Anda di halaman 1dari 73

Laporan Praktik Klinik Kebidanan II

Asuhan Kebidanan Pada Ny. N


Persalinan dan Bayi Baru Lahir Fisiologis
di PMB Naomi Octadori Pangaribuan, S.ST, Bd
Tahun 2023

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan II

Dosen Pembimbing :
Hj. Zakiah, S.ST., M.Keb

Oleh :
Siti Ahya Amalia
NIM P07124121082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM
DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS

Persetujuan untuk pengambilan kasus untuk laporan dukumentasi kopetensi


dengan judul “Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan Bayi Baru
Lahir di PMB Naomi Oktadori Pangaribuan, S.ST, Bd Tahun 2023”

Nama : Siti Ahya Amalia


NIM : P07124121082

Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan Program Studi


Diploma Tiga Semester V.

Banjarbaru, Desember 2023

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Praktik Mahasiswa

Hj. Zakiah, S.ST., M.Keb Siti Ahya Amalia


NIP. 198011132001122001 NIM P07124121082

PAGE \* MERGEFORMAT iii


LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Persetujuan untuk pengambilan kasus untuk laporan dukumentasi kopetensi


dengan judul “Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan Bayi Baru
Lahir di PMB Naomi Oktadori Pangaribuan, S.ST. Bd Tahun 2023”

Nama : Siti Ahya Amalia

NIM : P07124121082

Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan Program Studi


Diploma Tiga Semester V.

Banjarmasin, 22 Oktober 2023

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Praktik Mahasiswa

Naomi Oktadori Pangaribuan, S.ST. Bd Siti Ahya Amalia


NIM P07124121082

PAGE \* MERGEFORMAT iii


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahan kepada baginda
tercinta kita yaitu, Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan dengan judul “Laporan
Praktik Klinik Kebidanan II Asuhan Kebidanan Pada Ny. N Persalinan dan Bayi
Baru Lahir Fisiologis di PMB Naomi Oktadori Pangaribuan, S.ST. Bd Tahun
2023”.
Saya tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan
ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian, apabila
terdapat banyak kesalahan pada laporan ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Demikian, saya ucapkan terimakasih dan saya berharap semoga laporan ini
biasa menambah pengetahuan kepada para pembaca.

Banjarmasin, 22 Oktober 2023

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT iii


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS...............................................i


LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS........................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL)................................................4
B. Manajemen Kebidanan.......................................................................42
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................47
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................60
BAB IV PENUTUP...............................................................................................64
A. Kesimpulan.........................................................................................64
B. Saran...................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................65

PAGE \* MERGEFORMAT iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien
yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada
masa hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi stelah lahir serta keluarga
berencana (Rahmawati,2012), yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan berkualitas untuk mencegah terjadinya kematian ibu dan
anak. Memberikan asuhan persalinan normal yang aman yang berfungsi
untuk mencegah terjadinya kematian ibu, memberikan perawatan BBL,
untuk mencegah terjadinya kematian bayi maupun komplikasi yang
terjadi pada bayi, memberikan asuhan maa nifas untuk mencegah
terjadinya perdarahan setelah persalinan, memberikan konseling tentang
keluarga berencana dan pelayanan untuk penggunaan alat kontrasepi
untuk meningkatkan keluarga yang sejahtera. (kepmenkes RI)
Pada pelaksanaannya persalianan tidak selalu berjalan dengan aman
karena beberapa faktor sehingga menyebabkan adanya kematian ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesejahteraan perempuan. Angka Kematian Ibu
didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan pada saat hamil.
Salah satu cara untuk menurunkan AKI adalah dengan melakukan
pelayanan yang berkualitas. Pelayanan kebidanan dikatakan berkualitas
apabila pelayanan tersebut sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
yang telah ditetapkan oleh profesi.
Proses melahirkan atau persalinan merupakan awal mula seorang
wanita akan berperan sebagai seorang ibu dalam kehidupannya.
Persalinan didefinisikan sebagai proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

PAGE \* MERGEFORMAT iii


tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR, 2016,
hal. 37).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37 minggu sampai dengan 42 minggu dan berat badannya 2.500 gram
sampai dengan 4.000 gram (Dewi, 2011, hal. 1).
Pada pengambilan studi kasus dengan judul Laporan Praktik Klinik
Kebidanan II Asuhan Kebidanan Pada Ny. R Persalinan dan Bayi Baru
Lahir Fisiologis di Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2023, penulis
melakukan asuhan kebidanan persalinan dan BBL dengan pendekatan
manajement kebidanan dan didokumentasikan dengan metode SOAP.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dan bayi baru lahir secara continuity of care menggunakan
pendekatan menagemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Persalinan
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin meliputi
pengkajian pada ibu bersalin, menyusun diagnose kebidanan
sesuai dengan prioritas pada ibu bersalin, merencanakan
asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu bersalin,
melaksanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu
bersalin, melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada ibu bersalin, mendokumentasikan asuhan
kebidanan secara continuity of care.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


b. Bayi Baru Lahir
Melakukan pengkajian pada BBL, menyusun diagnose
kebidanan sesuai prioritas pada BBL, merencanakan asuhan
kebidanan secara kontinyu pada BBL, melaksanakan asuhan
kebidanan secara kontinyu pada BBL, melakukan evaluasi
asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada BBL,
mendokumentasikan asuhan kebidanan secara continuity of
care.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan dalam memberikan Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin Fisiologis Di PMB Naomi Oktadori Pangaribuan,
S.ST, Bd.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Keluarga Klien
Meningkatkan pengetahuan bagi keluarga tentang pada ibu bersalin
terutama penatalaksanaan penanganan dalam memberikan
asuhan sayang ibu.
b. Bagi Bidan
Dapat dijadikan bahan masukan dan tambahan dalam melakukan
tindakan kebidanan guna meningkatkan mutu pelayanan pada ibu
bersalin.
c. Bagi Penulis
Sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan asuhan
kebidanan dan memperbanyak pendalaman dalam memberikan
dan menyusun asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL)


1. Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat
hidup di luar uterus melalui vagina secara spontan. Pada akhir
kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya
timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Yulizawati & Lusiana El Sinta).
b. Sebab Terjadinya Persalinan
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya kekuatan his sehingga menjadi awal mula terjadinya
proses persalinan. Sebab terjadinya persalinan antara lain
(Yulizawati & Lusiana El Sinta) :
1) Teori Penurunan Kadar Progesterone
Villi koriales mengalami perubahan-perubahan,
sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun.
Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2
minggu sebelum partus dimulai (Wiknjosastro dkk, 2005).
Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin.
Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu
menyebabkan otot rahim mulai kontraksi (Manuaba,
1998).
2) Teori Oksitosin

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor
oksitosin dalam otot rahim, sehingga mudah terangsang
saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi.
Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan
pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat
berlangsung terus (Manuaba, 1998).
3) Peregangan Otot-otot
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini
merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi
(Wiknjosastro dkk, 2005). Otot rahim mempunyai
kemampuan meregang sampai batas tertentu. Apabila
batas tersebut sudah terlewati, maka akan terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai (Manuaba, 1998).
4) Teori Fetal Cortisol
Dalam teori ini diajukan sebagai “pemberi tanda"
untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat
peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin, yang menyebabkan iritability miometrium
meningkat.Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus,
hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar
hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan(Marmi, 2012, hal. 6).
5) Teori prostaglandin
Prostaglandin bekerja di rahim untuk merangsang
kontraksi selama kelahiran. Prostaglandin yang

PAGE \* MERGEFORMAT iii


dikeluarkan oleh decidua konsentrasinya meningkat sejak
usia kehamilan 15 minggu (Marmi, 2012, hal.6).
c. Tanda – Tanda Persalinan
Ada 3 utama Tanda-tanda persalinan (inpartu) adalah sebagai
berikut (Yulizawati & Lusiana El Sinta):
1. Terjadinya his persalinan
Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan
nyeri dijalarkan dari pinggang ke paha. Hal ini disebabkan
karena pengaruh hormon oksitosin yang secara fisiologis
membantu dalam proses pengeluaran janin. Marmi (2012,
hal. 9) menyatakan bahwa his adalah kontraksi yang dapat
diraba menimbulkan rasa nyeri perut serta dapat
menimbulkan pembukaan serviks. His persalinan memiliki
ciri- ciri sebagai berikut:

a) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar sampai ke


depan
b) Sifat his teratur, interval semakin pendek dan
kekuatan semakin besar
c) Terjadi perubahan pada serviks
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan
berjalan, maka kekuatan hisnya akan bertambah.
2. Pembukaan Serviks
Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama,
terjadinya pembukaan ini disertai nyeri perut. Sedangkan
pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya, pembukaan
biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri terjadi karena
adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke area
tulang panggul sebagai akibat melunaknya rahim. Untuk
memastikan telah terjadi pembukaan, tenaga medis
biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal

PAGE \* MERGEFORMAT iii


toucher).
3. Pecahnya ketuban dan Keluarnya lendir bercampur darah
pervaginam (bloody show)
Dalam bahasa medis disebut bloody show karena
lendir ini bercampur darah. Itu terjadi karena pada saat
menjelang persalinan terjadi pelunakan, pelebaran, dan
penipisan mulut rahim. Bloody show seperti lendir yang
kental dan bercampur darah. Menjelang persalinan terlihat
lendir bercampur darah yang ada di leher rahim tsb akan
keluar sebagai akibat terpisahnya membran selaput yang
menegelilingi janin dan cairan ketuban mulai memisah
dari dinding rahim. Lendir berasal dari pembukaan yang
mnyebabkan lepasnya lendir berasal dari kanalis
servikalis. Sedangkan pengeluaran darah disebabkan
robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka
(Marmi, 2012, hal. 9)
Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam
selaput ketuban (korioamnion) yang membungkus janin,
terdapat cairan ketuban sebagai bantalan bagi janin agar
terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari trauma
luar. Terkadang ibu tidak sadar saat sudah mengeluarkan
cairan ketuban dan terkadang menganggap bahwa yang
keluar adalah air pipisnya. Cairan ketuban umumnya
berwarna bening, tidak berbau, dan akan terus keluar
sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban
dari jalan lahir ini bisa terjadi secara normal namun bias
juga karena ibu hamil mengalami trauma, infeksi, atau
bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan
pecah. Setelah ketuban pecah ibu akan mengalami
kontraksi atau nyeri yang lebih intensif.
a. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya
proses persalinan adalah :
1) Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan
adalah his, kontraksi otot–otot rahim, kontraksi diafragma
dan aksi dari ligament. Kekuatan primer yang diperlukan
dalam persalinan adalah his, sedangkan kekuatan
sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani, dkk,
2013, hal.16).
2) Passage (Jalan Lahir)
Sari & Rimandini (2014, hal. 39) menyatakan bahwa
jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang
yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina.
Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas :
a) Jalan Lahir Keras (Tulang panggul) Bidang – bidang
panggul:
(1) Bidang Hodge I : bidang setinggi Pintu Atas
Panggul (PAP) yang dibentuk oleh
promontorium, artikulasio sakro-iliaka, sayap
sacrum, linea inominata, ramus superior os.
Pubis, tepi atas simpisispubis.
(2) Bidang Hodge II :bidang setinggi pinggir bawah
simpisis pubis, berhimpit dengan PAP (HodgeI).
(3) Bidang Hodge III : bidang setinggi spina
ishiadica berhimpit dengan PAP (Hodge I).
(4) Bidang Hodge IV : bidang setinggi ujung
koksigis berhimpit dengan PAP (Hodge I).
b) Jalan lahir lunak (Uterus, Otot Dasar Panggul,

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Perineum)
3) Passenger (Penumpang)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan
plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin
adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada
plasenta adalah letak, besar dan luasnya (Sondakh, 2013,
hal.4).
4) Psikis (Psikologis)
Rohani, dkk (2013, hal. 35) menyatakan bahwa
banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan
kegembiraan saat merasakan kesakitan diawal menjelang
kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan
hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi
realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga
bisa melahirkan atau memproduksi anak.
Khususnya rasa lega itu berlangsung bila
kehamilannya mengalami perpanjangan waktu, mereka
seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan
yang semula dianggap sebagai sesuatu “keadaan yang
belum pasti”, sekarang menjadi hal yang nyata. Faktor
psikologis meliputi :
a) Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan
intelektual
b) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
c) Kebiasaan adat
d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
5) Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah memantau
dengan seksama dan memberikan dukungan serta
kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan

PAGE \* MERGEFORMAT iii


maupun fisik. Dalam hal ini penolong persalinan harus
membantu pasien, memperjelas serta mengurangi beban
perasaan dan pikiran selama proses persalinan, membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien dan
membantu mempengaruhi orang lain terutama keluarga
pasien, lingkungan fisik dan diri sendiri dari rasa emosi,
panik, lelah (Sari & Rimandini, 2014, hal. 73)
b. Mekanisme Persalinan
Marmi (2012, hal. 186), menyatakan bahwa mekanisme
persalinan yaitu :
1) Engagement
Kepala dikatakan telah menancap (engager) pada
pintu atas panggul apabila diameter biparietal kepala
melewati pintu atas panggul. Pada nulipara, hal ini terjadi
sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen
masih tegang sehingga bagian presentasi terdorong ke
dalam panggul.
2) Descent (Penurunan)
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu
atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir
dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru
terjadi pada permulaan persalinan. Penurunan kepala lebih
lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan.
Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan
retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu
yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah
rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik.
Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan
lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena
tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau

PAGE \* MERGEFORMAT iii


adanya kontraksi otot-otot abdomen, kontraksi diafragma
dan melurusnya badan anak.
3) Fleksi
Majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah
hingga ubun- ubun kecil (UUK) jelas lebih rendah dari
ubun-ubun besar (UUB). Fleksi ini disebabkan karena
anak di dorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
dari pinggir pintu atas panggul (PAP), serviks, dinding
panggul atau dasar panggul.
4) Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian
depan memutar ke depan bawah simfisis. Putaran paksi
dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran
paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
5) Ekstensi/defleksi
Hal ini disebabkan sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya,
setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah simfisis
maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas
bagian yang berhadapan dengan sub occiput, maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-
ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan
akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
6) Putaran paksiluar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak akan memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan
torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
7) Ekspulsi

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai
dibawah simfisis dan menjadi pusat putaran untuk
kelahiran bahu depan, kemudian bahu belakang menyusul
dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.
c. Tahapan Persalinan
Sondakh, J. (2013, hal. 5) menyatakan bahwa tahapan dari
persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan), kala II (kala
pengeluaran janin), kala III (pelepasan plasenta) dan kala IV
(kalapengawasan/ observasi/ perineum).
1) Kala I (KalaPembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan
nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada
primigravida, kala I berlangsung ± 12 jam, sedangkan
pada multigravida ± 8 jam, proses ini terbagi dalam 2 fase,
yaitu:
a) Fase Laten: Berlangsung selama 8 jam, serviks
membuka sampai 3cm.
b) Fase Aktif: berlangsung selama 7 jam, serviks
membuka dari 4 cm sampai lengkap (10 cm),
kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase:
(1) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3
cm menjadi 4cm.
(2) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm
menjadi 9cm.
(3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat
sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm
menjadi lengkap (10cm).

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Gejala utama kala II sebagai berikut:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengandurasi 50 sampai 100detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus
Frankenhauser.
d) Kekuatan his dan mengejang lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi:
(1) Kepala membukapintu
(2) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion,
kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung, dan muka, serta kepala
seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi
luar, yaitu penyesuaian kepala pada panggul.
f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka
persalinan bayi ditolong dengan cara:
(1) Kepala dipegang pada os. Occiput dan dibawah
dagu, kemudian ditarik ke bawah untuk
melahirkan bahu depan dan ke atas untuk
melahirkan bahu belakang.
(2) Setelah ke dua bahu lahir, ketiang di ikat untuk
melahirkan sisa badan bayi
(3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban
g) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan
multigravida 1,5-1jam.
3) Kala III (kala pengeluaran plasenta)
Kala III yaitu periode waktu antara kelahiran bayi dan
kelahiran plasenta. Durasi kala III berkisar dari 5-30

PAGE \* MERGEFORMAT iii


menit. Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan
teknik dorso kranial.
a) Tanda-tanda lepasnya plasenta
(1) Uterus menjadi bundar.
(2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas
ke segmen bawah rahim.
(3) Tali pusat bertambah panjang
(4) Terjadi semburan darah tiba-tiba
b) Fase pada kalaIII
(1) Pelepasan plasenta
(a) Schultze merupakan pelepasan yang paling
sering terjadi (80 %). Cara lepasnya yaitu
plasenta pada bagian tengahnya terlebih
dahulu yang lepas dari dinding uterus.
(b) Duncan merupakan lepasnya plasenta dari
pinggir dan kelahiran plasenta seperti ini
sekitar 20%.
(2) Pengeluaran plasenta
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya
plasenta adalah:
(a) Kustner yaitu dengan meletakkan tangan
disertai tekanan di atas simfisis, bila tali pusat
masuk berarti belum lepas. Jika diam atau
maju berarti sudah lepas.
(b) Klein merupakan perasat sewaktu ada his
rahim didorong sedikit. Bila tali pusat
kembali berarti belum lepas sedangkan bila
diam atau tutun berarti lepas. (cara ini tidak
digunakan lagi).

