Anda di halaman 1dari 2

Pada dasarnya subkultur adalah pemindahan planlet yang masih sangat kecil (planlet

muda) dari medium lama ke dalam medium baru yang dilakukan secara aseptis karena semua
kegiatannya dilakukan di dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC). Teknik dalam subkultur
adalah untuk memisahkan, memotong, membelah, dan menanam kembali eksplan yang telah
tumbuh sehingga jumlah tanamannya dapat bertambah banyak. Pada teknik subkultur
mempunyai tujuan supaya kultur atau planlet mendapatkan unsur hara atau nutrisi dalam
rangka pertumbuhannya. Sehingga subkultur mempunyai tahapan yang lebih mudah
dibandingkan tahapan lain dalam kultur jaringan (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Kegiatan sub kultur disesuai dengan jenis tanaman yang dikulturkan. Setiap tanaman
memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang berbeda-beda yang menyebabkan cara dan
waktu sub kultur juga berbeda-beda (Sani, 2007). Eksplan atau kalus yang sudah waktunya
dipindahkan ke dalam media kultur yang baru harus segera dilaksanakan dan tidak boleh sampai terlambat. Sub
kultur yang terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus tersebut akan terhenti atau
mengalami pencoklatan atau bahkan terkontaminasi oleh jamur atau bakteri. Keadaan eksplan yang demikian
kemungkinan untuk diselamatkan kecil sekali sebab spora jamur atau bakteri dapat menyebar dengan cepat
sekali (Mahmudah, 2013).

Secara garis besar teknik sub kultur dibagi menjadi 4 yaitu:


1. Teknik sub kultur untuk tanaman yang harus segera atau cepat di sub kultur.
2. Teknik sub kultur untuk tanaman yang relatif lama di sub kultur.
3. Teknik sub kultur untuk tanaman yang diperbanyak dengan multifikasi tunas, maka subkultur
dapat dilakukan dengan memisahkan anakan tanaman dari koloninya atau melakukan
penjarangan.
4. Untuk tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang maka sub kultur bisa
dilakukan dengan memotong tanaman per ruas tanaman yang ada (Hendrayono, 1994).

Berdasarkan buku Teknik Kultur Jaringan karangan Hendaryono dan Wijayani (1994)
menjelaskan beberapa alasan perlunya dilakukan subkultur antara lain:

1. Tanaman yang berada dalam kultur telah tumbuh memenuhi ruangan dalam botol
karena sudah memiliki tinggi yang sama dengan botol.
2. Tanaman yang berada dalam botol dengan waktu yang lama dapat mengurangi
pertumbuhannya
3. Tanaman di dalam botol kultur sudah mengalamai kekurangan unsur hara baik
mikro maupun makro
4. Media yang berada dalam botol sudah habis nutrisinya sehingga cepat mengering,
akibatnya media mengandung garam dan gula yang tinggi sehingga cocok untuk
tempat berkembangbiaknya kontaminan.
5. Terjadi pencoklatan pada tanaman
6. Tanaman memerlukan komposisi media yang baru dalam hal membentuk organ
atau struktur yang baru.
7. Media di dalam botol telah menjadi cair karena terjadi penurunan pH oleh tanaman

Dalam kultur jaringan tanaman, keberadaan tiamin sebagai vitamin sangat menentukan keberhasilan
kultur jaringan terutama untuk kultur kalus (Murashige 1974). Peningkatan pembentukan daun
berpengaruh terhadap peningkatan kloroplas. Dalam proses tersebut dibutuhkan energi yang
berasal dari proses respirasi. Dalam hal ini tiamin dalam bentuk tiamin pirofosfat (TPP) sangat
berperan dalam proses respirasi yang diperlukan untuk pembentukkan kloroplas. Di samping itu,
proses pertumbuhan dan perkembangan luas daun selain membutuhkan energi yang berasal dari
proses respirasi, tetap juga membutuhkan sejumlah hormon dan zat tumbuh seperti auksin,
sitokinin, asam giberelat, dan nutrien lainnya yang terkandung dalam media tumbuh (Widiastoety
dan Bahar 1995, Widiastoety et al. 1997, Widiastoety dan Santi 1994).

Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur


Jaringan-Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Modern.
Yogyakarta: Kanisius.
Mahmudah, Reni. 2013. http://renimahmudah-fst10.web.unair.ac.id/artikel_detail-78827-
Kuliah-Praktikum%20Kultur%20Jaringan%20VI.html
Sani, 2007. Tentang Kultur Jaringan.
https://arifinbits.files.wordpress.com/2008/02/mengenal-kuljar.pdf

Anda mungkin juga menyukai