Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL YANG

MENGALAMI BENGKAK KAKI FISIOLOGIS DENGAN INTERVENSI


RENDAMAN AIR HANGAT DAN CAMPURAN KENCUR, PERSALINAN,
NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR DI BPM BIDAN NIA CICALENGKA KAB.
BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Menyusun Laporan Tugas Akhir Program Studi

Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Bhakti Kencana

Oleh :

Salwa Saida Putri Utami

CK.1.17.059

Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL YANG


MENGALAMI BENGKAK KAKI FISIOLOGIS DENGAN INTERVENSI
RENDAMAN AIR HANGAT DENGAN CAMPURAN KENCUR,
PERSALINAN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR DI BPM BIDAN NIA
CICALENGKA KAB. BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Ujian Validasi Laporan Tugas Akhir

Disusun Oleh:
Salwa Saida Putri Utami
NIM CK.1.17.059

Pada tanggal : Selasa, 07 April 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Hani Oktafiani, M.Keb Cici Valiani, SST.,M.Kes


HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL YANG


MENGALAMI BENGKAK KAKI FISIOLOGIS DENGAN INTERVENSI
RENDAMAN AIR HANGAT DENGAN CAMPURAN KENCUR,
PERSALINAN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR DI BPM BIDAN NIA
CICALENGKA KAB. BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Salwa Saida Putri Utami


NIM CK.1.17.059

Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Validasi Laporan Tugas Akhir
Mahasiswa D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan UBK
Pada Hari Selasa, 07 April 2020

Penguji I
Nama : Iceu Mulyati, M. Keb
NIDN/NIK : 0425118001
Penguji II
Nama : Ning Hayati, SST.,M.Kes
NIDN/NIK : 0427087302
Pembimbing I
Nama : Hani Oktafiani, M.Keb
NIDN/NIK : 0408108601
Pembimbing II
Nama : Cici Valiani, SST.,M.Kes
NIDN/NIK : 0402088601

Bandung, 07 April 2020


Ketua Program Studi
D-III Kebidanan FIKes UBK

(Dewi Nurlaela Sari, M.Keb)


NIK. 02008040143
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini, saya :

Nama Mahasiswa : Salwa Saida Putri Utami

NIM : CK.1.17.059

Program Studi : D III Kebidanan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan Tugas

Akhir saya yang berjudul :

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL YANG


MENGALAMI BENGKAK KAKI FISIOLOGIS DENGAN INTERVENSI
RENDAMAN AIR HANGAT DENGAN CAMPURAN KENCUR,
PERSALINAN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR DI BPM BIDAN NIA
CICALENGKA KAB. BANDUNG

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Bandung, Maret 2020

Salwa Saida Putri Utami

NIM. CK.1.17.059
ABSTRAK

Kehamilan merupakan hal fisiologis, kehamilan trimester III mengalami rasa


ketidaknyaman seperti sembelit, sakit pinggang dan punggung, cemas, merasa
gemuk, insomnia, sering berkemih, varises, kram tungkai, nyeri betis, tumit dan
bengkak pada kaki. Edema Kaki atau pembengkakan pada kaki ditemukan sekitar
80% pada ibu hamil trimester III. Rendam air hangat sering digunakan untuk
mengurangi bengkak kaki, air hangat dapat dicampur dengan kencur karena kencur
sering digunakan sebagai obat tradisional salah satunya yaitu berkhasiat sebagai obat
pengompres bengkak. Tujuan asuhan ini untuk mengetahui efektifitas rendam air
hangat campur kencur untuk mengurangi bengkak kaki pada ibu hamil trimester III.
Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif case study. Subjek pada
penelitian ini adalah seorang ibu hamil trimester III dengan bengkak kaki fisiologis.
Data ini dikumpulkan dengan lembar wawancara dan lembar ceklis observasi selama
5 hari dengan memberikan intervensi rendam air hangat dengan campuran kencur.
Hasil penelitian ini saat sebelum dilakukan rendam air hangat campuran kencur
responden mengalami oedema kaki derajat II setelah dilakukan rendam air hangat
campuran kencur responden mengalami penurunan edema kaki menjadi derajat I.
Kesimpulannya yaitu rendam air hangatdengan campuran kencur memiliki
keefektifitasan dalam mengurangi deraja edema kaki pada ibu hamil trimester III.

Kata kunci : Edema, Ibu Hamil, Kencur, Rendam air hangat


ABSTRACT

Pregnancy is physiological, third trimester pregnancy experiencing


discomfort such as constipation, back and back pain, anxiety, feeling fat, insomnia,
frequent urination, varicose veins, leg cramps, calf pain, heel pain and swelling in
the legs. Foot edema or swelling in the legs is found around 80% in the trimester III
pregnant women. Soak warm water is often used to reduce swollen feet, warm water
can be mixed with galingale because it is often used as traditional medicine, one of
which is efficacious as a swollen compress medicine. The purpose of this care is to
determine the effectiveness of soaking mixed with warm water to reduce leg swelling
in trimester III pregnant women. The method used is a descriptive study of case study.
The subject in this study was a trimester III pregnant woman with physiological leg
swelling. The data was collected by interview sheets and observation checklist sheets
for 5 days by providing warm water soak intervention with the kencur mixture. The
results of this study before responding to the warm water mix with kencur mixture,
the respondent experienced edema of foot edema II after warm water immersion in
the mixture of kencur mixture experienced a decrease in edema of the feet to degree I.
The conclusion is that soaking warm water with the kencur mixture has effectiveness
in reducing the degree of foot edema in pregnant women trimester III.

Keywords: Edema, Pregnant women, Kencur, Warm water soak


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur yang tidak terkira penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan sehingga

penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Terintegras Pada

Ny. N Umur 37 Tahun di BPM Bidan Nia Cicalengka Kab. Bandung” dapat

terselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak karena tersusunnya Laporan Tugas Akhir ini bukan semata-mata usaha

penulis sendiri, melainkan banyaknya bantuan, bimbingan dan dorongan serta

kerjasama berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang

tiada terhingga kepada :

1. H. Mulyana, SH, M.pd, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana Bandung

2. Dr. Entris Sutriso, S.Farm, MH.Kes.Apt selaku Rektor Universitas Bhakti

Kencana Bandung

3. Dr. Ratna Dian Kurniawati, ST, M.kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung

4. Dewi Nurlaela Sari, M.keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Universitas Bhakti Kencana Bandung

i
ii

5. Hani Oktaviani, M. Keb selaku pembimbing I Laporan Tugas Akhir yang

telah sabar dan meluangkan waktunya dalam setiap bimbingan

6. Cici Valiani, SST.,M.Kes selaku pembimbing II Laporan Tugas Akhir yang

telah sabar dan meluangkan waktunya dalam setiap bimbingan

7. Bidan Nia yang telah memberikan izin dalam memberikan kesempatan

penulis melakukan penelitian.

8. Kedua orang tua tercinta beserta keluarga besar yang telah memberikan

dukungan dan doa yang tiada hentinya.

9. Semua pihak yang tidak dapat ditulis dan disebutkan satu persatu terimakasih

atas dukungan dan doanya.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tentunya masih banyak

kekurangan yang semuanya tidak lepas dari kelemahan keterbatasan yang penulis

miliki. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan

kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun untuk memperbaiki lanjut.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak terutama

khususnya bagi penulis.

