Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

PERCOBAAN 4
KUANTITASI MIKROBA

NAMA : ULYA FARISA


NIM : 2110815220012
KELOMPOK :4
ASISTEN : GENIA HUMAIRA RIZQY

NILAI PARAF

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2022
PERCOBAAN 4
KUANTITASI MIKROBA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengenalkan
mahasiswa terhadap metode-metode perhitungan populasi mikroba.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kuantitas mikroba adalah suatu yang menyatakan jumlah dan total
banyak mikroba yang terdapat pada suatu koloni. Koloni dapat diartikan
sebagai sekumpulan sejumlah mikroba yang memiliki kesamaan
karakteristik, seperti bentuk, susunan permukaan, warna, kepekatan, dan
banyak hal lain yang menjadi parameter kesamaan suatu mikroba. Ukuran
koloni bakteri jika dilihat pertumbuhannya di cawan petri ada yang titik
(pinpoint/punctiform), kecil (small), sedang (moderat), dan besar (large).
Koloni yang tumbuh pada suatu media yang dibiakkan dapat dilihat dan
dihitung jumlah mikoba yang tumbuh. Koloni yang tumbuh dihitung secara
kuantitatif dengan menghitung jumlah populasi mikroba atau dapat
dikatakan dihitung dengan cara menghitung seluruh sel mikroba yang ada,
yang di dalamnya termasuk ada sel yang mati dan ada sel bakteri yang hidup
dengan menggunakan teori pendekatan. Pengukuran kuantitatif populasi
mikroba dalam suatu sampel dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan
dan tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel
tersebut. Ada berbagai cara untuk mengukur jumlah sel, antara lain dengan
hitungan mikroskopis langsung (direct microscopis count), dan hitungan
tidak langsung (indirect count) dengan hitungan cawan, baik dengan metode
penyebaran maupun metode penuangan (Putri et al., 2017).
Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis
yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni.
Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap
bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan
menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada
pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung dengan
berbagai macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Cara
perhitungan jumlah mikroba atau bakteri, yaitu perhitungan secara langsung
dan tidak langsung. Koloni ketika diletakkan di atas substrat padat, banyak
jenis mikroba uniseluler seperti bakteri dan jamur tumbuh menjadi koloni
yang terdiri dari banyak sel individu. Morfologi koloni seperti itu sangat
bergantung pada ketersediaan nutrisi yang menyebar ke seluruh substrat. Sel
tumbuh menjadi koloni yang bentuknya seragam ketika nutrisi cukup
tersedia. Koloni mengkonsumsi nutrisi lebih cepat daripada unsur hara.
Nutrisi hanya dapat dikonsumsi di wilayah kecil di tepi koloni, yang
mewakili suatu bentuk Diffusion-Limited Growth (DLG) (Tronnolene et al.,
2018)
Perhitungan jumlah bakteri merupakan salah satu cara yang dilakukan
untuk bisa mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada
suatu media, baik itu koloni sel yang hidup maupun koloni sel bakteri yang
mati. Metode yang digunakan adalah perhitungan secara langsung dan
perhitungan secara tidak langsung. Perhitungan jumlah bakteri secara
langsung digunakan untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik
yang mati maupun yang hidup. Perhitungan bakteri secara tidak langsung
digunakan untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup saja. Setiap
perhitungan jumlah bakteri baik secara langsung maupun tidak langsung
memiliki kelemahan masing-masing. Jumlah bakteri masih belum
mendekati hasil maksimal dikarenakan perhitungan yang melibatkan sel
hidup maupun sel mati bakteri, keterbatasan alat dan bahan saat
perhitungan, keperluan persiapan alat dan bahan yang cukup panjang,
ketelitian penelitian oleh peneliti dan lain-lain (Rosmania & Yanti, 2020).
Metode turbidimetri merupakan cara yang cepat untuk menghitung
jumlah bakteri dalam suatu larutan dengan menggunakan alat
spektrofotometer. Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah
mengukur transmitan atau absorban suatu contoh yang dinyatakan dalam
fungsi panjang gelombang. Pengembangan metode spektrofotometer yang
digunakan untuk perhitungan jumlah bakteri sangat diperlukan di
laboratorium mikrobiologi. Alat spektrofotometer digunakan untuk uji
antibakteri, dimana jumlah bakterinya dihitung dengan membandingkan
kekeruhan suspensi bakteri dengan menggunakan larutan standar
McFarland. Larutan McFarland standar digunakan sebagai referensi untuk
menyesuaikan kekeruhan bakteri suspensi sehingga jumlah bakteri dalam
kisaran yang diberikan untuk membakukan mikroba pengujian (Rosmania &
Yanti, 2020).
Metode hitungan cawan termasuk metode perhitungan bakteri secara
tidak langsung. Metode hitung cawan merupakan metode enumerasi yang
sudah lama dan banyak digunakan dalam bidang mikrobiologi pangan untuk
memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada pada suatu sampel bahan
makan dengan asumsi bahwa mikroorganisme yang ada terdistribusi secara
homogen di dalam makanan. Prinsip metode hitungan cawan adalah jika sel
mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel
mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode
hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung
jumlah mikroba karena hanya sel yang masih hidup yang dihitung dan
beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus. Metode hitungan cawan
memiliki kelemahan yaitu membutuhkan persiapan dan waktu inkubasi
beberapa hari untuk menghitung pertumbuhan koloni bakteri. Metode hitung
cawan ini hanya menghitung bakteri yang layak dihitung, tidak termasuk
bakteri mati ataupun puing-puing yang ada pada media pertumbuhan
(Rosmania & Yanti, 2020). Metode hitung cawan memiliki beberapa
kelebihan diantaranya yaitu kapasitas untuk menghitung jumlah bakteri jika
terlalu banyak ataupun jika terlalu sedikit dapat menggunakan faktor
pengenceran. Metode hitung cawan dibedakan menjadi beberapa cara yaitu
metode tuang (pour plate), metode sebaran (spread plate), dan metode drop
plate. Metode hitung cawan termasuk metode yang digunakan untuk
penanaman bakteri dengan menggunakan media padat, yang prinsip
kerjanya berdasarkan pembuatan seri pengenceran sampel dengan kelipatan
10. Hasil perhitungan dengan menggunakan hitung cawan ini dalam bentuk
colony forming unit (CFU). CFU ini menunjukkan jumlah koloni yang
tumbuh tiap gram atau mililiter sampel yang dihitung dari jumlah cawan,
faktor pengenceran, dan volume yang digunakan (Soesetyaningsih &
Azizah, 2020).
