil Kesehatan Kabupaten Jepara (2018) mengatakan bahwa AKI di
Kabupaten Jepara tahun 2018 sebanyak 12 kasus. Profil Kesehatan Kota Jepara (2019)
mengatakan bahwa AKI di kota Jepara tahun 2019 terjadi kenaikan, yaitu menjadi 13
kasus (Dinkes Kota Jepara, 2019).
Angka kejadian PEB di satu tahun terakhir di Puskesmas Tahunan yaitu
sebanyak 2 kasus, untuk itu kami ingin mengangkat kasus PEB untuk mengingatkan
kembali bidan, khuPenyebab kematian ibu pada tahun 2019 dI Kabupaten Jepara yaitu
karena faktor Pre Eklampsia Berat (61,35%) 8 kasus, Solutio Plasenta (7,6%) 1kasus,
Perdarahan (7,6 %) 1kasus dan penyakit jantung (25 %) 3 Kasus, (Dinkes Kota
Jepara, 2019).
Angka kejadian PEB dalam satu tahun terakhir di Puskesmas Tahunan yaitu
sebanyak 2 kasus, untuk itu kami ingin mengangkat kasus PEB untuk mengingatkan
kembali tatalaksana yang harus dilakukan pada kasus PEB, khususnya bagi Puskesmas
Tahunan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, masalah yang dapat
dirumuskan dalam makalah ini adalah PEB merupakan salah satu faktor penyebab dari
penyebab AKI di Indonesia.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
kebidanan dengan PEB.
Tujuan khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
a. Tanda dan gejala PEB.
b. Faktor apa saja yang bisa menyebabkan PEB.
c. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu bersalin dengan PEB.
D. Manfaat penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini dapat dipertimbangkan sebagai bahan bacaan serta
pengembangan pengetahuan dan pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif
terhadap ibu bersalin dengan PEB.
2. Manfaat praktis
a. Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan terhadap ibu melahirkan dengan PEB.
b. Bidan
Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi tenaga
kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap ibu
melahirkan dengan PEB serta dapat menurunkan AKI karena PEB.
c. Ibu dan Keluarga
Hasil makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi ibu dan keluarga
dalam asuhan kebidanan sehingga meminimalkan penyulit serta komplikasi yang
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. PRE EKLAMSIA

A. Pengertian

Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan
darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016) Preeklamsia merupakan
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan (Praworihadrjo, 2009).
Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥
140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300
mg/24 jam (Nugroho, 2012).
B. Jenis – Jenis Pre Eklampsia
1. Pre eklampsia ringan

Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan


atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih pada
masa nifas (Nugroho, 2010).
Tanda dan gejala :
a.    Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg;
diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg.
b.    Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni).
c.    Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan
2.  Pre Eklampsia Berat

Pre Eklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan


yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg
atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih (Rukiyah, 2011).
Pre Eklampsia Berat adalah Pre Eklampsia yang ditandai
dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg, disertai Proteinuria lebih 5 g/24 jam (Saifudin, 2010).
Pre Eklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 150/110 mmHg atau lebih, disertai
proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Pudiastuti,
2012).
Tanda dan gejala :
a). Tekanan darah sistolik  160 mmHg
b). Tekanan darah diastolik 110 mmHg
c). Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
d). Trombosit < 100.000/mm3
e). Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam)
f). Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g / L)
g). Nyeri ulu hati
h). Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
i). Perdarahan di retina (bagian mata)
j). Edema (penimbunan cairan) pada paru
C. ETIOLOGI

Penyebab Pre eklampsia belum diketahui secara


jelas, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian
maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan
kejadian. Itulah sebabnya Pre eklampsia disebut juga “disease of theory” gangguan
kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
a. Peran prostasiklin dan Tromboksan
Pada Pre eklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi protasiklin yang pada kehamilan
normal meningkat, aktivasi pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan
diganti thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi antitrombin III,
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan
pelepasan tromboksan dan serotonim, sehingga terjadi vasospasme
dan kerusakan endotel.
b. Peran Faktor Imunologis
Pre eklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan Blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
c. Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik  pada kejadian
Pre eklampsia antara lain :
1) Pre eklampsia terjadi pada manusia.
2) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi Pre Eklampsia pada
anak-anak dari ibu yang menderita Pre  Eklampsia.
3) Kecendrungan meningkatnya frekuensi Pre eklampsia pada anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat Pre eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
4) Peran Renin-Angiostensin-Sistem (RAAS)
Yang jelas Pre eklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada
ibu hamil, disamping infeksi dan perdarahan. Oleh sebab itu, bila ibu hamil sudah
ketahuan beresiko, terutama sejak awal kehamilan.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa factor yang dapat
menunjang terjadinya Pre eklampsia dan Eklampsia. Faktor-faktor tersebut
antara lain : gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah rahim. (Rukiyah,
2011).
D.  PATOFISIOLOGI

