Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

HITUNGAN CAWAN
Rabu, 8 April 2015
Kelompok II
Rabu, Pukul 10.00 – 13.00 WIB
Nama NPM Tugas
Amelia Suci P 260110130042 Teori dasar, Daftar Pustak.
Nur Alfi K. D 260110130043 Editor, Tujuan, Prinsip, Alat
dan Bahan, Prosedur.
Iman Firmansyah 260110130044 Pembahasan, Simpulan.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

\
Nilai TTD
HITUNGAN CAWAN
I. Tujuan
Melatih melakukan pengenceran serial dan menentukan konsentrasi
suspensi bakteri dengan metode hitungan cawan.

II. Prinsip
1. Teknik hitung cawan
Jika sel mikroba yang masih hidup di tumbuhkan pada medium agar, maka
sel mikroba akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dan dihitung dengan menggunakan mata telanjang tanpa
harus dengan menggunakan mikroskop ( Fardiaz,1992).
2. Metode pengenceran
Penambahan pelarut, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum
pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran
(Pleczar, 2006).
3. Teknik aseptis
Proses tanpa kontaminasi untuk menjamin preparasi bebas dari mikroba
kontaminan, teknik aseptis digunakan sepanjang percobaan berlangsung,
baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikan. Untuk alat dan
bahan dapat diterapkan metode sterilisasi (Anton,2008).
4. Inkubasi
Suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme yang telah diinokulasikan
pada media (padat atau cair), kemudian disimpan pada suhu tertentu untuk
dapat melihat pertumbuhannya. Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan
yang diperlukan, biasaanya mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan
baik (Suriawiria, 2005).
III. Teori dasar
Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak
memiliki membran inti (prokariota). Bakteri dulu terbagi menjadi Bacteria
dan Archaebacteria, namun sekarang Archaebakteria memiliki domain
sendiri yang disebut Archaea. Bakteri memiliki ciri-ciri antara lain tidak
memiliki membran inti, tidak memiliki organel bermembran, memiliki
dinding sel peptidoglikan, dan materi asam nukleatnya berupa plasmid
(Postlethwait dan Hopson, 2006).
Dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah
maupun penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yakni seperti ph, suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat
kimia dan zat sisa metabolisme (Daniel, 2008).
Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis
medium tujuannya. Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk
menggunakan jarum ose. Pada medium agar miring, dilakukan metode
gores dengan menggunakan loop ose. Pada medium petridisk, dapat
digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang)
atau spread plate (metode sebar) Setelah inokulasi, dilakukan proses
inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer ada
temperatur tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan
yang menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri (Harley dan
Presscot, 2002).
Dalam metode perhitungan cawan, bahan yang diperkirakan
mengandung lebih dari 300 sel mikroba per ml atau per gram atau per cm.
Perlakuan pengenceran sebelumnya ditumbuhkan pada medium agar di
dalam cawan petri. Setelah inkubasi, akan terbentuk koloni pada cawan
petri tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang
terbaik antara 30 - 300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara
desimal, yaitu 1 : 10, 1 : 100, 1 : 1000, dan seterusnya (Waluyo, 2007).
Secara kuantitatif koloni bakteri dapat dihitung dengan cara
menghitung populasinya secara umum atau dengan kata lain menghitung
seluruh sel bakteri yang ada dalam media termasuk sel yang mati, dan
menghitung sel bakteri hidup dengan menggunakan teori pendekatan.
Teknik perhitungan cara pertama relatif mudah dilakukan, karena pada
cara yang kedua jumlah koloni yang dapat dihitung sangat tergantung dari
aktivitas bakteri dalam media pertumbuhannya. Walaupun demikian kedua
cara perhitungan ini sering dipakai sesuai dengan tujuan percobaannya
(Oktavia, 2008).
Pengenceran dilakukan dengan menambahkan larutan, sesuatu yang
berbentuk cair ke dalam medium yang akan dibiakan. Di dalam cara
perhitungan ini,kerapatan pertumbuhan koloni harus dipertimbangkan. Jika
pertumbuhan terlalu rapat, hasilnya akan sulit dipertanggungjawabkan.
Demikian juga untuk pertumbuhan yang terlalu jarang sehingga diperlukan
pemilihan cawan petri yang pertumbuhan koloni kumannya paling layak
untuk dihitung, yang biasanya diambil dari cawan petri yang pertumbuhan
koloninya berkisar 30 - 300 koloni per cawan petri (Setiyono, 2013).
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu mengurangi jumlah mikroba
yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan banyaknya tingkat pengenceran
tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Perbandingan
1 : 9 digunakan untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya,
sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme
dari pengenceran sebelumnya. (Pelczar,2006).
Setelah melakukan pengenceran, suspensi bakteri selanjutnya dapat
dibiakkan. Membiakkan mikroorganisme dapat dilakukan dengan berbagi
cara, salah satunya dalam media cawan Petri. Pengembangbiakan dalam
media cawan Petri ini terdiri dari beberapa metode, salah satunya adalah
metode cawan tuang (pour plate). (Setiyono,2013).
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan
menjadi metode langsung dan tidak langsung. Contoh metode langsung
hitungan mikroskopik (menggunakan hemositometer), digunakan untuk
mengukur pertumbuhan bakteri pada susu / vaksin dan hitungan cawan
digunakan untuk mengukur pertumbuhan bakteri susu, air, makanan,
tanah, dan lain-lain. Contoh metode tidak langsung adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan kekeruhan, bila suspensi biakan cair & homogeny
2. Berdasarkan berat kering sel, bila suspensi biakan kental & tidak
homogeny
3. Berdasarkan kadar nitrogen, bila suspensi biakan kental & tidak
homogeny
4. Berdasarkan aktivitas biokimia, menggunakan uji mikrobiologis
(Hamdiyati, 2011).
Hitungan mikroskopik menggunakan ruang penghitung hemositometer
mempunyai kelebihan cepat dalam pengerjaannya, tetapi mempunyai
beberapa kekurangannya, yaitu : tingkat kesalahan tinggi, sel mati bisa
terhitung, sel ukuran kecil sulit teramati. Metode ini tidak sesuai untuk sel
yang densitasnya rendah. Hitungan cawan dapat dilakukan dengan metode:
1. Cawan sebar (spread plate method)
2. Cawan tuang (pour plate method)
Penerapan metode cawan tuang, terlebih dahulu dilakukan:
1. Satu seri pengenceran terhadap sampel
2. Ambil pengenceran tertentu (Hamdiyati, 2011).
Perhitungan jumlah koloni dilakukan dengan hitungan cawan (Total
Plate Counts) berdasarkan pertumbuhan dapat dilihat langsung tanpa
mikroskop. Metode hitungan cawan cukup sensitif untuk menentukan
jumlah mikroorganisme yang masih hidup dengan menghitung beberapa
jenis mikroorgaisme sekaligus mengisolasi dan mengidentifikasi yang
berasal dari suatu mikroorgabisme yang mempunyai penampakan
pertumbuhan spesifik. Dengan metode TPC jumlah koloni dalam contoh
dihitung sebagai berikut : Koloni per ml atau per gram = jumlah koloni per
cawan x 1/FP (faktor pengenceran) Selanjutnya cawan petri yang dipilih
dan dihitung mengandung jumlah koloni antara 30-300 (Permana dan
Kusmiati, 2007).
Perhitungan koloni untuk menghitung jumlah total pertumbuhan
mikroorganisme kapang dan bakteri dilakukan dengan cara pengenceran.
Pengertian istilah propagul diberikan bagi kapang sebagai struktur
reproduksi dalam bentuk potongan populasi hifa atau miselium.
Sedangkan pengertian koloni diberikan untuk bakteri yang diartikan
sebagai bagian dari populasi individu mikroorganisme dari jenis yang
sama setelah dipisahkan (Permana dan Kusmiati, 2007).
Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan metoda
cawan. Prinsip dari metode ini adalah sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium sedemikian sehingga mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan
dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Jumlah koloni mikroorganisme
dihitung berdasarkan Standard Plate Count (SPC). Metode ini cukup
sensitif karena hanya sel mikroorganisme yang hidup yang dapat dihitung.
Selain itu beberapa sel yang berdekatan dapat dihitung sekaligus sebagai
suatu koloni (Hanafi, et al., 2006).
Untuk melaporkan suatu analisis mikrobiologi digunakan suatu standar
yang disebut “Standard Plate Count” yang menjelaskan cara menghitung
koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung
jumlah koloni dalan suatu contoh. Cara menghitung koloni pada cawan
adalah sebagai berikut :
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah
koloni antara 30 sampai 300
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu
kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan,
dapat dihitung sebagai satu koloni.
3. Suatu deretan koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung
sebagai satu koloni (Dwidjoseputro, 1978).
Koloni adalah kumpulan dari mikroba yang memilki kesamaan
sifat-sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat
yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium
adalah:
1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik,
namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang
tepinya rata, ada yang tidak rata.
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas
permukaan medium.
4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada
yang permukaannya kasar dan tidak rata.
5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada
yang permukaannya suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau
kekuningan.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan
kering (Dwidjoseputro, 1978).