Metode Test Plate Count (TPC) yaitu perhitungan jumlah bakteri
sesuai dengan pengenceran yang dilakukan secara doplo. Penelitian
menemukan bahwa koloni bakteri memiliki sifat-sifat khusus dalam media
padat. Bentuk koloni pada agar lempengan dilukiskan sebagai titik-titik,
bulat, berbenang, tak teratur, serupa akar dan kumparan. Permukaan koloni
bakteri dapat rata, timbul datar, melengkung, mencembung, membukit, dan
serupa kawah, sedangkan tepian koloni dapat berbentuk utuh, berombak,
berbelah, bergerigi, berbenang, dan keriting. Koloni bakteri sebagian besar
berwarna keputihan atau kekuningan, akan tetapi dapat juga berwarna lain
seperti kemerahan, coklat, jingga, biru, hijau dan ungu. Metode TPC dan
metode MPN menjadi metode yang sering digunakan dalam pengukuran
kuantitas mikroba (Rezekikasari & Harianto, 2019).
Metode Most Probable Number (MPN) merupakan metode
perhitungan sel, terutama untuk perhitungan bakteri coliform berdasarkan
jumlah perkiraan terdekat yaitu perhitungan dalam range tertentu dengan
merujuk pada tabel MPN. Metode MPN digunakan secara luas di
lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah koloni coliform di dalam air,
susu dan makanan lainnya. Metode MPN menggunakan medium cair di
dalam tabung reaksi, dimana prinsipnya adalah menghitung jumlah tabung
positif yang ditandai dengan timbulnya kekeruhan dan gas di dalam tabung
durham. Metode MPN dilakukan dengan tiga tahap pengujian yaitu uji
penduga, uji penguat, dan uji pelengkap. Uji penduga merupakan uji awal
untuk menduga ada atau tidaknya kehadiran bakteri coliform pada sampel.
Uji penguat dilakukan untuk meyakinkan keberadaan bakteri coliform,
karena pada uji penduga hasil yang positif tidak selalu disebabkan oleh
adanya bakteri coliform (Cahya et al., 2019).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri
dari campuran zat-zat makanan yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Media
pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni
dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Media adalah
bahan yang biasa digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas
atau di dalamnya. Langkah awal yang dilakukan sebelum menumbuhkan
mikroorganisme adalah dengan memahami kebutuhan dasar lalu mencoba
memformulasikan satu media yang memberikan hasil terbaik. Persyaratan
nutrient mikroorganisme-mikroorganisme sangat beragam, namun sebagai
makhluk hidup mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu meliputi air,
sumber karbon, sumber energi, sumber mineral, sumber aseptor elektron,
sumber nitrogen dan faktor tumbuh (Pujiati, 2015).
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah
mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan
menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media.
Media pertumbuhan yang digunakan harus memenuhi persyaratan nutrisi
yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme (Rezekikasari & Harianto,
2019). Media Brilliant Green Lactosa Bile Broth (BGLB) mengandung
garam empedu yang hanya menumbuhkan bakteri coliform dan
menghambat pertumbuhan bakteri selain coliform. Media Eosin Methylene
Blue Agar (EMBA) merupakan media yang bersifat selektif dalam
menumbuhkan Escherichia coli karena dalam media ini mengandung eosin
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan hanya dapat
menumbuhkan bakteri gram negatif. Biakan yang di dalamnya terdapat
Escherichia coli, asam yang dihasilkan dari fermentasi akan menghasilkan
warna koloni yang spesifik untuk bakteri Escherichia coli yaitu koloni yang
berwarna hijau dengan kilap logam (Cahya et al., 2019).
Media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar) bersifat padat atau solid
karena mengandunng agar sehingga setelah dingin akan memadat. Media ini
merupakan media selektif terhadap pertumbuhan bakteri yang mana menjadi
media khusus untuk pertumbuhan bakteri gram negatif. Fungsi dari eosin
dan methylen blue adalah membantu mempertajam warna. Nutrient Agar
(NA) adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan
media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA
merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur
bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk
membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan
untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Potato Dextrose Agar
(PDA) digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan
kapang. PDA dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang
dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber
karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan
2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi
kurang baik untuk pertumbuhan bakteri (Pujiati, 2015).
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran
coliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya
(pre-enrichment broth) untuk salmonellae dan dalam mempelajari
fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef
menyediakan nutrient esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme
coliform. Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) mempunyai
keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba
yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan
salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni
dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam, sedangkan mikroba lain
yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Nutrient broth merupakan
media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan
nutrient agar. MRSA merupakan media untuk memperkaya, menumbuhkan,
dan mengisolasi jenis lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar
mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui
untuk beraksi dan bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi lactobacillus,
sebaik nutrien diperkaya. PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba
aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. Media PCA ini baik untuk
pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya
mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam
amino dan substansi nitrogen kompleks lainnya serta ekstrak yeast
menyuplai vitamin B kompleks. PDA digunakan untuk menumbuhkan atau
mengidentifikasi ragi dan kapang dan dapat juga digunakan untuk
enumerasi ragi dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA
cocok untuk pertumbuhan jamur. PDA mengandung sumber karbohidrat
dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa
sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik
untuk pertumbuhan bakteri (Putri et al., 2017).