(c) Stressman adalah cara dengan tegangkan tali

PAGE \* MERGEFORMAT iii


pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak
bergetar berarti sudah lepas.
4) Kala IV (Kala pengawasan)
Kala IV dimulai sejak lepasnya plasenta hingga 2 jam
kemudian. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan
observasi karena perdarahan postpartum paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. Jumlah darah yang keluar
dikatakan normal apabila 250 cc biasanya sekitar 100-300
cc, lebih dari 500 cc dikatakan perdarahan abnormal. 7
pokok penting yang perlu diperhatikan selama kala IV
antara lain:
a. Kontraksi rahim: baik atau tidaknya diketahui dengan
pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan masase dan
berikan uterotonika seperti methergin, ermetrin,
danoksitosin.
b. Perdarahan ada atau tidak, banyak atau biasa.
c. Kandung kemih: harus kosong, jika perlu, ibu
dianjurkan berkemih dan kalau tidak bisa lakukan
kateterisasi
d. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap
e. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan masalah lain.
f. Bayi dalam keadaan baik.
g. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan
klinik. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan
bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman,
adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


(JNPK-KR,2016).
1) Pencatatan selama Fase Laten Kala SatuPersalinan
Selama fase laten, semua asuahan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara
terpisah, baik di catatan kemajuan persalianan maupun di
buku KIA dan KMS ibu hamil. Tanggal dan waktu harus
dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten
persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus
dicatatkan.
c) Denyut jantung janin: setiap ½ jam
d) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
e) Nadi: setiap ½ jam
f) Pembukaan serviks: setiap 4 jam
g) Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
h) Tekanan darah dan temperature tubuh: setiap 4 jam
i) Produk urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase
laten berlangsung lebih dari 8 jam.
2) Pencatatan selama Fase Aktif Persalinan Partograf
Halaman depan partograf mengintruksikan observasi
dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur
dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama
fase aktif persalinan, yaitu:
a) Informasi tentang ibu:
(1) Nama,umur;
(2) Gravida, para, abortus (keguguran)
(3) Nomor catatan rekam medik/nomor puskesmas;
(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di
rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan
mulai merawat ibu);
(5) Waktu pecahnya selaput ketuban.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


b) Kondisi janin:
(1) DJJ;
(2) Warna dan adanya air ketuban;
(3) Penyusupan (molase) tulang cranium janin.
c) Kemajuan persalinan:
(1) Pembukaan serviks;
(2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
(3) Garis waspada dan garis bertindak.
d) Jam dan waktu:
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan;
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
e) Kontaksiuterus:
(1) Frekuensi kontaksi dalam waktu 10 menit;
(2) Lama kontraksi (dalam detik)
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
(1) Oksitosin;
(2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang
diberikan.
g) Kondisi ibu:
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
(2) Urine (volume, aseton,protein).
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di
catatan kemajuan persalinan.
3) Mencatat Temuan pada Partograf
a) Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti
pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan (tertulis sebagai ‘jam atau pukul’ pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang
pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput

PAGE \* MERGEFORMAT iii


ketuban.
b) Kondisi janin
(1) Denyut Jantung Janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ)
setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada
partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100.
Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ
mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.
(2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali
melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di
bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang
berikut ini:
(a) U : Selaput ketuban masih utuh
(belumpecah)
(b) J : Selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban jernih.
(c) M : Air ketuban bercampur mekonium.

(d) D : Air ketuban bercampur darah.

(e) K : Air ketuban tidak mengalir lagi (kering)

Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan


seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat
janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-
tanda gawat janin ( denyut jantung janin <100
atau > 180 kali per menit) maka ibu harus segera
dirujuk.Jika mekonium kental, segera rujuk ibu

PAGE \* MERGEFORMAT iii


ke tempat yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obsetri dan
bayu baru lahir.
(3) Penyusupan (molase) Tulang Kepala Janin
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai
penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di
bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-
lambang berikut ini:
(a) 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah,
sutura dengan mudah dapatdipalpasi.
(b) 1 : tulang-tulang kepala janin hanya
salingbersentuhan.
(c) 2 : tulang-tulang kepala janin saling
tumpang tindih tetapi masih
dapatdipisahkan.
(d) 3 : tulang-tulang kepala janin saling
tumpang tindih dan tidak
dapatdipisahkan.
4) Kemajuan Persalinan
Kolom dan jalur kedua partograf adalah untuk
pencatatan kemajuan persalinan.
a) Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam
sekali. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,
catat pada partograf hasil temuan setiap pemeriksaan.
Tanda “X” harus ditulis digaris waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda
untuk temuan dari pemriksaan dalam yang dilakukan
pertama kali selama fase aktif persalinan digaris
wapada. Hubungkan tanda “X” dari setiap
pemeriksaan.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (4
jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit,
nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan
serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin. Namun kadang kala,
turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks 7 cm. Penurunan kepala
janin diukur seberapa tepi simfisis pubis.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm
dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap
diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai
digaris waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah
kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm
per jam), maka harus dipertimbangkan pula adanya
tindakan invertasi yang diperlukan, misalnya
amniotomi, infus oksitosin atau persiapan-persiapan
rujukan (kerumah sakit atau puskesmas) yan mampu
menengani penyulit kegawatdaruratan obstetri. Garis
bertindak tertera sejajar dengan garis waspada,
dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika
pembukaan serviks berada disebelah kanan garis
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan
persalinan harus dilakukan.
5) Jam dan waktu
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks
dan penurunan) tertera kotak-kotak diberi angka 1-16.
Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk mulainya fase aktif,
tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu actual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu
jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30
menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontaksi
dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis
waspada.
c) Kontraksi uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur
kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di
sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan dalam 10 menit dan lamanya kontaksi
dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontaksi yang
terjadi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada
kotak yang sesuai.
d) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus
tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat
lainnya dan cairan IV.
e) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin
yang diberikan per volume cairan IV dan dalam
satuan tetesan per menit.
f) Obat-obatan lain dan cairan IV

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Catat semua pemberian obat-obatan tambahan
dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya.
6) Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf
berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan
dengan nadi dan tekanan darah ibu.
(1) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama
fase aktif kala persalinan. Beri tanda titik pada
kolom waktu yang sesuai (●)
(2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam
selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai(↕)
(3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam
dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang
sesuai.
b) Volume urine, protein dan eseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap
2 jam. Jika memungkinkan saat ibu berkemih,
lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein
dalam urin.

2. Konsep Dasar Asuhan Persalinan


a. Pengertian
Asuhan Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan,
hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. sementara itu fokus
utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini

PAGE \* MERGEFORMAT iii


merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu
dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi (Prawirohardjo.S, 2014, hal.334).
b. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal (Prawirohardjo.S, 2014, hal.335).
c. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan
Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah , yang
paling penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang
bersih dan aman. berbagai aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis (JNPKR, 2016, hal
7).
Lima Benang Merah tersebut adalah :
1) Membuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis merupakan proses yang
menentukan untuk menyelesaikan masalah dan
menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik
bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang
memberikan pertolongan.
Tujuan langkah dalam membuat keputusan klinik :
a) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat
keputusan.
b) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi
masalah.
c) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang
terjadi / dihadapi.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


d) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi
untuk mengatasi masalah.
e) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi
untuk solusi masalah.
f) Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih.
g) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau
intervensi.
2) Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
a) Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan
(1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan
perlakukan ibu sesuai martabatnya.
(2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut.
(3) Jelaskan proses persalinan pada ibu dan
keluarganya.
(4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan
rasa takut atau khawatir.
(5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan
kekhawatiran ibu.
(6) Berikan dukungan, besarkan hatinya dan
tentramkan hati ibu beserta anggota-anggota
keluarganya.
(7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan / anggota
keluarga yang lain selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
(8) Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarganya
mengenai cara-cara bagaimana mereka dapat
memperhatikan dan mendukung ibu selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
(9) Secara konsisten lakukan praktik-praktik
pencegahan infeksi yang baik.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


(10) Hargai privasi ibu.
(11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi
selama persalinan dan kelahiran bayi.
(12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan
ringan sepanjang ia menginginkannya.
(13) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik
tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu.
(14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin
membahayakan seperti episiotomi, pencukuran,
dan klisma.
(15) Anjurkan ibu memeluk bayinya sesegera
mungkin.
(16) Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam
satu jam pertama setelah bayi lahir.
(17) Siapkan rencana rujukan (bila perlu).
(18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi
dengan baik dan bahan-bahan, perlengkapan dan
obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk
melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi.
b) Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pasca
persalinan
(1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan
bayinya (rawatgabung).
(2) Bantu ibu untuk menyusui bayinya, anjurkan
memberikan ASI sesuai dengan yang diinginkan
bayinya dan ajarkan tentang ASI ekslusif.
(3) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan
istirahat yang cukup setelah melahirkan.
(4) Anjurkan suami dan anggota keluarganya untuk
memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


(5) Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang
gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan
anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika
timbul masalah atau rasa khawatir.
3) Pencegahan Infeksi
Upaya pencegahan infeksi antara lain :
a) Cuci tangan
b) Mamakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung
lainnya
c) Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
d) Memproses alat bekas pakai
e) Menangani peralatan tajam dengan aman
f) Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
(termasuk pengelolaan sampah secara benar).
4) Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan
Aspek-aspek penting dalam pencatatan termasuk:
a) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan.
b) Identifikasi penolong persalinan.
c) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan)
pada semua catatan.
d) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,
dicatat dengan jelas, dan dapat dibaca.
e) Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien
sehingga selalu siap tersedia.
f) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.
5) Rujukan
Sari & Rimandini (2014, hal. 27) menyatakan hal-hal
penting dalam persiapan rujukan untuk ibu dan bayi atau
sering disingkat BAKSOKUDA yaitu:
a) B (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh

PAGE \* MERGEFORMAT iii


penolong persalinan yang kompeten untuk
menatalaksanankan gawat darurat obstetric dan bayi
baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
b) A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan
persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung
suntik, selang IV, alat resusitasi, dll) bersama ibu
ketempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan
tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.
c) K (Keluarga)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu
dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk.
Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan merujuk ibu
ke fasilitas rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan.
Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan BBL hingga ke fasilitas rujukan.
d) S (Surat)
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus
memberikan identifikasi mengenai ibu dan bayi baru
lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima
ibu dan bayi baru lahir. Sertakan juga partograf yang
dipakai untuk membuat keputusan klinik.
e) O (Obat)
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke
fasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin
diperlukan selama di perjalanan.
f) K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk
merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu,

PAGE \* MERGEFORMAT iii


pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk
mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
g) U (Uang)
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang
diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal di
fasilitas rujukan
h) Da (Donor dan Doa)
Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun
kerabat sebagai persiapan jika terjadi perdarahan, dan
doa sebagai kakuatan spiritual dan harapan yang dapat
membantu proses persalinan.
d. Standar Pertolongan Persalinan
Pudiastuti (2011, hal. 64) menyatakan beberapa standar
pertolongan persalinan yaitu:
1) Standar 9 (asuhan saat persalinan)
Bidan menilai secra tepat bahwa persalinan sudah dimulai.
Kemudian member asuhan dan pemantauan yang memadai
dengan memperhatikan kebutuhann klien selama proses
persalinan berlangsung.
2) Standar 10 (persalinan yang aman)
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan
sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta
memperhatikan tradisi setempat.
3) Standar 11 (pengeluaran plasenta dan peregangan tali
pusat)
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar dan
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuba secara
lengkap.
4) Standar 12 (penanganan kala II dengan gawat janin

PAGE \* MERGEFORMAT iii


melalui episiotomi)
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada
kala II dan segera melakukan episiotomi dengan maksud
untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan
perineum.
e. Asuhan Persalinan Normal
JNPK-KR (2016, hal. 73) menyatakan 60 langkah
Persalinan Normal, yaitu:
1) Melihat tanda dan gejala kala II.
2) Memastikan kelengkapan persalinan, bahan, dan obat-
obatan esensial untuk menolong persalinan dan
penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi barulahir.
3) Memakai celemek plastik.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan handuk pribadi bersih
dan kering.
5) Memakai sarung tangan Desinfektan Tingkat Tinggi
(DTT) pada yang akan digunakan untuk pemeriksaan
dalam.
6) Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik dan
letakkan di partus set/wadahDTT.
7) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan
hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, kemudian melepaskan dan
merendam dalam keadaan terbalik kedalam larutan klorin

PAGE \* MERGEFORMAT iii


0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah
sarung tangan dilepaskan.
10) Memastikan Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah
kontraksi/saat relaksasi.
11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
13) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih di bawah perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan kain 1/3 bagian sebagai alas bokong.
17) Membuka tutup partus dan periksa kembali kelengkapan
peralatan dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT / steril pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perinium dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi untuk membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan Ibu untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal.
20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, segera
lajutkan proses kelahiranbayi.
21) Setelah kepala bayi lahir, menunggu putaran paksi luar
yang berlangsung secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, penegangan

PAGE \* MERGEFORMAT iii


secara bipariental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut, gerakkan kepala kearah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah
perenium Ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Menggunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang peranan dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas
berlanjut ke punggung bokong, bokong, tungkai dan kaki.
Memegang kedua mata kaki telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki Ibu jari dan jari-jarinya.
25) Melakukan penilaian (sepintas) :
a) Apakah bayi cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan?
c) Apakah bayi bergerak aktif?
26) Mengeringkan tubuh bayi, bungkus kepala bayi, kecuali
bagian tali pusat.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu
bayi yang lahir.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi dengan baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan
oksitosin 10 unit dalam di 1/3 distal lateral paha.
30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir, memegang tali pusat
dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi,
kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain
menjepit tali pusat dan geser 3 cm proksimal dari pusat
bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan

PAGE \* MERGEFORMAT iii


klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah
tangan lain untuk mendorong isi tali pusat kearah Ibu dan
klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31) Memotong dan mengikatan tali pusat.
32) Meletakkan bayi tengkurap di dada Ibu untuk kontraksi
kulit dan bayi melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
33) Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
34) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah Ibu
untuk mendeteksi kontraksi.
35) Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang atas secara hati-hati.
36) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial,
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dari arah sejajar lantai
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan
plasenta dengan kedua tangan.
38) Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir,
melakukan massage uterus hingga uterus berkontraksi.
39) Memeriksa kedua sisi plasenta, pastikan plasenta lahir
lengkap, masukkan plasenta pada tempatnya.
40) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perenium. Melakukan penjahitan bila terjadi laserasi dan
menimbulkan perdarahan.
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
42) Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan
cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung

PAGE \* MERGEFORMAT iii


tangan dalam klorin 0,5% selama 10 menit.
43) Memastikan uteus berkontraksi dengan baik serta kandung
kemih kosong.
44) Massase uterus dan menilai kontraksi.
45) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47) Memantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali/menit).
48) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), kemudian
cuci danbilas.
49) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat
sampah yang sesuai.
50) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh
ibu dengan air DTT, membersihkan daerah tempat
bersalin, membantu ibumemakai pakaian yang kering dan
bersih.
51) Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu
memberikan air susu ibu (ASI). Menganjurkan keluarga
untuk memberikan ibu makanan dan minuman.
52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%.
53) Mencelupkan dan melepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
55) Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
56) Dalam 1 jam pemberian salep mata, Vitamin K 1 mg IM
di paha kiri bawah lateral.
57) Setelah 1 jam pemberian Vitamin K, memberikan suntikan

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Hepatitis B di paha kanan bawah lateral.
58) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala
IV.

3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dan berat
badannya 2.500 gram sampai dengan 4.000 gram (Dewi, 2011,
hal. 1).
b. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Dewi (2011, hal.2) menyatakan bahwa ciri-ciri bayi baru
lahir normal yaitu:
1) Lahir aterm 37-42 minggu
2) Berat badan 2500-4000 gram
3) Panjang badan 48-52 cm
4) Lingkar dada 30-38 cm
5) Lingkar kepala 33-35 cm
6) Lingkar lengan 11-12 cm
7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
8) Pernafasan ± 40-60 x/ menit
9) Kulit kemerah-merahan dan licin karenan jaringan
subkutan yang cukup
10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
sudah sempurna
11) Kuku agak panjang dan lemas
12) Nilai APGAR > 7

Tabel 2.3 Sistem Penilaian BBL dengan APGAR Skor

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Skor
Aspek
pengamatan
bayi baru lahir 0 1 2

Appearance/ Seluruhtubuh Tubuhmerah, Seluruh tubuh


warna kulit kebiruan/pucat ekstremitasbiru kemerahan
Pulse/ nadi Tidak ada <100 >100
Grimance/ respon
Tidak ada Ekstremitas sedikit
Gerakan aktif
reflek fleksi
Activity/tonus otot Tidak ada Sedikit gerak Gerakan spontan,
langsung menangis

Respiratory/ Tidak ada Lemah,tidak Menangis kuat


Pernafasan teratur
Sumber : Dewi & Sunarsih, 2011, hal.2
Interpretasi:
a) Nilai 1-3 asfiksia berat
b) Nilai 4-6 asfiksia sedang
c) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)
13) Gerak aktif
14) Bayi lahir langsung menangis kuat
15) Reflek mengisap (Rooting)
Merupakan reflek bayi yang membuka mulut atau mencari
puting saat akan menyusui.
16) Reflek Sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik
17) Reflek Morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik
18) Reflek grasping (menggenggam sudah baik)
19) Genetalia
a) Kematangan genetalia laki-laki ditandai dengan testis
yang berada pada skrotum dan penis yangberlubang
b) Kematangan gentalia perempuan ditandai dengan
vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia

PAGE \* MERGEFORMAT iii


minora dan mayora.
20) Eleminasi
Eleminasi yang baik ditandai dengam keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
c. Adaptasi Bayi Baru Lahir
Saputra & Anita (2014b, hal. 16) menyatakan bahwa adaptasi bayi
baru lahir adalah:
1) Sistem Pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 detik sesudah kelahiran. Upaya pernapasan
pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus
paru-paru untuk pertama kali.
Frekuensi dan dalamnya pernapasan belum teratur,
Umumnya antara 30 – 60 kali/menit dengan periode
singkat apnea(kurang dari 15 detik). Apnea paling sering
terjadi ketika tidur dan durasinya berkurang seiring
bertambahnya usia.
2) Perlindungan Termal (Termoregulasi)
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru
lahir belum berfungsi sempurna. Agar tetap hangat, bayi
baru lahir dapat menghasilkan panas melalui gerakan
tungkai dan dengan stimulasi lemak coklat. Namun, jika
lingkungannya terlalu dingin, bayi rentan mengalami
kehilangan panas. Hilangnya panas tubuh bayi baru lahir
dari ke lingkungannya dapat terjadi dalam beberapa
mekanisme, yaitu sebagai berikut :
a) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dan objek lain yang lebih dingin,
misalnya meja, tempat tidur, atau timbangan yang

