Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SIKLUS NITROGEN

FIKSASI NITROGEN
(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Fisiologi Tumbuhan)

Disusun Oleh:
1
2
3
4
5

Sahrul Falah
Amalia Larasanty
Yesinta Dewi
Lutfi R. Hidayat
Elsa Putri M.

(134150045)
(134150049)
(134150054)
(134150057)
(134150059)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016
PENDAHULUAN

Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer dan sangat


penting bagi tumbuhan yang dijumpai pada berbagai senyawa penyusun
tumbuhan dan protein. Ironisnya bahwa tumbuhan kadang-kadang menderita
defisiensi nitrogen, sementara atmosfer hampir 80% kandungannya adalah
nitrogen. Namun demikian, nitrogen atmosfer ini adalah gas N2 yang merupakan
unsur yang tidak reaktif dan tumbuhan tidak dapat menggunakan nitrogen dalam
bentuk tersebut. Tetapi harus melewati berbagai tahapan reaksi terlebih dahulu
sehingga dalam penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai
proses, yaitu : fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi.
Siklus nitrogen adalah proses di mana nitrogen dari atmosfer diubah
menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman dan hewan. Hal ini terjadi
melalui aksi bakteri, dan dimulai pada abad ke-20, aktivitas manusia. Ketika
nitrogen diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan, dikatakan harus
diperbaiki, dan tanaman dan ganggang menggabungkan nitrogen menjadi asam
amino, protein, dan asam deoksiribonukleat (DNA). Hewan memperoleh senyawa
yang mengandung nitrogen dari tanaman, sehingga siklus nitrogen penting bagi
semua kehidupan di bumi. Ketika makhluk hidup mati, jenis bakteri melepaskan
nitrogen dalam zat ini kembali ke atmosfer, menyelesaikan siklus.
Penyerapan NO3- dan NH4+ oleh tumbuhan memungkinkan tumbuhan
untuk membentuk berbagai senyawa nitrogen terutama protein. Pupuk, tumbuhan
mati, mikroorganisme, serta hewan merupakan sumber penting nitrogen yang
dikembalikan ke tanah tapi sebagaian besar nitrogen tersebut tidak larut dan tidak
segera tersedia bagi tumbuhan.

TINJAUAN PUSTAKA

Fiksasi nitrogen merupakan proses biokimia yang paling mendasar setelah


fotosintesis. Fiksasi nitrogen bergantung pada fotosintesis dalam menyediakan
ATP sebagai sumber energi dan komponen karbon sebagai donor elektron. Fiksasi
nitrogen merupakan proses yang menggabungkan nitrogen bebas dengan unsur
lain secara kimia yang disebut penambatan nitrogen. Fiksasi nitrogen adalah
proses penambatan nitrogen bebas yang diubah menjadi amonium sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen oleh tanaman. Proses fiksasi nitrogen
membutuhkan kondisi yang bebas oksigen, karena keberadaan oksigen akan
menghambat ekspresi gen nif yang menyandikan enzim nitrogenase yang
mengkatalisis proses fiksasi nitrogen. Reaksi reduksi nitrogen adalah sebagai
berikut:
N2 + 3H2 2NH3

Go = -33,5 kJ mol-1

Fiksasi nitrogen dikatalisis oleh suatu kompleks enzim, yaitu sistem


nitrogenase, yang aktivitasnya masih belum dipahami sepenuhnya. Karena sistem
nitrogenase bersifat tidak stabil dan segera mengalami inaktivasi oleh oksigen
atmosfer, enzim ini sulit untuk diisolasi dalam bentuk aktif dan dimurnikan.
Produk fiksasi nitrogen stabil yang pertama dikenali adalah ammonia (NH3); jadi
proses keseluruhan dipandang terdiri dari reduksi satu molekul nitrogen (N2)
menjadi dua molekul ammonia.
Untuk terjadinya proses penambatan nitrogen dibutuhkan beberapa syarat
yaitu : (1) adanya enzim nitrogense; (2) ketersediaan sumber energi dalam bentuk
ATP; (3) adanya sumber penurun potensial dari elektron; (4) adanya sistem
perlindungan enzim nitrogenase dari inaktivasi oleh oksigen; dan (5) pemindahan
yang cepat nitrogen hasil tambatan dari tempat penambatan nitrogen untuk
mencegah terhambatanya enzim nitrogenase.
Hanya beberapa spesies mikroorganisme dan tanaman yang dapat melakukan
fiksasi nitrogen atmosfer. Beberapa bakteri yang hidup bebas, seperti sianobakteri
atau ganggang hijau-biru, yang terdapat tidak hanya di dalam air tawar dan air
asin, tetapi juga pada tanah dan jenis-jenis bakteri lainnya, seperti Azotobacter,
mampu melakukan fiksasi nitrogen atmosfer. Produk penting pertama dari fiksasi

nitrogen pada organisme ini adalah ammonia (NH3), yang dapat dipergunakan
oleh bentuk kehidupan lain, baik secara langsung atau setelah pengubahannya
menjadi senyawa terlarut lainnya, seperti nitrit, nitrat, atau asam amino.
Sejumlah mikroorganisme dapat menggunakan N2 dari udara sebagai sumber
nitrogennya. Dua kelompok mikroorganisme yang terlibat dalam proses fiksasi
nitrogen adalah mikroorganisme non simbiotik (termasuk dalam kelompok ini
adalah mikroorganisme yang hidup bebas di dalam tanah) dan mikroorganisme
simbiotik. Penambat nitrogen hidup bebas yang paling penting terdapat di antara
sianobakteri dan dalam bakteri yang diklasifikasikan dalam marga Azotobacter.
Banyak bakteri lain seperti klostridia dan bakteri fotosintesis, juga mampu
menambat nitrogen atmosfer. Bakteri pengikat nitrogen yang terpenting, baik
untuk pertanian maupun ekologi adalah yang berinteraksi dengan tumbuhan
dengan cara simbiosa. Simbiosa ada yang berbentuk sederhana, ada pula yang
kompleks. Bentuk interaksi sederhana terdapat pada bakteri Azospirillum yang
hidup sekitar permukaan akar rumputan. Pada interaksi yang berbentuk kompleks,
seperti interaksi antara bakteri genus Rhizobium dan kacang-kacangan atau antara
bakteri Frankia dengan berbagai jenis tumbuhan pohon dan semak, seperti alder.
Selain dilakukan oleh mikroorganisme, fiksasi nitrogen juga terjadi pada
proses non-biologis, contohnya sambaran petir. Lebih jauh, ada empat cara yang
dapat mengkonversi unsur nitrogen di atmosfer menjadi bentuk yang lebih reaktif
yaitu sebagai berikut:
a. Fiksasi biologis: beberapa bakteri simbiotik (paling sering dikaitkan
dengan tanaman polongan) dan beberapa bakteri yang hidup bebas dapat
memperbaiki nitrogen sebagai nitrogen organik. Sebuah contoh dari
bakteri pengikat nitrogen adalah bakteri Rhizobium mutualistik, yang
hidup dalam nodul akar kacang-kacangan. Spesies ini diazotrophs. Sebuah
contoh dari hidup bebas bakteri Azotobacter.
b. Industri fiksasi nitrogen : Di bawah tekanan besar, pada suhu 600 C, dan
dengan penggunaan katalis besi, nitrogen atmosfer dan hidrogen (biasanya
berasal dari gas alam atau minyak bumi) dapat dikombinasikan untuk
membentuk amonia (NH3). Dalam proses Haber-Bosch, N2 adalah diubah

bersamaan dengan gas hidrogen (H2) menjadi amonia (NH3), yang


digunakan untuk membuat pupuk dan bahan peledak.
c. Pembakaran bahan bakar fosil : mesin mobil dan pembangkit listrik
termal, yang melepaskan berbagai nitrogen oksida (NOx).
d. Proses lain: Selain itu, pembentukan NO dari N2 dan O2 karena foton dan
terutama petir, dapat memfiksasi nitrogen.

MEKANISME BIOKIMIA DARI PROSES PENAMBATAN N2


Penambatan nitrogen secara biologis dan secara kimiawi mengubah gas
dinitrogen (N2) menjadi amonia dengan katalis enzim nitrogenase (Saika dan
Jain, 2007). Berikut adalah reaksi yang dikatalisasi oleh enzim nitrogenase.

Enzim yang berperan penting dalam penambatan nitrogen adalah nitrogenase


yang terdapat dalam sel bakteri penambat nitrogen. Nitrogenase disusun oleh dua

komponen yang saling menunjang yaitu protein Fe (komponen I) dan protein


Mo-Fe (komponen II). Senyawa protein Fe dari nitrogenase menerima elektronelektron berpotensial rendah dari Ferredoxin dan Flavodoxin, kemudian protein
Fe bergabung dengan ATP menghasilkan suatu senyawa FeMgATP yang potensial
oksidasinya rendah. Hanya satu molekul MoMgATP hasil reduksi yang dapat
berlaku sebagai pereduksi protein Mo-Fe . Gambaran terperinci dari pengikatan
ATP, pengangkutan elektron dan pengikatan substrat di antara kompenankompenan nitrogenase secara sederhana dapat dilihat pada gambar.

Proses fiksasi N2 dengan adanya enzim nitrogenase terjadi sebagai berikut:


(1) energi ATP dan elektron feredoksin mereduksi protein Fe menjadi reduktan,
(2) reduktan itu mereduksi protein MoFe yang kemudian mereduksi N2 menjadi
NH3 dengan hasil sampingan berupa gas H2, dan (3) bersamaan dengan itu terjadi
reduksi asetilen menjadi etilen yang dapat digunakan sebagai indikator proses
fiksasi N2 secara biologis. MoFe protein dapat mereduksi beberapa substrat
seperti asetilen, sianida dan azida, namun demikian dalam kondisi normal reaksi
hanya terjadi antara N2 dan H+ yang dikatalisasi oleh enzim nitrogenase.
Kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan organisme dalam
enambat nitroge menggunakan proses reduksi asetilen (ARA).

Berikut adalah proses reduksi N2 menjadi NH4+

Dalam fiksasi nitrogen diperlukan energi dalam bentuk ATP dan elektron
berpotensial rendah secara terus menerus. Hidrogen yang berasal dari karbohidrat
maupun hasil reduksi nitrogase dipindahkan oleh enzim hidrogenase ke NAD,
sehingga terbentuk NADPH2. dalam perjalannya dari NADP2 ke nitrogenase,
elektron akan melalui pembawa-pembawa elektron eperti Feredoxin dan
flavodoxsin. Selama perjalan tersebut terjadi penurunan potensial dari elektron
seperti Feredoxin dan flovodoksin, sehingga diperoleh elektron berpotensial
rendah yang siap digunakan oleh nitrogenase . ATP disuplai oleh suatu sistem
penghasil ATP seperti acetokinase dan acetylphosohate atau phosphocreatine
kinase dan creatin phosphate. ATP dihidrolisis menjadi ADP dan fosfat organik
dalam reaksi nitrogenase.

Dalam memproduksi 2 NH3 dan H2 dibutuhkan setara 8 pereduksi dalam


reaksi penambatan nitrogen atmosfer. Selain itu, transfer dari setiap elektron ke
inti Mo-Fe memerlukan satu siklus dissosiasi ikatan oleh sub unit reduktase,
dengan hidrolisis 2 molekul ATP setiap siklus. Secara keseluruhan proses reduksi
molekul N2 memerlukan hidrolisis 16 molekul ATP, dan 8 siklus dissosiasi
reductase dari nitrogenase. Untuk setiap organisme pembentukan ATP dapat
berbeda-beda kemampuannya. Dengan demikian akan mengakibatkan perbedaan
dalam jumlah hasil tambatan nitrogen atmosfernya akibat berbedanya jenis
mikroba penambat nitrogen. ATP sebagai representasi dari energi dihasilkan oleh
mikroorganisme melalui proses perombakan bahan organik secara aerob
(respirasi) dan anaerob (fermentasi) sesuai dengan jenis mikroorganismenya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan jurnal penelitian BIOKIMIA PENAMBATAN NITROGEN
OLEH BAKTERI NON SIMBIOTIK menyatakan bahwa hasil tambatan
nitrogen oleh bakteri nonsimbiosis aerob lebih tinggi dibandingkan hasil tambatan
oleh bakteri nonsimbiosis anaerob. Hal ini berkaitan dengan jumlah energi dalam
bentuk ATP yang dihasilkan bakteri aerob lebih banyak dari pada bakteri anaerob.
Hasil oksidasi glukosa oleh bakteri aerob sebanyak 32 ATP dan bakteri anaeroba
menghasilkan 2 ATP.

