Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KMnO4 TERHADAP TINGKAT

KEMASAKAN SERTA KANDUNGAN VITAMIN C DAN


KANDUNGAN GULA PADA PISANG RAJA (Musa sapientum)

LAPORAN PRAKTIKUM
PASCA PANEN

Oleh :
Desy Enjellina D
Nim:
512017002

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019

1
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... ii

I. LANDASAN TEORI ......................................................................................................... 1

II. TUJUAN PRAKTIKUM ................................................................................................ 2

III. CARA KERJA ................................................................................................................ 2

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ......................................................... 5

V. KESIMPULAN .................................................................................................................. 8

VI. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 8

LAMPIRAN ............................................................................................................................... 9

i
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Pengamatan kadar air dan laju respirasi pisang selama penyimpanan .................. 5
Tabel 4.2 susut berat dan kandungan vitamin C pisang selama penyimpanan ...................... 5
Tabel 4.3. Perubahan warna pisang hari pertama sampai hari ketujuh .................................. 6
Tabel 4.4. Pengamatan kandungan gula, susut bobot dan kekerasan pisang selama
penyimpanan .......................................................................................................................... 7

ii
I. LANDASAN TEORI
Buah pisang merupakan jenis buah klimakterik yaitu buah yang mengalami
peningkatan laju respirasi yang tinggi selama proses pematangan. Jenis buah klimaterik
adalah buah yang tetap melanjutkan proses pematangannya meskipun sudah dipetik.
Sebagai buah klimakterik, buah pisang menghasilkan lebih banyak etilen endogen
daripada buah nonklimakterik (Arista, 2017). Gas etilen yang dihasilkan akan
mempengaruhi pematangan buah pisang lain yang ada disekitarnya. Etilen berperan
dalam memacu dan mempercepat proses pematangan (Ahmad, 2013). Salah satu usaha
untuk memperpanjang umur simpan jambu biji merah adalah mengurangi paparan etilen
menggunakan bahan penyerap berupa kalium permanganat (KMnO4) yang dapat
mengoksidasi etilen. KMnO4 bereaksi dengan cara memecah ikatan rangkap pada
senyawa etilen sehingga terbentuk senyawa etilen glikol dan mangan dioksida. (Dafri,
2018). Perlakuan KMnO4 bertujuan untuk mengoksidasi etilen yang diproduksi oleh
pisang sehingga proses pematangan buah dapat dihambat. Penggunaan KMnO4 dengan
konsentrasi yang sesuai dapat mengikat etilen menjadi mangan dioksida (MnO2). Namun
konsentrasi bahan kimia yang terlalu tinggi menyebabkan kerusakan di dalam sel buah
sehingga akan terbentuk ruang antar sel yang besar pada buah. Adanya ruang antar sel
tersebut akan memudahkan proses pertukaran gas dan hilangnya air pada buah sehingga
menyebabkan perubahan susut bobot pada buah. Laju respirasi pisang berpola
klimakterik. Pola klimakterik terjadi karena kenaikan jumlah CO2 yang kemudian
menurun sampai mendekati proses kelayuan. Buah mengalami kehilangan air yang cukup
besar, karena proses respirasi dan transpirasi yang berlangsung lebih cepat Umur simpan
buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah, sedangkan umur simpan yang
pendek ditandai dengan laju respirasi yang tinggi (Arini, 2015)..
Pada proses pematangan buah, terjadi perubahan fisik maupun kimiawi yakni
meliputi tekstur, warna dan nilai gizinya. Kandungan gizi pada buah pisang yang masih
mentah dan matang tentulah juga pasti berubah. Buah pisang akan mengalami
peningkatan kadar gula seiring dengan meningkatnya respirasi akibat perombakan pati
yang terjadi. Kandungan gula pada buah pisang akan meningkat pada pisang mentah 1-
2% sedangkan pada pisang masak mencapai 15 – 20 %. Semakin matang buah yang
digunakan semakin banyak gula dalam buah pisang (Pande, 2017)
Pemasakan yang terjadi pada buah akan berdampak pada turunnya kadar asam –
asam organik. Penurunan asam organik diakibatkan oleh konversi asam organik menjadi
gula. Proses tersebut akan dialami buah terkecuali pada pisang dan nanas, dimana saat
pisang mengalami pematangan hingga mencapai masak penuh maka vitamin C akan terus
meningkat. Vitamin C menurun dikarenakan pisang mengalami proses penuaan dan
pembusukan. Menurunnya kandungan vitamin C dikarenakan adanya proses oksidasi dan
biosintesis vitamin C. Vitamin C akan berubah menjadi L-dehidroaskorbat dan
perubahan selanjutnya menjadi L-diketogulonat. Saat proses inilah vitamin C akan
menjadi padatan terlarut sehingga kandungannya pada buah menurun (Utami, 2014).
Kekerasan merupakan salah satu parameter kesegaran buah yang nilainya
tergantung pada ketebalan kulit buah, kandungan total zat padat, dan kandungan pati pada
bahan. Kekerasan buah dikaitkan dengan tingkat kematangan buah. Selama pemasakan,
buah mengalami pelunakan yang disebabkan oleh berubahnya protopektin menjadi