PAGE \* MERGEFORMAT iii


suhunya lebih rendah dari tubuh bayi.
Benda-benda tersebut akan menyerap panas tubuh
bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan di atasnya.
b) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan
atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika ada konveksi aliran udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan. Kehilangan panas
dapat terjadi misalnya karena menempatkan bayi baru
lahir di dekat pintu yang sering terbuka dan tertutup
atau membiarkan bayi baru lahir terpapar dalam
ruangan dengan kipas angin menyala.
c) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi kerena bayi
ditempatkan di dekat benda yang mempunyai suhu
lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa
kehilangan panas dengan cara ini karena benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun
tidak bersentuhan secara langsung). Contohnya adalah
jika bayi barulahir ditidurkan berdekatan dengan
tembok yang berbatasan dengan udara terbuka.
d) Evaporasi
Kehilangan panas melalui evaporasi merupakan
jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dengan cara ini dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri, karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi

PAGE \* MERGEFORMAT iii


baru lahir yang terlalu cepat dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
3) Metabolisme Karbohidrat
Pada bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam). Untuk memperbaiki
penurunan kadar gula darah tersebut, dapat dilakukan tiga
cara yaitu, melalui pengguanaan ASI, melalui cadangan
glikogen, dan melalui pembuatan glukosa dari sumber lain
terutama lemak.
4) Sistem Peredaran Darah
Adaptasi sistem peredarah darah pada bayi baru lahir
terjadi perubahan fisiologik pada sistem peredaran darah
karena paru-paru mulai berfungsi sehingga proses
penghantar oksigen ke seluruh jaringan tubuh berubah.
Perubahan tersebut mencakup penutupan foramen ovale
pada atrium jantung serta penutupan duktus arteriosus dan
duktus venosus.
5) Adaptasi Neorologis
Sitem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis
belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir
menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk,
mudah terkejut, dan tremor pada. Refleks bayi baru lahir
merupakan indicator penting perkembangan normal.
Refleks bayi baru lahir sebagai berikut:

Tabel 2.4 Refleks pada Bayi Baru Lahir

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Refleks Respon Normal Respon Abnormal
Rootingdan menghisapBayi baru lahir menolehkan kepala ke Respon yang lemah atau tidak ada
arah stimulus, membuka mulut, dan respon terjadi pada prematuritas,
mulai menghisap bila pipi, bibir atau penurunan atau cedera neurologis,
sudut mulut bayi disentuh dengan atau depresi sistem saraf pusat
jari atau puting. (SSP).
Menelan Bayi baru lahir menelan berkoordinasi Muntah, batuk atau regurgitasi
dengan mengisap bila cairan ditaruh cairan dapat terjadi, kemungkinan
di belakang lidah berhubungan dengan sianosis
sekunder karena prematuritas,
defisit neurologi atau cedera
terutama terlihat setelah
laringoskopi
Moro Ekstensi simetris bilateral dan Respon asimetris terlihat pada
abduksi seluruh ektremitas, dengan cedera saraf perifer (pleksus
ibu jari dan jari telunjuk membentuk brakialis) atau fraktur klavikula
huruf “c”, diikuti dengan adduksi atau fraktur tulang panjang lengan
ekstermitas dan kembali ke fleksi atau kaki.
rileks jika posisi bayi berubah tiba-
tiba atau jika bayi diletakkan
telentang pada permukaan yang
datar
Grasping Jari bayi akan melekuk di sekeliling Respon ini berkurang pada
(menggenggam) benda dan menggenggamnya prematuritas. Asimetris terjadi pada
seketika bila jari diletakkan di kerusakan saraf perifer (pleksus
tangan bayi brakialis atau fraktur humers. Tidak
ada respon yang terjadi pada defisit
neurologis yang terjadi pada defisit
neurologis yang berat.
Tonik leher atau Ekstremitas pada satu sisi di mana Respons persisten setelah bulan
fencing saat kepala ditolehkan akan ekstensi, keempat dapat menandakan cedera
dan ekstremitas yang berlawanan neurologis. Respons menetap
akan fleksi bila kepala bayi tampak pada cedera SSP dan
ditolehkan ke satu sisi selagi gangguan neurologis
beristirahat

Sumber : Sondakh.J, 2013, hal. 154


d. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Saputra & Anita (2014b, hal. 87) menyatakan bahwa
beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir perlu di waspadai

PAGE \* MERGEFORMAT iii


serta dideteksi lebih dini untuk segera diberi penanganan agar
tidak mengancam nyawa bayi. Tanda bahaya tersebut antara
lain sebagai berikut:
1) Tidak mau minum atau banyak muntah
2) Kejang
3) Bergerak jika hanya dirangsang
4) Mengantuk berlebihan, lemas, lunglai
5) Napas cepat(≥60x/menit)
6) Napas lambat (≤30x/menit)
7) Tarikan dinding dada ke dalam sangat kuat
8) Merintih
9) Menangis terus-menerus
10) Teraba demam (suhu aksila >37,5oC)
11) Teraba dingin (suhu aksila <36oC)
12) Terdapat banyak nanah dimata
13) Pusar kemerahan, bengkak, keluar cairan, berbau busuk,
berdarah
14) Diare
15) Telapak tangan dan kaki tampak kuning
16) Mekonium tidak keluar setelah 3 hari pertama
kelahiran;atau feses berwarna hijau, berlendir, atau
berdarah
17) Urine tidak keluar dalam 24 jam pertama

4. Konsep Dasar Asuhan BBL Normal


a. Pengertian
Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian
besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan
spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan (Sari &
Rimandini 2014, hal. 239).

PAGE \* MERGEFORMAT iii


b. Tujuan
Sari & Rimandini (2014, hal. 240) menyatakan tujuan
asuhan bayi baru lahir antara lain:
1) Mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi.
2) Menghindari resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24
jam pertama kehidupan.
3) Mengetahui aktivitas bayi normal/ tidak dan identifikasi
masalah kesehatan BBL yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
c. Standar Pelayanan Bayi Baru Lahir
Pudiastuti (2011, hal. 65) menyatakan pelayanan untuk
bayi baru lahir terdapat pada standar 13, yaitu :
1) Standar 13: Perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernapasan secara spontan, mencegah
hipoksia sekunder, menentukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
d. Manajemen Bayi Baru Lahir Normal

1. Penilaian
a) Bayi cukup bulan
b) Bayi menangis atau bernafas/ tidak megap-megap
c) Tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif
2. Asuhan Bayi Baru Lahir

a) Jaga kehangatan
b) Bersihkan jalan napas (jika perlu)
c) Keringkan
d) Pemantauan tanda bahaya
e) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi

PAGE \* MERGEFORMAT iii


apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir
f) Lakukan inisiasi menyusui dini
g) Beri suntikan vitamin K 1 mg intramuscular,
dipahakiri anterolateral setelah inisiasi menyusui dini
h) Beri salep mata antibiotikatetrasiklin 1% pada kedua
mata
i) Pemeriksaanfisik
j) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ML intramuscular, di
pahakanan anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K (Sumber : JNPK-KR, 2016, hal.
116)

B. Manajemen Kebidanan
1. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
a. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan yang
digunakan oleh bidan berupa proses pendekatan pemecahan
masalah yang sistematis, dimulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Dalam praktiknya, bidan harus berfikir kritis, etis, tidak
pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien
sebagai hasil asuhan (Saminem, 2010, hal.1).
b. Langkah dalam Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney
didalam Sudarti dan Fauziah (2010, hal. 33). Ialah sebagai
berikut:
1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian
meliputi pengumpulan data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap serta riwayat

PAGE \* MERGEFORMAT iii


kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data
laboratorium dan membandingkan dengan hasil study,
semua data dikumpulkan dari semua sumber yang
berhubungan dengan kondisi pasien.
2) Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data
secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan
pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat
ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap
data dasar. Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan yang
dibutuhkaan terhadap masalah.
3) Langkah III (Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial
Antisipasi Penanganannya)
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah
potensial diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/
masalah yang sudah didentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-
siap mencegah diagnosis/ masalah potensial ini menjadi
kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman.
4) Langkah IV (Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera)
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah
diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada
tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan
rujukan.
5) Langkah V (Menyusun Asuhan secara Menyeluruh)
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan,

PAGE \* MERGEFORMAT iii


diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap
masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses
perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan
identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar
pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
6) Langkah VI (Pelaksanaan Perencanaan)
Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari semua
rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien
ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat
dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7) Langkah VII (Evaluasi)
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen
kebidanan yakni melakukan evaluasi dari perencanaan
maupun dengan pelaksanaan yang dilakukan bidan.
Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi
atau kebutuhan klien.
2. Konsep Dasar Dokumentasi Kebidanan
a. Pengertian
Menurut Sudarti dan Fauziah (2010, hal 3) dokumentasi
adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,
pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan tentang hasil
pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien dan
respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
b. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan Teknik SOAP
Handayani (2017, hal. 171) berdasakan Kemenkes RI
menyatakan pendokumentasian atau catatan manajemen
kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP.
Uraian dari metode SOAP adalah:

PAGE \* MERGEFORMAT iii


S : adalah data subjektif
O : adalah data objektif
A : adalah analisa
P : adalah penatalaksanaan
Handayani (2017, hal. 135) berdasakan Kemenkes RI
menyatakan Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses
pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
S : Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannyadicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.
O : Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik lain.
A :Analisa
Keadaan pasien setiap saat bisa mengalami perubahan, dan
akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun
data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi
sangat dinamis.
Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan
analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan
menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien sehingga
dapat diambil keputusan atau tindakan yang cepat.
P : Penatalaksanaan
Pendokumentasian P dan SOAP ini, adalah pelaksanaan
asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Pelaksanaan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan

PAGE \* MERGEFORMAT iii


tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.
Dalam planning ini juga harus mencantumkan evalusi.
Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan
fokus ketepatan hasil tindakan/asuhan. Metode yang digunakan
dalam Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ny.N
berorientasi pada Langkah-langkah Asuhan Kebidanan
menurut Varney dalam bentuk SOAP.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


BAB III
TINJAUAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


PERSALINAN DAN BBL PADA NY. N
DI PMB NAOMI OKTADORI PANGARIBUAN, S. ST, Bd
TAHUN 2023

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Jum’at, 06 Oktober 2023
Pukul : 23.00 WITA

Keterangan Istri Suami


Nama Ny. N Tn. J
Umur 24 Tahun 27 Tahun
Pendidikan SMU SMU
Pekerjaan IRT Swasta
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Alamat Jl. Ir. Phm. Noor
IDENTITAS

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perut mules menjalar ke pinggang disertai keluar lendir
bercampur darah sejak pukul 20.00 WITA (06 Oktober 2023) dan belum
keluar air-air. HPHT : 04-01-2023, TP : 11-10-2023, ini merupakan
kehamilan pertama. Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya
sebanyak 12 kali. Ibu melakukan pemeriksaan laboratorium terakhir
pada tanggal 02-10-2023 dengan hb : 12 mg/dL, protein urine (-), dan
gula darah (-). Ibu selalu rutin minum obat Fe pada malam hari sebelum

PAGE \* MERGEFORMAT iii


tidur. Ibu sudah makan 3x terakhir makan ikan goreng, nasi dan sayur
jam 19.00 WITA (06 Oktober 2023). BAK terakhir jam 19.45 WITA.
BAB terakhir jam 17.25 WITA (06 Oktober 2023). Ibu terbangun pada
jam 21.00 WITA karena merasakan sakit menjalar ke pinggang semakin
lama dan semakin sering, lalu ibu beserta suami datang ke PMB Naomi
Octadori Pangaribuan, S. ST. Bd pada jam 21.50 WITA. Ibu tidak
memiliki riwayat penyakit seperti diabetes, hepatitis, darah tinggi,
jantung dan tidak ada alergi obat dan makanan. Aktifitas sehari-hari ibu
hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

B. DATA OBJEKTIF
KU baik, kesadaran composmentis, BB 69,2 kg, TD 100/70 mmHg, N 82
x/menit, P 20 x/menit, S 36,1ºC, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
kuning, TFU 3 jari dibawah Prx (29 cm), Punggung kanan, presentasi
kepala, kepala sudah masuk PAP (3/5), Tafsiran Berat Janin 2.790 gram,
DJJ 145 x/menit terdengar jelas dan teratur, his 4x/10’/45’’, kandung
kemih kosong, VT portio teraba tebal dan lunak, pembukaan 4 cm,
selaput ketuban utuh, teraba ubun ubun kecil, penurunan kepala di hodge
III, tidak ada penyusupan, infus RL 20 tetes/menit terpasang di lengan
kanan ibu.

C. ANALISA
G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif, janin
tunggal hidup
fisiologis.

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami tentang hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu dan janin baik dan ibu sudah memasuki
pembukaan 4 cm, serta memberitahu untuk tidak mengedan karena
pembukaan belum lengkap. Ibu mengerti.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


2. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules-mules dan sakit perut yang
menjalar dari perut sampai kepinggang merupakan tanda-tanda
persalinan semakin dekat. ibu mengerti
3. Memberikan asuhan sayang ibu:
a. Menjaga privasi ibu dengan menutup pintu ruangan. Ruangan
tertutup.
b. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada
kontraksi untuk menambah tenaga ibu. Ibu makan roti dan
minum air putih.
c. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB apabila
ibu menginginkannya. Ibu mengerti dan bersedia.
d. Mengajari ibu teknik pernapasan dan cara meneran yang benar
dengan cara menarik napas panjang melalui hidung dan
kemudian hembuskan lewat mulut saat ada kontraksi.
Memberitahukan ibu untuk tidak meneran saat ada kontraksi
sebab pembukaan belum lengkap. Ibu mengerti dan bersedia.
e. Memberikan dukungan kepada ibu dalam menghadapi
persalinan, memberitahukan bahwa sakit yang ibu rasakan
wajar dan setiap wanita melahirkan pasti merasakan hal yang
sama. Ibu mengerti dan merasa tenang.
f. Memberikan pijatan lembut di daerah pinggang dan kaki saat
ibu merasakan sakit akibat kontraksi. Ibu merasa nyaman.
g. Memfasilitasi ibu dalam memilih pendamping persalinan. Ibu
memilih suami.
h. Mengajarkan cara meneran yang baik yaitu menarik nafas yang
dalam ketika ada his, kepala diangkat sedikit, dagu menempel
ke dada dan mata melihat ke perut, dengan kedua tangan
memegang paha, pandangan kearah perut dan mengedan setiap
kali ada his. dan istirahat ketika kontraksi menurun. Ibu
mengerti.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


4. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk persalinan. Alat dan
obat sudah disiapkan.
5. Mengobservasi keadaan ibu, keadaan janin dan kemajuan persalinan
dalam lembar partograf, yaitu: DJJ, air ketuban, penyusupan,
pembukaan, his, nadi, tekadan darah, dan suhu, hal terlampir di
lembar partograf. Telah dilakukan.

CATATAN PERKEMBANGAN IBU BERSALIN DAN BBL

No. Hari/Tanggal Catatan Perkembangan

1.
Jum’at, Subjektif
06 Oktober 2023
Ibu mengatakan mules bertambah dan semakin
Pukul 23.00 WITA
sering, ada dorongan untuk mengedan seperti
ingin BAB

Objektif

KU ibu tampak kesakitan, kesadaran


composmentis, TD 100/70 mmHg, N 82x/menit,
R 20 x/menit, S 36,1ºC, DJJ 143 x/menit,
kontraksi 4x/10’/50”, Perineum menonjol, vulva
membuka, terdapat tekanan pada anus, kandung
kemih kosong, tampak keluar lendir darah lebih
banyak dari sebelumnya, VT portio tidak teraba,
pembukaan serviks 10 cm (lengkap), ketuban (-),
presentasi kepala, ubun-ubun kecil di depan,
tidak ada penyusupan, penurunan kepala di
hodge III.

Analisa

G1P0A0 hamil 39 minggu kala II.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada ibu bahwa


pembukaan sudah lengkap dan akan
memasuki proses persalinan. Ibu mengerti
2. Mendekatkan partus set dan obat-obatan.
Alat dan obat-obatan telah didekatkan.
3. Memakai Alat Pelindung Diri (APD),
mencuci tangan, memasang sarung tangan.
APD sudah dipakai
4. Mengatur posisi ibu untuk persalinan dengan
posisi setengah duduk dan kaki ditekuk. Ibu
sudah dalam posisi litotomi.
5. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik
dan benar yaitu menutup mulut, jangan
mengeluarkan suara agar tidak kelelahan,
meletakkan tangan ibu pada paha bagian
bawah dan tarik paha ibu jika terasa sakit,
mengangkat kepala, menempelkan dagu ke
dada sambil melihat perut serta melarang ibu
untuk mengangkat bokong saat mengedan.
Ibu mengerti dan melakukan dengan baik.
6. Memberikan ibu kesempatan untuk
beristirahat saat tidak ada kontraksi dan
memberikan minum saat tidak ada kontraksi.
Ibu mengerti.
7. Melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyai dorongan kuat untuk meneran.
Ibu meneran dengan baik.
8. Melakukan pertolongan persalinan:
a. Saat kepala 5-6 cm didepan vulva, tangan

PAGE \* MERGEFORMAT iii


kiri menahan perineum, tangan kanan
menahan puncak kepala agar tidak terjadi
defleksi yang terlalu kuat. Lahirkan secara
perlahan ubun-ubun kecil, ubun-ubun
besar, dahi, hidung, mulut dan dagu.
Lahirlah kepala seluruhnya.
b. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan
tali pusat. Tidak ada lilitan tali pusat.
c. Setelah kepala bayi lahir, menunggu
putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan.
d. Setelah kepala melakukan putaran paksi
luar, pegang kepala bayi secara biparetal,
dengan lembut gerakkan kepala ke arah
bawah untuk melahirkan bahu depan,
kemudian menggerakan kepala ke atas
untuk melahirkan bahu belakang.
e. Setelah bahu lahir, tangan bawah
menyangga kepala, lengan, siku sebelah
bawah. Dan tangan atas menyusuri dan
memegang siku. Setelah lengan dan siku
lahir, penelusuran berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Memasukkan
jari telunjuk di antara kaki dan memegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari
dan jari lainnya.
9. Pukul 23.45 WITA bayi lahir spontan
belakang kepala, segera menangis kuat, kulit
kemerahan, dan bergerak aktif, jenis kelamin
laki-laki, APGAR score 7.
2.Jum’at, Subjektif

PAGE \* MERGEFORMAT iii


06 Oktober 2023

Pukul 23.50 WITA Ibu mengatakan masih terasa mules pada perut

Objektif

KU baik, kesadaran comosmentis, TFU sepusat,


tidak ada janin kedua, kontraksi keras, kandung
kemih kosong, perdarahan normal, tali pusat
didepan vulva nampak memanjang, uterus
membundar, terdapat semburan darah.