Pre Eklampsia masih merupakan penyakit teori dan menjadi subjek dari


banyak penelitian untuk memahami etiologinya dan memperbaiki pendeteksian dan
penatalaksanaannya. Perubahan yang terjadi pada Pre Eklampsia tampaknya
disebabkan oleh gabungan kompleks antara abnormalitas genetic, factor imunologis,
dan factor placenta.
Perubahan awal dalam cara placenta terimplantasi diuterus merupakan
faktor predisposisi yang kuat dalam terjadinya penyakit sistemik. Terjadinya
implantasi plasenta yang normal mengharuskan sel  trofoblas menginvasi desidua
uterus dan miometrium, memodifikasi dan memperbesar arteri spiralis uterus.
Modifikasi ini melibatkan penghancuran dinding elastis pembuluh
darah,yang menurunkan resistensi dan menjamin suplai darah yang baik ke plasenta
dan janin. Agen inflamasi dari sistem imun bawaan seperti seperti sel natural killer
(NK) dan sitokin baru-baru ini telah banyak diidentifikasi dalam proses ini.
Pada Pre Eklampsia, terjadi kelainan invasi oleh sel trofoblas; yaitu arteri spiralis
mempertahankan tonusnya dan berdilatasi hanya 40% dari yang biasa terjadi pada
kehamilan normal. Hasilnya adalah berkurangnya perfusi plasenta dan terjadi hipoksia
janin kronis. Pada kehamilan yang dipersulit oleh Pre Eklamsia, invasi
ini terhenti pada minggu ke 14-15 (Bothamley, 2012).
Akibat plasentasi yang buruk, kemungkinan terjadi penurunan kondisi
janin, dan terjadi disfungsi endothelial secara menyeluruh, berakibat pada gangguan
multi-organ dan terjadinya gambaran klasik Pre Eklampsia, seperti kenaikan tekanan
darah dan proteinuria bersama dengan gejala, seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan nyeri epigastrik. Sel endotel yang melapisi pembuluh darah ibu
memerantai respon imun daninflamasi, mempertahankan integritas kompartemen
vascular, mencegah koagulasi intravascular dan memodifikasi respons kontraktil otot
polos yang mendasarinya. Disfungsi endhotelial pada pre-eklampsia mengakibatkan
peningkatan permeabilitas sel, peningkatan agregasi trombosit, peningkatan
thrombosis, penurunan produksi oksida nitrat (vasodilator kuat), dan
ketidakseimbangan perbandingan tromboksan A2 terhadap prostasiklin (Powrie dan
Rosene-Montella, 2008; Walfisch dan Hallak, 2006). Hasilnya adalah Vasokontriksi
hebat yang berakibat pada hipoperfusi organ, ”Kebocoran” pembuluh darah dan
peningkatan tekanan darah.
Mekanisme Disfungsi Endothelial belum dapat dipahami sepenuhnya. Terapi
antioksidan (Vitamin C dan E) yang bertujuan untuk mengendalikan stress oksidatif
yang dapat menyebabkan disfungsi endhotelial masihmengecewakan pada uji klinis
yang besar. Begitu juga, tetapi anti-trombosit yang bertujuan untuk memperbaiki
ketidakseimbangan protasiklin-tromboksan hanya menghasilkan manfaat yang terbatas
.Peran nitrit oksida dan respon inflamasi adalah dua area yang menjadi fokus
penelitian saat ini (Bothamley, 2012).
E. FAKTOR RISIKO PRE EKLAMSIA

1. Primigavida atau >10 tahun sejak kelahiran terakhir.


2. Kehamilan pertama dengan pasangan baru.
3. Riwayat Preeklamsia sebelumnya.
4. Riwayat keluarga dengan preeklamsia, khususnya pada ibu atau saudara perempuan
(baik wanita hamil maupun pasangannya).
5. Kehamilan kembar.
6. Kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial, penyakit ginjal, diabetes.
7. Adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaan (≥ ++ pada lebih dari satu
pemeriksaan atau >0,3 g/24 jam).
8. Umur ≥40 tahun.
9. Obesitas (IMT >35).
F. OBAT YANG DIBERIKAN PADA KASUS PRE EKLAMPSIA