Bandung, Maret 2020

Penulis
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

2.1 Konsep Dasar Kehamilan .................................................................................6


2.1.1 Pengertian Kehamilan................................................................................6
2.1.2 Perubahan Fisiologi ...................................................................................6
2.1.3 Perubahan Psikologis .................................................................................7
2.1.4 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III ...........................................................8
2.1.5 Ketidaknyamanan Trimester III.................................................................9
2.1.6 Edema ........................................................................................................11
2.1.6.1 Edema pada Kehamilan ......................................................................11
vi

2.1.6.2 Faktor yang mempengaruhi terjadinya edema ...................................13


2.1.6.3 Anatomi Ekstremitas Bawah ..............................................................13
2.1.6.4 Pemeriksaan dan Penilaian Derajat Edema ........................................17
2.1.6.5 Penatalaksanaan unuk oedema kaki pada ibu hamil...........................18
2.1.6.6 Pemanfaatan Rendaman Air Hangat dengan Campuran Kencur ........20
2.1.6.7 Tata Cara Prosedur dalam merendam air hangat campur kencur .......23
2.1.7 Tanda Bahaya Kemamilan Trimester III ...................................................24
2.2 Konsep Dasar Persalinan Normal .....................................................................25
2.2.1 Pengertian Persalinan Normal ...................................................................25
2.2.2 Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan ...............................26
2.2.3 Tanda-tanda Persalinan..............................................................................27
2.2.4 Tahapan Persalinan ....................................................................................27
2.3 Konsep Dasar Masa Nifas ................................................................................29
2.3.1 Pengertian Masa Nifas ...............................................................................29
2.3.2 Tahapan Masa nifas ...................................................................................29
2.3.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas ..............................................................29
2.3.4 Perubahan Psikologis pada Masa Nifas .....................................................32
2.3.5 Kebutuhan Dasar pada Masa Nifas ...........................................................33
2.3.6 Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas ...............................................................34
2.3.7 Kunjungan Nifas ........................................................................................35
2.4 Konsep Dasar Neonatus ....................................................................................37
2.4.1 Pengertian Neonatus ..................................................................................37
2.4.2 Ciri-ciri Neonatus ......................................................................................37
2.4.3 Penatalaksanaan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal ...................................38
2.4.4 Kunjungan Neonatus .................................................................................40
2.5 Keluarga Berencana ..........................................................................................41
2.5.1 Pengertian ..................................................................................................41
2.5.2 Kontrasepsi ................................................................................................41
2.5.3.1 Pengertian ...........................................................................................41
vi

2.5.3.2 Metode Kontrasepsi ...........................................................................41

BAB III METODE LAPORAN TUGAS AKHIR .................................................44

3.1 Metode Penelitian .............................................................................................44


3.2 Tempat dan waktu penelitian ............................................................................45
3.2.1 Tempat Penelitian ......................................................................................45
3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................................46
3.3 Subjek Penelitian ..............................................................................................46
3.4 Jenis data...........................................................................................................47
3.5 Teknik Pengambilan Data.................................................................................47
3.6 Instrumen Penelitian .........................................................................................49
3.7 Analisis Data .....................................................................................................49
3.8 Etika Penelitian .................................................................................................49
3.9 Jadual Pelaksanaan ...........................................................................................52

BAB IV ASUHAN KEBIDANAN ...........................................................................53

4.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan ................................................................53


4.1.1 Kunjungan Pertama .................................................................................53
4.1.2 Kunjungan Kedua ....................................................................................61
4.1.3 Kunjungan Ketiga ....................................................................................63
4.2 Asuhan Kebidanan Pada persalinan..................................................................65
4.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ................................................................78
4.3.1 Kunjungan Nifas 1 ...................................................................................78
4.3.2 Kunjungan Nifas 2 ...................................................................................82
4.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ........................................................85
4.4.1 Bayi Baru Lahir .......................................................................................85
4.4.2 Kunjungan Neonatus 1 ............................................................................88
4.4.3 Kunjungan Neonatus 2 ............................................................................90
vi

BAB V PEMBAHASAN ..........................................................................................93

5.1 Pengkajian Data Subjektif dan Objektif ...........................................................93


5.1.1 Kehamilan ..................................................................................................93
5.1.2 Persalinan ..................................................................................................95
5.1.3 Masa Nifas .................................................................................................96
5.1.4 Bayi Baru Lahir .........................................................................................97
5.2 Penegakan Diagnosa .........................................................................................99
5.2.1 Kehamilan ..................................................................................................99
5.2.2 Persalinan ..................................................................................................99
5.2.3 Masa Nifas .............................................................................................. 100
5.2.4 Bayi Baru Lahir ...................................................................................... 100
5.3 Perencanaan dan Penatalaksanaan ................................................................. 101
5.3.1 Kehamilan ............................................................................................... 101
5.3.2 Persalinan ............................................................................................... 103
5.3.3 Masa Nifas .............................................................................................. 104
5.3.4 Bayi Baru Lahir ...................................................................................... 105

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 107

6.1 Simpulan ........................................................................................................ 107


6.2 Saran .............................................................................................................. 108

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 120


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skala Derajat Oedema 17

Tabel 2.2 Penilaian Apgar Score 39

Tabel 3.9 Tabel Jadwal Pelaksanaan 52

Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu 54

Tabel 4.2 Lembar Observasi Persalinan 114

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Tungkai Bawah 15

Gambar 2.2 Vena Tungkai Bawah 16

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Responden ..................................................................... 109

Lampiran 2 Persetujuan Responden ....................................................................... 110

Lampiran 3 Format Wawancara ............................................................................. 111

Lampiran 4 Lembar Catatan Laporan Responden ................................................. 112

Lampiran 5 Lembar Observasi Persalinan ............................................................. 113

Lampiran 6 Partograf ............................................................................................. 114

Lampiran 7 Foto Kegiatan ..................................................................................... 115

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indikator derajat kesehatan di suatu negara adalah angka kesakitan

(Mordibitas) dan angka kematian (mortalitas), pemerintah juga memperhatikan

status kesehatan salah satunya kesehatan ibu dan bayi. (Septarini, 2016)

Sehingga pemerintah melakukan upaya peningkatan kesehatan ibu dan

bayi dengan melakukan ANC terpadu untuk mendeteksi adanya komplikasi

pada ibu dan janin, ibu hamil perlu melakukan kunjungan Antenatal Care

(ANC) terpadu minimal 4 kali kunjungan selama masa kehamilan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan yang berwenang yaitu 1 kali pada saat

trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga,

bila mana terjadi komplikasi dapat tertangani dan diintervensi sedini dan

secepat mungkin. (Dinkes, 2018)

Dalam kehamilan sering menimbulkan ketidaknyaman fisiologis yang

salah satunya adalah bengkak kaki. Terdapat bengkak kaki fisiologis ataupun

patologis yang biasanya terjadi pada kehamilan, secara fisiologis terjadi karena

tubuh selama hamil mengandung lebih banyak darah karena uterus yang

semakin membesar sehingga memberi tekanan pada vena di panggul dan vena

cava di sisi kanan tubuh yang menerima darah dari bagian bawah tubuh

sehingga memperlambat sirkulasi peredaran darah, dan membuat darah tertahan

1
2

di bagian bawah tubuh. Namun, secara patologis bengkak kaki menandai

adanya komplikasi dalam kehamilan. (Rasjidi, 2014)

Berdasarkan data WHO tahun 2007 didapatkan angka kejadian bengkak

sekitar 75% pada ibu hamil yang mengalami pembengkakan yang umum terjadi

pada trimester II dan trimester III baik oedema fisiologis ataupun patologis.