IV. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Cawan petri
2. Erlenmeyer
3. Inkubator
4. Kapas
5. Kompor listrik
6. Korek api
7. Rak tabung
8. Spidol
9. Spiritus
10. Tabung Reaksi
11. Volume pipet 1 mL
12. Volume Pipet 10 mL
B. Bahan
1. Aquades
2. Nutrien agar
3. Sampel air bak mandi

C. Gambar Alat
V. Prosedur Kerja

Semua langkah kerja dilakukan dengan cara aseptik. Disetiap tabung


diberikan label, tanda agar setiap tabung tidak tertukar. Dilakukan
pengenceran pada sampel pada tiap-tiap tabung. Pada tabung a , dilakukan
pengenceran sampel dengan konsentrasi 10-1, diambil 1 mL sampel dan
ditambahkan dengan 9 mL aquadest, campuran dikocok. Dipipet 1 mL
sampel dari tabung a (10-1), dimasukkan ke dalam tabung b, kemudian
encerkan pula dengan penambahan 9 mL aquadest, jadi didalam tabung b
merupakan sampel dengan konsentrasi 10-2, lalu dikocok. Lalu, sampel pada
tabung b dipipet 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung c, lalu diencerkan
pula dengan 9 mL aquadest, sehingga di dalam tabung c terdapat sampel
dengan konsentrasi 10-3, lalu dikocok. Sampel pada tabung reaksi a, b dan c
dipipet ke dalam cawan Petri, masing-masing sebanyak 1 ml. Dituangkan
nutrient agar ke dalam masing-masing cawan Petri yang telah diberi label
untuk dapat membedakan konsentrasi sampel, pastikan suhu nutrien agar 450,
lakukan pekerjaan di dekat api. Lalu cawan Petri digoyang perlahan di atas
meja laboratorium sampai sampel tersebut tersebar merata pada nutrient agar.
Ditunggu sampai nutrient agar membeku. Lalu cawan Petri tersebut
dibungkus dengan koran dalam posisi terbalik agar uap air yang terdapat pada
cawan tidak jatuh ke nutrient agar. Diinkubasikan dalam incubator dengan
suhu 37ºC ± selama 24 jam. Diitung koloni bakteri yang tumbuh pada cawan
petri tersebut setelah 24 jam.
VI. Data Pengamatan dan Perhitungan
A. Data Pengamatan

Sampel Pengenceran Perlakuan Hasil


Air Bak Mandi 10-1 Diencerkan dengan
aquadest 9ml lalu
ditambahkan
nutrien agar

Air Bak Mandi 10-2 Diencerkan dengan


aquadest 9ml lalu
ditambahkan
nutrien agar

Air Bak Mandi 10-3 Diencerkan dengan


aquadest 9ml lalu
ditambahkan
nutrien agar

B. Perhitungan

No. PENGENCERAN JUMLAH KOLONI

1. 10-1 56 koloni

2. 10-2 13 koloni

3. 10-3 7 koloni

Kisaran yang paling tepat dalam menghitung koloni pada cawan adalah 30-300
koloni per cawan. Jika jumlah koloni < 30 atau , maka tidak dimasukkan ke dalam
perhitungan.
56 ( 10 )
Jumlah koloni per ml sampel = 1
= 560 cfu/ml

