Anda di halaman 1dari 2

Nama :Mufliha Hanna Zein

Nim :4203351035
Kelas :Pendidikan IPA B 2020

PERHITUNGAN BAKTERI DENGAN METODE PENGENCERAN


CAWAN TUANG

Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop.
Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniselular yang tumbuh
dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris. Untuk mempermudah
penghitungan koloni diperlukan pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media
pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut. Kehadiran mikrobia pada
makanan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Ada hasil metabolisme spesies mikrobia tertentu
pada makanan dibutuhkan dan digemari oleh manusia. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan
pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada
bahan pangan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikrobia yaitu dengan
perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan massa sel secara tak
langsung. Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu dengan hitungan mikroskopik,
MPN (Most Probable Number), dan hitungan cawan. Dari ketiga metode tersebut metode hitungan cawan
paling banyak dan mudah digunakan. Oleh karena itulah, pada acara praktikum mikrobiologi dasar untuk
perhitungan koloni kali ini menggunakan metode hitungan cawan (Fardiaz, 1989).
Metode hitungan cawan dilakukan dengan mengencerkan sampel suspensi bakteri ke dalam nutrisi
kaldu agar. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut
dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikroba per
ml, per gram atau per cm permukaan (Fardiaz,1993).
Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang
dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba pada satu
tabung (waluyo, 2004).
Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat osmotik yang sama dengan keadaan
lingkungan asal mikroba untuk menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi
perbanyakan sel selama pengenceran. Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah
pengenceran decimal yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6. Dan yang diplating dan diamati adalah
pengenceran 10-5 dan10-6. Hal ini karena diperkirakan koloni yang dibentuk oleh sampel bakteri berada
pada jumlah yang dapat dihitung pada pengenceran tersebut. Selain itu, untuk perhitungan jumlah koloni
akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara desimal. Selanjutnya dari tabung ke lima
dan ke enam dituang ke dalam cawan petri (penanaman atau plating) dengan media KNA secara aseptik.
Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru
(Dwijoseputro, 1978). Pada penanaman bakteri dibutuhkan kondisi aseptik atau steril, baik pada alat
maupun proses, untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan. (Fardiaz,
1993).
Media KNA digunakan karena media KNA merupakan media yang paling cocok untuk kultur
bakteri. Selanjutnya cawan petri diinkubasikan selama 2 x 24 jam pada suhu 37 ºC. inkubasi dilakukan
selama 2 x 24 jam karena jumlah mikroba maksimal yang dapat dihitung langsung oleh mata Metode
hitungan cawan diperlukan untuk menghitung suatu koloni bakteri, sehingga diketahui jumlah total bakteri
yang terkandung dalam suatu perairan. Lingkungan perairan dapat dikatakan baik jika airnya tidak
mengandung lebih dari jumlah bakteri normal yang dapat berada disuatu perairan. Jika bakteri terlalu
berlebih di suatu lingkungan perairan, maka ekosistem organisme akuatik akan terinfeksi bakteri tersebut.
(Fardiaz, 1989).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa semakin tingki tinggkat pengenceran yang
dilakukan maka semakin sedikit mikroba yang dapat dihitung. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil
pengamatan pada cawan petri hasil pengenceran kelima yang menghasilkan 7 koloni bakteri sedangkan
pada cawan petri hasil pengenceran yang ke enam terdapat 4 koloni bakteri (waluyo, 2004).
Kelemahan metode pengenceran adalah keselektifan hasil perhitungan yang kadang menjadi bias.
Kondisi pertumbuhan kontaminan, termasuk komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi, suhu dan
pH sangat menentukan bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh populasi yang adaBanyaknya bakteri yang
terkandung dalam suatu perairan dapat menjadi indikator kualitas suatu perairan. Bakteri tersebut dapat
mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia suatu perairan. Bakteri perairan dapat diisolasi pada medium
buatan. Jumlah bakteri yang dapat tumbuh dalam medium ditunjukkan dalam suatu bentuk koloni atau
colony forming units (CFU) dari suatu sel bakteri. (Harmita dan Maksum Radji 2008).
Metode penyebaran lebih efektif dalam perhitungan cawan karena bakteri dapat tersebar merata ke
seluruh cawan dengan minimnya penumpukan tetapi indikasi terkena kontaminannya tinggi. Sedangkan
cawan tuang cenderung sulit dilihat koloninya jika penuangannya tidak sempurna dengan adanya koloni
yang bertumpuk. Metode untuk perhitungan ini menggunakan pengenceran berseri atau pengenceran serial
dari sampel yang mengandung mikroorganisme. Koloni bakteri yang muncul akibat pertumbuhan
mikroorganisme, diasumsikan berasal dari satu sel bakteri. Oleh karena itu, jumlah bakteri pada sampel
asal dapat ditentukan dengan menghitung jumlah koloni dan memperhitungkan faktor pengenceran.
Berikut cara perhitungan bakteri dengan cawan sebar ataupun cawan tuang (Hadioetomo dalam Sutanti
2009).
Bakteri yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bakteri Pseudoalteromonas sp.. Bakteri
yang hidup pada ekosistem laut dalam seperti bakteri Pseudoalteromonas sp. ini bersifat psikrofil yaitu,
dapat tumbuh pada suhu minimum 0-5oC, suhu optimum 5-15oC, dan suhu maksimum 15-20oC. Bakteri
1UB (Pseudoalteromonas sp.) merupakan salah satu dari tiga isolat bakteri prebiotik yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi (Widanarni dkk 2008).
Bakteri menyukai lingkungan yang kotor dan produk yang kaya akan protein. Bakteri yang ukurannya
sangat kecil tidak dapat dilihat jumlah populasinya dalam mikroskop karena hasilnya TBUD (Terlalu
Banyak Untuk Dihitung). Bahar (2003),
Pertumbuhan jasad renik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan metode langsung ataupun tidak
langsung. Pengukuran pertumbuhan secara langsung dapat dilakukan dengan cara penghitungan jumlah
sel menggunakan Petroff Hausser Bacteria Counter (Hemasitometer) atau dengan mengukur kepekatan
(turbiditas) selnya menggunakan spektrofotometer. Jumlah sel dapat dihitung secara langsung jika jasad
renik tersebut ditumbuhkan dalam media cair agar terhitung jumlah jasad renik yang mati maupun masih
hidup. Pertumbuhan juga dapat ditentukan secara tidak langsung dengan metode penuangan (platting)
pada media padat. Jumlah sel pada metode penuangan ditentukan dengan menghitung jumlah koloni yang
tumbuh dalam media padat sehingga yang terhitung hanya sel-sel yang masih hidup. Metode yang
dipergunakan dalam menghitung bakteri kali ini adalah metode cawan sebar dan metode cawan tuang
dengan pengenceran serial terlebih dahulu. Yuwono (2008).

DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, Waluyo. 2003. Memilih Produk Daging Sapi. PT.Gramedia : Jakarta.

Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Didalam :
Sutanti. 2009. Pengaruh pemberian bakteri probiotik Vibrio SKT-b Melalui Artemia dengan
dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup pasca larva udang windu
[skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Harmita dan Maksum Radji. 2008. Analisis Hayati. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Saraswati, Rasti, dkk. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian : Bogor.

Widanarni., dkk. 2008. Inhibitory Mechanism of Robiotic Bacteria on The Growth of Vibrio harveyi in
Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Larvae dalam Jurnal Akuakultur Indonesia, Vol 7, No 2.

Yuwono, Triwibowo. 2008. Biologi Molekular. Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai