Anda di halaman 1dari 9

Bab II

TINJAU PUSTAKA
2.1. KULTUR KALUS
2.2. KULTUR BIJI
2.3. KULTUR PUCUK
2.4. KULTUR AKAR
Tujuan :
Dapat mengetahui tentang kultur akar
Dapat mengetahui kelebihan kultur akar dari kultur jaringan lainnya
Dapat mengetahui faktor penunjang keberhasilan dalam kultur akar
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman yang dilakukan secara
in vitro. Selain digunakan sebagai metode perbanyakan tananam, kultur jaringan juga dapat
digunakan untuk memproduksi senyawa kimia alami dari tumbuhan, yang berupa zat pewarna,
minyak wangi, bahan baku obat-obatan, dan insektisida. Tehnik dalam kultur jaringan
menyediakan sarana alternatif untuk menghasilkan senyawa bioaktif tersebut. Salah satu jenis
kultur jaringan yang yang dapat digunakan ialah kultur akar. Kultur akar adalah mengkultur
jaringan akar yang hidup dan berdeferensiasi secara terorganisir membentuk biomassa akar tanpa
kehadiran tipe organ lain seperti batang daun ataupun bunga. Terdapat dua tipe kultur akar non
transgenik dan kultur akar transgenik. Akar untuk kultur non trasgenik diperoleh dengan
memotong ujung akar dilapangan lalu disterilkan maupun akar kecambah in vitro lalu ditanaman
dalam media kultur jaringan. Sedangkan kultur akar trasgenik merupakan kultur yang dihasilkan
dengan menginfeksi tanaman dengan Agrobacterium rhizogenes, yang biasa digunakan untuk
memproduksi metabolit sekunder pada suatu tanaman (Nurchayati dkk, 2006).
Akar yang digunakan untuk kultur akar adalah akar yang berasal dari eksplan yang
ditumbuhkan dalam keadaan steril. Akar eskplan diisolasi dan ditumbuhan medium Murashige &
Skoog, yang diinkubasi dalam ruang bercahaya 12 jam/hari (Mathius, 2007). Untuk kultur akar
medium yang digunakan ialah media dasar (umunya medium white) dengan penambahan garam-
garam mineral seperti besi dan yodium, namun biasanya tergantung dengan jenis tanamannnya.
ZPT yang ditambahkan umumnya ialah auksin, karena dapat menginduksi terbentuknya akar,
dalam kultur akar penambahan sitokinin tidak dibutuhkan (Syukur dkk, 2009). Media kultur
merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan.
Media kultur jaringan tumbuhan berisi garam-garam mineral, hormon, vitamin, sumber karbon,
dan asam amino. Media kultur merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan. Media mempunyai 2 fungsi utama, yaitu untuk mennyuplai nutrisi
dan untuk mengarahkan pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh. Penambahan ZPT pada media
berfungi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan eskplan (Prihardini, 1993).
Umumnya keberhasilan akar mudah diperoleh namun biasanya tergantung dengan spesies
tanamannya karena pastinya memiliki respon yang berbeda-beda dalam kultur akar (Syukur dkk,
2009).
Salah satu faktor penghambat keberhasilan kultur jaringan ialah adanya kontaminasi dari
media oleh jamur dan bakteri. Jika suatu eksplan pada suatu media terkena kontaminan, maka
potongan organ tanaman, biji, maupun jaringan pada eksplan tidak akan tumbuh atau mati.
Penyebab kontaminan ialah biasanya disebabkan karena lingkungan, alat- alat dan media serta
eksplan dalam proses kultur tidak dalam kondisi aseptik. Aseptik adalah suatu keadaan terbebas
dari organisme yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu pertumbuhan organisme utama.
Kondisi aseptic sangat diperlukan dalam kultur jaringan dalam hal ini sterilisasi harus dilakukan
agar tercapai kondisi aseptik yang diinginkan bebas dari bakteri, jamur, dan mikroorganisme
lainnya (Dewi, 2008).
Kelebihan tehnik kultur akar ialah kultur akar dibandingkan dengan kultur lainnya ialah
dapat menghasilkan senyawa yang lebih stabil karena akar yang diperloh mempunyai genetic yang
stabil, tumbuh dengan cepat dan perawatan yang mudah, akar yang diperoleh dari kultur akar
memiliki pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan akar normal dan memiliki
kestabilan genetik dan kimia, pertumbuhan kultur akar yang sangat cepat, produktif dalam
kemampuannya menghasilkan metabolit sekunder dan mudah dimodifikasi, kestabilan genetic
yang cukup tinggi dan dapat menggunakan medium tanpa tambahan ZPT (Wahyuni, 2015).
Keberhasilan dalam kultur jaringan ditentukan oleh komposisi media termasuk zat pengatur
tumbuh yang ditambahkan, sumber ekspaln yang sesuai, proses sterilisasi, umur fisiologi eksplan,
proses pengkulturan dan cara aklimatisai yang tepat (Sukamto dkk,1998).
METODE PELAKSANAAN
Praktikum dilaksanakan pada hari rabu, pukul 11:00-13:00 WIB, di Lab biologi fakultas
pertanian dan bisnis UKSW
Alat :
Botol kultur
Pisau
Scalpel
Pinset
Petridish
Kertas saring
Hand sprayer
Entkas/LAF
Lampu Bunsen
Bahan :
Kecambah kacang hijau
Media white cair
Alkohol 96 %
CARA KERJA