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan penghitungan koloni bakteri pada


sampel air bak mandi. Metode yang dilakukan untuk menghitung suatu koloni
pada sampel yaitu metode hitungan cawan. Metode ini merupakan analisis
untuk menguji cemaran mikroba dengan menggunakan metode pengenceran
dan metode cawan tuang. Metode cawan tuang adalah metode per plate.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah
diketahui beratnya ke dalam 9 ml larutan garam fisiologis, larutan yang
digunakan sekitar 1 ml suspensi ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan
dengan menuangkan media penyubur (nutrient agar), NA / media penyubur
merupakan nutrisi untuk makanan mikroba (Dwidjoseputro, 1989).
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jumlah mikroba yang masih
hidup ditumbuhkan pada medium agar, mikroba tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan
mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan
cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba (Fardiaz, 1992).
Sampel yang digunakan diambil dari air bak mandi dikarenakan Perairan
merupakan suatu ekosistem yang banyak mengandung mikroba dengan
morfologi dan sifat fisiologi yang berbeda beda. Jumlah koloni mikroba yang
terdapat dalam suatu perairan pun beraneka ragam jumlahnya. Bakteri
merupakan organisme prokariotik bersel tunggal dengan jumlah kelompok
atau koloni paling banyak pada ekosistem perairan (Saraswati 2007).
Pertumbuhan juga dapat ditentukan secara tidak langsung dengan
metode penuangan (platting) pada media padat. Jumlah sel pada metode penu
angan ditentukan dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh dalam
media padat sehingga yang terhitung hanya sel-sel yang masih hidup. Metode
yang dipergunakan dalam menghitung bakteri kali ini adalah metode cawan
sebar dan metode cawan tuang dengan pengenceran sampel terlebih dahulu.
Metode penyebaran (Spread Plate Method) dilakukan dengan cara
menyebarkan sampel yang telah diencerkan diatas permukaan pelat agar
dalam cawan petri, sedangkan metode penuangan (Pour Plate Method)
merupakan metode penghitungan mikroba dengan mencampurkan sampel
pada media agarcair (Harmita, 2008).
Metode penyebaran lebih efektif dalam perhitungan cawan karena bakteri
dapat tersebar merata ke seluruh cawan dengan minimnya penumpukan tetapi
resiko terkena kontaminannya tinggi. Sedangkan cawan tuang cenderung sulit
dilihat koloninya jika penuangannya tidak sempurna dengan adanya koloni
yan bertumpuk.
Pertama yang dilakukan adalah pengenceran sampel sebanyak 3 kali
dengan perbandingan 1 : 10. Pengenceran dilakukan dengan memindahkan
sampel menggunakan volume pipet yang ujungnya diberi penyumbat kapas
sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi yang berisi aquades steril sebanyak 9
ml. Dilakukan 3 kali pengenceran yaitu 10-1, 10-2, dan 10-3. Pemberian
sumbat kapas pada ujung volume pipet berfungsi untuk menghindari
kontaminasi dari mulut ke dalam sampel pada saat pemindahan / pengenceran
sampel.
Pentingnya melakukan pengenceran pada metode plating adalah untuk
mengantisipasi munculnya TNTC / TBUD dan TFTC. Karena apabila
pengenceran yang di lakukan terlalu tinggi, maka koloni yang terbentuk
hanya sedikit. Sedangkan apabila pengenceran kita di lakukan terlalu
rendah, maka kecenderungan menghasilkan TNTC / TBUD akan lebih besar.
Koloni yang terbentuk cenderung tumbuh bertumpuk-tumpuk juga sampai tak
bisa dihitung (Hadiutomo, 1990).
TNTC adalah singkatan dari Too Numerous To Count, sedangkan TBUD
adalah singkatan dari Tidak Bisa Untuk Dihitung. Ini adalah kondisi dimana
koloni yang terbentuk pada media terlalu banyak sampai
tidak memungkinkan untuk dihitung, jumlah koloni telah melewati batas
penghitungan 30-300. Hal ini dapat terjadi karena faktor pengencerannya
masih rendah sehingga konsentrasi bakteri di dalam suspensi masih banyak.
Bisa juga karena penyebaran yang kurang merata sehingga membuat bakteri
tumbuh secara bertumpuk dan susah dihitung. Hal ini dapat diatasi dengan
membuat pengenceran yang lebih tinggi lagi dan lebih memperhatikan
homogenisasi di setiap penginokulasian. Namun hal ini bisa juga terjadi