a. Metildopa : Biasanya digunakan sebagai penatalaksanaan


pertama dalam kehamilan biasanya pada pereklamsia ringan atau sedang,karena
lambat menurunkan tekanan darah.obat ini bekerja menurunkan tekanan darah
(agen hipotensif) secara sentral, Menurunkan tekanan darah tanpa efek samping
yang merugikan pada perubahan denyut jantung, curah jantung, perfusi ginjal
atau aliran darah uteroplacenta.
b.    Nifedipin : Secara umum digunakan jika metildopa tidak efektif atau jika
diperlukan penurunan tekanan darah yang lebih cepat. Obat ini adalah penyekat
saluran kalsium dari ruang ekstraseluler dan  dan bekerja dengan mencegah
perpindahan ion kalsium kalsium dari ruang ekstraseluler dan menghambat
ambilannya oleh sel otot polos,dengan demikian kontraktilitas berkurang dan
menurunkan resistensi perifer. Walaupun tersedia dalam bentuk sublingual,
biasanya rute ini tidak digunakan dalam kehamilan. Buah jeruk yang besar
dapat meningkatkan potensi obat, oleh sebab itu, jangan dimakan ketika
mengkonsumsi obat ini.
c.    Magnesium Sulfat: Direkomendasikan sebagai terapi lini
pertama untuk Eklampsia dan untuk mencegah Eklampsia pada kasus beresiko
tinggi. Biasanya diberikan sebagai suntikan bolus IV, dilanjutkan dengan infus
IV. Walaupun fungsi utamanya sebagai antikonvulsan, obat ini juga mempunyai
efek hipotensi yang kuat, dan pemberian antihipertensi lain tidak perlu diberikan
pada wanita Pre Eklampsia. Pengawasan yang cermat terhadap status
respirasi/neurologi harus dilakukan karena kadar serum yang tinggi (biasanya > 7
mmol/I) dapat menimbulkan depresi pernapasan dan pada akhirnya dapat terjadi
henti jantung. Karena obat ini dibersihkan melalui ginjal dan pasien Pre
Eklampsia sering mengalami gangguan ginjal, tanpa pemeriksaan dan
pengawasan rutin, kadar toksik serum dapat dengan mudah tercapai. Kalsium
glukonat dapat diberikan untuk mengobati depresi pernapasan dan harus selalu
tersedia ( Bothamley, 2012)
Syarat-syarat pemberian MgSO4
- Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gram (10% dalam
10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
- Refleks patella positif kuat
- Frekuensi pernapasan lebih 16 kali permenit
- Produksi urin lebih dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam)
G. PENATALAKSANAAN PADA PREEKLAMPSIA
1. Preeklampsia Ringan
a. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preklampsia ringan, dengan cara :
Ibu dianjurkan untuk beristirahat ( berbaring tidur/miring ), diet : cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam ; Pemberian sedative ringan : tablet
Phenobarbital 3x 30 mg atau diazepam 3x 2mg peroral selama 7 hari ( atas
instruksi dokter ); roborantia : kunjungan ulang setiap 1 minggu; pemeriksaan
laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat
darah, fungsi hati dan fungsi ginjal
b. Penatalaksanaan rawat inap pasien preeclampsia ringan berdasarkan criteria :
setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukan adanya perbaikan
dari gejala-gejala preeclampsia, kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih
perminggu selama 2x berturut-turut ( 2 minggu ), timbul salah satu atau lebih
gejala atau tanda-tanda preeclampsia berat.

Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeclampsia
ringan dianggap sebagai preeclampsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit
sudah ada perbaikan selama 1 minggu dan kehamilan masih premature maka
penderita dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan
perawatan rawat jalan. Jika kehamilan sudah diatas 37 minggu, maka
pertimbangkan terminasi sebagai berikut dibawah ini :

1) Jika seviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml


dekstrose IV 10 tetes/menit atau prostaglandin
2) Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter
foley, atau terminasi dengan seksio sesaria.
2. Preeklampsia Berat
a. Segera rujuk ke rumah sakit
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
memeriksa reflex patella setiap jam.
c. Memasang infuse
d. Pemebrian anti kejang/ anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagi
pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeclampsia berta dan ringan.

Apabila terjadi kejang pada preeclampsia berat maka akan dilakukan pencegahan :

1) Bila terjadi kejang, perhatiakn jalan nafas, pernafasan ( oksigen ) sirkulasi


( cairan intervena )
2) MgSO4 diberikan secara IV kepada ibu dengan eklampsia ( sebagai
tatalaksana kejang ) dan preeclampsia berat ( sebagai pencegahan kejang )
Adapun syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
a) Tersedia cairan glukosa 10%
b) Ada reflex patella
c) Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam

Dosis Pemberian MgSO4


Alternatif 1 Dosis awal MgSO4 4g IV sebagai larutan 40% selama 5
menit
Segera dilanjutkan dengan 15ml MgSO4
(40%) 6g dalam larutan RL selama 6 jam.

Dosis Pemeliharaan Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan


MgSO4 (40%) 2g IV selama 5 menit.MgSO4
1g/jam melalui infus RLyang diberikan sampai
24jam post partum.