1
pektin yang larut. Kekerasan semakin menurun seiring dengan umur buah yang semakin
tua, semakin lama buah disimpan kekerasan semakin berkurang. Perubahan kekerasan
pada umumnya seiring dengan perubahan skala warna buah dan buah yang semakin
masak. Warna kulit buah merupakan salah satu indicator yang perlu diamati untuk
menentukan tingkat kualitas dan umur simpan buah pisang. warna buah pisang terdiri
dari beberapa fase pemasakan yaitu hijau penuh, hijau dan sedikit kuning, kuning lebih
banyak dari hijau, kuning dengan ujung hijau, kuning penuh, kuning dengan sedikit
bercak coklat hingga mencapai tahap kulit berwarna kuning dan bercak coklat mulai
menyebar hingga busuk (Hasibuan, 2017).

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Dapat mengetahui pengaruh konsentrasi KMnO4 terhadap proses pematangan
berbagai jenis buah yang ditunjukkan dari perubahan sifat fisik dan sifat kimia pada buah

III. CARA KERJA

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu Pelaksanaan : 9 Oktober 2019 hingga 16 Oktober 2019.
Tempat Pelaksanaan : Laboraturium Benih, Laboraturium Fisiologi Tanaman, dan
Laboraturium Tanah.
2. Alat dan Bahan
Alat :
16. Gelas ukur
1. Fruit Hardness Tester 17. Tabung reaksi
2. Hand refractometer 18. Pisau
3. RHS Colour Chart 19. Labu takar
4. Termometer max dan min 20. Mortar
5. Higrometer 21. Buret
6. Neraca analitik 22. Statif
7. Kotak penyimpanan 23. Pipet tetes
8. Plastic bening 24. Pilius
9. Oven 25. Kertas saring
10. Erlenmeyer 26. Spektrofotometer
11. Selang 27. Kuvet
12. Aerator 28. Gunting
13. Pipet volum 29. Karet dan pipa
14. Gelas beaker 30. Rak tabung reaksi
15. Corong

Bahan
1. Pisang 4. Indicator PP
2. Ba(OH)2 5. HCl
3. Selotip 6. Zeolit

2
7. Akuades
8. Amilum
9. Iodin
10. KMnO4 15 % dan 30%

3
a. Kadar Air Pisang
5 gram sampel Ditimbang. Dikeringkan pada suhu 105o C selama 2 jam. Setelah 2 jam
sampel ditimbang lalu KA dihitung sesuai rumus.

b. Laju Respirasi Brokoli


Sampel yang digunakan ditimbang, setelah itu dimasukkan kedalam plastic bening 3
buah Erlenmeyer disi dengan 50 ml Ba(OH)2, lalu semua Erlenmeyer ditutup rapat dengan
penutup karet berlubang 2. Dibuat rangkain berurutna : pompa udara-erlenmeyer A-
erlenmeyer B-wadah berisi brokoli yang akan diukur laju respirasinya – Erlenmeyer C.
Pompa udara dijalankan selama 20 menit, setelah 20 menit pompa udara dimatikan, lalu
Erlenmeyer terakhir ditetesi dengan indicator pp sebanyak 2 tetes, kemudian dititrasi dengan
HCL 0,1 M sampai warna merah hilang

c. Penetapan Vitamin C
Diambil 10gram sampel dan diambil ekstraknya dengan diencerkan akuades.
Dituangkan kedalam labu takar 100ml hingga batas tera. Sebelum disaring, dikocok dulu dan
disaring menggunakan kertas saring kedalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 2ml
amilum dan 20ml akuades, lalu dikocok lagi. Selanjutnya dititrasi dengan I2 hingga warna
larutan menjadi biru. Dicatat volume titras

d. Penetapan Warna dan Kekerasan buah


Diambil pisang dan diuji dengan Fruit Hardness Tester untuk pengujian kekerasan.
Diambil brokoli dan diuji dengan RHS Colour Chart dengan cara menempelkan sayur di
lubang pada kertas yang warnanya mendekati hingga sama dengan sayur.

