Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

POST SECTION CAESAREA (SC) DENGAN ANEMIA SEDANG


DI RUANG NIFAS RSUD SULTAN SURIANSYAH BANJARMASIN
TAHUN 2022

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan III (PKK III)
Dosen Pembimbing : Darmayanti, S.Si.T., M. Kes

Disusun Oleh :

Nama : Mukarramah

NIM : P07124118214

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Persetujuan pengambilan kasus untuk laporan dokumentasi kompetensi dengan


judul “Laporan Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Post Section
Caesarea (SC) dengan Anemia Sedang di Ruang Nifas di RSUD Sultan
Suriansyah Banjarmasin Tahun 2022”.

Nama : Ny. B
Hari/Tanggal : Jum’at, 15 April 2022
Alamat : Jl. Kelayan A RT 02, Banjarmasin

Demikian lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas pendidikan, oleh :

Nama : Mukarramah
NIM : P07124118214

Mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan Semester VI.

Banjarmasin, 21 April 2022

Mengetahui,
Pembimbing Lahan Praktik, Mahasiswa,

Hj. Harni Rusida, Am.Keb Mukarramah


NIP. 1970030719900022002 NIM. P07124118214

ii
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS

Telah disetujui dan dikonsultasikan laporan dokumentasi kompetensi dengan


judul “Laporan Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Section
Caesarea (SC) dengan Anemia Sedang di Ruang Nifas RSUD Sultan Suriansyah
Tahun 2022”

Nama : Ny. B
Hari/Tanggal : Jum’at, 15 April 2022
Alamat : Jl. Kelayan A RT 02, Banjarmasin

Demikian lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas pembuatan


laporan dokumentasi kompetensi pada mata kuliah PKK III, oleh :

Nama : Mukarramah
NIM : P07124118214
Banjarmasin, April 2022

Mengetahui,

Pembimbing I Mahasiswa

Darmayanti, S.Si.T., M. Kes Mukarramah


NIP. 197310021993022001 NIM. P07124118214

Mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan Semester VI.

KATA PENGANTAR

iii
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas karunia, nikmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Laporan
Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Section Caesarea (SC)
Dengan Anemia Sedang Di Ruang Nifas RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin
Tahun 2022” sebagai salah satu tugas pada Program Studi Diploma Tiga
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin.
Segenap rasa terima kasih dan syukur penulis panjatkan selalu kepada
Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, serta karunianya dapat menyelesaikan
Laporan ini dengan tepat waktu. Selama proses penulisan, penulis menyadari
bahwa laporan ini dapat diselesaikan atas bantuan berbagai pihak, baik bantuan
moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis dengan sabar dalam penyusunan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna maka dari itu
saya mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun untuk
didapatkannya laporan yang baik dan benar pada laporan selanjutnya. Dengan
segala kerendahan hati saya mohon maaf yang sebesar besarnya bila dalam
pelaksanaan serta pembuatan laporan ini terdapat hal hal yang kurang berkenan.
Demikian atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Semoga bermanfaat bagi
kita semua.
Banjarbaru, April 2022

Penulis

DAFTAR ISI

iv
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS....................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS.........................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................3
D. Manfaat.......................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...............................................................................................4
A. Pengertian Masa Nifas................................................................................4
B. Tahapan Masa Nifas....................................................................................4
C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas.......................................................5
D. Tanda Bahaya Masa Nifas..........................................................................8
E. Kebutuhan Dasar pada Masa Nifas...........................................................10
F. Pengertian Anemia....................................................................................14
G. Pengaruh Anemia Terhadap Masa Nifas..................................................14
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia.............................14
BAB III..................................................................................................................16
TINJAUAN KASUS.............................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................24
PEMBAHASAN...................................................................................................24
BAB V....................................................................................................................25
PENUTUP.............................................................................................................25
A. Kesimpulan.............................................................................…………..25
B. Saran.........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan tantangan bagi banyak ibu yang
baru melahirkan. Pemulihan dari proses melahirkan, belajar menjadi
orang tua dan mengurus diri sendiri membutuhkan banyak energi.
Masa nifas merupakan kejadian fisiologis dan pada masa nifas alat-
alat genetalia interna dan eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil (Rukiyah,dkk, 2013).
Hal yang terpenting juga dalam masa nifas yaitu evaluasi
terjadinya perdarahan, sebab perdarahan nifas bisa menyebabkan
kematian pada ibu postpartum. Perdarahan pasca persalinan adalah
komplikasi yang terjadi pada tenggang antara persalinan dan masa
pasca persalinan. Faktor predisposisi antara lain adalah anemia,
penyebab perdarahan yang paling sering adalah atonia uteri, retensio
plasenta. Yang terpenting juga dalam masa nifas adalah laktasi. Sejak
kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar
mamae untuk menghadapi masa laktasi. Tetapi seiring berjalannya
waktu, banyak ibu-ibu yang enggan menyusui bayinya dengan alasan
bekerja atau dengan menyusui dapat merubah bentuk payudara
(Rukiyah, dkk, 2013).
Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi 3 Tahun
2020 yaitu tidak anemia Hb 11 gr/dL, anemia ringan Hb 10,0-10,9 gr/dL,
anemia sedang 7,0-9,9 gr/dL, anemia berat < 7,0 gr/dL.
Anemia pada ibu nifas merupakan komplikasi yang paling sering
dialami ibu di masa nifas, penyebab utamanya adalah infeksi dan
perdarahan saat proses persalinan yang berlangsung lama karena atonia
uteri, dapat terjadi sub involusio uteri yang menyebabkan perdarahan post
partum, memudahkan infeksi pueperium, pengeluaran ASI berkurang dan

1
mudah terjadi infeksi payudara. Selain itu anemia ini pada ibu nifas dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan aktivitas menyusui dikarenakan
penderita merasa males, pusing, dan cepat lelah (Yuni, 2015).
Anemia adalah kondisi dimana sel-sel darah merah berkurang
jumlah atau volumenya, atau kondisi dimana kadar hemoglobin
rendahdidalam darah. Rendahnya kadar hemoglobin dapat disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi, vitamin
B12, dan asam volat (Proverawati, 2011).
Kematian ibu pascasalin disebabkan beberapa faktor salah satunya
anemia. Penyebab utama anemia pada masa nifas adalah infeksi dan
perdarahan saat proses persalinan. Anemia pada ibu nifas dapat
mempengaruhi aktifitas ibu dan aktifitas menyusui karena merasa pusing
dan cepat lelah. Anemia juga menyebabkan terjadinya subinvolusi uteri
yang merupakan salah satu penyebab timbulnya perdarahan postpartum,
memudahkan infeksi puerperium, dan pengeluaran ASI berkurang
(Prawihardjo, 2016).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk memberikan
asuhan pada Ny. B asuhan kebidanan pada ibu nifas post section caesarea
(sc) dengan anemia sedang dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang anemia pada ibu nifas dengan memberikan
pengobatan dan KIE.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan
permasalahan yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post
Section Caesarea (SC) dengan Anemia Sedang”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
MemberikanAsuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Section
Caesarea (SC) Dengan Anemia Sedang Di Ruang Nifas RSUD Sultan

2
Suriansyah Banjarmasin Tahun 2022 dengan menggunakan
manajemen kebidanan dan dokumentasi dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. B usia 27
tahun di Ruang Nifas RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny. B usia 27
tahun di Ruang Nifas RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin.
c. Mampu mengidentifikasi analisa pada Ny. B usia 27 tahun di
Ruang Nifas RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny. B usia 27 tahun di
Ruang Nifas RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin.

D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu nifas post section Caesarea (SC) dengan
anemia sedang
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk memberikan sumber informasi dan bahan bacaan mahasiswa di
perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin
3. Bagi Mahasiswa
Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu
nifas section Caesarea (SC) dengan anemia sedang

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan
pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta
penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi dan nutrisi bagi ibu. Masa pasca persalinan adalah fase khusus
dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan
untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan
yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan
perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga
dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk di
dalamnya perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu di
samping masa pascapersalinan mungkin menjadi masa perubahan dan
penyesuaian sosial atau pun perseorangan (individual). (Prawirohardjo,
2014).

B. Tahapan Masa Nifas


Menurut Rukiyah (2011) adapun tahapan-tahapan masa nifas (post
partum/ puerperium) adalah :
1. Peurperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermediate, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat
genetal yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi

4
C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
Menurut Rukiyah (2011) perubahan fsiologi pada masa nifas
adalah:
1. Uterus
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram


Plasenta lahir Dua jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu
Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu
Bertambah kecil 50 gram
8 minggu
Normal 30 ram
1.

2. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir) meskipun tidak
terlalu menyengat dan volomenya berbeda pada setiap wanita. Lochea
juga mempunyai perubahan karena proses involusi. Perubahannya adalah
sebagai berikut :
a. Lokia Rubra (Cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, verniks kasiosa,
lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lokia Sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari 3-7
pascapersalinan.

5
c. Lokia Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pascapersalinan.
d. Lokia Alba
Cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lokia Purulenta
f. Lokiotosis
2. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,
terkulai dan terbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan
antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
3. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan dan peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberap hari
pertama sesudah proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut. Sesudah 3 minggu vulva dan vagina
kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.
4. Perineum
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perenium menglami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomy dengan indikasi tertentu.
Meskipun demikian, latihan otot perenium dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina higga tingkat tertentu. Hal ini
dapat dilakukan pada akhir masa nifas dengan latihan harian.
5. Payudara
Kolostrom sudah ada saat persalinan. Air susu pada awalnya
tampak tidak cukup, suplai ini menjadi cukup kalau suplai penyusun

6
diteruskan. Menyusui juga mempercepat involusi rahim, karena
rangsangan berulang pada putting melalui pelepasan oksitosin
menyebabkan peningkatan kontraksi miometrium.
6. Sistem perkemihan
Diuresis masa nifas normal terjadi dalam 24 jam setelah
melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen.
7. Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel
darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
8. Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 ºC pasca persalinan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 ºC dari keadaan normal.
Kenaikan suhu badan inu akbiat dari kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
b. Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena
pengaruh partus lama, persalinan sulit,, dan kehilangan darah.
c. Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg
dan diastolic 60-80 mmHg, pasca persalinan pada kasus normal
tekanan darah biasanya tidak berubah.Peruabhan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca persalinan dapat diakibatkan oleh
perdarahan.
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 x/m, pada
ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.

7
D. Tanda Bahaya Masa Nifas
Menurut Widyasih, dkk (2013) komplikasi yang bisa terjadi selama
masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam/perdarahan postpartuim/postpartum
hemorragi/hemorragi postpartum/PPH adalah kehilangan darah
sebanyak 500 ccc ataui lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan.
Hemorargui postpartum primer adalah mencakup semua kejadian
perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
2. Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerpuralis adalah infeksi pada
traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecah
ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah
persalinan atau abortus. Bakteri penyebab sepsis puerpuralis
adalah :Streptokokus, Stafilokokus, E. Coli, Clostridum tetani,
Clostridium welchi, Clamidia dan Gonocokus.
Tanda dan gejala sepsis puerpuralis :
a. Demam dan nyeri pelvik serta nyeri tekan di uterus
b. Lochea berbau menyengat. Ketrelambatan dalam kecepatan
penurunan uterus
c. Pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan
cairan nanah.
3. Kelainan Payudara
a. Bendungan air susu
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi
lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan
berbenjol-benjol. Demam nifas akibat distensi payudara sering
terjadi. Lamanya panas berkisar dari 4 hingga 16 jam suhu
tubuhnya 38-39℃ .Penatalaksanaan : keluarkan ASI secara manual.

8
ASI tetap diberikan pada bayi, menyangga payudara dengan BH
yang menyokong, kompres dengan kantong es (kalau perlu).
b. Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan komplikasi
antepartum.Bendungan yang mencolok biasanya mendahului
inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil yang
segera diikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi
denyut nadi.Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan dan
pasien mengeluhkan nyeri.
Antisipasi dan penanganan :
1) Posisi tidur yang baik selama hamil dan pengeluaran cairan
secara teratur akan dapat mengurangi pembengkakan pada kaki.
2) Menganjurkan ibu untuk membersihkan daerah kelamin dan
selalu menjaga kebersihannya
4. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri dan bayinya
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih
1 tahun ibu postpartum cenderung akan mengalami perasaan yang tidak
pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya
sendiri dan bayinya.
Tindakan yang harus dilakukan terhadap keadaan ibu yang seperti
ini yaitu :
a. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman yang terjadi pada masa nifas.
b. Berikan dukungan yang bisa diterima oleh ibu
E. Kebutuhan Dasar pada Masa Nifas
Menurut Widyasih dkk (2013) kebutuhan dasar ibu pada masa
nifas adalah sebagai berikut :

1. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk :

9
a. Makan dengan diet berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral.
b. Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari. Tablet
Fe dikonsumsi 1 kali sehari pada malam hari sebelum makan, 1
tablet Fe mengandung dosis 60 mg.
c. Mengkonsumsi vitamin A (200.000 SI) sebanyak 2 kali pada masa
nifas yaitu 1 kali diminum segera setelah persalinan dan kedua 1
kali setelah 24 jam kapsul pertama. Pemberian vitamin A dalam
bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI,
mempercepat penyembuhan luka, mencegah terjadinya infeksi pada
masa nifas, dan meningkatkan daya tahan tubuh serta
meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan pertama
kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang terkandung
dalam ASI.
2. Kebersihan diri
a. Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk:
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh
2) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air.
3) Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi,
BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti
pembalut.
4) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum menyentuh daerah kelamin.
5) Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan
laserasi.
b. Kebersihan diri
Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap
terjaga kebersihannya.

10
1) Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi.
2) Mandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore.
3) Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah
atau kotor karena BAB/BAK.
4) Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan
kering.
5) Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini
adalah tempat tinggal bayi.
6) Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih.
3. Istirahat dan tidur
Anjurkan ibu untuk :
a. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
c. Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
d. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu
untuk istirahat pada siang hari kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
a. Mengurangi jumlah ASI.
b. Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan.’
c. Depresi.
4. Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari
sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
pemulihan keadaan ibu. Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu
setelah melahirkan adalah :
a. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu.
b. Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat
kandungan.

11
c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot
panggul, perut dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan.
d. Memperlancar pengeluaran lochea.
e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah
melahirkan.
f. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan
5. Hubungan seks
Setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Ada kepercayaan atau
budaya yang memperbolehkan melakukan hubungan seks setelah 40
hari atau 6 minggu, oleh karena itu perlu dikompromikan antara suami
dan istri.
6. Keluarga Berencana
a. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui
ekslusif atau penuh 6 bulan dan ibu belum mendapatkanhaid
(metode amenorea laktasi).
b. Meskipun setiap metode kontrasepsi berisiko, tetapi menggunakan
kontrasepsi jauh lebih aman.
c. Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang di
perbolehkan selama menyusui, yang meliputi :
1) Cara penggunaan
2) Efek samping
3) Kelebihan dan kekurangan
4) Indikasi dan kontra indikasi
5) Efektivitas

12
7. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
1) Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK
spontan,kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8
jam.
2) Urine dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam waktu
12-36 jam setelah melahirkan
3) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6
minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi
kenaikan diuresis
b. Buang Air Besar (BAB)
1) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema
persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perineum
yang sangat sakit.
2) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi
BAB
3) Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat sangat
dianjurkan
8. Pemberian ASI/Laktasi
Hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien :
a. Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah
disusukan
b. Anjurkan cara menyusui yang benar
c. Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI
ekslusif)
d. Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand)
e. Diluar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi, tapi
berikan ASI dengan sendok.
f. Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan
menurunkan frekuensi pemberian ASI

13
F. Definisi Anemia
Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi 3 Tahun
2020 yaitu tidak anemia Hb 11 gr/dL, anemia ringan Hb 10,0-10,9 gr/dL,
anemia sedang 7,0-9,9 gr/dL, anemia berat < 7,0 gr/dL.
G. Pengaruh Anemia Terhadap Masa Nifas
1. Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
Uterus tidak berkontraksi selama 15 detik setelah dilakukan masase
pada fundus uteri (Prawirohardjo, 2014).
2. Syok
Suatu kondisi akut yang mengancam kehidupan pasien yang
membutuhkan penanganan segera an intensif untuk menyelamatkan
jiwa pasien (Prawirohardjo, 2014).
3. Infeksi intrapartum dan dalam nifas
Infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan biasanya dari
endometrium bekas luka insersi plasenta (Saleha, 2013).

H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia


Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia antara lain:
1. Pendidikan Ibu
Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik
pola pikir yang terbentuk. Adanya pola pikir tersebut akan membuat
seseorang Mampu menerima informasi dengan baik. Hal ini akan
mempengaruhi terbentuknya pengetahuan, sikap maupun perilaku
menjadi lebih baik. Pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan,
karena pengetahuan akan menghasilkan perubahan (Ridayanti, 2012).
Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan
terutama zat besi. Kekurangan zat besi dalam jangka waktu yang
relatif lama akan menyebabkan terjadinya anemia (Khairanis, 2011)