III. MATERI DAN METODE


A. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, tabung
durham, Erlenmeyer, mikro pipet, jarum ose, cawan petri, pinset, api
bunsen, colony counter, inkubator, gunting, selotip, tip, rak tabung reaksi,
kertas label dan kertas HVS. Bahan yang digunakan adalah media Lactose
Broth (LB), media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB), media Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA), media Nutrient Agar (NA), alkohol 70%
dan sampel (air sumur & air sungai Martapura).

B. METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Total
Plate Count (TPC) dan Most Probable Number (MPN). Metode Total Plate
Count (TPC) menggunakan sampel air sumur. Tabung reaksi disiapkan
sebanyak 4 buah dan diberi label 10-1 sampai 10-4 lalu diisikan NaCl
fisiologis sebanyak 9 mL. Sampel kemudian dilakukan pengenceran sampai
10-4. Sampel yang telah diencerkan kemudian dimasukkan ke cawan petri
yang sudah disterilkan dengan sistem doplo dan selanjutnya ditambahkan
media Nutrient Agar (NA) pada cawan. Cawan kemudian diinkubasi selama
1 x 24 jam dan dihitung koloni mikrobanya menggunakan colony counter.
Metode Most Probable Number (MPN) menggunakan sampel air Martapura
yang kemudian ditambahkan akuades. Tabung reaksi yang telah diisi tabung
durham dan media Lactose Broth (LB) kemudian disiapkan sebanyak 9
buah, dengan ketentuan 3 tabung reaksi berisi 5 mL media dan 10 mL
sampel dengan kriteria Double Strength (DS), 3 tabung berisi 9 mL media
dan 1 mL sampel dengan kriteria Single Strength (SS) serta 3 tabung berisi 9
mL media dan 0,1 mL sampel dengan kriteria Single Strength (SS). Tabung
kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam. Pengecekkan kemudian dilakukan
untuk menghitung jumlah tabung positif yang ditandai dengan adanya gas
gelembung pada tabung durham. Tabung yang negatif tidak akan dilakukan
uji lanjutan, yaitu uji penguat dan uji pelengkap. Sampel dari tabung positif
diambil sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung berisi 10 mL
media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) kemudian diinkubasi selama
2x24 jam. Pengecekkan dilakukan lagi yang kemudian dilakukan uji
pelengkap. Uji pelengkap dilakukan dengan mengambil sampel
menggunakan jarum ose dan menggoreskannya pada media Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA), kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam.
Bakteri coliform yang positif ditandai dengan tumbuhnya koloni dengan
kilap logam dan bintik biru kehijauan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel 1. Hasil Uji Penduga Jumlah Coliform pada Media Lactose Borth
(LB) menggunakan Metode Most Probable Number (MPN)
Jumlah MPN Indeks
Sampel Media LB
Tabung Positif (MPN/100 mL)
DS 10 mL 3
Air Sungai
SS 1,0 mL 3 1.100
Martapura
SS 0,1 mL 3

Tabel 2. Hasil Uji Penguat Jumlah Coliform Pada Media Brilliant


Green Lactose Broth (BGLB) menggunakan Metode Most
Probable Number (MPN)
Jumlah MPN Indeks
Sampel Media LB
Tabung Positif (MPN/100 mL)
DS 10 mL 1
Air Sungai
SS 1,0 mL 1 -
Martapura
SS 0,1 mL 3
Tabel 3. Hasil Uji Pelengkap Jumlah coliform pada Media Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA) menggunakan Metode Most
Probable Number (MPN)
Jumlah MPN Indeks
Sampel Media LB
Tabung Positif (MPN/100 mL)
DS 10 mL -
Air Sungai
SS 1,0 mL 1 -
Martapura
SS 0,1 mL 3

Tabel 4. Hasil Isolasi Mikroba Asal Air Sungai Martapura dengan


Metode Total Plate Count (TPC)
Jumlah MPN Indeks
Sampel Media LB
Tabung Positif (MPN/100 mL)
C1 = 1.100 (TBUD)
10-3 PP
C2 = 1.209 (TBUD)
Air Sumur
C3 = 2.788 (TBUD)
10-4 PP
C4 = 1.564 (TBUD)

Perhitungan:
1. Metode TPC Pengenceran 10-3 Cawan 1
Diketahui : ∑ Koloni = 1.100
: Fp = 10-3
: Suspensi =1
Ditanya : TPC...?
Jawab :
1 1
TPC = ∑ Koloni × ×
fp Suspensi
1 1
= 1.100 × ×
10 -3
1
= 1.100 × 10 3 CFU’s/mL

2. Metode TPC Pengenceran 10-3 Cawan 2


Diketahui : ∑ Koloni = 1.209
: Fp = 10-3
: Suspensi =1
Ditanya : TPC...?
Jawab :
1 1
TPC = ∑ Koloni × ×
fp Suspensi
1 1
= 1.209 × ×
10 -3
1
= 1.209 ×10 3 CFU’s/mL

3. Metode TPC Pengenceran 10-4 Cawan 1


Diketahui : ∑ Koloni = 2. 788
: Fp = 10-4
: Suspensi =1
Ditanya : TPC...?
Jawab :
1 1
TPC = ∑ Koloni × ×
fp Suspensi
1 1
= 2.788× ×
10 -4
1
= 2.788 × 104 CFU’s/mL