Disiapkan media white, kecambah dikeluarkan dari kultur dan diletakkan dalam petridish
streil yang sudah diberi kertas saring steril. Ujung akar dipotong dengan scalpel kira-kira 1 cm lalu
dimasukkanke dalam wadah kultur, satu eksplan ditempatkan dalam satu wadah. Kultur
ditempatkan pada shaker dengan kecepatan 80 rpm dan diinkubasikan dalam keadaan gelap pada
suhu 27o C.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


NO. TANGGAL GAMBAR
1. 19/07/2019
2. 22/07/2019

3. 24/07/2019

4. 26/07/2019

5. 30/07/2019
6. 31/07/2019

PEMBAHASAN
Kultur akar merupakan salah satu metode dalam kultur jaringan yang digunakan untuk
memperbanyak tanaman dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relative singkat, selain
itu tehnik kultur jaringan juga dapat digunakan untuk memproduksi senyawa kimia dalam tanaman
tertentu seperti metabolit sekunder, yang sangat berguna karena dapat digunakan sbagai obat-
obatan, insektisida dan masih banyak lagi hal ini sesuai dengan pernyataan Nurchayati dkk, (2006)
bahwa, selain digunakan sebagai metode perbanyakan tananam, kultur jaringan juga dapat
digunakan untuk memproduksi senyawa kimia alami dari tumbuhan, yang berupa zat pewarna,
minyak wangi, bahan baku obat-obatan, dan insektisida. Untuk melakukan tehnik kultur jaringan
yang perlu diperhatikan ialah media yang digunakan untuk kultur jaringan karena merupakan salah
satu penunjang keberhasilan suatu kultur, hal ini sesuai dengan pernyataan Prihardini, (1993)
bahwa, media kultur merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan perbanyakan tanaman
secara kultur jaringan. Dikarenakan media berfungsi sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro
yang dibutuhkan eskplan tanaman untuk bertumbuh dan berkembang dan juga penyedia ZPT. ZPT
yang digunakan dalam kultur akar ialah auksin, sitokinin dalam kultur akar tidak dibutuhkan.
Untuk kultur jaringan media yang digunakan ialah media white dengan penambahan garam-garam
mineral yang dapat memanipulasi pembentukan cabag-cabang literal pada akar hal ini sesuai
dengan pernyataan Syukur dkk, (2009), bahwa untuk kultur akar medium yang digunakan ialah
media dasar (umunya medium white) dengan penambahan garam-garam mineral seperti besi dan
yodium, namun biasanya tergantung dengan jenis tanamannnya.
Selain media kultur, faktor penunjangan keberhasilan pertumbuhan eksplan dalam kultur
akar ialah tergantung pada bagaimana proses sterilisai alat, media, lingkungan dan eksplan, karena
jika proses strerilisasi tidak optimal dapat menyebabkan mikroorganisme tertentu ada dalam
media, alat, lingkungan dan berkembang didalam media kultur karena banyak sumber makanan
dalam media kultur dan mengakibatkan kontaminansi yang membuat eksplan tidak bisa bertumbuh
atau bahkan mati hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi, (2008), bahwa salah satu faktor
penghambat keberhasilan kultur jaringan ialah adanya kontaminasi dari media oleh jamur dan
bakteri. Jika suatu eksplan pada suatu media terkena kontaminan, maka potongan organ tanaman,
biji, maupun jaringan pada eksplan tidak akan tumbuh atau mati. Penyebab kontaminan ialah
biasanya disebabkan karena lingkungan, alat- alat dan media serta eksplan dalam proses kultur
tidak dalam kondisi aseptik. Dari hasil pengamatan dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa proses
pengkulturan akar kecambah kacang hijau berhasil dan tidak terkena kontaminasi, hal ini dapat
dilihat dari pertambahan panjang akar yang terus bertambah dari hari ke hari sampai dengan hari
ke 6, juga dibuktikan dengan banyaknya cabang-cabang literal yang terbentuk pada akar yang
dimana pada hari pertama akar-akat literal tersebut belum terbentuk. Hal ini dikerenakan kondisi
yang steril pada alat, media, lingkungan yang menyebabkan tidak ada mikroorganisme yang dapat
hidup dalam media kultur, dan juga lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan kultur akar, serta
keadaan akar in vitro yang digunakan dalam kultur baik, hal ini sesuai dengan pernyataan Sukamto
dkk, (1998), bahwa keberhasilan dalam kultur jaringan ditentukan oleh komposisi media termasuk
zat pengatur tumbuh yang ditambahkan, proses sterilisasi, sumber eksplan yang sesuai, umur
fisiologi eksplan, proses pengkulturan dan cara aklimatisai yang tepat.
Kultur akar merupakan kultur jaringan yang memiliki kelebihan dari tipe-tipe kultur jaringan
lainnya, menurut Wahyuni, (2015) kelebihan tehnik kultur akar ialah kultur akar dibandingkan
dengan kultur lainnya ialah dapat menghasilkan senyawa yang lebih stabil karena akar yang
diperloh mempunyai genetic yang stabil, tumbuh dengan cepat dan perawatan yang mudah, akar
yang diperoleh dari kultur akar memiliki pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan
akar normal dan memiliki kestabilan genetik dan kimia, pertumbuhan kultur akar yang sangat
cepat, produktif dalam kemampuannya menghasilkan metabolit sekunder dan mudah dimodifikasi,
kestabilan genetic yang cukup tinggi dan dapat menggunakan medium tanpa tambahan ZPT.