Sebelum Pemberian Pasien akan merasa agak panas pada saat


MgSO4 pemberian MgSO4.
ulangan,lakukan Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit.
pemeriksaan Reflek patella (+)
Urin minimal 30ml/jam dalam 4jam terakhir.
Hentikan Pemberian Frekuensi pernafasan <16kali/menit.
MgSO4, jika Reflek patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
Jika terjadi henti nafas

Siapkan Antidotum Bantu pernafasan dengan ventilator.Berikan


Kalsium glukonas 1g (20ml dalam larutan 10%)
IV perlahan lahan sampai pernafasan mulai
lagi.
BAB III

Asuhan Kebidanan Pada Ny. E G1P0A0, Usia 25 Tahun, Hamil 30 Minggu, Janin
Tunggal, Hidup Intra Uterine, Letak Membujur, Presentasi Kepala, Belum Masuk PAP,
Punggung Kanan Dengan PEB Di Puskesmas Tahunan Jepara

I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Senin, 5 Oktober 2020
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Tahunan

Data Subyektif
1. Biodata
1.1 Biodata pasien
Nama : Ny. E             
Umur : 25 tahun                                  
Agama : Islam                                       
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia              
Pendidikan : SMA                                 
Pekerjaan : IRT                                    
Alamat : Ngabul Rt 10 Rw 02
No Telpon : 085848206292
No RM : 500047
2.1 Biodata Penanggung jawab/Suami
Nama : Tn. A                       
Umur : 30 tahun                             
Agama : Islam                                          
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia                           
Pendidikan : SMA                                
Pekerjaan : Wiraswasta                                     
Alamat : Ngabul Rt 10 Rw 02
No Telpon :-
2. Keluhan utama (5 Oktober 2020)
Ibu menyatakan merasa sakit pada ulu hati, sakit kepala, dan penglihatannya agak
kabur.
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis.
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti Asma,
diabetes dan hipertensi.
- Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang hamil usia 9 bulan dan ibu mengatakan
menderita hipertensi setelah usia kehamilan 5 bulan.
- Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang
menderia penyakit menular (TBC, hepatitis) dan menurun (Asma, diabetes, dan
hipertensi), tidak ada riwayat kembar dan kecacatan.
4. Riwayat perkawinan
- Menikah pada usia 24 tahun
- Menikah 1 kali
- Lama menikah 1 tahun
5. Riwayat obstetri
- Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Siklus : 28 hari
 Perdarahan : normal
 Dysmenorrhea : tidak dismenorea
 Flour / albus : tidak ada
- Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
 Ibu mengatakan baru hamil pertama kali.
 Kehamilan : -
 Persalinan : -
 Nifas : -
5.1 Riwayat kehamilan sekarang
a. Umur kehamilan : 30 Minggu
b. HPHT : 10 Maret 2020
HPL : 17 Desember 2020
c. Periksa hamil : 5x

TM I : 1 x UK 2 bulan dengan keluhan pusing dan


mual. Obat : Paracetamol 3x1, Antasid 3x1,
Vit. B6 3x1. Konseling: KIE gizi ibu hamil
TM II : 2x
- UK 4 bulan, tidak ada keluhan. Obat : Fe
1x1 (malam), Kalk 1x1 (pagi), Vitamin C
1x1 (malam). Konseling : KIE imunisasi
TT
- Uk 5 bulan, tidak ada keluhan. Obat : Fe
1x1 (malam), Kalk 1x1 (pagi), Vitamin C
1x1 (malam). Konseling : KIE tanda
bahaya pada ibu hamil.

TM III : 1x
- UK 7 bulan, keluhan pusing. Tensi 140/90
mmHg, protein urin +, dirujuk ke Poli
Obsgyn.
d. Pemeriksaan Laborat Tanggal 12 Juni 2020
GOLDA :O
Hb : 11,2 gr%
GDS : 98 mgdl
Protein Urin :+
VCT : NonReaktif
HBSAG : Negatif
Sypilis : Negatif
e. Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak
3x kali pada
TT 1 : Calon pengantin tanggal 3 September 2019
TT 2 : 3 Oktober 2019
TT 3 : 1 Juli 2020 pada UK 16 minggu
f. Kebiasaan