4. Metode TPC Pengenceran 10-4 Cawan 2


Diketahui : ∑ Koloni = 1.564
: Fp = 10-4
:Suspensi =1
Ditanya : TPC...?
Jawab :
1 1
TPC = ∑ Koloni × ×
fp Suspensi
1 1
= 1.564 × ×
10 -4
1
= 1.564 ×10 4 CFU’s/mL

B. PEMBAHASAN
Pratikum kuantitasi mikroba memiliki tujuan utuk mengenalkan
mahasiswa terhadap metode-metode perhitungan populasi mikroba.
Metode-metode yang digunakan pada perhitungan mikroba contohnya
adalah metode perhitungan cawan (Total Plate Count), metode MPN
(Most Probable Number), metode perhitungan mikroskopis secara
langsung, dan metode turbidimetri terhadap kekeruhan air. Metode yang
digunakan pada percobaan kali ini hanya ada dua, yaitu metode
perhitungan cawan (Total Plate Count) dan metode MPN (Most
Probable Number). Sampel yang digunakan sebagai objek pada
percobaan kali ini adalah sampel air sungai martapuran dan air sumur.
Perhitungan bakteri ada yang secara langsung dan tidak langsung.
Metode perhitungan mikroba salah satunya yaitu Total Plate
Count (TPC) adalah suatu metode penghitungan mikroba dengan
menggunakan medium padat untuk membiakkan mikroba. Media yang
sering digunakan pada uji TPC adalah Plate Count Agar (PCA). Uji
TPC ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pour plate (metode tuang)
dan spread plate (metode sebar). Total Plate Count adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme pada media agar, sehingga mikroba
yang masih hidup akan berkembang biak dan membentuk koloni yang
dapat dihitung langsung tanpa bantuan mikroskop. Tujuan Uji TPC
untuk menghitung jumlah sel mikroba yang terdapat pada suatu bahan.
Jumlah sel mikroba yang diperoleh digunakan sebagai parameter
penentu kualitas suatu bahan. Metode MPN adalah suatu metode
perhitungan mikroorganisme berdasarkan data kualitatif hasil
pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri
tabung untuk memperoleh kisaran data kuantitatif jumlah
mikroorganisme tersebut (MPN/mL(g)). MPN merupakan suatu metode
uji pengenceran bertingkat (serial dilution) untuk mengukur konsentrasi
mikroorganisme yang menggunakan pengenceran pada 3 atau 5 seri
tabung dan perhitungan dilakukan merupakan tahap pendekatan secara
statistik. Prinsip utama metode MPN itu semakin besar jumiah sampel
yang dimasukkan maka semakin rendah pengenceran yang dilakukan
maka semakin sering tabung yang muncul.
Metode MPN terbagi dalam tiga pengujian yaitu uji penduga, uji
penguat dan uji pelengkap. Uji penduga merupakan awal proses
rangkaian metode MPN, dilakukan dengan menyiapkan sembilan tabung
reaksi beserta media LB. Langkah pertama yaitu sampel air Sungai
Martapura dimasukkan ke dalam gelas bekker. Media LB kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dengan label LBDS 10 mL. Proses itu akan
berulang sebanyak tiga kali dalam label yang sama. Selanjutnya media
LB dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 9 mL dan dituangkan ke
dalam tabung reaksi dengan label LBSS 1 mL. Proses tersebut berulang
sebanyak 3 kali dalam label yang sama. Selanjutnya media LB
dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 9 mL dan dituangkan ke
dalam tabung reaksi dengan label LBSS 0,1 mL. Proses tersebut
berulang sebanyak tiga kali dalam label yang sama. Sampel air sungai
Martapura kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 10 mL
dan dituangkan ke dalam tabung reaksi dengan label LBDS 10 mL
sebanyak tiga kali ke dalam tiga tabung berbeda dengan jumlah sampel
yang sama. Sampel air Sungai Martapura diambil menggunakan
mikropipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan label LBSS 1 mL dilakukan sebanyak tiga kali ke dalam tabung
reaksi berbeda dengan jumlah sampel yang sama. Sampel air Sungai
Martapura diambil sebanyak 0,1 mL menggunakan mikropipet dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan label LBSS 0,1 mL
dilakukan sebanyak tiga kali ke dalam tiga tabung reaksi berbeda dengan
jumlah sampel yang sama. Tabung durham kemudian dimasukkan ke
dalam masing-masing tabung reaksi tersebut dan dihomogenkan dengan