14
2. Status Ekonomi
Tingkat ekonomi yang kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan
gizi ibu selama hamil sangat mempengaruhi kehamilan ibu. Jika
seorang ibu berada dalam keluarga yang berkecukupan maka ia akan
dapat memenuhi semua kebutuhannya selama hamil terutama dalam
mengkonsumsi makanan maupun minuman. Pada ibu hamil, jika
konsumsi makanan terutama zat besi kurang, maka ibu hamil tersebut
akan lebih rentan untuk mengalami kejadian anemia (Khairanis,
2011).
3. Pemeriksaan Kehamilan ( ANC )
Salah satu tujuan pemeriksaan pada Antenatal Care (ANC) adalah
untuk mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan.
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan ibu
hamil. Pada pemeriksaan kehamilan (ANC) ibu mendapatkan
penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti
penyuluhan gizi dan makanan juga mendapatkan tablet tambah darah
dari petugas kesehatan. Jika ibu hamil mau mengonsumsi tablet
tambah darah tersebut akan memperkecil terjadinya anemia (Asyirah,
2012).
4. Kepatuhan Mengkonsumsi Suplementasi Zat Besi
Konsumsi tablet besi secara baik memberi peluang terhindarnya ibu
hamil dari anemia. Agar dapat di minum dengan baik sesuai aturan,
sangat dibutuhkan kepatuhan dan kesadaran ibu hamil dalam
mengkonsumsinya. Namun demikian kepatuhan juga sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya bentuk obat yang besar,
warna obat, rasa dan efek samping dari tablet ini seperti nyeri
lambung, mual, muntah, konstipasi, dan diare (Asyirah, 2012).

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


PADA IBU NIFAS POST SECTION CAESAREA (SC) DENGAN
ANEMIA SEDANG DI RUANG NIFAS RSUD SULTAN SURIANSYAH
BANJARMASIN TAHUN 2022

PENGKAJIAN
Hari / tanggal : Sabtu, 16 April 2022
Jam : 18.30 WITA
No. RM : 3456XX

IDENTITAS
Keterangan Istri Suami
Nama Ny. B Tn. M
Umur 27 Tahun 32 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar Banjar
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Jl. Kelayan A RT 02, Banjarmasin

PROLOG
Ibu datang tanggal 16 April 2022 ke IGD PONEK RSUD Sultan Suriansyah
Banjarmasin pada pukul 10.00 WITA dengan diagnosis G2P1A0 hamil 40
minggu, belum inpartu. Ibu mengeluh pusing, kencang-kencang, keluar air-air
sejak jam 21.00 wita dan tidak ada keluar lendir darah, gerakan janin ada. Ibu
telah terpasang infus RL 20 tpm. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah 120/90

16
mmHg, N: 88 kali/menit, R: 20 kali/menit, S: 36,5˚C. Ini merupakan kehamilan
yang kedua, anak pertama lahir tahun 2017 di rumah sakit dengan operasi section
caesarea (sc) pada usia kehamilan 39 minggu, jenis kelamin perempuan, BB 3100
gram. Ibu tidak pernah keguguran. Dilakukan operasi sectio caesaria atas riwayat
SC 1x dan ibu di diagnosa mengalami anemia sejak usia kehamilan 36 minggu
dengan kadar HB : 8,9 gr. Ibu melahirkan bayi laki-laki pada tanggal 16 April
2022 pukul 14.30 yang dilakukan dengan operasi section caesarea (sc). Ibu tidak
memiliki riwayat hipertensi, tidak mempunyai riwayat penyakit seperti diabetes,
asma dan tidak ada alergi pada makanan dan obat-obatan. Hb : 9,3 gr

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan pusing dan nyeri luka bekas operasi

OBJEKTIF
KU baik, kesadaran compos mentis, TD : 120/83 mmHg, N : 77 x/menit, R : 20
x/menit, S : 36,1°C, SPO2 : 98 %, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, bibir
pucat dan tidak pecah-pecah, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
vena jugularis, puting susu menonjol dan tampak bersih, tidak ada benjolan
abnormal pada payudara, kolostrum sudah keluar, terdapat luka operasi 4 jari
dibawah pusat (luka tertutup kassa), TFU sepusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan dalam batas normal, lochlea rubra, terpasang kateter,
urine ± 300 cc, tidak oedema pada esktremitas, terpasang infus Ringer laktat +
Drip Oksitosin 20 IU dengan 20 TPM.