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2008 terdapat 80% ibu

hamil di Indonesia yang mengalami keluhan bengkak pada kaki, 45% bengkak

pada kaki karena penyakit penyerta misalnya hipertensi, 35% karena faktor

fisiologis pada kehamilan. (Suci Anggraeni, 2014)

Menurut Devia Famela dalam sebuah penelitian di salah satu BPM tahun

2016 terdapat jumlah kunjungan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan

sebanyak 201 kunjungan, sebagian besar mengalami ketidaknyamanan salah

satunya sebesar 2% mengalami bengkak kaki fisiologis. (Famela, 2016)

Asuhan yang diberikan pada ibu hami dengan dengan bengkak pada kaki

menggunakan intervensi non farmakologis yaitu pijat kaki, posisi kaki yang

ditinggikan, rendam kaki, dan senam hamil. (Kustiyaningrum, 2014)

Berdasarkan penelitian Zaenatushofi tahun 2019 yang menggunakan

intervensi pijat kaki dengan rendam air hangat ditambah campuran kencur pada

5 responden yang memiliki derajat oedema yang berbeda-beda, membuktikan

pijat kaki dan rendam air hangat dengan campuran kencur dapat menurunkan
3

derajat bengkak kaki pada ibu hamil, sehingga setelah diberikan intervensi

kelima responden tidak memiliki edema. Pijat kaki yang dilakukan 10 menit

setiap kaki dan dilanjutkan dengan rendam air hangat campuran kencur selama

10 menit dengan 1 kali sehari selama 5 hari berturut-turut yang memiliki

manfaat untuk memperlancar peredaran darah dikaki dan kencur sebagai

aromatherapy yang meredakan ketegangan otot dan menstimulus produksi

kelenjar otak dan dapat mengobati bengkak. (Zaenatushofi, 2019)

Berdasarkan data yang didapatkan dari buku register kehamilan di BPM

Bidan Nia ibu hamil yang melakukan kunjungan pada tahun 2019 sebanyak 178

orang, dan sebesar 3,9% ibu hamil yang mengalami bengkak kaki.

Sehingga peneliti merumuskan permasalahan pada ibu hamil dengan

oedema kaki dengan memberikan asuhan berkesinambungan dan intervensi

tambahan berupa rendaman air hangat dicampur dengan kencur.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan demikian rumusan masalah adalah “Bagaimana asuhan

kebidanan terintegrasi pada Ny. N umur 37 tahun dengan oedema kaki

fisiologis di BPM Bidan Nia?


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melakukan asuhan kebidanan secara continuity of care pada Ny. N

umur 37 tahun di BPM Bidan Nia dengan pendekatan manajemen kebidanan

pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan Pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB

pada Ny. N umur 37 tahun.

2. Melakukan penegakan diagnose, masalah, dan kebutuhan kebidanan pada

ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB pada Ny. N umur 37 tahun.

3. Merencanakan dan melaksanakan asuhan kebidanan secara

berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB pada

Ny. N umur 37 tahun.

4. Melakukan asuhan kepada ibu hamil Ny. N umur 37 tahun dengan

ketidaknyamanan oedema kaki fisiologis dengan melakukan rendam kaki

campuran kencur.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat memperoleh dalam pengalaman nyata dan menambah

pengetahuan dalam melaksanakan penelitian.


5

1.4.2 Bagi Institusi

a. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengukur kemampuan

mahasiswa dalam menyusunan Laporan Tugas Akhir yang dapat

dijadikan sumber bacaan dan informasi terkait asuhan kebidanan dan

sebagai bahan bacaan tambahan referensi bagi institusi akademik

kesehatan.

b. Bagi Praktek Bidan Mandiri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan wacana

serta informasi bagi institusi kesehatan dan sebagai data dasar dalam

memberikan asuhan kebidanan dengan ketidaknyamanan trimester III.

1.4.3 Bagi Klien

Klien mendapatkan asuhan kebidanan secara komprehensif dimulai

sejak kehamilan, persalinan, nifas, BBL, Neonatus dan KB dan memberi

pengetahuan untuk menanggulangi masalah yang di alami.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya lahir normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Pada proses kehamilan terdapat 3 trimester yaitu

trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari 4

bulan sampai 6 bulan, trimester ketiga dari 7 bulan sampai 9 bulan.

(Prawirohardjo, 2010)

Trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu, mulai dari minggu

ke–28 sampai minggu ke-40. Pada trimester ketiga, organ tubuh janin sudah

terbentuk. Hingga pada minggu ke – 40 pertumbuhan dan perkembangan utuh

telah dicapai. (Manuaba, 2010)

2.1.2 Perubahan Fisiologis (Vivian Nanny, 2011)

a. Minggu ke-28/bulan ke-7

Fundus berada dipertengahan antara pusat dan sifoudeus. Hemoroid

mungkin terjadi. Pernapasan dada menggantikan pernapasan perut. Garis

bentuk janin dapat dipalpasi. Rasa panas perut mungkin terasa.

b. Minggu ke-32/ bulan ke-8

6
7

Fundus sampai prosesus sifoideus, payudara terasa penuh, dan nyeri

saat ditekan. Sering BAK mungkin kembali terjadi, dan mungkin juga terjadi

dispnea.

c. Minggu ke-38/ bulan ke-9

Penurunan bayi ke dalam pelvis/panggul ibu (lightening). Plasenta

setebal hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu. Sakit punggung

dan sering BAK meningkat. Braxton Hicks meningkat karena serviks dan

segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan.

2.1.3 Perubahan Psikologis

Perubahan Psikologis Trimester III diantaranya :

a. Kembalinya rasa tidak nyaman, merasa dirinya sudah jelek, terlihat

aneh, dan tidak menarik.

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

c. Merasa takut dan khawatir terhadap rasa sakit dan khawatir akan

keselamatannya yang akan timbul saat persalinan.

d. Merasa takut akan melahirkan bayi yang kondisinya tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

f. Merasa kehilangan perhatian.

g. Perasaan yang sensitif & Libido menurun.


8

2.1.4 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

1. Nutrisi

Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat

badan. Kalori ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari sebelumnya.

Kenaikan berat badan juga bertambah pada trimester ini antara 0,3-0,5

kg/minggu. Kebutuhan protein juga 30 gram lebih banyak dari biasanya.

Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat 1.040 mg selama hamil dan

peningkatan ini tidak tercukupi hanya dari makanan yang dikonsumsi ibu

hamil, tetapi bisa ditambahkan dengan suplemen zat besi (tablet tambah

darah). Kebutuhan asam folat bagi ibu hamil sangat penting, jika ibu

kekurangan asam folat akan menderita anemia megaloblastik dengan

gejala diare, depresi, lelah, dan selalu mengantuk.

2. Seksual

Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali ada

beberapa riwayat berikut yaitu:

a. Pernah mengalami arbotus sebelumnya,

b. Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya,

c. Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan disertai

rasa nyeri dan panas pada jalan lahir.


9

3. Istirahat Cukup

Istirahat dan tidur yang teratur sangat penting untuk kesehatan ibu

dan tumbuh kembang janin yang ada didalam kandungan. Kebutuhan

efektif yaitu 8jam/hari.

4. Mempersiapkan persiapan persalinan

Ibu dan keluarga harus sudah mempersiapkan untuk penolong dan

tempat persalinan, mempersiapkan biaya untuk bersalin, serta

mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi atau darurat.

5. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan, yaitu :

a. Adanya kontraksi yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak.

c. Ketuban pecah sebelum waktunya dengan sendirinya.