karena adanya kontaminan yang masuk ke dalam media dan ikut berproses
(Barazandeh, 2008).
Kelemahan metode pengenceran adalah keselektifan hasil perhitungan
yang kadang menjadi bias. Kondisi pertumbuhan kontaminan, termasuk
komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi, suhu dan pH sangat
menentukan bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh populasi yang ada
(Harmita, 2008).
Pada saat pemindahan sampel, dilakukan di dekat api supaya steril dari
kontaminan. Sterilisasi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme
dengan pemanasan, dengan tujuan untuk membebaskan bahan dari semua
mikroba perusak (Anton, 2003). Kemudian sampel yang sudah diencerkan
dimasukan kedalam cawan petri sesuai dengan pengencerannya yaitu 10-1, 10-
2
, dan 10-3 sebanyak 1 ml. Setelah larutan sampel berada pada cwan petri,
kemudian sampel di campur dengan media agar, lalu di homogenkan supaya
baktri tersebar pada cawan petri secara merata. Setelah itu di inkubasi selama
24 jam dengan suhu kamar sekitar 35 – 37o C.
Metode penghitungan cawan menggunakan media agar karena apabila
koloni tumbuh pada media agar akan lebih mudah mengamatinya. Berbeda
apabila menggunakan media broth. Pada media broth akan lebih sulit dalam
menghitung koloni karena bentuknya adalah cair. Apabila bentuknya padat
seperti agar, maka akan lebih mudah menghitungnya (Hadiutomo, 1990).
Suhu yang di gunakan pada saat inkubasi adalah suhu kamar sekitar 35 –
o
37 C karena suhu inkubasi tersebut sudah sangat sesuai dan dapat
mendukung pertumbuhan mikroba dengan sangat baik. Suhu tersebut sangat
disukai mikroba, oleh karena itu mereka jadi lebih cepat tumbuh dan
berkembang biak. Apabila suhu tersebut dinaikkan, maka mikroba tersebut
bisa mati atau terdenaturasi kecuali mikroba yang memang bersifat
thermophilik. Dan apabila suhu tersebut diturunkan, mikroba tersebut juga
akan mati karena tak tahan suhu dingin dan akan rusak karena enzimnya telah
inaktif (Pelczar, 2006).
Dari hasil inkubasi didapatkan bakteri pada setiap cawan petri. Pada
cawan petri 10-1 di dapatkan koloni bakteri sebanyak 56 koloni, cawan petri
10-2 didapatkan koloni bakteri sebanyak 13 koloni, dan cawan petri 10 -3 di
dapatkan koloni sebanyak 7 koloni dan 1 koloni jamur. Dari hasil di atas
sesuai dengan literatur yaitu semakin tinggi pengenceran maka jumlah koloni
semakin sedikit. Pada cawan petri 10-3 Terdapat satu koloni jamur, hal
tersebut dapat terjadi karena pengerjaan yang kurang aseptis pada saat
memindahkan atau memasukan sampel pada cawan petri.
Dilihat dari hasil di atas cemaran bakteri pada air bak mandi tidak terlalu
tinggi, dengan hasil rata – rata bakteri pada cawan adalah 560 CFU/ml.
Banyaknya bakteri yang terkandung dalam suatu perairan dapat menjadi
indikator kualitas suatu perairan. Bakteri tersebut dapat mempengaruhi sifat
fisik dan sifat kimia suatu perairan. Bakteri perairan dapat diisolasi pada
medium buatan. Jumlah bakteri yang dapat
tumbuh dalam medium ditunjukkan dalam suatu bentuk koloni atau colony
forming units (CFU) dari suatu sel bakteri.
Metode untuk perhitungan ini menggunakan pengenceran berseri atau
pengenceran serial dari sampel yang mengandung mikroorganisme. Koloni ba
kteiyang muncul akibat pertumbuhan mikroorganisme, diasumsikan berasal
dari satu sel bakteri. Oleh karena itu, jumlah bakteri pada sampel asal dapat
ditentukan dengan menghitung jumlah koloni dan memperhitungkan
faktor pengenceran (Hadiutomo, 1990).
Pada hitungan cawan kita hanya menghitung sel bakteri yang hidup saja
yang membentuk koloni pada media karena apabila menggunakan satuan
jumlah sel/ml, itu berarti harus menghitung seluruh sel yang ada dalam
cawan. Tidak hanya yang hidup saja, yang matipun juga ikut terhitung. Selain
itu, dalam hitungan cawan, tujuannya adalah menghitung koloni. Sedangkan
apabila menggunakan satuan sel/ml, maka tidak akan mengetahui secara pasti
berapa jumlah sel dalam setiap koloni yang terbentuk. Dengan demikian tidak
bisa menggunakan satuan sel/mL. Itulah tujuannya menggunakan CFU/mL,
karena untuk menghitung sel yang membentuk koloni yang tampak saja
(Irianto, 2006).