Analisa

P1A0 kala III fisiologis

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan


dan asuhan yang akan diberikan. Ibu
mengerti.
2. Melakukan manajemen aktif kala III :
a. Memberitahukan ibu bahwa akan
disuntikan oksitosin. Ibu setuju untuk
disuntik. Menyuntik oksitosin 10 IU
secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar 1
menit setelah bayi lahir. Oksitosin telah
disuntikkan.
b. Memindahkan klem tali pusat hingga 5-
10 cm dari vulva.
c. Melakukan PTT (Peregangan Tali Pusat
Terkendali) dengan cara satu tangan di
atas symfisis ibu dan menekan secara
dorsocranial, tangan yang lain

PAGE \* MERGEFORMAT iii


meregangkan tali pusat.
d. Meregangkan tali pusat sejajar lantai,
kemudian kebawah dan ke atas sesuai
dengan sumbu jalan lahir.
e. Menyambut plasenta dengan kedua
tangan saat plasenta tampak didepan
introitus vagina sambil memutar plasenta
searah jarum jam secara perlahan dan
hati-hati agar selaput ketuban tidak robek
atau tertinggal kemudian tempatkan pada
wadah yang telah disediakan.
f. Plasenta lahir lengkap dengan selaputnya
pada jam 23.50 WITA.
g. Melakukan massase uterus dengan
gerakan melingkar selama 15 detik segera
setelah plasenta lahir hingga uterus
berkontraksi. Uterus berkontraksi dengan
baik.
3. Memeriksa kelengkapan bagian maternal dan
fetal. Memeriksa potiledon dengan cara
menempatkan plasenta di tempat yang datar
lalu raba kotiledonnya, mengukur panjang
tali pusat dan memeriksa selaput plasenta.
Plasenta lahir lengkap dengan selaputnya,
kotiledon utuh dengan insersi sentralis,
panjang 45 cm, membersihkan plasenta dan
memasukkan dalam tempatnya.
4. Memastikan kembali kontraksi uterus dan
tanda adanya perdarahan pervaginam serta
menjelaskan dan mengajarkan ibu cara
melakukan massase uetrus apabila uterus

PAGE \* MERGEFORMAT iii


teraba keras berarti baik karena terjadi
kontraksi, jika kontraksi mulai melemah
maka lakukan massase uterus kembali. Ibu
bisa melakukan dan kontraksi uterus baik.
5. Mengevaluasi laserasi jalan lahir pada vagina
dan perineum. Terdapat laserasi derajat II di
bagian mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum dan otot perineum serta di
lakukan penjahitan dengan anastesi lokal
menggunakan teknik jelujur.

3.Sabtu, Subjektif
07 Oktober 2023
Ibu merasa lelah setelah persalinan sekaligus
Pukul 00.05 WITA
senang karena bayinya telah lahir

Objektif

KU baik, kesadaran composmentis, TD 90/60


mmHg, N 80x/menit, R 23 x/menit, S 36ºC,
TFU 2 jari dibawah pusat, kontaksi uterus keras,
kandung kemih kosong, perdarahan 100 cc,
terdapat laserasi jalan lahir derajat II. Infus RL
ke 2: 20 tts/menit, terpasang di lengan kanan ibu.

Analisa

P1A0 kala IV fisiologis

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada ibu dan suami


bahwa keadaan ibu baik dan terdapat
robekan. Ibu dan suami mengerti

PAGE \* MERGEFORMAT iii


2. Menyampaikan informed consent kepada ibu
untuk dilakukan penjahitan. Ibu bersedia
dilakukan penjahitan.
3. Melakukan penjahitan laserasi. Penjahitan
dilakukan oleh bidan dengan teknik jelujur
dan dilakukan anastesi terlebih dahulu.
4. Memfasilitasi kebersihan ibu dengan cara
membersihkan cairan dan darah
menggunakan air DTT serta mengganti
pakaian ibu dengan yang baru dan kering
serta memasangkan pembalut. Ibu sudah
merasa nyaman.
5. Menganjurkan ibu pada posisi senyaman
mungkin, dengan telentang sambil
meluruskan kaki dan dirapatkan. Ibu sudah
telentang dengan kaki lurus dan dirapatkan.
6. Mengobservasi tanda-tanda vital, tinggi
fundus, perdarahan dan kontraksi uterus
selama 2 jam dilakukan 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua.
7. Menganjurkan ibu makan dan minum untuk
memulihkan tenaga ibu serta beristirahat
yang cukup. Ibu mengerti dan bersedia.

8. Melakukan pengawasan 2 jam kala IV,


mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada
1 jam kedua, mendokumentasikan ke dalam
partograf.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


4.Jum’at, Data Subjektif
06 Oktober 2023
-
Pukul 23.45 WITA
Data Objektif

Bayi lahir spontan, cukup bulan, kulit berwarna


kemerahan, nafas spontan tidak mengap-
mengap, menangis kuat, gerakan aktif, dan
berjenis kelamin laki-laki.

Analisa

Bayi baru lahir fisiologis.

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu bahwa hasil


pemeriksaan bayinya normal. Ibu sudah
mengetahuinya.
2. Membantu ibu untuk melakukan IMD
selama 60 menit.

5.Sabtu, Data Subjektif


07 Oktober 2023
Ibu mengatakan bayi sudah IMD selama 60
Pukul 00.45
menit dan ASI belum keluar lancer

Data Objektif

Keadaan umum baik, warna kulit kemerahan,


menangis kuat, Jantung 137 x/menit, P 42
x/menit, S 36,5°C, BB 3.270 gram, PB 48 cm,
LK 32 cm, LD 31 cm. Apgar Score 7’8’9, kulit
bersih, tali pusat tidak ada pendarahan, gerakan
aktif, tidak ada kelainan kongenital seperti bibir
sumbing, dan spina bifida, tidak ada caput

PAGE \* MERGEFORMAT iii


succedenum dan tidak ada pernapasan cuping
hidung, daun telinga simetris dan hidung
simetris, dada simetris, refleks rooting (+),
refleks sucking (+), refleks Moro (+), refleks
grapsing (+).

Analisa

Bayi baru lahir fisiologis.

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu bahwa bayi berhasil IMD


selama 1 jam dan melakukan pemeriksaan
antropometri dengan hasil pemeriksaan pada
bayi dalam keadaan sehat. Ibu merasa
senang.
2. Meletakkan bayi di tempat yang hangat, di
atas tempat tidur bayi dengan pemberian
sinar lampu yang terang dan cukup hangat
untuk bayi. Keadaan bayi baik.
3. Melakukan informed consent pada ibu
bahwa bayinya akan disuntik vitamin K dan
akan diberi salep mata. Ibu mengerti dan
bersedia
4. Memberikan injeksi vitamin K dengan dosis
1 mg secara IM pada 1/3 paha kiri atas
bagian luar. Injeksi vitamin K sudah
diberikan.
5. Memberikan salep mata. Salep mata sudah
diberikan
6. Setelah satu jam pemberian vitamin K
memberikan informasi kepada ibu bahwa

PAGE \* MERGEFORMAT iii


bayi akan diberikan imunisasi Hb0. Ibu
bersedia
7. Memberikan imunisasi Hb0 dengan dosis 0,5
cc secara IM pada 1/3 paha kanan atas
bagian luar. Imunisasi Hb0 sudah diberikan.
8. Menjaga kehangatan bayi dengan cara
membedong dan memberikan topi bayi.

IDENTITAS BAYI

Nama By. Ny. N

Tanggal Lahir 21 Juni 2023

Jam Lahir 23.45 WITA

Jenis Kelamin Laki-laki

Berat Badan 3.270 gram

Panjang Badan 49 cm

Lingkar Kepala 32 cm

Lingkar Dada 31 cm

PAGE \* MERGEFORMAT iii


BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesa Ny. N datang ke PMB


Naomi Oktadori Pangaribuan, S.ST, Bd pada tanggal 06
Oktober 2023 pukul 23.00 WITA ibu merasakan mules-
mules sejak jam 20.00 WITA, ketuban belum pecah. Ibu
Melahirkan pada usia kehamilan 39 minggu. Kala I
berlangsung selama 1 jam dari pembukaan 4 cm sampai 10
cm. Sedangkan menurut teori pada Ibu dengan primigravida
yang menghadapi proses persalinan tentu mengalami lama
persalinan yang lebih lama dibandingkan ibu multigravida
yaitu untuk primigravida kala I bisa mencapai 12,5 jam,
kala II 80 menit, kala III 15 menit, dan kala IV 2 jam.
Persalinan kala I pada ibu primigravida lebih lama 2,5 jam
dibandingkan pada ibu multigravida (Rukiyah et al, 2012).