2.1.5 Ketidaknyamanan Trimester III

Menurut Romauli, Ketidaknyamanan ibu hamil pada Trimester III,

adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan Frekuensi berkemih

Karena bagian terendah janin masuk ke dalam panggul akan

menimbulkan tekanan lansung pada kandung kemih yang menyebabkan

frekuensi berkemih meningkat. Sering buang air kecil merupakan suatu

perubahan fisiologis dimana terjadi peningkatam sensitivitas kandung

kemih.
10

b. Sakit punggung Atas dan Bawah

Karena tekanan terhadap akar syaraf dan perubahan sikap badan

pada kehamilan lanjut karena titik berat badan berpindah kedepan

disebabkan perut yang membesar.

c. Hiperventilasi dan sesak nafas

Peningkatan aktivitas metabolisme selama kehamilan akan

meningkatkan karbondioksida. Hiperventilasi akan mengeluarkan

banyak karbondioksida, sesak nafas terjadi pada trimester III karena

pembesaran uterus yang menekan diafragma.

d. Edema dependen

Karena terjadi ketidaklancaran sirkulasi vena dan peningkatan

tekanan pada ekstermitas bawah karena tekanan uterus yang membesar

pada vena panggul pada saat duduk/berdiri dan pada vena cava inferior

saat tidur terlentang. Edema yang terjadi karena kaki menggantung

terlihat pada pergelangan kaki.

e. Konstipasi

Karena kadar progesteron yang semakin meningkat menyebabkan

gerakan otot dalam usus melambat, dan uterus semakin membesar yang

akan menekan rektum dan usus sehingga terjadi konstipasi.


11

f. Insomnia

Disebabkan karena adanya ketidaknyamanan akibat uterus yang

membesar, pergerakan janin dan karena adanya kekhawatiran dan

kecemasan.

2.1.6 Edema

Edema adalah peningkatan cairan intertisil dalam beberapa organ.

Umumnya jumlah cairan interstisil, yaitu keseimbangan homeostatis.

(Manuaba, 2010)

Edema merupakan penumpukan cairan yang berlebihan yang terdapat

di sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh, hal ini sebagai akibat

ketidakseimbangan faktor-faktor yang mengkontrol perpindahan cairan tubuh,

antara lain gangguan hemodinamik sistem kapiler yang menyebabkan retensi

natrium dan air, penyakit ginjal serta berpindahnya air dari intravaskular ke

intersitium.

2.1.6.1 Edema Pada Kehamilan

Edema yang terjadi pada kehamilan berbeda-beda yaitu 40% edema

fisiologis, 60% edema dengan hipertensi, dan 80% terjadi pada kehamilan

dengan hipertensi dan proteinuria yang positif (pre-eklampsia-eklampsia).

(Prawirohardjo, 2010)

Edema pada ibu hamil terdapat edema fisiologis ataupun patologis,

ibu hamil dapat mengalami edema pada bagian-bagian tubuhnya,

termasuk ekstremitas bawah hingga hingga seluruh tubuh. Edema


12

patologis adalah edema yang timbul pada wajah dan tangan, atau edema

generalisata, dan biasanya disertai peningkatan berat badan yang cepat.

Edema akibat tekanan vena pada kompresi pertumbuhan janin

seringkali terjadi pada ekstremitas bawah ibu hamil. Hal ini disebabkan

oleh menurunnya arus balik darah vena akibat vena cava inferior yang

terkompresi oleh pertumbuhan janin. Penurunan arus balik tersebut

mengakibatkan adanya akumulasi cairan di bagian bawah tubuh apalagi

jika ibu hamil berdiri dalam waktu lama. (Manuaba, 2010)

Adapun edema akibat gravitasi, yaitu saat berbaring gaya gravitasi

bekerja secara merata, namun saat seseorang berdiri efek gravitasi tidak

merata. Selain tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi jantung, terdapat

dua konsekuensi penting dari peningkatan tekanan ini, yaitu :

1. Vena dapat melebar dibawah peningkatan tekanan, sehingga semakin

lebar dan kapasitasnya meningkat. Arteri juga mendapat efek gravitasi

yang sama, tetapi arteri tidak melebar seperti vena karena arteri tidak

mudah teregang. Penumpukan sebagian besar darah di vena-vena

tungkai yang masuk melalui kapiler dan tidak kembali beredar ke

jantung.

2. Peningkatan tekanan darah kapiler terjadi akibat efek gravitasi

menyebabkan filtrasi berlebihan cairan keluar. Jaringan kapiler

ekstremitas bawah dan menimbulkan oedema lokal (yaitu pembekakan

kaki dan pergelangan kaki).


13

2.1.6.2 Faktor yang mempengaruhi terjadinya edema

1. Udara di musim panas

2. Berdiri dalam jangka waktu yang terlalu lama

3. Aktivitas panjang dan melelahkan sehari-hari

4. Diet rendah potassium

5. Tingkat asupan sodium melebihi kebutuhan ibu hamil

6. Makan berlebihan

2.1.6.3 Anatomi Ekstremitas Bawah

Anatomi ekstremitas bawah terdiri atas tulang koksa, femur, tibia,

fibula, tarsal, metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.

1. Os. Koksa

Os. Koksa terdiri dari sepasang tulang panggul (hip bone)

yang merupakan tulang pipih. Tulang pinggul terdiri atas 3 bagian

utama yaitu ilium (tulang usus), pubis (tulang kemaluan), dan

ischium (tulang duduk).

2. Os. Femur

Os. Femur dibagian ujung atasnya terdapat femoris yang bulat

sesuai dengan mangkok sendi (asetabulum). Kolumna femoris

menghubungkan kaput femoris dan korpus femoris.

3. Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih

medial dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia


14

memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan

facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies

untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu,

tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah

distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan

malleolus medial.

4. Fibula

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih

lateral dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula

berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula

membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan

tulang-tulang tarsal.

5. Tarsal

Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan

fibula dan di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7

tulang tarsal, yaitu calcaneus.

6. Metatarsal

Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan

tarsal di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di

tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.


15

7. Phalangs

Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki.Terdapat 2 tulang

phalangs di ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya.

Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari

tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

Gambar 2.1 Anatomi Tungkai Bawah

a. Pembuluh darah

1. Vena

a) Vena Supervisialis

Vena safena magna mengangkut darah dari ujung

medial arkus venosus belakang lutut melalui sisi medial paha

pada fasia profunda, bergabung dengan vena femoralis,


16

berhubungan dengan vena safena parva, berjalan ke belakang

lutut vena perforans menghubungkan vena safena magna

dengan vena profunda sepanjang sisi medial betis pada hiatus

safenus di fasia profunda vena safena magna.

b) Vena aksesoria, bergabung dengan vena utama pada

pertengahan paha bermuara pada vena safena.

c) Vena safena parva, vena ini banyak katup, timbul dari bagian

lateral arkus venosus dorsalis pedis, naik dibelakang maleolus

lateralis, menembus fasia profunda, berjalan diantara kaput M.

Gastroknemius bagian bawah fossa popliteal, berakhir pada

vena poplitea.

d) Vena poplitea dibentuk oleh penyatuan vena komunitantes dari

arteri tibialis anterior dan posterior pada batas bawah M.

Politeus, terletak pada sisi lateral, berjalan melalui lubang M.

Adduktor magnus menjadi vena femoralis.