ANALISA
P2A0 postpartum 4 jam Post Sectio Caesaria dengan anemia sedang

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sedang menjalani
masa nifas dan ibu mengalami anemia ringan dengan Hb 9,3 gr%. Ibu mengerti

17
2. Menjelaskan kepada ibu tentang rasa pusing yang dirasakan ibu karena hb ibu
rendah 9,3 gr%. Ibu mengalami anemia sedang karena kadar HB normal 11 gr
% serta menganjurkan ibu untuk istirahat dan rileks. Ibu memahami dan
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Memberitahukan ibu tentang nyeri bekas operasi yang dirasakan ibu adalah
normal karena adanya luka jahitan bekas operasi dan obat bius yang perlahan
hilang. Ibu mengerti.
4. Memfasilitasi kebutuhan nutrisi dan cairan. Dengan mengkonsumsi makanan
bergizi seperti sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan, lauk pauk seperti ikan,
daging, tahu dan tempe untuk meningkatkan kadar Hb ibu dan mempercepat
pemulihan jahitan bekas operasi. Ibu bersedia dan mengerti
5. Memfasilitasi kebutuhan istirahat dan kenyamanan pasien.
6. Memberikan Komunikai Informasi Edukasi tentang :
a. Anemia pada ibu nifas adalah kurangnya kadar hemoglobin dalam tubuh
yaitu kurang dari 11 gr% yang dimana dapat membuat ibu terlihat pucat,
pusing, dan lelah selama selama sehari atau beberapa hari, dan dapat
menyebabkan terjadinya subinvolusi uteri, perdarahan post partum,
memudahkan infeksi puerperium, dan pengeluaran ASI berkurang.
b. Tanda-tanda bahaya masa nifas seperti, demam tinggi, perdarahan banyak,
keluar cairan berbau, payudara bengkak dan merah disertai rasa sakit,
bengkak di wajah tangan dan kaki, ibu merasa sedih dan murung (depresi).
Ibu mengerti dengan tanda bahaya yang disebutkan.
c. Menganjurkan kepada ibu untuk makan-makanan yang mengandung zat
besi seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, buah-buahan, serta
mengkonsumsi makanan yang tinggi protein seperti telur, dan, ikan-ikanan
untuk membantu mempercepat penyembuhan luka operasi.
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup pada siang hari ±2 jam dan
pada malam hari ±8 jam dan menjelaskan kepada ibu bahwa istirahat yang
cukup dapat mencegah kelelahan yang berlebihan, karena kelelahan yang

18
berlebihan dapat berpengaruh pada produksi ASI dan proses involusi uteri
(pengecilan rahim). Ibu mengerti.
e. Memberitahu ibu untuk mobilisasi dini secara bertahap, dimulai dari
menggerakkan kaki dan tangan terlebih dahulu, kemudian miring kiri atau
kanan pada 8 jam pertama post SC, lalu coba untuk duduk pada 24 jam post
SC. Ibu dapat mobilisasi miring kiri dan kanan, namun belum bisa duduk
dan berjalan.
f. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi minimal 2
kali sehari, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau apabila
pembalut terasa penuh, membersihkan daerah genetalia setelah BAB/BAK
dengan cara menyiram dari arah depan ke belakang serta selalu mencuci
tangan setelah selesai BAB atau BAK. Ibu mengerti.
7. Berkolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam pemberian terapi obat :
a. Inj Ceftriaxone 2 x 1 gr
b. Inj Astranex 3 x 500 mg
c. Inj Ketorolac 3 x 30 mg
d. SF 2 x 1 60 mg per oral
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tanggal Catatn Perkembangan

1. Minggu, Subjektif
17 April 2022 Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi berkurang, tidak
Pukul: 08.00 ada pusing, ASI sudah keluar. Pusing sudah tidak ada.
WITA
Objektif
KU baik, TD : 122/80 mmHg, N : 74 kali/menit, R : 20
kali/menit, T : 36, 5˚C, terdapat luka bekas operasi 4 jari
dibawah pusat (luka tertutup kassa). Kontraksi uterus baik,
perdarahan normal ±40 cc, lochea rubra, ektrimitas bawah
kiri dan kanan tidak oedema. Urine ± 200 cc. Hb : 10,4
gr/dl. Infus RL 20 tpm terpasang.

