Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Nama : Dewi Miftahul Jannah

Mikrobiologi NIM : J0312201033


Kelas : KIM AP2
Hari/tanggal : Senin, 23 Agustus 2021
Waktu : 13.00 - 18.40
PJP : Ivone Wulandari B., S.Si, M.Si
Asisten : 1. Fajar Rahmania Illahi, A.Md
2. Febi Melina, A.Md
3. Nindy Parenty B.,A.Md

PEMBUATAN MEDIA DAN SCREENING BAKTERI

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


SEKOLAH VOKASI
IPB UNIVERSITY
2021
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri atau bahasa latinnya yaitu bacterium. Bakteri menjani salah


satu jenis mikroba yang jumlah spesiesnya lebih banyak dibanding
makhluk hidup lain di bumi. (Kabense 2019). Bakteri dapat ditemukan di
mana-mana. Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya media. Bakteri bisa dikembangbiakkan dengan sengaja dalam
suatu media kultur.
Media kultur adalah bahan nutrisi yang digunakan untuk tempat
pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium (Rizki dan Syahnita 2019).
Nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk meningkatkan komponen-komponen
sel nya diantaranya ada unsur C, H, N, S, air, dan beberapa unsur logam
seperti Na, Ca, Mg, Zn, Pb, Co (Boleng 2015).
Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah yang sesuai
dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu : susunan
makanannya dimana media harus mengandung air untuk menjaga
kelembaban dan untuk pertukaran zat atau metabolisme, juga mengandung
sumber karbon, mineral, vitamin dan gas, tekanan osmose yaitu harus
isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali,
temperatur harus sesuai dan steril (Yusmaniar et.al 2017).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada praktikum kali ini
praktikan akan melakukan skrining bakteri pada meja belajar dengan
menggunakan media agar merk Double swallow Sun. Selain itu praktikan
juga akan belajar berbagai jenis media untuk pertumbuhan mikroba.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui jenis-jenis media, cara pembuatan media,


skrining bakteri dalam suatu media agar merk Double swallow Sun dan
mengidentifikasi warna dan bentuk pada koloni bakteri.

METODE

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat
1. Panci
2. Kompor
3. Sendok
4. Wadah plastic tahan panas
5. Cutton bud
6. Gelas
7. Area yang akan diswab (meja belajar)
2.1.2 Bahan
8. 1 sachet agar-agar merk Double swallow Sun
9. Air

2.2 Cara Kerja

1 sachet agar-agar 4 gelas air Dipanaskan


dituangkan ke dituangkan ke sambil diaduk
dalam panci dalam panci di atas kompor

Agar dituang Rendam wadah Setelah mendidih


pada wadah agar dengan air matikan kompor
yang sudah steril panas diamkan beberapa
(sterilisasi) menit

Oles meja Cutton bud


Diamkan agar
belajar dengan digoreskan pada
hingga mengeras
cutton bud permukaan agar yg
sudah mengeras

Setelah 1×48 jam Simpan ditempat


dilakukan aman dengan Wadah ditutup
screening bakteri posisi terbalik

catat dan Desinfeksi media Buang media agar


dikumentasi hasil agar di tempat sampah
pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berdasarkan hasil percobaan skrining bakteri pada sebuah


meja belajar dengan media agar setelah 1×48 jam diperoleh hasil
bakteri sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Screening Bakteri dengan Media Agar Merk


Double Swallow Sun.

Parameter Wadah 1 Foto Waadah 2 Foto

Warna Tidak Tidak


berwarna berwarna

Bentuk Tidak Tidak


berbentuk berbentuk

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa media agar yang telah dibuat


tidak mennjukkan adanya penampakan koloni bakteri ataupun mikroba
lainnya.

3.2 Pembahasan

Screening bakteri bertujuan untuk mendapatkan koloni-koloni


mikroba yang memungkinkan pengamat membedakan berbagai tipe
bakteri.
Mikrobia yang ditumbuhkan pada media padat menunjukkan koloni
yang khas sehingga dapat dipakai untuk mengidentifikasi mikrobia yang
tumbuh tersebut. Morfologi koloni dapat diamati menggunakan mata
telanjang. Pengelompokkan didasarkan atas bentuk koloni, margin, elevasi,
warna, dan tekstur (Retnaningrum et al. 2017). Morfologi bakteri dapat
dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, pada Tabel 1
menunjukkan bahwa tidak adanya koloni mikroba yang tumbuh. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena media yang digunakan tidak memenuhi
nutrisi yang cukup untuk menumbuhkan koloni bakteri ataupun mikroba
lainnya. Peranan media merupakan faktor yang sangat penting untuk
menyediakan nutrient bagi mikroba. Media merupakan faktor yang sangat
berperan bagi keberhasilan isolasi mikroba. Media yang baik harus
mengandung makronutrien, mikronutrien, unsur, faktor pertumbuhan,
vitamin, dan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan mikroba
(Retraningrum et al. 2017).
Makronutrien merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah
makro diantaranya ada unsur C, H, O, N, S, P, dan Se. sedangkan
mikronutrien adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah mikro namun
tetap esensial diantaranya ialah vitamin, mineral, dan faktor tumbuh
(Retraningrum et al. 2017).
Media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan. Media selain untuk
menumbuhkan mikroba juga dibutuhkan untuk isolasi & inokulasi mikroba
serta untuk uji fisiologi dan biokimia mikroba (Yusmaniar et al. 2017).
Berdasarkan sifatnya media dibagi menjadi dua yaitu media
selektif dan media differensial. Media selektif merupakan media yang
ditambah zat kimia tertentu bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme lain sehingga hanya mikroorganisme tertentu yang dapat
tumbuh. Media differensial adalah media yang dapat digunakan untuk
membedakan jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lain ditandai
dengan adanya suatu reaksi atau ciri khas (Rakhmawati 2012).

Media berdasarkan wujudnya dibedakan menjadi tiga yaitu media


padat, cair, dan semipadat. .Media padat digunakan untuk mempelajari
koloni kuman, untuk isolasi dan untuk memperoleh biakan murni. Media
cair digunakan untuk pembenihan diperkaya sebelum disebar ke media
padat, tidak cocok untuk isolasi mikroba dan tidak dapat dipakai untuk
mempelajari koloni kuman (Yusmaniar et al. 2017). Sedangkan Media
semipadat digunakan untuk eksperimen motilitas mikroorganisme ataupun
hidrolisis gelatin (Rakhmawati 2012). Berikut adalah contoh-contoh media:
1. Plate Count Agar (PCA)
Media ini berwujud padat dengan kelarutan dalam air sebesar 22,5
g/L. komposisinya berupa enzymatic digest of casein, yeast extract,
dextrose (glukosa), dan agar. PCA termasuk media differensial. Media ini
digunakan untuk pertumbuhan mikroba pada uji TPC (Total Plate Count)
(Wati 2018).
2. Potato Dextrose Agar (PDA)
Media ini berwujud padat dengan kelarutan dalam air sebesar 39
g/L. komposisinya berupa potato infusion, dextrose, dan agar. Media ini
tergolong media selektif karena hanya diguanakan untuk pertumbuhan
jamur.
3. Nutrient Agar (NA)
Media ini berwujud padat dengan kelarutan dalam air sebesar 28
g/L. komposisinya berupa meat extract, yeast extract, pepton, NaCl, dan
agar. Media ini bersifat differensial karena digunakan untuk semua jenis
miroba. Biasanya digunakan untuk mengisolasi berbagai jenis bakteri dan
mikroorganisme lainnya.
4. Nutrient Broth (NB)
Media ini berwujud cair dengan kelarutan dalam air sebesar 8 g/L.
komposisinya berupa beef extract sebagai sumber karbon dan pepton
seabgai sumber nitrogen. Media ini termasuk dalam media differensial
karena digunakan untuk menumbuhkan semua jenis mikroba
(Wahyuningsih dan Zulaika 2018).
5. Lactose Broth (LB)
Media ini berwujud cair dengan kelarutan dalam air sebesar 13 g/L.
komposisinya berupa extract beef, pepton, dan laktosa. Pepton dan extract
beef menyediakan nutrient penting untuk metabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasikan untuk
organisme coliform. Media ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan
koliform (Supomo 2016).
6. Brian-heart Infusion Agar (BHIA)
Media ini berwujud padat dengan kelarutan dalam air sebesar 52
g/L. komposisinya berupa peptone mixture, beef heart infusion, calf brain
infusion, dextrose, disodium phosphate, NaCl, dan bacteriological agar.
Infus jantung sapid an otak anak sapi yang kaya nutrisi dan campuran
pepton menyediakan nitrogen, vitamin, mineral, dan asam amina yang
mendukung pertumbuhan bakteri. Digunakan untuk mengembangbiakan
bakteri, jamur, dan yeast yang rewel.
7. Salmonella Shigella Agar (SSA)
Media ini berwujud padat dengan kelarutan dalam air sebesar 60
g/L. Komposisinya berupa beef extract, enzymatic digest of casein,
enzymatic digest of animal tissue, lactose, bile salt, sodium Citrate, sodium
thiosulfate, ferric citrate, brilliant green neutral red, dan agar. Media ini
tergolong media selektif karena digunakan untuk mengisolasi kuman
salmonella spp dan shigella spp dari sampel feses, urin, dan makanan
(Ubaidillah 2020).
8. Sulfide Indole Media (SIM)
Media ini berwujud semipadat dengan kelarutan dalam air sebesar
30 g/L. komposisinya berupa pancreaticdigest of casein, peptic digest of
animal tissue, ferrous ammonium sulphate, sodium thiosulfate, dan agar.
Media ini termasuk media seleftif karena digunakan untuk tes kemampuan
organisme untuk melakukan beberapa hal yaitu mengurai sulphur,
menghasilkan indole, dan motilitas (gerak) (Ubaidillah 2020).
9. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Media ini berwujud padat dengan kelarutan dalam air sebesar 36
g/L. Komposisinya berupa peptic digest of animal tissue, dipotassium
phosphate, lactose, Eosin-Y, methylene blue, dan agar. Media ini
digunakan untuk isolasi dan diferensiasi bakteri enteric gram negative dari
specimen klinis dan non klinis. Bahan Eosin-Y dalam media ini berfungsi
untuk menghambat bakteri gram positif.
Selain media hal- hal yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
menurut Yusmaniar (2017) yaitu:
1. Suhu
pada umumnya mikroorganisme dapat tumbuh optimal pada
suhu tubuh manusia, tetapi ada sebagian bakteri yang dapat tumbuh
pada kondisi cukup ekstrim, misalnya pada suhu panas atau dingin.
2. pH
pH optimal untuk pertumbuhan bakteri adalah sekitar pH netral
yaitu 6,5 – 7,4. Pada umumnya bakteri tidak akan tumbuh pada pH
terlalu asam atau basa. Sehingga ketahanan terhadap pH ini yang dapat
dimanfaatkan untuk mengawetkan bahan makanan, misalnya dengan
teknik fermentasi, dimana makanan dibuat fermentasi.
3. Oksigen
Oksigen merupakan unsur yang sangat penting untuk
pertumbuhan mikroba aerob.
4. Tekanan osmotic
Tekanan osmotik yang tinggi dapat menyebabkan air keluar dari
dalam sel bakteri, akibatnya bakteri dapat mati atau terhambat
pertumbuhannya. Teknik ini dapat digunakan untuk mengawetkan
makanan dengan cara penambahan garam sehingga tekanan osmotik
cairan akan naik.
5. Unsur kimia
Untuk pertumbuhannya bakteri membutuhkan unsur-unsur
kimia seperti C, H, N, S, dan P. selain itu juga membutuhkan unsur
mikro seperti, Zn, Fe, dan Cu.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat praktikum yaitu pertama
wadah yang akan digunakan untuk tempat media pertumbuhan bakteri
harus disterilisasikan terlebih dahulu untuk meminimalisir kontaminasi
mikroba yang tidak dinginkan. Yang kedua yaitu saat masa inkubasi,
wadah diletakkan dengan posisi terbalik agar uap air tidak memenuhi
media dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri serta tempat
inkubasi hendaknya terhindar dari makanan kita agar tidak terjadi
kontaminasi bakteri yang tumbuh dalam media. yang terakhir yaitu media
agar bekas percobaan sebelum dibuang, hendaknya harus didesinfeksi
terlebih dahulu dengan alcohol 70% agar bakteri mati dan tidak mencemari
lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


media agar yang dibuat dengan merk Double swallow Sun, tidak menunjukkan
adanya koloni bakteri ataupun mikroba lainnya sehingga tidak bisa dilakukan
identifikasi warna dan bentuk koloni yang dihasilkan. Salah satu factor
terpenting penyebabnya yaitu media yang digunakan tidak memenuhi
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan suatu koloni mikroba. Media
berdasarkan wujudnya dibedakan menjadi tiga media padat, semipadat, dan
cair . sedangkan beradasrkan sifatnya dibedakan menjadi dua yaitu media
differensial atau umum dan media selektif.

DAFTAR PUSTAKA

Boleng DT. 2015. Bakteriologi Konsep-Konsep Dasar. Malang: UMM press.


Kabense R, Ginting EL, Wullur S, Kawung NJ, Losung F, Tombokan JL.
2019. Penapisan Bakteri Proteolitik yang Bersimbiosis dengan Alga
Gracillaria sp. Jurnal Ilmiah Platax. 7(2):413-418.
Rakhmawati A. 2012. Penyiapan Media Mikroorganisme.Yogyakarta(ID):
UNY.
Retnaningrum E, Darmasiwi S, Siregar AR. 2017. Bahan Ajar Mikrobiologi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rizki Z dan Syahnita H. 2019. Pemanfaatan Bengkuang (Pachyrrhyzus Erosus)
dan Tauge (Vigna Radiate) sebagai Media Alternatif untuk
Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli dan Staphylococcus
Aureus.6(1):1-9.
Supomo, Kusumawati E, Amin M. 2016. Uji Cemaran Coliform pada Ice
Coffee Blended yang Berdedar di Kecamatan Samarinda Ulu dengan
Menggunakan Metode MPN (Most Probable Number). Jurnal
Kebidanan. 2(2):92-96.
Wahyuningsih N dan Zulaika E. 2018. Perbandingan Pertumbuhan Bakteri
Selulolitik pada Media Nutrient Broth dan Carboxy Methyl Cellulose.
Jurnal Sains dan Seni ITS. 7(2):2337-3520.
Wati RY. 2018. Pengaruh Pemanasan Media Plate Count Agar (PCA)
Berulang Terhadap Uji Total Plate Count (TPC) di Laboratorium
Mikrobiologi Teknologi Hasil Pertanian Unand. TEMAPELA. 1(2):44-
47.
Yusmaniar, Wardiyah, Nida K. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

LAMPIRAN

Perhitungan Media
1. Media Padat (PCA)
Jumlah media = 120 cawan petri
1 cawan petri = 15 ml
Kelarutan PCA = 22,5 g/L
V seluruh media = 120 × 15 ml = 1800 ml
Massa PCA yang harus ditimbang=
2. Media Cair (NB)
Jumlah media = 85 tabung reaksi
1 tabung reaksi = 5 ml
Kelarutan NB = 8 g/L
V seluruh media = 85 × 5 ml = 425 ml
Massa NB yang harus ditimbang =

Dokumentasi praktikum

Sterilisasi wadah media

Pemasakan media agar

Penampakan sebelum inkubasi

Sedang masa inkubasi


Penampakan setelah 1×48 jam inkubasi

Proses desinfeksi media

Literatur

Anda mungkin juga menyukai