VIII. Simpulan

Dapat diakukan pengenceran serial yaitu 10-1 ,10-2 , dan 10-3 dengan
ditambahkan aquadest 9 ml dan telah ditentukan konsentrasi suspensi
bakteri dengan metode hitungan cawan dan didapat perhitungan cawan 10-1
yaitu 560 cfu/ml.Pengenceran 10-2 dan 10-3 tidak dihitung karena koloni yang
di dapat kurang dari 30 . Kisaran yang paling tepat dalam menghitung
koloni pada cawan adalah 30-300 koloni per cawan.
Daftar Pustaka

Anton, W. 2008. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Brawijaya


Barazandeh, N. 2008.Microbiology Titles . Jerman : Springer-Verlag Berlin
Heidelberg Media.
Daniel. 2008. Definisi/Pengertian Bakteri, Ciri-Ciri dan Peranan Bakteri Bagi
Kehidupan Manusia.Tersedia di
http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-bakteri-ciri-ciri-
dan-peranan-bakteri-bagi-kehidupan-manusia.html (Diakses pada 1 April
2014)
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatani.
Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan PAU Pangan dan Gizi.
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Hamdiyati, Yanti. 2011. Pertumbuhan dan Pengendalian Mikroorganisme II.
Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/
196611031991012YANTI_HAMDIYATI/Pertumbuhan_pada_mikroorgan
isme_II.pdf (diakses tanggal 3 April 2015)
Hanafi, A., Amrinsyah N., I. Imran dan S. Soegiri. 2006. Degradasi Kekuatan
Beton Akibat Intrusi Mikroorganisme. Jurnal Teknik Sipil.
Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
Harley dan Presscot. 2002. Laboratory Exercise in Microbiology. USA:
McGraw-Hill Publisher.
Irianto,Koes .2006 .Mikrobiologi. Bandung : Yrama Widya.
Oktavia, H ., et al. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang.
Tersedia di journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/download/1202/1107
(Diakses pada 1 April 2014)
Permana D.R., dan Kusmiati. 2007. Isolasi Kapang Patogen Dari Bahan
Kitosan Sebagai Pengawet Makanan Snack Ubi Jalar (Ipomea
Batatas, L). LIPI. Bogor.
Pleczar, M.J.2006. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press.
Postlethwait dan Hopson. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and
Winston. Texas.
Saraswati, Rasti, dkk. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor : Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian.
Setiyono, M.R. 2013. Sterilisasi, Pembuatan Medium, Metode Perhitungan
cawan, dan Pewarnaan Gram. Available at
http://www.scribd.com/doc/198994628/Laporan-Resmi-Praktikum-
Mikrobiologi (1 April 2014).
Suriawiria,U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.

Anda mungkin juga menyukai