Gambar 2.2 Vena tungkai bawah


17

2.1.6.4 Pemeriksaan dan Penilaian Derajat Edema

Pemeriksaaan edema terdapat di daerah yang biasanya terjadi

edema yaitu di daerah sakrum, regio tibia bagian anterior, pergelangan

kaki, punggung kaki. Melakukan inspeksi dan palpasi pada daerah yang

terdapat edema, jika di palpasi dan diberi tekanan ringan di daerah regio

tibia bagian anterior dengan ibu jari selama kurang lebih 10 detik lalu

dilepaskan dan akan timbul indentasi kulit yang ditekan, dan akan

kembali secara perlahan-lahan. Kedalaman edema dilihat dari derajat

edema, yaitu : (Marilynn Jackson, 2011)

Tabel 2.1 Skala Derajat Oedema

Skala Keterangan
Pitting ringan, tidak ada distorsi (perubahan) yang terlihat, cepat
1+
menghilang

Lebih dalam dari 1+, tidak ada distorsi (perubahan) yang langsung
2+
terdeteksi, menghilang dalam 10-15 detik

Cukup dalam, dapat berlangsung lebih dari 1 menit, ekstremitas


3+
yang terkena tampak lebih lebar dan membengkak

Sangat dalam, berlangsung 2-5 menit, ektremitas yang terkena


4+
telihat sangat mengalami perubahan.

Sumber : Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis


18

2.1.6.5 Penatalaksanaan untuk oedema kaki pada ibu hamil

Hindari mengenakan pakaian ketat yang mengganggu aliran balik

vena, ubah posisi sesering mungkin, minimalkan berdiri dalam waktu

lama, jangan dudukan barang diatas pangkuan atau paha akan

menghambat sirkulasi, istirahat berbaring miring kiri untuk

memaksimalkan pembuluh darah kedua tungkai, lakukan olahraga atau

senam hamil, menganjurkan massage atau pijat kaki, rendam air hangat.

(Tri Endah Widi Lestari, 2018)

Menurut Flona, meredakan ketegangan otot dan menstimulus

produksi kelenjar otak yang membuat tubuh merasa lebih tenang dan

rileks adalah dengan cara berendam dengan air hangat yang suhu 38

derajat selama minimal 10 menit dengan menggunakan aromatherapy.

Terapi rendam kaki membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan

mempelebar pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen masuk ke

jaringan yang mengalami pembengkakan. (Flona, 2010)

Secara ilmiah terapi rendam kaki air hangat mempunyai

dampak fisiologis bagi tubuh, yaitu membuat sirkulasi darah menjadi

lancar karena hangatnya air. Air hangat yang memiliki dampak fisiologis

pada tubuh berupa peningkatan sirkulasi darah dengan memperlebar

pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen yang dipasok ke jaringan

serta menguatkan otot-otot dan ligamen. Terapi redam kaki air hangat

ini mampu menurunkan frekuensi nadi dan menurunkan tekanan darah


19

dengan cara pelebaran pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi darah

kembali ke jantung sehingga mengurangi edema. (Yuhendri Putra,

2019)

Menurut Aprilita Resnuningtyas, adanya pengaruh terapi rendam

air hangat terhadap edema pada tungkai bawah ibu hamil disebabkan

karena kaki yang direndam air hangat akan terjadi perpindahan panas dari

airhangat ke tubuh sehingga menyebabkan pembuluh darah menjadi

lebar dan ketegangan otot menurun maka peredaran darah lancar.

Dengan adanya pelebaran pembuluh darah maka aliran darah akan

lancar sehingga mudah mendorong darah masuk ke jantung. Keadaan

ini menyebabkan aliran darah semakin lancar maka hasil akhirnya

sirkulasi darah kembali ke jantung sehingga lebih mudah untuk tubuh

menarik kembali cairan yang berada dalam ekstra seluler dan akan

mengurangi edema tungkai. (Restuningtyas, 2013)

Rendam air hangat bisa dicampur dengan kencur sebagai

aromatherapy, kencur juga sering digunakan sebagai obat tradisional

salah satunya yaitu berkhasiat sebagai obat pengompres bengkak atau

radang. (Ariani, 2019)

Kencur atau Kaempferia Galanga (KG) adalah salah satu jenis

dalam famili Zingiberaceae merupakan salah satu jenis tanaman obat

penting bagi masyarakat Asia termasuk Indonesia. Manfaat kencur

sebagai obat batuk, rematik, dan antikanker, kolera, vasorelaksasi,


20

antimikroba, antioksidan, antialergi penyembuhan luka, antikanker,

antioksidan, antiinflamasi, analgesik dan antibakteri, dan sebagai

aromaterapi. Didalam kencur terdapat beberapa senyawa seperti minyak

atsiri, saponin, flavonoid, polifenol yang diketahui memiliki banyak

manfaat. Kencur memiliki variasi kandungan essensial oil yaitu δ-3-

carene (0,13–6,46%), 1,8-cineole (0,19-5,17%), borneol (0,96-2,40%)

dan pentadecane (6,04-16,53%). (Silalahi, 2019)

Menurut penelitian Zulfi Diah Ayu didalam Pemanfaatan kencur

mengatakan banyak peneliti berpendapat bahwa rimpang kencur

mengandung minyak atsiri, asam sinamat, dan etil ester. Kandungan

minyak atsiri pada rimpang kencur berkisar 2,4-3,9%. Terdapat senyawa

minyak atsiri dalam rimpang kencur yaitu α-pinene (1,28%), champhene

(2,47%), carvone (11,13%), benzene (1,33%), eucalyptol (9,59%),

borneol (2,87%), methyl cinnamate (23,23%), pentadecane (6,41%) dan

ethyl-ρmethoxycinamate (31,77%). (Anggraini, 2018)

Senyawa yang dapat memberikan aktivitas antiinflamasi yang

terdapat pada kencur tersebut yaitu senyawa golongan flavonoid,

kandungan flavonoid terdiri dari kaempferol dan apigeninor. Presentase

inhibisi edema terbesar pada tanaman kencur yaitu pada dosis 45

mg/kgBB menghasilkan inhibsi sebesar 51, 27%. (Nur Ramadhani, 2015)


21

2.1.6.6 Pemanfaatan Rendaman Air Hangat dengan Campuran Kencur

Terapi rendam kaki dapat digunakan sebagai alternatif non-

farmakologis dengan menggunakan metode yang lebih murah dan mudah.

Rendam air hangat sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak

membutuhkan biaya yang mahal, dan tidak memiliki efek samping yang

berbahaya. Selain itu, terapi rendam air hangat juga dapat digunakan

untuk menghindari komplikasi dari terapi farmakologis (diuretikum).

(Yuhendri Putra, 2019)

Pada penelitian Zaenatushofi dalam jurnal Penerapan Pijat Kaki dan

Rendam Air Hangat Campuran Kencur Untuk Mengurangi Oedema Kaki

pada Ibu Hamil Trimester III Di BPM pada tahun 2019, dengan

memberikan asuhan berupa pijat kaki pada ibu hamil dengan oedema

selama 10 menit untuk setiap kaki dan dilanjutkan dengan rendam air

hangat campuran kencur selama ±10 menit, dilakukan pada hari pertama,

ke 2, ke 3, ke 4 dan ke 5. Observasi dilakukan sebelum dan sesudah

dilakukannya penerapan pijat kaki dan rendam air hangat campuran

kencur yang dilakukan selama 5 hari berturut – turut, yang masing-

masing responden berbeda derajat oedema nya yaitu 2 responden dengan

edema derajat 3 yang cekungannya cukup dalam dan waktu kembali nya

selama 1 menit, dan 3 responden dengan derajat 2 dengan waktu kembali

10-15 detik. Hasil penelitiannya adalah ke 5 responden setelah diberikan

asuhan tidak memiliki oedema, yang artinya bahwa terbukti dalam


23

penerapan asuhan pijat kaki dan rendam air hangat campuran kencur

dapat menurunkan bengkak pada kaki ibu hamil trimester III.

