Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

EKOSISTEM DARATAN DAN PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN

NAMA : ELINA

NIM : RRA1C417005

KELOMPOK :3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
EKOSISTEM DARATAN DAN PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN
Elina

RRA1C417005

ABSTRAK

Ekologi sangat erat kaitannya dengan hubungan makhkuk hidup dengan


lingkungann atau bisa dibilang interaksi organisme dengan lingukungan. Ekologi
tidak terlepas dari ekosistem, dimana ekosistem bisa juga dikatakan sebagai suatu
tatan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara unsur lingkungan hidup yang
mana saling mempengaruhi. Terdapat komponen-komponen pembentuk
ekosistem adalalah komponen hidup bisa juga biotik dan kimponen tak hidup
biasa disebut abiotik. Pada praktikum ini membicarakan ekosistem darat ialah
ekosistem yang fisik dari lingkungannya berupa daratan.

Kata kunci : Ekosistem daratan, komponen abiotik dan biotik

PENDAHULUAN

Ekologi merupakan kajian ilmiah tentang interaksi antara organime hidup


dengan lingkungannya. Suatu kajian ilmiah, ekologi menggabungkan pendekatan
hipotesis, menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk membuktikan
hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis. Komponen lingkungan meliputi
abiotik seperti suhu, faktor kimiawi, cahaya, air, dan nutrisi. Yang berperan
penting pengaruh pada organisme yaitu komponen biotik bisa disebut hidup,
semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan dari suatu individu
(Campbell 2004 : 271).

Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Komponen – komponen pembentuk ekosistem adalah komponen hidup (biotik)
dan komponen tak hidup (abiotik). Kedua komponen tersebut berada pada suatu
tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Biotik adalah
makhluk hidup. Lingkungan biotik suatu makhluk hidup adalah seluruh makhluk
hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda yang hidup
ditempat yang sama. Abiotik adalah bukan makhluk hidup atau komponen tak
hidup. Komponen abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat hidup
makhluk hidup. (Jamin, 1999 :54)

Ekosistem darat dibagi menjadi beberapa bioma, yaitu bioma gurun,


bioma padang rumput, bioma hutan tropis, bioma hutan gugur, bioma taiga, bioma
tundra, dan bioma sahaba. Ekosistem air dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Berdasarkan cara hidupnya, organism
di air dapat dibedakan menjadi, plankton, nekton, neuston, perifiton, dan bentos.
Plankton, terdiri dari fitoplankton dan zooplankton, pergerakan plankton
mengikuti gerak aliran air. Nekton, merupakan organism yang aktif berenang
dalam air, contohnya ikan. Neuston adalah organism yang mengapung, berenang
di permukaan air, atau berada pada permukaan air, contohnya serangga air.
Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan paku atau
benda lain, contohnya keong. Bentos, yakni tumbuhan atau hewan yang hidup di
dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat melekat (sesil) atau bergerak bebas,
contohnya adalah cacing dan remis (Dwisang 2008 : 180-183).

METODE

Praktikum yang berjudul Ekosistem Daratan dan Pengukuran Fsktor


Lingkungan ini dilakukan pada Kamis 12 September 2019 di kebun Botanu FKIP
Biologi Universitas Jambi. Metode yang diterapkan yaitu metode survey yang
mengamati dan melakukan langsung percobaan. Data yang terambil dilihat dari
pengukuran faktor abiotik dan biotik. Adaoun alat-alat yang digunakan adalah
termo-hidgrometer, termometer tanah, jaring serangga, botol spesimen, gunting
tanaman, dan plastik spersimen.

Prosedur kerja dari praktikum ini adalah menentukan ekosistem yang akan
diamati, melakukan inventaris kelengkapan abiotik dan biotik. Menentukan
kelengkapan komponen ekosistem peranan dari individu-individu yang teramati
dalam ekosistem tersebut. Mengukur faktor-faktor fisik lingkungan ekosistem
darat dengan menggunakan alat yang sesuai. Setiap percobaan dilakukan
sebanyak 10 kali pengulangan dan rata-rata dari data yang didapatkan.

HASIL

Tabel. 1 Komponen abiotik dan biotik ekosistem darat

No. Komponen Peran / Keudukan dalam


Ekosistem Ekosistem
1. Kupu-kupu (Biotik) Konsumen

2. Belalang (Biotik) Konsumen

3. Semut (Biotik) Konsumen

4. Suhu (abiotik) - Mempengaruhi proses


metabolisme makhluk
hidup
- Mempengaruhi pola
penyebaran makhluk
hidup
- Mempengatuhi
ketesedian oksigen
5. Salacca zalacca Prosuden
(biotik)

6. Kelembaban - Mempengaruhi
(abiotik) kecepatan penyerapan
aur dari permukaan
tubuh organisme
- Mempengaruhi
kemampuan untuk
bertahan terhadap
kekeringan

Tabel.2 Pengukuran Faktor Lingkungan Pada Ekosistem Darat

Faktor Lingkungan
No. Suhu
Kelembaban Ketinggian
Udara Tanah
1. 35 °C 32 °C 32% 86 m dbl
2. 35°C 33 °C 32%
3. 36°C 31 °C 32%
4. 35°C 34 °C 31%
5. 35°C 33 °C 32%
6. 35°C 32 °C 33%
7. 35°C 32 °C 33%
8. 35°C 32 °C 32%
9. 38°C 32 °C 39%
10. 39°C 33°C 26%
Rata-rata 35,8 °C 32,4 °C 31,1% 886 m dlb
Koordinat S 01° 36. 953