Bakteri aerob membutuhkan mekanisme perlindungan enzim nitrogenase


terhadap oksigen yang dapat menginaktifkan enzim tersebut. Mekanisme
perlindungan tersebut adalah mengkonsumsi O2 secara berlebihan untuk respirasi
dan Azotobacter yang mempunyai kapsul lendir (EPS) yang tebal membantu

melindungi enzim nitrogenase dari O2. Untuk bakteri anaerob oksigen tidak
menjadi masalah karena lingkungan bakteri tersebut rendah kadar oksigennya.
Berikut adalah mekanisme proteksi enzim nitrogenase dari oksigen pada
Azotobacter vinelandii

Berdasarkan
penelitian
APLIKASI

yang

jurnal
berjudul
BAKTERI

PELARUT FOSFAT, BAKTERI


PENAMBAT

NITROGEN

DAN MIKORIZA TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN
CABAI (Capsicum annum L.)
menyatakan bahwa hasil uji
BNJ 5 % (Tabel 2), rata-rata jumlah daun 2 MST terbanyak diperoleh pada
pemberian kompos + bakteri penambat nitrogen (R2) yaitu 45,00 helai. Hal
tersebut dikarenakan bakteri penambat nitrogen yang memiliki kemampuan dalam
meningkatkan jumlah daun maupun memperbaiki kandungan unsur nitrogen
dalam tanah. Selain itu juga mampu menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh
yang dapat memacu pertumbuhan tanaman, unsur N berguna untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, merangsang pertumbuhan vegetatif dan
berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman.

Berdasarkan grafik diatas (Gambar 2), rata-rata laju tumbuh pertanaman


(LTP) terlihat semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman.
Berdasarkan perlakuan yang diberikan dari setiap pengamatan, laju tumbuh
pertanaman meningkat karena adanya pemberian kompos serta aplikasi dari
bakteri pelarut fosfat, bakteri penambat nitrogen dan mikoriza, dimana semua
perlakuan yang diberikan memberikan dampak yang baik terhadap laju tumbuh
pertanaman, sedangkan perlakuan yang tanpa menggunakan bakteri pelarut fosfat,
bakteri penambat N dan mikoriza, tidak mengalami peningkatan LTP yang baik.
Hasil sidik ragam pada 14-28 hari, 28-42 hari dan 14-42 hari menunjukkan
perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap LTP tanaman cabai.
Dilihat dari garafik rata-rata laju tumbuh pertanaman (Gambar 2), pada perlakuan
R0 (tanpa perlakuan) dari umur 14-28 hari LTP meningkat pada umur 28-42 hari
tetapi pada umur 14-42 hari mengalami peningkatan laju tumbuh pertanaman
yang sedikit, sedangkan pada perlakuan R1, R2 dan R4, mengalami penurunan
LTP pada umur 28-42 hari. Hal tersebut di sebabkan aplikasi dari perlakuan yang
diberikan terhadap tanaman belum terurai secara menyeluruh di dalam tanah,
tetapi pada umur 14-42 hari mengalami peningkatan LTP yang cukup tinggi,
sebagaimana perlakuan yang diberikan terhadap tanaman cabai sudah terurai
secara menyeluruh, dan unsur hara tanaman dapat terpenuhi dengan baik.
Peningkatan laju tumbuh pertanaman yang baik yaitu pada perlakuan R3 (kompos
+ bakteri penambat nitrogen), dimana LTP mengalami peningkatan dari 14-28 hari
sampai 14-42 hari.

Tanaman yang diberi unsur N secara cukup,maka pembentukkan


klorofilnya akan optimal, sehingga prosesfotosintesis akan berjalan dengan baik.
Ketersediaan unsur N yang cukup akan memberikan hasil yang baik untuk
pertumbuhan tanaman. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa pemberian
komposisi inokulan bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat
memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman cabai, di antaranya adalah
diameter batang dan jumlah daun.Selain optimalisasi fotosintetis, unsur N juga
digunakan untukmembangun protoplasma sel dan pembentukan enzim.Sedangkan
unsur hara P merupakan unsur pelengkap dalam pembentukan protein, enzim dan
inti sel, serta bahan dasar untuk membantu proses asimilasi dan respirasi.

DAFTAR PUSTAKA
Danapriatna, Nana. 2010. Biokimia Penambatan Nitrogen oleh Bakteri Non
Simbiotik. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah 1 (2) : 1-10.
Pratama,
A.
2011.
Fiksasi
Nitrogen.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29305/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 5 Desember 2016.
Purba, Nora Marihot, dkk. 2012. Siklus Nitrogen. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Rahman, Rahmawaty, dkk. 2015. Aplikasi Bakteri Pelarut Fosfat, Bakteri
Penambat Nitrogen dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai
(Capsicum annum L.). Jurnal Agrotekbis 3 (3) : 316 328.

Anda mungkin juga menyukai