Minum jamu : ibu mengatakan tidak pernah minum jamu


sebelum dan selama hamil.
Merokok : ibu mengatakan tidak pernah menjadi
perokok aktif sebelum dan selama hamil.
Obat – obatan tertentu : ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-
obatan selamma hamil kecuali obat vitamin
yang diberikan bidan atau dokter.
g. Gerakan janin: ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janin sejak umur
kehamilan 4 bulan.
h. Rencana persalinan dimana : ibu mengatakan rencana persalinan di Bidan
Dian.
6. Riwayat Keluarga Berencana
6.1 Pernah KB : Ibu mengatakan sebelumnya belum pernah ikut KB.
6.2 KB yang digunakan : -
6.3 Berapa lama menggunakan KB : -
6.4 Jika sudah tidak KB, alasannya : -
6.5 Rencana yang akan datang ingin kontrasepsi : KB suntik 3 bulan
6.6 Alasannya : Karena KB suntik 3 bln aman bagi ibu menyusui
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
7.1 Pola Nutrisi :
Sebelum hamil :
Ibu mengatakan makan 3x sehari, jenis nasi + lauk pauk + sayur, porsi 1 piring
dan minum 6-7 gelas perhari, jenis air putih + teh, makanan selingan kerupuk
dan buah, makanan pantangan tidak ada.
Selama hamil :
Ibu mengatakan makan 4x sehari, jenis nasi + lauk pauk + sayur, porsi 1 piring
dan minum 6-8 gelas perhari, jenis air putih dan air sirup, makanan selingan
biskuit dan buah, makanan pantangan tidak ada.
7.2 Pola eliminasi
Sebelum hamil : ibu mengaatakan BAK 3x sehari, konsistensi cair, warna
kekuningan dan tidak ada keluhan, BAB 1x sehari konsistensi lembek warna
coklat keemasan dan tidak ada keluhan.
Selama hamil : ibu mengatakan BAK 5x sehari, konsistensi cair, warna
kekuningan dan tidak ada keluhan, serta BAB 1x sehari BAB 1x sehari
konsistensi lembek warna oklat keemasan dan tidak ada keluhan.
7.3 Pola aktivitas
Sebelum hamil : ibu mengatakan dirumah melakukan aktifitas pekerjaan rumah
tangga sendiri seperti masak, menyapu dan mencuci
Selama hamil : ibu mengatakan di rumah tetap melakukan aktivitas pekerjaan
rumah tangga dengan dibantu suami, ibu telah mengurangi aktivitas berat
7.4 Pola istirahat
Sebelum hamil : ibu mengatakan istirahat tidur siang selama ±1 jam sehari dan
istirahat tidur malam selama ± 8 jam sehari
Selama hamil : ibu mengatakan istirahat tidur siang selama ±2 jam sehari dan
istirahat malam ±8 jam sehari
7.5 Personal Hygiene
Sebelum hamil : ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian 2 x sehari, keramas 2x seminggu
Selama hamil : ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian 2 x sehari, keramas 2x seminggu
7.6 Pola seksual
Sebelum hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan seksual tanpa keluhan.
Selama hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan seksual tanpa keluhan.
8. Psikososiospiritual
8.1 Tanggapan ibu terhadap dirinya : ibu mengatkan merasa sehat dan bahagia
dengan keadaan nya sekarang.
8.2 Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : ibu mengatakan kehamilan ini sudah
direncanakan akan tetapi merasa cemas akan melahirkan.
8.3 Respon keluarga terhadap keadaan ibu : ibu mengatakan , suami dan
keluarganya juga menerima kehamilan ini
8.4 Ketaatan beribadah :ibu mengatakan taat beribadah
8.5 Pengambilan keputusan di dalam keluarga : ibu mengatakan pengambil semua
keputusan dalam keluarga adalah suaminya.
8.6 Pemecahan masalah : ibu mengatakan dalam memecahkan masalah keluarga
dengan cara berdiskusi dengan suaminya
8.7 keadaan lingkungan : ibu menagatakan keadaan lingkungannya mendukung
dengan kehamilannya saat ini

2. DATA OBYEKTIF

Pemeriksaan Umum (5 Oktober 2020)

1.1 Keadaan umum : baik


1.2 Tingkat kesadaran : composmentis
1.3 Antropometri :
Berat badan sebelum hamil : 54 kg
Berat badan hamil : 65 kg
Tinggi badan : 152 cm
LILA : 25 cm
1.4 Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit

2. Status Present

Kepala : mesochepal
Rambut : bersih, warna hitam lurus
Mata : bersih, simetris ,sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : bersih, simetris, tidak ada sekret abnormal, tidak ada
polip,
Mulut : bersih, bibir lembab, gigi tidak karies, tidak epulsi
Telinga : bersih, tidak ada serumen abnormal, pendengaran baik.
Muka : bersih, tidak pucat dan oedem.
Leher : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan
vena jugularis.
Dada : bersih, simetris, pernafasan teratur, tidak ada retraksi
dinding dada
Mammae : bersih, simetris, ada pembesaran, tidak ada benjolan,
puting susu menonjol, belum ada pengeluaran
Perut : bersih dan tidak ada bekas operasi
Genetalia : tidak ada oedema, tidak varises, tidak ada ppv, tidak ada
luka.
Ekstremitas Atas : bersih simetris, oedema pergerakan sendi kaku
Ekstremitas bawah : bersih simetris, tidak ada varises, kaki oedema,
pergerakan sendi kaku
Kulit : bersih, turgor baik
Tulang belakang : posisi tulang punggung normal, ada pegel-pegel pada
pinggang
Anus : tidak ada haemoroid

3. Status Obstetri
3.1 Inspeksi

Muka : bersih tidak anemis dan ada oedema


Mammae : bersih, simetris, puting menonjol dan sudah ada
pengeluaran asi
Perut : ada linea nigra dan tidak ada strie gravidarum
Genetalia : tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene, tidak
ada ppv.
3.2 Palpasi