(Zaenatushofi, 2019)

Menurut Rosita, terapi rendam kaki adalah terapi dengan cara

merendam kaki hingga batas 10-15 cm diatas mata kaki menggunakan 3

ruas kencur digeprek dan air hangat suhu air 43,3°C selama 10 menit.

Terapi rendam kaki air hangat dilakukan dengan frekuensi sehari sekali

selama 5 hari berturut-turut, menunjukkan perubahan yang signifikan

pada kaki derajat kaki bengkak lebih rendah. Prinsip kerja dari rendam air

hangat ini yaitu konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari air

hangat ke tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah

dan dapat menurunkan ketegangan otot maka peredaran darah lancar.

Dengan adanya pelebaran pembuluh darah maka aliran darah akan lancar

sehingga mudah mendorong darah masuk ke jantung. Keadaan ini

menyebabkan aliran darah semakin lancar maka hasil akhirnya sirkulasi

darah kembali ke jantung sehingga lebih mudah untuk tubuh menarik

kembali cairan yang berada dalam ekstraseluler dan akan mengurangi

edema tungkai. Tujuannya adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah,

mengurangi bengkak, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan stress,

dan lain-lain. (Restuningtyas, 2013)

Tingkat kesembuhan dari oedema tergantung dari pengaruh

aktivitas ibu yang tinggi dengan aktivitas ibu yang rendah, aktivitas ibu
23

yang tinggi seperti senam, mencuci, dan melakukan pekerjaan rumah

tangga lainnya. Perbedaan aktivitas ini dapat memicu ketegangan otot dan

nyeri persendian, sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan derajat

edema. (Zaenatushofi, 2019)

Penatalaksanaan dilakukan pada malam hari sebelum tidur

bertujuan agar setelah diberi terapi rendam kaki menjadi lebih rileks pada

waktu tidur. Waktu tidur merupakan waktu dimana aktivitas tubuh

beristirahat dimana irama jantung, nadi dan aliran darah lebih stabil, dan

hal tersebut merupakan saat yang tepat bagi penyerapan cairan yang

tertimbun di ekstravaskuler. (Yuhendri Putra, 2019)

2.1.6.7 Tata cara prosedur dalam merendam air hangat dengan

campuran kencur

1. Mempersiapkan alat dan bahan :

a) Baskom/ember

b) Termometer air

c) 2 buah handuk

d) Air panas

2. Mempersiapkan responden

a) Mengatur posisi duduk responden dengan kaki menggantung

b) Mengisi air ember dengan air dingin dan air panas hingga suhu

air (390C-430C) dengan termometer, dan masukan 3 ruas kencur

ke dalam ember.
24

c) Bersihkan kaki dahulu.

d) Rendam kaki 10-15 cm diatas mata kaki lalu biarkan sampai 10

menit.

e) Tutup ember dengan handuk untuk mempertahankan suhu.

f) Setelah 10 menit, angkat kaki dan keringkan dengan handuk.

g) Rapihkan alat. (Ulya, 2017)

2.5.3 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Menurut Romauli, tanda bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil

trimester III, yaitu: (Romauli, 2011)

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan pada kehamilan >22 minggu sampai sebelum bayi

dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau

perdarahan antepartum.

b. Solusio Plasenta

Terlepasnya plasenta sebelum janin lahir bisa disebut dengan solusio

plasenta, biasanya terjadi pada trimester ketiga. Dapat disebur solusio

plasenta totalis jika plasenta terlepas seluruhnya, solusio plasenta parsialis

adalah terlepasnya plasenta tetapi hanya sebagian, jika hanya sebagian

kecil pinggir plasenta yang lepas disebut rupture sinus marginalis.


25

c. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak di korpus uteri

tetapi di segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau

seluruhnya pembukaan jalan lahir.

d. Gerakan janin tidak terasa

Jika usia kehamilan 22 minggu atau lebih dan sampai saat selama

persalinan tidak merasakan gerakan janin, maka perlu diwaspadai terdahap

kemungkinan gawat janin dalam uterus.

e. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi sebelum kehamilan 37

minggu maupun kehamilan aterm, pecah sebelum tanda persalinan.

Ketuban Pecah Dini yang memanjang adalah Ketuban Pecah Dini (KPD)

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

2.6 Konsep Dasar Persalinan Normal

2.6.1 Pengertian Persalinan Normal

Persalinan merupakan proses melahirkan hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang kehamilannya cukup bulan (37 minggu – 42 minggu) melalui

jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dengan bantuan

atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) yang dapat berlangsung dalam 18 jam

tanpa komplikasi pada ibu dan janin. (Prawirohardjo, 2010)


26

2.6.2 Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan

Menurut Manuaba, terdapat lima faktor yang mempengaruhi proses

persalinan, yaitu : (Manuaba, 2010)

a. Power (kekuatan), terdapat kontraksi primer yang disebut involunteer

dan kontraksi sekunder yaitu kontraksi volunteer secara bersamaan

untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi primer

menandakan dimulainya persalinan yang biasa disebut his/kontraksi,

sedangkan kontraksi sekunder yaitu serviks yang berdilatasi dapat

memperbesar kekuatan kontraksi primer.

b. Passage (jalan lahir), meliputi jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu

bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina,

c. Passanger (penumpang), meliputi janin dan plasenta.

d. Psikologis

Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu

bersalin yang didampingi oleh suami dan orang yang dicintainya

cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibanding

dengan ibu bersalin tanpa pendamping.

e. Physician (Penolong)

Bidan atau tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab yang

besar dalam proses persalinan. Penolong melakukan perngkajian

terhadap perkembangan persalinan, dengan bahasa yang mudah

dimengerti penolong memberitahu perkembangannya baik fisiologis


27

maupun patologis pada ibu dan keluarga

2.6.3 Tanda-tanda Persalinan (Manuaba, 2010)

Menurut Manuaba, tanda-tanda persalinan diantaranya :

a. Kontraksi yang dirasakan datang lebih kuat, sering, dan teratur.

b. Keluar lender bercampur darah (blood show) yang lebih banyak.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d. Pada pemeriksaan dalam : terdapat pembukaan dan serviks mendatar.

2.6.4 Tahapan Persalinan (Prawirohardjo, 2010)

1. Kala I (Pembukaan)

Kala 1 dimulai dari saat persalinan dimulai sampai pembukaan

lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten dan fase aktif.

Fase laten dimulai dari pembukaan 1 cm sampai serviks membuka sampai 3

cm dan fase aktif serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih

kuat dan sering selama fase aktif.

Kala 1 dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

a. Fase Laten

Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan sampai pembukaan 3 cm.

b. Fase Aktif

Fase aktif dibagi dalam 3 subfase, yaitu :

1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4

cm
28

2) Periode dilatasi maksimal: pembukaan menjadi pembukaan 9 cm

berlangsung selama 2 jam.

3) Periode deselerasi: berlangsung dalam 2 jam pembukaan menjadi 10

cm atau lengkap.

