Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

POPULASI DEKOMPOSER

NAMA : ELINA

NIM : RRA1C417005

KELOMPOK :3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
POPULASI DEKOMPOSE

Elina

RRA1C417005

ABSTRAK

Suatu ekosistem sebagian besar materi yang terdapat didalamnya adalah materi
mati seperti daun yang telah gugur. Makhluk hidup dapat dibedakan menjadi 3
kelompok pada ekosistem yaitu dari produsen, konsumen, dan dekomposer.
Dekomposer merupakan makhluk hidup yang sangat penting bagi jaringan
makanan, karena dapat menguraikan molekul organik kompleks menjadi molekul
organik kompleks. Hewan dekomposer disebut juga detritivor seperti cacing,
serangga maupun mikroba. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan
jumlah dekomposer yang terdapat dalam suatu ekosistem.

Kata Kunci : dekomposer, ekosistem

PENDAHULUAN

Populasi adalah kumpulan dari individu sejenis yang menempati suatu


tempat dan kurun waktu tertentu. Populasi dari suatu jenis makhluk hidup pada
setiap habitat memiliki kepadatan yang tidak sama. Jumlah individu yang sejenis
pada suatu satuan luas daerah tertentu disebut kepadatan populasi. Individu
mengalami perubahan dari berbagai jenis populasi baik dari musim-musim
maupun dari tahun ketahun. Perubahan yang disebabkan dari berbagai faktor baik
antara faktor biotis maupun faktor abiotis.

Ekosistem terdapat suatu jaringan makanan yang terdiri atas produsen,


konsumen, dan dekomposer. Dekomposer yaitu makhluk hidup yang memakan
sisa-sisa organisme tidak hidup atau mati. Oraganisme ini bersifat memecahkan
molekul organik kompleks menjadi molekul organik sederhana dari tumbuhan
maupun hewan yang telah mati. Dekomposer kerap sekali disebut sebagai
detritivor yang mencakup hewan-hewan kecil seperti serangga dan cacing tanah,
namun tahapan terakhir proses penguraian dilakukan oleh fungi mikroskopik dan
bakteri. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil dari penguraian dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang biisa digunakan kembali oleh
produsen.

Tingkat kesuburan tanah ditandai dengan kelimpahan populasi cacing


tanah saling berkaitan. Sudjadi (2004), menyatakan bahwa tingkat kesuburan
tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor penyusun tanah seperti bahan-
bahan mineral, udara, air, bahan organik, dan paling penting populasi dekompose
dan lain-lain.

Cacing tanah adalah hewan inverteberata yang hidup di lingkungan


lembab dan tidak terkena cahaya matahari langsung. Kelimpahan cacing tanah di
suatu lahan sangat tergantungi oleh ketersediaan bahan organik, keasaman tanah,
kelembaban tanah, suhu, atau temperatur. Cacing tanah berkembang baik jika
faktor lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Keseimbangan
lingkungan akan rusak dan berantakan bila cacing tanah sampai mengalami
kepunahan, apalagi disebabkan oleh manusia. Maka dari itu cacing berfungsi
sebagai bioindikator tanah. Adanya vegetasi diperkirakan akan mempengaruhi
kondisi fisik tanah, dan pada akhirnya keberadaan dari cacing tahan tersebut
(Hanafiah, 2003).

Taksiran dari kepadatan populasi didasarkan dengan cara menghitung


jumlah organisme yang diteliti dalam satuan unit contoh dari seluruh habitatnya.
Sebesar ukuran tertentu dari organisme yang terdapat dalam contoh telah yang
dihitung. Bila dihabitat tersebut merupakan suatu daerah yang luas, maka
diambilah luas tertentu dari daerah itu dan dihitunglah organisme yang terdapat di
dalamnya. Satuan kepadatan populasi yang didapat dengan cara ini dinyatakan
dengan jumlah persatuan luas contoh (Nurdin Muhammad Suin, 2003).

METODE

Praktikum yang berjudul Populasi Dekomposer ini dilakukan pada Kamis


17 Oktober 2019 di Hutan belakang UPT Bahasa Universitas Jambi. Metode yang
diterapkan yaitu dengan melakukan metode survey. Data yang terambil dilihat
dari berapa banyak menangkap hewan yang terdapat pada plot. Alat yang
digunakan yaitu patokan, tali rafia untuk membuat plot sebasar 1x1 meter dan
botol spesimen.

Prosedur kerja yaitu dengan menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum
Populasi Dekomposer. Buat plot sebesar 1x1 meter dengan patokan dan dibatasi
dengan tali rafia. Setelah itu bersihkan plot dari dedaunan yang ada pada plot. Plot
yang sudah bersih semprotkan dengan alkohol 70% secara merata, tunggu sampai
15-20 menit. Carilah hewan-hewan dekomposer sekitaran plot tersebut maupun
seperti jamur-jamur yang tumbuh. Simpan hewan maupun jamur pada botol
spesimen yang telah tersedia. Lalukan percobaan ini dengan 4 kali cuplikan dan
totalkan hasil yang didapatkan dari 4 cuplikan.

HASIL

Tabel 1. Data pengamatan

CUPLIKAN
JENIS HEWAN ∑
1 2 3 4
SEMUT 12 7 3 3 25
LABA-LABA 1 3 3 7
KECOA
RAYAP 1 1
CACING 2 2 4
BELALANG 1 1
KUTU TANAH 1 2 3
KALIMAYA/Leny
1 1
a sp.
KLUWING 1 1
ULAT 1 1
KEONG 3 3
JAMUR 3 3
SPESIES A 2 3 5 1 11

PEMBAHASAN

Praktikum ini betujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah banyaknya


mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu
menguraikan bahan-bahan organik pada sisa makhluk hidup. Dari hasil yang
didapatkan perkelompok yang diganti menjadi 4 cuplikan. Hasil dari cuplikan 3
adalah semut sebanyak 3 ekor, spesies A 5 ekor, jamur yang terdapat pada daun 3
helai daun, kalimaya 1 dan terakhir cacing tanah sebanyak 2 ekor. Jadi hewan
dekomposer yang didapatkan adalah semut, cacing, rayap, ulat dan jamur.

Prorses dekomposisi di dalam tanah tidak akan mampu berproses dengan


cepat jika tidak ditunnjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Peran penting
makrofauna tanah dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan
unsur hara. Makrofauna akan merombak substansi nabati yang mati,selanjutnya
bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Keberadaan beraneka
macam makrofauna pada tanah ini akan membantu siklus hara berlangsung
kontinue (Hasyimuddin, 2017:70).

Semut adalah insecta yang berperan sebagai detritivor pada suatu


ekosistem karena dapat memakan orgnaisme mati sehingga dapat berkurang
organisme mati pada serangga. Dan rayap juga sebagai dekomposer karena
merupakan “mesin tanah” yang sangat esensial, dimana mikroba dan tumbuhan
bergantung padanya. Mayoritas rayap memakan tanaman yang telah mati dan
membusuk seperti serasah daun, akar maupun potongan-potongan kayu. Begitu
juga peran cacing dalam proses dekomposisi bahan organik tanah. Cacing tanah
bersama-sama bakteri ikut andil dalam siklus biogeokimia. Cacing tanah
memakan serasah daun dan materi tumbuhan yang mati lainnya, dan materu
tersebut terurai dan hancur (Anwar,2009: 149).

Dan terakhir yaitu peran jamur dalam dekomposisi yaitu mampu


memperthankan persediaan nutrien organik yang sangat penting bagi
pertumbuhan tahaman. Tanpa adanya dekomposer tidak ada elemen-elemen
penting bagi tumbuhan yang terakumulasi didalam bangkai maupun sampah
organik bagi tumbuhan untuk tumbuh.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa ekosistem memiliki jaringan makanan yaitu produsen,


konsumen dan dekomposer. Dekomposer ini sangat penting perannya dalam
ekosistem dimana berperan sebagai pengurai organisme mati yang akan dijadikan
sebagai elemen-elemen untuk pertumbuhan makhluk hidup lainnya. Dan dapat
juga sebagai penyubuh suatu tanah seperti cacing tanah. Praktikum ini betujuan
mengetahui banyaknya numlah dekomposer yang terdapat pada suatu plot yang
telah dibuat untuk observasi populasi dekomposer di tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Kosman Ea, 2009. Efektivitas Cacing Tanah Pharetima hupiensis dan
Lumbricus sp. Dalam Proses Dekomposisi Bahan Organik. Jurnal Tahan
Trop.14(2) : 149-158

Hanafiah, Kemas Ali. 2003. Biologi Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hasymuddin, dkk. 2017. Peran Ekologi Tanah d Perkebunan Patallassang


Kecamatan Patallasang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Jurnal
Biologi. 2(1) :70-78

Nurdin Muhammad Suin. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjadi, B. 2004. Biologi. Surabaya : Yudhistira

Sudjadi. 2004. Analisis Obat dan Makanan. Yogyakarta:Pustaka Pellajar

LAMPIRAN

Refleksi

1. Pengetahuan dan pengamatan apa yang didapat pada praktikum?


Jawab :
Dapat mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam
suatu ekosistem yang berkerja membantu menghancurkan bahan organik
2. Kendala atau kesulitan apa saja pada saat praktikum?
Jawab :
Cuaca yang tidak mendukung karena hujan dan kurangnya waktu praktikum
3. Saran unntuk praktikum selanjutnya?
Jawab:
Melihat terlebih dahulu kondisi cuaca untuk praktikum lapangan

Anda mungkin juga menyukai