Leopold I : TFU 29 cm, bagian fundus teraba lunak 2 bagian, tidak


melenting (bokong).
Leopold II : sebelah kanan perut ibu terasa ada tahanan keras
memanjang seperti papan (punggung), dan sebelah kiri
ibu teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas) PUKA.
Leopold III : bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting,
tangan pemeriksa divergen, tidak bisa digoyang.
Leopold IV : kepala belum masuk PAP (konvergen).
3.3 Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri : (+)
3.4 Auskultasi
Denyut Jantung Ibu : reguler
DJJ : 146 x/menit, regular
3.5 VT
-
4. Pemeriksaan Penunjang
4.1 Lingkar panggul luar : 80 cm
4.2 hasil pemeriksaan laboratorium :
Protein Urine ++
Hb 11,3 gr%
RDT Non Reaktif
4.3 hasil USG : tidak dilakukan pemeriksaan USG

II. INTERPRETASI DATA

Diagnosa : Ny. E G1P0A0, Usia 25 Tahun, Hamil 30 Minggu, Janin Tunggal, Hidup Intra
Uterine, Letak Membujur, Presentasi Kepala, Belum Masuk PAP, Punggung Kanan Dengan
PEB
Dasar :
Data subyektif
1. Ibu menyatakan hamil pertama, dan tidak pernah abortus.
2. Ibu menyatakan usianya 25 tahun
3. HPHT 10 Maret 2020 HPL : 17 Desember 2020
Keluhan merasa sakit pada ulu hati, sakit kepala, dan penglihatannya agak kabur.

Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum : KU : baik, kesadaran: composmentis


2. Status present : baik
3. Palpasi :

Leopold I : TFU 29 cm, bagian fundus teraba lunak 2 bagian, tidak


melenting (bokong)
Leopold II : sebelah kanan perut ibu terasa ada tahanan keras
memanjang seperti papan (punggung), dan sebelah kiri
ibu teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas) PUKA
Leopold III : bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting,
tangan pemeriksa divergen, tidak bisa digoyang.
Leopold IV : kepala belum masuk PAP (konvergen).

4. Auskultasi :
DJJ : 146x/menit, regular
5. Pemeriksaan penunjang :
Protein urine ++
Masalah : PEB (pre eklamsi berat)
Dasar : ibu merasa sakit pada ulu hati, sakit kepala, dan
penglihatannya kabur.
TD : 170/100 mmHg
Protein urine ++
Kaki oedem