2. Kala II

Setelah pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir dikatakan kala

II. Proses ini biasanya pada primigravida berlangsung selama 2 jam dan 1

jam pada multigravida.

3. Kala III

Setelah bayi lahir, tunggu sampai lahirnya plasenta ini dikatakan kala

III, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4. Kala IV

Dari lahir plasenta sampai 2 jam pertama pasca persalinan. Kala IV ini

dilakukan pemantauan terhadap perdarahan pasca persalinan yg paling

terjadi pada 2 jam pertama. Pemantauan yang dilakukan yaitu :

a. Kesadaran dan keadaan umum

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan,

dan suhu.

c. Pengecekan kontraksi uterus

d. Pengecekan perdarahan
29

2.7 Konsep Dasar Masa Nifas

2.7.1 Pengertian Masa Nifas

Masa Nifas adalah sesudah kelahiran bayi, plasenta, dan selaput yang

perlu memulihkan kembali rahim seperti sebelum hamil yang berlangsugn

selama 6-8 minggu. (Purwoastuti, 2015)

2.7.2 Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Purwoastuti, menjadi 3 tahapan, yaitu :

a. Puerperium dini merupakan kepulihan ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan, beraktivitas sepert wanita normal.

b. Puerperium intermedial merupakan kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang berlangsung selama 6-8 minggu.

c. Remote puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurtna, terutama selama hamil atau saat persalinan memiliki komplikasi.

2.7.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Dalam masa nifas, adapun beberapa perubahan fisiologis yang terjadi, yaitu:

(Sunarsih, 2011)

a) Tanda-Tanda Vital

1. Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah yang rendah

kemungkinan karena ada pendarahan, sedangkan tekanan darah tinggi pada

post partum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum.


30

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Setelah

melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

3. Respirasi

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu tubuh

dan denyut nadi.

4. Suhu

Satu hari pada post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 –

38°C) akibat saat melahirkan banyak mengeluarkan tenaga, kehilangan

cairan, dan kelelahan.

b) Uterus

Setelah melahirkan uterus mengalami proses pengembalian bentuk ke

dalam keadaan sebelum hamil yang disebut involusi uterus. Setelah plasenta

lahir, proses ini dimulai akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Perubahan Tinggi dan Berat uterus sesuai masa nifas adalah sebagai berikut,

a) Bayi lahir : TFU setinggi pusat dan berat 1000 gr.

b) Plasenta lahir : TFU 2 jari dibawah pusat dan berat 750 gr

c) Satu minggu : TFU Pertengahan pusat-simfisis dan berat 500 gr

d) Dua minggu : TFU Tidak teraba di atas simfisis dan berat 350 gr

e) Enam minggu : TFU Bertambah kecil dan berat 50 – 60 gr

f) Delapan minggu : Sebesar normal dan berat 30 gr


31

c) Lochea

Lochea adalah cairan yang keluar dari rahim selama masa nifas. Jenis-

jenis lochea dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu :

a. Lochea rubra : muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum.

Cairan yang keluar warna merah.

b. Lochea sanguinolenta : muncul dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

c. Lochea serosa : Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.

Cairan yang keluar berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan/laserasi plasenta.

d. Lochea alba : muncul selama 2 sampai 6 minggu postpartum.

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan

serabut jaringan mati..

e. Lochea purulenta, keluar cairan yang bebau ini karena terjadi infeksi.

f. Lochiostasis : lochea yang keluarnya tidak lancar.

d) Perubahan Vagina dan Perineum

a. Vagina

Vagina akan mulai mengecil dan kembali timbul kerutan-kerutan

(rugae) pada minggu ketiga.

b. Perubahan pada perineum

Robekan perineum biasanya terjadi pada garis tengah antara vagina

dan anus dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut
32

arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu

panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar.

e) Payudara

Terbentuknya hormon prolaktin merangsang untuk memproduksi

ASI, karena bayi menghisap dapat memicu pelepasan ASI dari alveolus

mamae melalui duktus ke sinus laktiferus, hisapan merangsang produksi

oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Pada saat bayi menghisap, ASI

yang ada didalam sinus akan keluar dan masuk ke mulut bayi. Gerakan ASI

dari sinus ini dinamakan let down refleck atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let

down dapat dipicu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu

mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.

2.7.4 Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

a. Penyesuaian Orangtua

Penyesuaian orang tua ditandai oleh kesiapan mental dalam menerima

anggota baru, terdapat beberapa fase yaitu :

1) Fase taking in adalah suatu waktu yang diperlukan oleh seorang ibu baru

untuk memperoleh pemeliharaan dan perlindungan setelah melahirkan.

2) Fase taking hold adalah fase berakhirnya fase perlindungan sehingga bayi

mulai menentukan posisi di dalam keluarganya.

3) Fase letting go adalah fase dimana seorang ibu telah sibuk dengan kegiatan

mengasuh anaknya, seperti hal nya tugas seorang ibu.


33

2.7.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1. Nutrisi dan Cairan

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari; makan dengan diet

berimbang untuk mendapat protein, mineral dan vitamin yang cukup.

Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

2. Ambulasi

Ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam

pertamasetelah kelahiran per vaginam. Ambulasi dini sangat penting

dalam mencengah trombosis vena

3. Eliminasi

Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan 3-4 jam,

dan BAB sampai 4 hari post partum.

4. Kebersihan Diri/Perineum

Pada ibu nifas sebaiknya dianjurkan kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

suhu dan air .

5. Istirahat

Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur.

6. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti, maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post
34

partum.

7. Latihan Senam Nifas

Senam tangan dan bahu secara teratur sangan penting untuk

mengendurkan ketegangan ini, dan juga dengan menggunakan gerakan

tubuh yang baik, sikap yang baik serta posisi yang nyaman pada waktu

memberi ASI.

2.7.6 Tanda-tanda Bahaya pada Masa Nifas

Beberapa tanda bahaya pada masa nifas. (Depkes, 2016)

a. Perdarahan Postpartum

Menurut Mochtar, perdarahan yang membutuhkan lebih dari satu

pembalut dalam waktu satu atau dua jam. Perdarahan post partum adalah

perdarahan lebih dari 500 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.

Menurut waktu terjadinya terbagi atas dua bagian yaitu:

a) Perdarahan postpartum Primer (early postpartum hemorrhage) yang

terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir

b) perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang

terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke-5 sampai ke-15

postpartum.

b. Lokhea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina)

Lokhea yang berbau busuk ini disebut lochea purulenta yaitu cairan

seperti nanah berbau busuk. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan


35

adanya sisa plasenta atau sisa selaput janin karena kontraksi uterus yang

kurang baik.

c. Payudara Berubah Menjadi Merah, Panas dan Terasa Sakit

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat terjadi kapan saja

sepanjang periode menyusui. Gejala dari mastitis adalah bengkak dan nyeri,

payudara tampak merah pada keseluruhan atau ditempat tertentu, payudara

terasa keras dan berbenjol-benjol, serta demam dan rasa sakit. (Eny Retna

Ambarwati, 2010)

2.7.7 Kunjungan Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal tiga kali, yang dibagi

sesuai jadwal yang dianjurkan : (Dinkes, 2018)

1. KF 1 : dari 6 jam pertama sampai dengan 3 hari post partum

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Melakukan deteksi dini dan melakukan perawatan dari penyebab

terjadinya perdarahan : rujuk pasien jika terjadi perdarahan lanjutan.

c. Memberikan edukasi dan konseling kepada ibu atau salah satu

anggota keluarga tentang bagaimana mencegah perdarahan masa

nifas yang disebabkan oleh atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir IMD

f. Menjaga bayi tetap hangat


37

g. Bilamana petugas kesehatan menolong persalinan, petugas kesehatan

wajib menemani ibu dan mngobservasi keadaan ibu dan bayi

minimal 2 jam setelah melahirkan atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan sehat.