E 103° 30998

Elevasi 86m dbl

PEMBAHASAN

Komponen biotik sangat perlu pada ekosistem karena berupa makhluk


hidup, dari berbagai tingkatan di mulai dari pengurai, konsumen tingkat I, II, dan
III. Pada praktikum didapatkan komponen biotik kelompok kami mendapatkan
kupu-kupu. Peran kupu-kupu bagi ekosistem adalah sebagai konsumen yang mana
kupu-kupu memakan nektar pada bunga dan membantu proses penyerbukan pada
bunga itu sendiri. Kupu-kupu merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang
harus dijaga karena kupu-kupu memiliki nilai penting antara lain: nilai ekologi,
endemisme, konservasi, dan menjaga keseimbangan ekosistem dan memperkaya
biodiversitas (Rahayuningsih, 2012 : 12)

Belalang adalah serangga yang herbivora dimana hanya memakan


dedaunan di sekitarnya. Distribusi belalang juga luas, serangga ini umumnya
bersayall walaupun kadang tidak dipergunakan. Serangga ini merupakan hewan
beruas dengan tingkatan adapatasi yang sangat tinggi. Belalang merupakan hewan
berdarah dingin. Kondisi cuaca, geogradi, vegetasi dan tanah di Indonesia sangat
mendukung kehidupan belalang. Belalang memiliki peranan penting dalam
ekosistem, yaitu menjadi sumber makanan bagi para pemangsa dalam rantai
makanan dan sebagai konsumen. Tetapi apabila belalang dalam kumpulan yang
banyak, dapat menyebabkan kemusnahan pada tanaman (Riyanto, 2017 : 2).

Hasil pengamatan peran semut pada ekosistem dapat dilihat dari sumber
makanan. Sumber makanan semut beranekaragam antara lain dari sisa makanan
yang kita buang, hewan atau tumbuhan yang mati. Semut banyak juga berisfat
karnivora, beberapa makan tanaman, jamur, cairan tumbuhan. Semut memiliki
penyebaran yang cukup luas. Peran semut pada ekosistem yaitu sebagai
konsumen, menguraikan bahan organik, mengendalikan hama dan bahkan
membantu penyerbukan (Riyanto, 2007 : 243).
Suhu dan kelembaban merupakan komponen abiotik yang sangat penting
bagi ekosistem terutama untuk komponen biotik. Suhu pada suatu lingkungan
tidak selalu konstan dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi cuaca pada
lingkungan itu sendiri. Terjadinya suautu perubahan suhu dari panas ke dingin
maupun sebaliknya sangat berpengaruh bagi kehidupan makhluk hidup yang ada
didalam suatu ekosistem, karena perubahan-perubahan suhu ini dapat
mengakibatkan perubahan iklim pada lingkungan itu sendiri. Suhu juga
mempengaruhi proses metabolisme makhluk hidup, pola penyebaran, dan
ketersediaan oksigen. Kelembaban termasuk komponen abiotik yang memiliki
peran penting dalam ekosistem karena dapat memperngaruhi kecepatan
penguapan air dari tubuh organisme dan dapat memoerngatuhi kemampuan
makhluk hidup bertahan hidup. Bagi tumbuhan kelembaban dapat menentukan
pertumbuhan. Dan menjaga suhu bumi tetap stabil tidak terlalu panas.

Keterkaitan hasil pengukuran faktor lingkungan pada praktikum yaitu suhu


udata, suhu tanah, kelembaban dan ketinggian. Suhu sangat erat kaitannya dengan
komponen biotik dimana suhu dapat menentukan penyebaran makhluk hidup
separti yang telah diamati. Seperti bertumbuhan salak yang membutuhkan suhu
berkisar antara 20°-30°C. Juga dapat mempengaruhi dekomposisi bahan organik
seperti proses pembusukan misalnya mikrorganisme memerlukan suhu optimal
30º. Kelembaban juga sangat erat kaitan dengan komponen biotik karena dapat
menentukan kualitas pertumbuhan. Ketinggian juga miliki peran yaitu dimana
juga suatu tumbuhan maupun hewan pertumbuhannya baik jika kondisi elevasi
suatu daerah itu cocok. Seperti teh cocok dengan ketinggian hingga lebih 4000-an
mdpl, namun teh tidak cocok dengan ketinggian kurang dari 3000 mdpl.

Rantai makanan :

(Produsen) (Konsumen I)

Salak Semut

Belalang

Kupu-Kupu
Identifikasi tumbuhan yang diamati:

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Salacca

KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa ekosistem adalah suatu


sistem di alam yang mana didalamnya terjadi interaksi antara organisme dengan
organisme lainnya di suatu lingkungan. Komponen-komponen penyusunnya yaitu
abiotik dan biotik, didapatkan hasil dari praktikum komponen biotiknya yaitu,
semut, belalang, kupu-kupu dan salak. Sedangkan abiotiknya yaitu suhu udara,
suhu tanah, kelembaban dan ketinggian. Rata-rata suhu udara 35,8ºC, suhu tanah
32,4ºC, kelembabannya adalah 31,1 % dan elevasi 86m dbl.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Dwisang. 2008. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indoneisa
Buletin Intisper volume 2. Yogyakarta : Instutuai Pertanian Stiper

Jamin. 1999. Ekologi Tanaman Darat dan Perairan. Bogor : IPB Press

Rahayuningsih, M., Oqtafiana,R., dkk. 2012. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu


Superfamili Papilionoide di Dukuh Banyuwindu Desa Limbangan Kecamatan
Limabanga Kabupaten Kendal. Jurnal MIPA. 35(1): 12-20

Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di
Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Sains.10(2) : 241 -253
Riyanto. 2017. Keanekaragaman Belalang Ordo Orthoptera di Tepian Sungai
Musi Kota Palembang Sebagai Materi Kuliah Entomologi di Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Sriwijaya. Jurnal Pembelajaran Biologi. 4(1) : 1-14

Anda mungkin juga menyukai