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL


PEB
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Pemberian MgSO4
V. INTERVENSI
1. Beritahu ibu kondisi dan janinnya serta hasil pemeriksaan.
2. Atur posisi agar aman dan nyaman.
3. Lakukan inform concent tindakan yang akan dilakukan pada ibu dan keluarga.
4. Observasi KU, TTV, HIS, DJJ.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan tindakan lebih lanjut.
6. Evaluasi tindakan.
VI. IMPLEMENTASI
Sabtu, 5 Oktober 2020
Jam : 10.20 wib
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dan
bayinya masih dalam keadaan baik meskipun tensinya meningkat.
2. Melakukan inform concent tindakan yang dilakukan pada ibu kepada
keluarganya
3. Melakukan observasi
KU : baik
TD : 170/100
RR : 20x/menit
Nadi : 84x/menit
S : 36,7 C
DJJ : 146x/menit, regular
HIS : 20 detik, adekuat, frekuensi 2x/10 menit
Reflek Patella : +/+
4. Memberikan terapy hasil kolaborasi dengan dokter Pasang infus dan kateter
foley.
Memulai Protap PEB
1. Istirahat total
2. Beri infus RL
3. Pasang DC
4. Beri Oksigen
5. Beri dosis awal therapy anti kejang MgSO4 40 % yaitu 4 gram ( 10 cc) IV
pelan-pelan dengan infus diklem 5-10’
6. MgSO4 40% sisanya 6 gram (15 cc) masukkan ke dalam infus RL 500
cc dengan tetesan 24 tetes/menit /habis dalam waktu 6 jam.
7. Melakukan evaluasi tindakan dan memberitahu pasien bahwa akan di rujuk
ke Rumah Sakit.
8. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK
VII. EVALUASI
Senin, 5 Oktober 2020
Jam 10.35 wib
1. Ibu telah mengerti bahwa, tensinya meningkat dan perlu dilakukan rujukan ke
rumah sakit.
2. Posisi ibu telah diatur sesuai kenyamanan nya.
3. Telah dilakukan inform concent dan keluarga setuju dengan tindakan yang akan
dilakukan.
4. Ibu telah dilakukan observasi.
5. Terapy telah diberikan.
6. Menelepon Rumah Sakit yang akan dituju.
7. Merujuk pasien ke UGD Rumah Sakit dan diantar dengan BAKSOKUDA.
(Bidan Alat Keluarga Surat Obat Kendaraan Uang dan Do’a).
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pengkajian dimulai tanggal 5 Oktober 2020 diperoleh data subyektif
yaitu Ny. “E” hamil pertama umur 25 tahun dengan keluhan ibu merasa sakit pada ulu hati,
sakit kepala, dan penglihatannya agak kabur, HPHT pada tanggal 10 Maret 2020. Sedangkan
data obyektif dari pemeriksaan tanda-tanda vital TD 170/100 mmHg Suhu 36,7̊ C, Nadi
84x/menit, RR 20x/menit.
Ny.”E” merupakan kehamilan dengan resiko terjadi gawat darurat obstetri yaitu
keadaan yang mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada persalinan yang dihadapi.
Keadaan gawat darurat obstetrinya yaitu kehamilan dengan preeklampsia berat.
Sebab Pre Eklampsia dan Eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah banyak
teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut, akan tetapi ada yang memberikan
jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Pre Eklampsia adalah penyakit dengan gejala klinis berupa hipertensi dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan akibat vasospasme dan aktivasi endotel saat usia kehamilan di
atas 20 minggu. Pre Eklampsia merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan yang
menyebabkan sakit berat, kecacatan jangka panjang, serta kematian pada ibu, janin dan
neonatus.
Pada penelitian ditemukan :
1. Proporsi primigravida yang menderita preeklampsia 1,52 kali lebih banyak daripada
primigravida yang tidak preeklampsia, sedangkan proporsi multigravida
2. Usia < 20 tahun dan > 35 tahun memiliki resiko menderita preeklampsia 2,24 kali dari
yang usian 20-35 tahun.
3. Ibu yang mengalami Pre Eklampsia Berat memiliki resiko 2,012 kali pada usia kehamilan
preterm dibandingkan usia aterm
4. Yang mengalami Pre Eklampsia memiliki resiko 2,746 kali pada pendidikan dasar
dibanding dengan pendidikan menengah dan tinggi.
5. Ibu dengan IMT gemuk yang mengalami Pre Eklampsia berat sebanyak 93,12%
sedangkan mengalami preeklampsia ringan sebanyak 6,9 %.
6. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan kalsium dalam
tubuh pada ibu hamil sehingga menyebabkan Pre Eklampsia
Dampak Preeklampsia pada Ibu Hamil
Wanita yang memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan berisiko lebih tinggi
untuk mengalami komplikasi kehamilan, kelahiran, dan dalam masa nifas. Dampak buruk ini
dapat terjadi pada ibu maupun janin. Dampak preeclampsia juga berpengaruh pada fungsi
ginjal ibu. Selain itu, preeclampsia juga bisa memicu kejang pada ibu hamil dan ini disebut
sebagai eklampsia. Akan tetapi, bahaya terbesar dari dampak preeclampsia adalah muncul
sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzimes and Low Platelet Count) atau
hemolisis, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit yang rendah.
Dampak Pre Eklampsia pada Janin
Dampak Pre Eklampsia berat akan memberikan resiko berbeda pada tiap janin.
Dampak utama pada janin adalah kekurangan gizi akibat kekurangan pasokan darah dan
makanan ke plasenta, hal ini mengarah ke gangguan pertumbuhan si bayi dalam kandungan.
Janin bisa berisiko lahir cacat hingga lahir mati, akibat tidak mendapatkan makanan yang
cukup. Penelitian lanjutan juga sudah banyak menunjukan bahwa Pre Eklampsia pada ibu
hamil bisa membuat bayi berisiko terkena penyakit tertentu. Ini disebabkan karena janin harus
bertahan dengan pasokan nutrisi yang terbatas sewaktu di dalam kandungan. Bayi yang
ukuran tubuhnya kecil atau tidak proporsional pada saat lahir atau yang telah mengalami
perubahan pertumbuhan plasenta, kini diketahui telah memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami penyakit jantung koroner, hipertensi dan diabetes non insulin saat dewasa.
Penanganan Pre Eklampsia
Pada dasarnya penangan Pre Eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetric. Eklampsia merupakan komplikasi obstetric kedua yang menyebabkan
20-30% kematian ibu. Komplikasi ini sesungguhnya dapat dikenali dan dicegah sejak masa
kehamilan. Preeclampsia yang tidak mendapatkan tindak lanjut yang adekuat (dirujuk ke
dokter, pemantauan yang ketat, konseling dan persalinan di rumah sakit) dapat menyebabkan
terjadinya eklampsia pada trimester ketiga yang dapat berakhir dengan kematian ibu dan
janin.
Penanganan Pre Eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadan optimal dan
bentuk pertolongan dengan trauma minimal.
Pengobatan hanya dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeclampsia, dan
faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkan, belum diketahui. Tujuan utama
penanganan ialah :
1. Mencegah terjadinya Pre Eklampsia berat dan Eklampsia
2. Melahirkan janin hidup
3. Melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Petunjuk untuk segera memasukan penderita ke rumah sakit atau merujuk
penderita perlu memperhatikan hal berikut :
1. Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 1 plus atau lebih
3. Kenaikan berat badan 1,5 kg atau lebih dalam seminggu
4. Edema bertambah dengan mendadak
5. Terdapat gejala dan keluhan subyektif
Penangan obstetric ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum
janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus.
Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi eklampsia, dan janin yang sudah cukup umur lebih
baik hidup diluar kandungan dari pada dalam uterus.
Pada pemeriksaan ANC tanggal 5 Oktober 2020 Ny. “E” memiliki keluhan :
ibu merasa sakit pada ulu hati, sakit kepala, dan penglihatannya agak kabur. Sehingga
dilakukan pemeriksaan menyeluruh, pemasangan infuse, selang DC, pemberian O2 dan
laborat (Hb, Protein urin, RDT), pemberian dosis awal therapy anti kejang MgSO4 40 % yaitu
4 gram (10 cc) IV pelan-pelan dengan infus diklem 5-10’. MgSO4 40% sisanya 6 gram (15
cc) masukkan ke dalam infus RL 500 cc dengan tetesan 24 tetes/menit /habis dalam waktu 6
jam, kemudian dirujuk. Sebelum dirujuk petugas harus mengisi administrasi rujukan yang
berisi :
1. Identitas jelas pasien beserta jaminan kesehatan jika memiliki
2. Menelepon rumah sakit rujukan
3. Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang sudah dilakukan dilampirkan
4. Mencantumkan tindakan serta terapi sementara yang telah diberikan
5. Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk
6. Damping pasien sampai tempat rujukan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap ibu hamil dengan preeclampsia berat dilaksanakan
dengan pengumpulan data subjektif yang diperoleh dari hasil wawancara dari pasien
dengan keluhan ibu merasa sakit pada ulu hati, sakit kepala, dan penglihatannya
agak kabur, dari data objektif diperoleh dari pemeriksaan tekanan darah, oedem
pada ekstremitas, dan pemeriksaan laboratorium protein urinaria
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data dengan teliti dan akurat
sehingga didapatkan diagnosa Ny. “ E “G1P0A0, Usia 25 Tahun, Hamil 30
Minggu, Janin Tunggal, Hidup Intra Uterine, Letak Membujur, Presentasi Kepala,
Belum Masuk PAP, Punggung Kanan Dengan PEB
3. Diagnose potensial pada Ny.”E” tidak muncul.
4. Tindakan segera pada Ny. “E” dengan preeclampsia berat adalah memantau
tekanan darah, memasang infuse , melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat anti kejang MgSO4
5. Rencana tindakan pada Ny. “E” dengan preeclampsia berat memberikan konseling
kepada ibu tentang keadaannya, pantau tekanan darah, melakukan pemasangan
infuse, memberikan terapi obat anti kejang, melakukan pemasangan kateter dan
melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk melakukan pemeriksaan
proteinuria.
6. Pendokumentasian sangat penting dilakukan pada setiap tahap dalam manajemen
kebidanan, karena merupakan bukti pertanggung jawaban bidan terhadap asuhan
kebidanan yang telah diberikan terhadap pasien.
7. Evaluasi pada Ny. “E” dengan preeclampsia berat yaitu preeclampsia berta dapat
teratasi.