19
Analisa
P2A0 postpartum 2 hari post SC dengan anemia ringan

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
konsidi baik dan masih mengalami anemia. Ibu
mengerti
2. Memberi KIE tentang:
a. Mengkonsumsi makanan yang tinggi protein
seperti telur, dan ikan-ikanan untuk membantu
mempercepat penyembuhan luka operasi.
b. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap
selanjutnya mencoba untuk duduk
3. Mengajarkan ibu cara menyusui dengan benar. Agar
ASI dapat keluar lebih banyak ibu dianjurkan tetap
menyusukan bayinya, rangsangan isapan bayi akan
menstimulasi hormon prolaktin untuk menegluarkan
ASI yang lebih banyak. Ibu mengerti.
4. Melanjutkan pemberian obat terapi atas advis dokter
Sp.OG
a. Inj. Ceftriaxone 2x 1 gr
b. Inj Bentamicin 2 x 80 mg
c. Asam mefenamat 3 x1 500 mg per oral
d. SF 2x1 60 mg
2. Senin, Subjektif
18 April 2022 Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi berkurang dan
Pukul: 14.30 sudah tidak ada pusing.
WITA
Objektif
KU baik, TD : 125/85 mmHg, N : 84 kali/menit, R : 22

20
kali/menit, T : 36,4 C. ASI sudah keluar sedikit lancar,
terdapat luka bekas operasi 4 jari dibawah pusat (luka
tertutup kassa), kontraksi uterus baik, perdarahan normal ±
20 cc, Hb : 11,6 gr/dl.ekstrimitas bawah kiri dan kanan
tidak oedema. Terpasang infuse RL 20 tpm.

Analisa
P2A0 postpartum 3 hari post SC

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
ibu dalam kondisi sehat. Ibu mengerti
2. Kunjungan dokter ibu sudah diperbolehkan pulang
hari ini.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pelepasan kateter
4. Memberitahu ibu bahwa infus akan dilepas. Infus
sudah dilepas.
5. Memberitahu bahwa ibu boleh menyeka bagian
tubuhnya tanpa membasahi bagian luka/membuka
bagian luka tanpa operasi untuk menjaga kebersihan
tubuh dan mengganti baju setiap hari.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan
diri terutama daerah kelamin, dengan mengganti
pembalut setiap merasa penuh atau basah.
7. Memberikan KIE :
a. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak makan-
makanan bergizi seimbang seperti nasi, lauk pauk
(seperti ikan, daging, telur dan lain-lain), sayur-
sayuran, buah-buahan (seperti pisang, pepaya dan
lain-lain) dan tidak berpantang dalam makanan

21
agar produksi ASI lancar, berserat tinggi agar
tidak terjadi konstipasi dan untuk mempercepat
penyembuhan luka operasi setelah persalinan.
b. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,
siang ± 2 jam dan malam minimal 6-8 jam agar
ibu tidak kelelahan.
c. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi sehari-hari
seperti merawat tali pusat dengan tetap menjaga
tali pusat tetap bersih dan kering. Segera
mengganti popok bila bayi BAB atau BAK.
d. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi
hari antara pukul 07.00-08.00 WITA selama 15-
30 menit sebelum mandi, menggunakan pakaian
minim dengan posisi telentang maupun tengkurap.
Ganti posisi setiap 15 menit
e. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
kepada bayi secara on demand (kapan saja tanpa
jadwal) dan tidak memberikan tambahan
makananan dan minuman apapun sampai usia bayi
6 bulan.
f. Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayi
setelah di susui dengan cara bayi digendong tegak
bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa.
g. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya pada
bayi yaitu malas menyususi, muntah berlebih,
demam, kejang dan sesak napas/henti napas
h. Menjelaskan ibu tanda bahaya masa nifas seperti,
payudara membengkak, perdarahan pervaginam,
nyeri perut yang hebat, sakit kepala terus menerus,

22
bengkak pada wajah,kehilangan nafsu makan
dalam waktu yang lama, dan demam.
i. Memberitahu ibu jika mengalami tanda-tanda di
atas segera menghubungi tenaga kesehatan
terdekat, seperti bidan atau dokter.
5. Melanjutkan pemberian obat terapi atas advis dokter
Sp. OG
a. Cefadroxil 2x1 500 mg per oral
b. Asam mefenamat 3 x 1 500 mg per oral
c. SF 2 x1 60 mg per oral
6. Mengingatkan ibu untuk meminum obat sesuai
dengan jadwal. Ibu mengerti
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang
untuk kontrol luka operasi dan ganti balut yaitu 4 hari
lagi atau jika ada keluhan
8. Pada pukul 15.00 WITA ibu bersama keluarga pulang
atas ijin dokter.