cara digoyangkan hingga tidak ada gelembung udara di dalam tabung
durham tersebut agar dapat mengetahui berapa jumlah mikroba yang
terdapat di dalam sampel tersebut. Tabung reaksi selanjutnya
dimasukkan ke dalam inkubator untuk diinkubasi selama 1 x 24 jam.
Tabung reaksi diamati setelah diinkubasi maka terlihat bahwasanya
semua tabung reaksi terdapat gelembung gas yang menandakan semua
tabung reaksi tersebut positif terdapat mikroba yang tumbuh, setelah
mengetahui hal tersebut maka pengujian berlanjut ke uji penguat.
Uji penguat dilanjutkan karena terdapat tabung reaksi yang positif
pada uji penduga. Media yang digunakan pada pengujian ini isalah
media Brillian Green Lactose Broth (BGLB). Tahapan pada uji kali ini
sama seperti uji penduga yang telh dilakukan sebelumnya. Tabung
reaksi kembali disiapkan sebanyak 9 buah. Tiga tabung reaksi pertama
ditambahkan pada media BGLB sebanyak 5 mL dan sampel yang
diambil dari tabung reaksi positif sebanyak 0,1 mL, tiga tabung reaksi
kedua ditambahkan media BGLB sebanyak 9 mL dan sampel sebnayak
0,1 mL, serta tiga tabung reaksi terakhir ditambahkan 9 mL media
BGLB dan 0,1 mL sampel. Tabung reaksi masing-masing
dihomogenkan dengan membolak-balikkan tabung beberapa kali dengan
selanjutnya dimasukkan tabung durham. Udara di dalam tabung durham
dikeluarkan dengan membolak-balikkan tabung reaksi secara perlahan
agar tidak ada gelembung gas pada tabung reaksi yang dapat masuk ke
dalam tabung durham yang meningkatkan kesulitan saat mengeluarkan
udara. Alat-alat yang digunakan harus dipastikan steril dengan
melakukan pekerjaan di dekat api bunsen. Penutup karet selanjutnya
diganti degan kapas. Inkubasi tabung-tabung reaksi di dalam inkubator
selama 2 × 24 jam. Jumlah tabung rekasi positif setelah diinkubasi pada
praktikum ini ialah 1 tabung reaksi DS 10 mL, 1 tabung reaksi SS 1 mL.
3 tabung reaksi SS 0,1 mL. Hasil dari uji penguat kemudian diukur
dengan tabel MPN sebagai perkiraan jumlah mikroba yang tumbuh di
media tersebut. Perhitungan dari tabel MPN berdasarkan hasil tabung
reaksi yang positif di uji penguat adalah tidak dapat diperhitungkan
melalui tabel MPN tapi dapat dinyatakan mikroba tumbuh dimedia
tersebut dari adanya tabung reaksi yang positif.
Uji pelengkap dilakukan dengan menggunakan media EMBA
(Eosin Mehylene Blue Agar) yang diletakkan di dalam cawan petri.
Sampel yang digunakan berasal dari tabung reaksi positif pada uji
penguat sebelum ini. Uji pelengkap memiliki tahapan yang berbeda dari
uji-uji sebelumnya. Perbedaan uji pelengkap dengan uji lainnya adalah
penggunaan metode gores. Metode gores dilakukan dengan
menggunakan jarum ose berujung O yang sebelumnya telah disterilkan.
Jarum ose dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang positif dan diaduk
sebentar. Cawan petri berisi media dibuka penutupnya dan dilakukan
penggoresan perlahan dengan membentuk zig-zag. Tahapan
penggoresan merupakan tahapan yang cukup rumit karena diperlukan
ketelitian dan kehati-hatian saat menggores karena dapat menyebabkan
robeknya media jika jarum ose terlalu digoreskan ke media. Media yang
kurang rata juga menyebabkan ketebalan media pada dasar cawan petri
menjadi tidak sama sehingga penggoresan hanya dilakukan pada bagian
yang lebih tebal, yaitu pada pinggiran cawan. Cawan petri dibungkus
dengan menggunakan kertas HVS dan inkubasi selama 1 × 24 jam di
dalam inkubator bersuhu 38oC. Hasil ynag didapatkan ialah semua
cawan petri positif dengan warna koloni bakteri pada goresan berwarna
biru kehijauan dan metalik serta media yang mengkilap. Sampel yang
telah diinkubasi didapatkan bahwa adanya bau yang dihasilkan karena
media EMBA terbuat dari bahan organik. Adanya tabung reaksi yang
tidak positif disebabkan karena adanya kontaminasi terhadap sampel
atau bisa disebabkan karena peggunaan alat yang kurang steril. Sampel
pada uji pelengkap juga terdapat sampel yang tidak membentuk zig-zag
pada goresannya, hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam proses
penggoresan. Penggoresan pada media seharusnya hanya dilakukan