Kala II Ny. N berlangsung selama 45 menit tanpa


komplikasi. Ibu dipimpin meneran dengan posisi setengah
duduk pukul 23.00 WITA dan bayi lahir pukul 23.45 WITA
cukup bulan, kulit berwarna kemerahan, menangis kuat dan
gerakan aktif, jenis kelamin lai-laki, tidak dilakukan
episiotomi karena perineum tidak kaku dan kala II tidak
berlangsung lama, tetapi terdapat robekan pada jalan lahir
ibu dengan laserasi derajat II dikarenakan kepala janin
melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar. Keadaan
ini menunjukkan persalinan Ny. N berlangsung secara
fisiologis. Kelancaran proses persalinan ini didukung
dengan cara meneran yang efektif saat kontraksi, adanya
dukungan sehingga psikologis ibu tetap tenang dan
pemilihan posisi setengah duduk yang memberikan ibu rasa
nyaman saat persalinan.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Menurut Sondakh, J. (2013, hal. 5) kala II persalinan
dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada
primigravida berlangsung selama 1,5-2 jam dan
mulrigravida 1-1,5 jam. Lamanya kala II biasanya berkisar
hingga 60 menit dengan lama rata rata 30-40 menit untuk
primipara.

Menurut Rohani dkk (2013, hal 16) factor yang


mempengaruhi persalinan adalah power (kontraksi yang
menyebabkan serviks membuka secara bertahap dan tenaga
meneran ibu), passage (panggul, uterus, serviks uteri,
vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi
dinding dalam bawah panggul), passanger (janin dan
plasenta), psikis ibu bersalin dan penolong yang menpunyai
legelitas dan kompetensi dalam menolong persalinan.

Persalinan kala III berlangsung selama 5 menit dan


tidak ada komplikasi yang terjadi. Hal ini menunjukkan
persalinan kala III berlangsung secara fisiologis yang tidak
lebih dari 30 menit dengan asuhan sesuai dengan standar
(JNPKR-KR, 2016). Bidan melakukan menejemen aktif
kala III yang bertujuan untuk mempercepat kelahiran
plasenta, mencegah pendarahan dan mencegah terjadi
retensio plasenta (JNPKR-KR, 2016). Inisiasi menyusui dini
(IMD) pada kala III sudah dilakukan selama 1 jam,
tujuannya untuk melihat bounding attachment antara ibu
dan bayi, setelah itu untuk melihat skor bounding. IMD juga
dapat melepaskan hormone oksitosin yang akan
mengakibatkan pelepasan plasenta lebih cepat.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
setelah 2 jam dari kelahiran plasenta (JNPKR-KR, 2016). Pemantauan kala
IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam
kedua yang meliputi, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih, pendarahan dengan hasil dalam batas normal.
Asuhan sayang ibu yang diberikan oleh penulis yaitu mengajarkan ibu
dan suami cara memeriksa kontraksi serta melakukan massase fundus uteri
untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat atonia uteri, cara menjaga
kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi, dan tanda-
tanda bahaya masa nifas. Selain itu memfasilitasi pemenuhan nutrisi dan
cairan ibu. Pemeriksaan dua jam pasca persalinan dilakukan untuk
mengetahui adanya komplikasi yang terjadi pada ibu.
Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, kontraksi uterus baik,
pengeluaran darah ±100 cc dan kandung kemih tidak penuh. Masa ini
merupakan masa yang cukup penting bagi kesehatan untuk melakukan
pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal padat menyebabkan
ibu mengalami berbagai masalah bahkan dapat berlanjut pada komplikasi
masa nifas (JNPKR-KR, 2016). Ibu sudah melakukan mobilisasi dini
dengan cara miring kiri, duduk dan berjalan.
Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. N lahir normal dan spontan pada tanggal 06
Oktober 2023, pukul 23.45 WITA, menangis kuat, tidak ada
cacat bawaan, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif dan
pernafasan baik. Jenis kelamin laki-laki, berat badan 3.270
gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar
dada 31 cm, ekstremitas lengkap, reflek bagus, pergerakan
aktif, testis turun ke skrotum, anus (+). Hal ini sesuai
dengan teori dimana bayi baru lahir normal dan sehat
apabila warna kulit merah, denyut jantung >100x/m,
menangis kuat, tonus otot bergerak aktif, pernafasan baik
dan tidak ada komplikasi pada bayi tersebut (Tando, 2016).

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Pada saat umur bayi 1 jam, dilakukan pemeriksaan
fisik bayi serta memberikan penyuluhan kepada ibu tentang
perawatan pencegahan hipotermi, pemberian ASI
ekslusif,dilakukan penimbangan berat badan dan
pengukuran panjang badan dengan hasil berat badan 3.270
gram, panjang badan 49 cm. Asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir 1 jam setelah lahir memberikan suntik
imunisasi HB0 pada 1/3 paha bagian luar untuk imunisasi
dasar setelah pemberian suntik Vit K1. Hal ini sudah sesuai
dengan teori dimana bayi baru lahir diberikan suntikan
Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi
baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko
mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada semua bayi baru lahir, Suntikan vit K1
dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi Hepatitis B. Imunisasi Hepatitis B pertama (HB-
0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara
intramuscular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk
mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi usia 0-7 hari
(Sondakh, 2016).
Setelah melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan
bayi baru lahir pada 1 jam pertama setelah lahir, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa bayi dalam keadaan
sehat tanpa komplikasi apapun dan menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI ekslusif yaitu bayi hanya minum ASI
sampai berusia 6 bulan tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun sesuai dengan UU RI No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan pasal 29 ayat 1 bahwa setiap bayi
berhak mendapatkan air susu ibu ekslusif sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


PAGE \* MERGEFORMAT iii
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan dan bayi baru lahir
di PMB Naomi Oktadori Pangaribuan,S.ST, Bd 2023 dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Asuhan kebidanan persalinan pada Ny.N mengalami masa
kehamilan 39 minggu dan telah mendapatkan asuhan yang sesuai.
Persalinan berlangsung secara spontan belakang kepala dengan
laserasi jalan lahir derajat II. Lamanya kala II 45 menit, kala III 5
menit, dan kala IV 2 jam.
2. Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir Ny.N berlangsung
fisiologis.

B. Saran
1. Pada Ny.N diharapkan lebih terbuka mengenai keluhan yang di
rasakan sehingga segala permasalahan yang dirasakan dapat segera
teratasi dengan baik.
2. Pada Ny.N diharapkan lebih menambah pengetahuan tentang
perawatan bayi baru lahir baik dengan membaca buku KIA bagian
anak ataupun referensi lain yang berkaitan dengan perawatan bayi
baru lahir.
3. Bagi penulis didapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan yang berkesinambungan dengan
menggunakan dokumentasi SOAP mulai dari pengkajian sampai
evaluasi, secara sistematis dan benar-benar sesuai data-data yang
didapatkan di lahan praktik.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, M. (2014). Buku Pintar Kehamilan. EGC. Jakarta.


Dewi, VN, (2011) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Dewi, VNL & Sunarsih, T, (2011) Asuhan kehamilan untuk kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
____(2014) Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Handajani, SD, (2012) Kebidanan Komunitas: Konsep & Manajemen
Asuhan. Jakarta: EGC.
Handayani, S, (2010) Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.
Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Hidayat, AAA, (2014) Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Indrayani, (2011) Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media.
JNPK-KR, (2016) Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (APN).
Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi
(JNPK-KR).
Kemenkes RI, (2013) Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan dan JICA.
______.(2017) Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
dan JICA.
______.2018) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:
Kementerian Kesehatan dan JICA.
.(2020a) Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Jakarta: Kemenkes
dan JICA.
Kusmiyati, Y, Wahyuningsih, HP & Sujiyatini, (2010) Perawatan Ibu
Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.
Marmi, (2012) Intranatal Care Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
______.(2017) Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta:

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Pustaka Pelajar.
Meilani, N, Setiyawati, N & Estiwidani, D, (2013) Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Muslihatun, WN, (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitramaya.
Pantiawati, I & Saryono, (2012) Asuhan Kebidanan I Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, S, (2014) Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta.
Pudiastuti, RD, (2011) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rukiyah, AY, Yulianti, L & Liana, M. (2011) Asuhan Kebidanan III (nifas).
Jakarta: Trans Info Media.
Rukiyah, AY, Yulianti, L, Maemunah & Susilawati, L. (2013) Asuhan
KebidananI (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.
Rohani, Saswita, R & Marisah. (2013) Asuhan Kebidanan pada Masa
Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Saleha, S. (2013) Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Saminem. (2010) Dokumentasi Asuhan Kebidanan: Konsep & Praktik.
Jakarta: EGC.
Saputra, L & Lockhart, A. (2014a) Catatan Ringkas Asuhan pada
Kehamilan. Tangerang: Binarupa Aksara.
Saputra, L & Lockhart, A. (2014b) Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi
dan Balita. Tangerang: Binarupa Aksara.
Sari, E.P & Kurnia D.R. (2014) Asuhan Kebidanan Persalinan (Intrantal
Care). Jakarta: Trans Info Media.
Sondakh, JJS, (2013) Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga.
Sofian, A. (2012) Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Sudarti dan Afroh F, (2010). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

PAGE \* MERGEFORMAT iii


Wagiyo & Putrono, (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal &
Bayi Baru Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.
Yulizawati & Lusiana El Sinta, (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada
Persalinan. Padang : Penerbit Anggota IKAPI

PAGE \* MERGEFORMAT iii

Anda mungkin juga menyukai