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Akibat dari anemia biasanya terjadi perdarahan, retensio plasenta,


atonia uteri, dan bisa disebabkan pada masa hamilnya kurang
mengkonsumsi tablet Fe, dan bisa juga disebabkan oleh infeksi yang dapat
mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
menyusui dikarenakan penderita merasa mules, pusing dan cepat lelah
(Wahyuni, 2015).
Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi 3 Tahun 2020 yaitu
tidak anemia Hb 11 gr/dL, anemia ringan Hb 10,0-10,9 gr/dL, anemia sedang 7,0-
9,9 gr/dL, anemia berat < 7,0 gr/dL.
Dari data subjektif Ny. B didapatkan Ibu mengatakan pusing dan nyeri
luka bekas operasi. Dari data objektif Ny. B KU baik, kesadaran compos mentis,
TD : 120/83 mmHg, N : 77 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,1°C, SPO2 : 98 %,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
vena jugularis, tidak ada benjolan yang abnormal pada payudara, payudara
simetris dan puting susu menonjol, colostrum sudah keluar, terdapat luka operasi
4 jari dibawah pusat (luka tertutup kassa), TFU sepusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong, perdarahan pervagina masih aktif, lochlea rubra bewarna
merah kecoklatan, urine ± 300 cc, tidak oedema pada esktremitas, terpasang infus
Ringer laktat + Drip Oksitosin 20 IU dengan 20 TPM. Penatalaksanaan yang
diberikan pada Ny. B adalah memantau kondisi ibu memberikan KIE mengenai
ibu nifas dengan anemia dan memberikan terapi obat-obatan. Pada kasus Ny. B
didapatkan diagnosa P2A0 postpartum 1 jam Post Sectio Caesaria dengan anemia.

24
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan yang telah diberikan kepada Ny. B dapat disimpulkan :
1. Dari data subjektif ibu mengatakan Ibu mengatakan pusing dan nyeri
luka bekas operasi
2. KU baik, kesadaran compos mentis, TD : 120/83 mmHg, N : 77
x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,1°C, SPO2 : 98 %, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis, tidak ada benjolan yang abnormal pada payudara, payudara
simetris dan puting susu menonjol, colostrum sudah keluar, terdapat
luka operasi 4 jari dibawah pusat (luka tertutup kassa), TFU sepusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan pervagina
masih aktif, lochlea rubra bewarna merah kecoklatan, urine ± 300 cc,
tidak oedema pada esktremitas, terpasang infus Ringer laktat + Drip
Oksitosin 20 IU dengan 20 TPM
3. Berdasarkan pengkajian data objektif ditegakkan analisa P2A0
postpartum 1 jam Post Sectio Caesaria dengan anemia ringan.
4. Penatalaksanan yang dilakukan pada Ny B yaitu melakukan
pemeriksaan dan pemantauan pada masa nifas yaitu melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital, TFU, perdarahan, dan kondisi ibu.

B. Saran
1. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan ibu mengaplikasikan asuhan kebidanan yang telah
diberikan sehingga dapat menambah pengalaman. Untuk ibu agar
mememnuhi kebutuhan nutrisi dan cairan dengan mengkonsumsi
makan-makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran hijau,
kacang-kacangan, buah-buahan, serta mengkonsumsi makanan yang

27
tinggi protein seperti telur, dan ikan-ikan serta untuk membantu
mempercepat penyembuhan luka operasi.
2. Bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya laporan ini penulis dapat memahami
penatalaksanaan kasus anemia pada masa nifas sehingga dapat menjadi
pembelajaran saat menemukan kasus anemia pada masa nifas.

28
DAFTAR PUSTAKA

Asyirah, S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu


Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa Tahun 2012. Depok: FKM UI.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal Edisi 3. Jakarta

Khairanis. 2011. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi dengan


Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Lampung : Sekolah Tinggi Kesehatan
Muhammadiyah Pringsewu
Prawirohardjo, Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Proverawati. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ridayanti, dkk. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian
anemia Anemia pada Kehamilannya. Yogyakarta : Skripsi Universitas
Respati
Rukiyah A. 2011. Asuhan Kebidanan I. Jakarta : CV.Trans Info Media

Rukiyah A. 2013. Asuhan kebidanan III Nifas. Jakarta: cv. Trans Info
Media

Saleha S. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Wahyuni, N.E. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-ruzz Media

Widyasih, H, dkk. 2013. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:Fitramaya

29

Anda mungkin juga menyukai