2. KF 2 : Hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 post partum

a. Memastikan penurunan tinggi fundus ibu berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau yang busuk.

b. Memastikan bahwa ibu nifas tidak terjadi tanda – tanda infeksi seperti

demam, lochea berbau atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu nifas mendapatkan cukup nutrisi, hidras, dan istirahat

yang efisien dan cukup.

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak memeperlihatkan

tanda – tanda pembengkakan payudara ataupun bayi yang kekurangan

ASI.

e. Melakukan edukasi dan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayinya, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari

– hari.

3. KF 3 : Pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 Post partum

a. Memastikan penurunan tinggi fundus ibu berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau yang busuk.


37

b. Memastikan bahwa ibu nifas tidak terjadi tanda – tanda infeksi seperti

demam, lochea berbau atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu nifas mendapatkan cukup nutrisi, hidras, dan istirahat

yang efisien dan cukup.

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak memeperlihatkan

tanda – tanda pembengkakan payudara ataupun bayi yang kekurangan

ASI.

e. Melakukan edukasi dan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayinya, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari

– hari.

f. Tanyakan pada ibu jika ibu mengalami kesulitan dalam pribadi ibu

maupun penyulit pada bayinya.

g. Memberikan edukasi dan pelayanan keluarga berencana pada ibu

nifas.

2.8 Konsep Dasar Neonatus

2.8.1 Pengertian Neonatus

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir

adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-

4000 gram. (Dewi, 2010)

2.8.2 Ciri-ciri Neonatus

Ciri-ciri bayi baru lahir normal :

a. Lahir saat umur kehamilan aterm 37-42 minggu.


38

b. Berat badanlahir 2500-4000 gram

c. Panjang badan 48-52 cm

d. Lingkar dada 30-38 cm

e. Lingkar lengan 11-12 cm

f. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit

g. Pernapasan 40-60 x/menit,

h. Bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan

i. Lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna

j. Kuku agak panjang dan lemas,

k. Nilai APGAR >7,

l. Refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping),

m. Organ genitalia

Pada bayi laki-laki kedua testis sudah turun ke skrotum dan terdapat lubang

pada penis, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang dan labia mayora

telah menutupi labia minora,

n. Mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan

(Dewi, 2010)

2.8.3 Penatalaksanaan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

Asuhan bayi baru lahir meliputi : (RI, 2010)

1) Pencegahan Infeksi (PI)

2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

a) Apakah kehamilan cukup bulan?


39

b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Nilai APGAR SKOR nya, jika bayi bernafas megap – megap atau

lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

Tabel. 2.2 Penilaian Apgar Score


Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Tubuh merah,
Appearance (warna Pucat / biru Seluruh tubuh
ekstremitas
kulit) seluruh tubuh kemerahan
biru
Pulse (denyut
Tidak ada >100 <100
jantung)
Grimace (tonus Ekstremitas
Tidak ada Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Langsung
Activity (aktifitas) Tidak ada Sedikit gerak
menangis
Respiration Lemah / tidak
Tidak ada Menangis
(pernafasan) teratur

Keterangan :

a. Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)

b. Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)

c. Asfiksia Berat (apgar skor 1-3) (Dewi, 2010)

3) Pemotongan dan perawatan tali pusat

Saat bayi baru lahir manajemen yang dilakukan dengan mengeringkan

bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya, kemudian bayi

diletakkan di atas dada atau perut ibu, lalu lakukan pemotongan tali pusat.

4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


40

Bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk

proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai

menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 1

jam.

5) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha

kiri setelah 1 jam IMD.

6) Pemberian salep mata/tetes mata

7) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan setelah 1

jam pemberian vitamin K1.

8) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam.

2.8.4 Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatal dibagi 3 sesuai dengan jadwalnya, yaitu : (Dinkes, 2018)

1. Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) : pada usia 6-48 jam

a. Konseling pemberian ASI, perawatan tali pusat, awasi tanda – tanda

bahaya neonatus, memberikan imunisasi HB-0

2. Kunjungan Neonatus 2 (KN 2) : pada bayi usia 3-7 hari

a. Pastikan tali pusat agar tetap kering, konseling pemberian ASI

minimal 10 – 15 kali dalam 24 jam

3. Kunjungan Neonatus 3 (KN 3) : pada bayi usia 8-28 hari.

a. Konseling pemberian ASI minimal 10 – 15 kali dalam 24 jam,

memberitahu ibu mengenai imunisasi BCG

2.2 Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)


41

2.2.1 Pengertian

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengatur jumlah anak dan jarak

kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah menciptakan program

atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013)

2.2.2 Kontrasepsi

1. Pengertian

Kontrasepsi yaitu pencegahan agar sel telur dan sel sperma tidak terbuahi

terbuahinya antara sel telur dan sperma (konsepsi).

2. Metode Kontrasepsi (Sulistyawati, 2013)

a. Metode Amenore Laktasi

Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian ASI secara ekslusif selama 6 bulan.

MAL dapat dipakai kontrasepsi apabila

a) Menyusui secara ekslusif, lebih efekti pemberian asi ≥8x sehari.

b) Belum mendapatkan haid

c) Efektif sampai 6 bulan

b. Metode secara Alamiah

Metode ini adalah kontrasepsi yang dilakukan dengan mengetahui

masa subur. Berikut metode secara alamiah :

1) Metode Ovulasi/ metode lendir servik adalah metode yang harus

mengenali masa subur dengan memantau lendir servik,


42

pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dapat diambil

kesimpulan pada malam hari.

2) Metode Simtomtermal adalah melakukan 2 metode yaitu metode

lendir servik dan suhu basal.

3) System kalender adalah menghindari senggama pada masa subur

yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau adanya tanda-

tanda kesuburan yaitu keluar lendir encer .

4) Metode suhu basal adalah ibu dapat mengetahui masa suburnya

dengan mengukur suhu badan dengan termometr dan dicatat setiap

harinya.

c. Kontrasepsi Kombinasi

Kontasepsi kombinasi adalah mengandung hormone estrogen

dan progesteron. Kontrasepsi ini bekerja untuk menekan ovulasi,

mencegah implantasi, mengentalkan lendir servik, dan mengganggu

pergerakan tuba.

Macam-macam kontrasepsi kombinasi

1) Pil kombinasi

2) Suntik kombinasi

d. Kontrasepsi Progestin

Kontrasepsi progestin hanya mengandung satu hormon yaitu

hormone progestin.

Macam-macam kontrasepsi progestin :


43

1) Suntik progestin

2) Pil progestin (minipil)

3) Implan

e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim berbentuk huruf T dan diselubungi

kawat halus yang terbuat dari tembaga.

f. Kontrasepsi Mantap

1. Vasektomi

Vasektomi adalah sterilisasi pada laki-laki dengan cara

memotong sarulan mani (vas deferens), lalu diikat dikedua

ujungnya sehingga sel sperma tidak akan keluar penis.

2. Tubektomi

Tubektomi atau MOW (Metode Operasi Wanita) adalah

dengan mengikat dan memotong saluran ovum agar tidak dibuahi

oleh sel sperma.

Anda mungkin juga menyukai