gerakan satu arah dan tidak boleh terputus-putus. Kurangnya ketelitian
dalam proses penggoresan mempengaruhi pengamatan pada media
EMBA. Hasil tabung positif pada metode MPN ini juga berdampak pada
indeks MPN yang dihitung menggunakan tabel MPN. Hasil percobaan
yang tidak sesuai dengan tabel MPN mengharuskan untuk menggunakan
pendekatan dalam mengitung indeks MPN. Hasil dari praktikum MPN
diketahui terdapat 5 tabung reaksi, dimana 1 tabung reaksi mengalami
kontaminasi, koloninya tidak membentuk zig-zag akibat dari
goresannya. Empat tabung reaksi lainnya berkoloni, dan terdapat zig-zag
itu tandanya ada mikroba.
Metode TPC (Total Plate Count) dimulai dengan menyiapkan 4
tabung reaksi yang telah disterilkan dengan api bunsen. Tabung reaksi
ditempel dengan label 10-1, 10-2, 10-3, dan 10-4 dengan kertas label. NaCl
fisiologis 9 mL dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian dimasukkan
lagi ke dalam tabung reaksi. Mulut tabung reaksi disterilkan terlebih
dahulu dengan menggunakan api bunsen sebelum dan sesudah
ditambahkan NaCl fisiologis agar kesterilan tetap terjaga. Sampel air
sumur dimasukkan ke dalam erlenmeyer secukupnya. Langkah yang
dilakukan selanjutnya ialah pengenceran dari 10-1 sampai 10-4 yang
dilakukan dengan memasukkan sampel sebanyak 1 mL ke dalam tabung
reaksi 10-1. Pengenceran pada sampel dilakukan untuk mendapatkan
koloni yang tumbuh dengan terpisah sehingga memudahkan untuk
dihitung dan membantu pada sampel dengan cemaran tinggi.
Larutan sampel dan NaCl fisiologis dihomogenkan kemudian
hasilnya diambil sebanyak 1 mL untuk menjadi sampel pada tabung
reaksi pengenceran 10-2. Langkah yang sama dilakukan sampai tabung
reaksi 10-4. Cawan petri yng telah disterilkan disiapkan sebnayak 4 buah
sebagai tempat pertumbuhan mikroba dari pengenceran 10-3 dan 10-4.
Larutan pengenceran dari tabung 10--3 dimasukkan ke dalam 2 buah
cawan petri sebanyak 1 mL dan hal yang sama juga dilakukan untuk
larutan pengenceran dari tabung 10-4 ke dalam 2 buah cawan petri yang
lainnya dengan metode PP (Pour Plate). Media NA (Nutrient Agar)
ditambahkan dengan dituang hingga memenuhi dasar cawan yag telah
diberi sampel. Cawan disterilkan dengan api bunsen dan direkatkan
dengan isolasi. Kertas HVS disiapkan dan cawan petri dibungkus.
Cawan petri harus selalu dijaga agar tidak miring. Cawan-cawan petri
kemudian diinkubasi di dalam inkubator selam 1 × 24 jam. Hasil dari
metode TPC setelah dihitung di colony counter yaitu pada cawan 1 hasil
pengenceran 10-3 sebanyak 1.100 dan tergolong TBUD (terlalu banyak
untuk dihitung). Hasil dari pengenceran 10-3 cawan kedua sebanyak
1.209 dan tergolong TBUD (terlalu banyak untuk dihitung). Hasil
pengenceran 10-4 pada cawan pertama yaitu sebanyak 2.788 dan
tergolong TBUD (terlalu banyak dihitung). Hasil terakhir yaitu 10 -4
pada cawan kedua yaitu 1.564 dan tergolong TBUD (terlalu banyak
untuk dihitung).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan
mikroba pada percobaan ini yaitu temperatur, tekanan osmosis, nutrisi,
media kultur dan oksigen. Temperatur merupakan penentu dari aktivitas
enzim yang terlibat dalam suatu aktivitas kimia, pada temperatur yang
ideal pertumbuhan sel mikroba akan optimal dan maksimal. Tekanan
osmosis yang ideal tidak akan menyebabkan sel mengalami plasmolisis
pada saat perpindahan air yang melewati membran semi permeabel.
Nutrisi merupakan sumber energi bagi mikroba untuk tumbuh, nutrisi
yang cukup dapat membuat mikroba tumbuh dengan baik. Pertumbuhan
bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan
peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan
gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya. Kebutuhan
mikroorganisme untuk hidup dapat dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu, kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi. Aspek-aspek fisik dapat
mencakup suhu, pH dan tekanan osmotik, sedangkan kebutuhan kimiawi
meliputi air, sumber karbon, nitrogen oksigen, mineral-mineral dan
faktor penumbuh (Pujiati, 2015).

V. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan kuantitas mikroba dengan sampel Sungai
Martapura dan sampel air limbah tahu bertujuan untuk menghitung jumlah
koloni mikroba lengan menggunakan metode Most Probable Number
(MPN) dan Total Plate Count (TPC). Metode Most Probable Number
(MPN) dilakukan dengan tiga uji berbeda, yaitu uji penduga, uji penguat,
dan uji pelengkap. Metode Total Plate Count (TPC) dilakukan dengan
perhitungan langsung mengggunakan colony counter. Uji penduga pada
metode Most Probable Number (MPN) menunjukkan adanya bakteri
coliform yang positif di mana delapan tabung dengan media Lactose Broth
(LB) kriteria Double Strength (DS) dan Single Strength (SS) menghasilkan
gelembung gas dan warna keruh saat dilakukan pengecekan. Uji penguat
dengan media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) menghasilkan satu
tabung dengan kriteria Double Strength (DS) dan empat tabung dengan
kriteria Single Strength (SS) bernilai positif. Uji pelengkap dengan media
Eosine Methylene Blue Agar (EMBA) menghasilkan semua tabung dari uji
sebelumnya bernilai positif yang ditandai dengan tumbuhnya koloni dengan
kilap logam dan bitnik biru kehijauan mengkilap. Metode Total Plate Count
(TPC) menggunakan media Nutrient Agar (NA) dengan tingkat
pengenceran 10-3 menghasilkan 1.100 koloni pada cawan 1 yang termasuk
TBUD (terlalu banyak untuk dihitung) dan 1.209 koloni pada cawan 2 yang
termasuk TBUD (terlalu banyak untuk dihitung). Tingkat pengenceran 10-4
menghasilkan 2.788 koloni pada cawan 1 yang termasuk TBUD (terlalu
banyak untuk dihitung) dan 1.564 koloni pada cawan 2 yang termasuk
TBUD (terlalu banyak untuk dihitung).
DAFTAR PUSTAKA