B. SARAN
1. Diperlukan keterlibatan keluarga untuk lebih memfokuskan perhatian pada pasien
terhadap keluhan ibu, dan segera membawa ke rumah sakit terdekat.
2. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan senantiasa
berusaha untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan dalam melakukan
pelayanan kesehatan yang lebih professional.
3. Seorang bidan hendaknya menganggap semua ibu hamil mengalami resiko
komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu. Jadi diharapkan bidan mampu
mendeteksi dini adanya tanda bahaya dan mengajurkan ibu dan keluarga segera ke
pelayanan kesehatan bila mengalami hal tersebut.
4. Sebagai bidan diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara petugas lain
( dokter, perawat, dan semua bidan ) untuk mneingkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan yang lebih baik dan lebih professional.
DAFTAR PUSTAKA

Bothamley,J.,Boyhel,M. Patofisiologi Dalam kebidanan. Jakarta : EGC, 2013.


Hutahean, Serri. Perawatan Antenatal. Jakarta : Penerbit salemba Medika, 2013.
Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Jakarta: Unicef, 2013.
Norma, Nita dan Mustika. AsuhanKebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika, 2013.
Nugroho, Taufan dkk. Buku Ajar Askeb Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika,2014.
Nurhayati, dkk. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika, 2013.
Pranoto, Ibnu. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya, 2013.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Pt Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2014

Anda mungkin juga menyukai