Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil. Ada
beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara pembelahan. Bakteri tersebar luas di
alam, di dalam tanah, di atmosfer, di dalam endapan-endapan limpur, di dalam lumpur laut, dalam air,
pada sumber air panas, di daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan tanaman. Jumlah bakteri
tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlah bakteri di dalam tanah tergantung jenis dan tingkat
kesuburan tanah (Hidayat, et al., 2006).

Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual, satu per satu,
maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang ditumbuhkan dalam medium tidak cair,
maka akan terjadi suatu kelompok yang bernama koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap
spesies, dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu.

Pengukuan kuantitatif populasi mikroba dalam suatu sampel dilakukan untuk mengetahui kualitas
bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam suatu sampel tersebut. Ada
berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel antara lain dengan hitungan mikrokopis langsung
(direct mikroscopis count) dan hitungan tidak langsung (inderect count) dengan hitungan cawan, bauik
dengan metode penyebaran maupun metode penuangan (Atlas, 2004).

Pada perhitungan langsung, sampel ditaruh di suatu ruang hitung (hemasitometer) dan jumlah sel
dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Untuk perhitungan tidak langsung
dengan hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan
berkembang menjadi satu koloni (Hilman,2007).

Adapun dilakukannya praktikum kali ini yaitu agar mahasiswa dapat menguidentifikasikan dan
menentukan jumlah mikroorganisme dengan melakukan perhitungan mikrobia berdasarkan metode
perhitungan cawan.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengidntifikasikan mikroorganisme dengan metode hitungan cawan atau
total plate count (TPC)
b. Mahasiswa mampu menentukan jumlah sel mikroorganisme
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Metode TPC (Hitungan Cawan)

Metode hitungan cawan (Total Plate Count) adalah salah satu metode yang dapat digunakan
untuk menentukan jumlah mikroba di dalam bahan pangan. Selain itu, jumlah mikroba di dalam bahan
pangan dapat di hitung dengan metode turbidimetri (kekeruhan) menggunakan spektofotometer.
Metode ini sukar ditetapkan karena memerlukan medium yang bening, sedangkan ekstrak bahan
pangan misalnya sari buah menyebabkan kekruhan, sehingga kekeruhan larutan tidak sebanding dengan
jumlah mikroba yang terdapat di dalamnya (Waluyo, 2008).

Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan
berkembang biak menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan mengandung indeks
bagi jumlah mikroorganisme yang dapat terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dalam
metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah
inkubasi, jumlah masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratab statistic, cawan yang
dipilih untuk perhitungan koloni adalah mengandung antara 30-300 koloni. Karena jumlah
mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-
kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yamg memenuhi persyaratan tersebut,
harus dilakukan sederetan pengencerab dan percawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam
sampel asal ditentukan dengan menggunakan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran
pada cawan yang bersangkutan (Irianto, 2007).

Rumus yang digunakan dalam perhitungan :

Faktor Pengenceran = Pengenceran x Jumlah yang di tanam

Jumlah Koloni = Jumlah yang di tanam x Faktor pengenceran

2.2 Prinsip Dari Metode Hitungan Cawan

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang masih hidup pada
metode agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993). Metode hitungan cawan
merupakan cara yang paling sensitive untuk menentyukan jumlah mikroba karena :

a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung


b. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin
berasal dari satu sel mikroba dengan penampakan pertumbuhan yang spesifik.

Selain keuntungan tersebut, kelemahan metode hitungan cawan yaitu :

a. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya karena beberapa sel yang
berdekatan mungkin membentu satu koloni.
b. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan yang berbeda.
c. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada edium padat dan membentuk koloni yang
kompak dan jelas, tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan inkubasi yang lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.

2.3 Metode Hitungan Cawan

Sampel yang telah diencerkan dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian ditambahkan agar
cair steril yang telah didinginkan (47-50) sebanyak 15-20ml dan digoyangkan supaya menyebar dan
merata (Irianto, 2007).

2.3.1 Metode Tuang

Sampel yang telah diencerkan dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian ditambahkan agar
cair steril yang telah didinginkan (47-50) sebanyak 15-20ml dan digoyangkan supaya menyebar dan
merata (Irianto, 2007).

Metode cawan tuang (pour plate) metode cawan tuang sangat mudah dilakukan karena tidak
membutuhkan keterampilan khusus dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan dengan
mengencerkan sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 9ml garam fisiologis (NaCI 0,85%)
atau lariutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagai penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat
menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang digunakan
tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan yang terlalu padat akan mengganggu pengamatan).
Sekitar 1ml suspensi dituang kedalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media
penyubur (nutrien agar) steril hangat (40-50) selama 1-2 hari. Penuangan dilakukan secara aseptik atau
dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau tumbuh atau masukknya organisme yang tidak
diinginkan (di laboratorium, kontaminasi biasanya terjadi akibat tumbuhnya kapang, seperti penicilium
dalam biakan). Media yang dibuang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses
penuangan (media panas sebabkan tangan panas juga), media panas masih mengeluarkan uap yang
akan menempel pada cawan penutup, sehingga , mengganggu proses pengamatan. Pada metode ini,
koloni akan tumbuh di dalam media agar.

Anda mungkin juga menyukai