Cahya, T., Amir, M., & Manalu, R. T. (2019). Uji cemaran mikroba es batu pada
penjual minuman di lingkungan Pasar Kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Selatan. Sainstech Farma, 12(2), 78-84.

Pujiati. 2015. Buku Petunjuk Pratikum Mikrobiologi Umum. IKIP PGRI: Madiun.

Putri, M. H., Sukini, & Yodong. (2017). Buku Ajar Keperawatan Gigi:
Mikrobiologi. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan:
Jakarta.

Rezekikasari, R., & Harianto, R. (2019) Modifikasi Media Alternatif Dari


Sayuran Untuk Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Mikroorganisme Asal
Tanah Gambut Kalimantan Barat Dengan Metode Tpc. Perkebunan dan
Lahan Tropika, 9(1), 1-8.

Rosmania, R., & Yanti, F. (2020). Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium


Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri.
Jurnal Penelitian Sains, 22(2), 76-86.

Soesetyaningsih, E., & Azizah, A. (2020). Akurasi perhitungan bakteri pada


daging sapi menggunakan metode hitung cawan. Berkala Sainstek, 8(3),
75-79.

Tronnolone, H., Tam, A., Szenczi, Z., Green, J. E. F., Balasuriya, S., Tek, E. L., &
Binder, B. J. (2018). Diffusion-limited growth of microbial colonies.
Scientific Reports, 8(1), 1-11

Anda mungkin juga menyukai