Kesimpulan
1. Manfaat kultur akar ialah dapat digunakan untuk meproduksi metabolit sekunder yang
memiliki banyak manfaat
2. Kelebihan kultur akar dari kultur lainnya ialah dapat menghasilkan senyawa yang lebih
stabil karena akar yang diperloh mempunyai genetik yang stabil, tumbuh dengan cepat dan
perawatan yang mudahpertumbuhan kultur akar yang sangat cepat, produktif dalam
kemampuannya menghasilkan metabolit sekunder dan mudah dimodifikasi, kestabilan
genetic yang cukup tinggi dan dapat menggunakan medium tanpa tambahan ZPT
3. Faktor penunjang keberhasilan kultur akar ialah komposisi media kultur, keadaan akar in
vitro yang akan dikulturkan, dan proses strerilisasi yang optimal pada alat, media dan
lingkungan tumbuh dan tempat pengkulturan
Daftar pustaka

Dewi, Intan Ratna. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Bandung. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran.
Mathius , Nurita Toruan, Siti Chalimah , Muhadiono , Latifah Aznam & Said Haran. 2007. Kultur
akar rambut in vitro serta pemanfaatan kultur ganda untuk pertumbuhan dan perkembangan
endomikoriza (Gigaspora sp. dan Acaulospora sp.) Menara Perkebunan. Vol 75 (1): Hal
20-31.

Nurchayati, Y., WardanI, dan Esyanti. 2006. Produksi Gosipol menggunakan kultur akar
berambut Gossypium Hirutum L.CV. Kanesia 7. Berkala Ilmiah Biologi. Vol 5(1) : hal 51-
56

Prahandini PE, Sudaryono RT & Purnomo S. 1993. Komposisi Media dan Eksplan Kutur
Jaringan. Jakarta: Rajawali Press.
Sukamto, L . Agus. 1998. Regenerasi Tanaman Belimbing Melalui Kultur Akar Secara In-Vitro
(Plant Regeneration Of Star Fruit Through Root Culture). Berita Biologi. Vol. 4, No. (2 &
3): Hal 66-70

Syukur, S., Aneloi, Z., dan putri, F. 2009. Transformasi Agrobakterium Rhizogenesis dan Akar
Rambut Pada tanaman kakao (Theobrima cacao) untuk produksi senyawa antioksidan secara
in vitro. J.Ris. Kim. Vol 2(1) : hal 156-168
Wahyuni, D.K., Nisa Q., dan Purnobasuki, H 2015. Induki akar rambut gandarusa (Juticia
Gendarussa Burm. F) dengan perlakuan, perbedaan lama waktu infeksi Agrobakterium
Rhizogenesis strain YM072001 dan A4T. jurnal Bioslogos. Vol 5(2) : hal 38-45

Anda mungkin juga menyukai