e. Pemberian KMnO4 15 % dan 30 %


Diambil 9 buah pisang, lalu 3 pisang dimasukkan dalam plastic bening untuk
pemberian KMnO4 15%, 3 buah pisang dimasukkan dalam plastic bening untuk pemberian
KMnO4 30 % dan 3 pisang sisanya dimasukkan ke dalam plastic bening untuk perlakuan
kontrol. Didalam 3 plastik bening dengan 3 perlakuan berbeda tersebut didalamnya diberi
masing-masing 10 gram zeolite.lalu dinkubasi selama 7 hari. Amati perubahan warna yang
terjadi pada sampel buah hingga hari ketujuh

f. Pengujian kandungan gula


Diambil sedikit sampel yang telah dihaluskan lalu letakkan diatas Hand refractometer,
lalu diamati tingkat kemanisan pada sampel tersebut

4
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Perlakuan KA % Laju respirasi


Tanpa perlakuan 7,72 12,%
KMnO4 30 % 10,8 4,67%
KMnO4 15 % 8,6 10,48%
Kontrol 8,09 12,73%
Tabel 4.1. Pengamatan kadar air dan laju respirasi pisang selama penyimpanan
Dari data pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kadar air terbesar dimiliki oleh pisang dengan
pemberian KMnO4 30 %. Sedangkan kadar air terendah dimiliki oleh pisang tanpa pemberian
KMnO4, hal ini bisa saja terjadi karena laju respirasi yang tinggi, sehingga kehilangan air tejadi dan
membuat kadar air pada pisang tanpa pemberian KMnO4 lebih sedikit dibandingkan dengan pisang
dengan pemberian KMnO4. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arini, (2015) menurutnya, buah
mengalami kehilangan air yang cukup besar, karena proses respirasi dan transpirasi yang
berlangsung lebih cepat. Laju respirasi pisang berpola klimakterik. Pola klimakterik terjadi karena
kenaikan jumlah CO2 yang kemudian menurun sampai mendekati proses kelayuan. Pisang tanpa
penggunaan KMnO4 mengalami laju respirasi tercepat (puncak klimakterik) yaitu 12,73%,
dibandingkan kedua perlakuan lainnya dengan penggunaan KMnO4 (Tabel 4.1). Hal ini diduga
pisang tidak mengalami penghambatan pematangan sehingga laju respirasi berjalan lebih cepat.
Menurut Arini, (2015), umur simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah,
sedangkan umur simpan yang pendek ditandai dengan laju respirasi yang tinggi.

Perlakuan Vitamin C
Tanpa perlakuan 56, 55 mg askorbat
KMnO4 30 % 103, 33 mg askorbat
KMnO4 15 % 66, 49 mg askorbat
Kontrol 37,08 mg askorbat
Tabel 4.2 susut berat dan kandungan vitamin C pisang selama penyimpanan
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kandungan vitamin C terbanyak dimiliki oleh pisang
dengan perlakuan KMnO4 30 %, sedangkan yang paling rendah ialah pisang tanpa pemberian
KMnO4, hal ini terjadi karena keadaan pisang telah terlampau matang hampir mendekati
busuk, sedangkan untuk pemberian KMnO4 30 % dan KMnO4 15 %, tingkat kematangannya
masih berada pada tingkat kematangan yang normal dikarenakan peran KMnO4 yang
menghambat pematangan. Hal ini sesuai pernyataan Utami, (2014), bahwa penurunan asam
organik diakibatkan oleh konversi asam organik menjadi gula. Proses tersebut akan dialami
buah terkecuali pada pisang dan nanas, dimana saat pisang mengalami pematangan hingga
mencapai masak penuh maka vitamin C akan terus meningkat. Vitamin C menurun
dikarenakan pisang mengalami proses penuaan dan pembusukan

5
Jenis perlakuan Warna awal Warna akhir
 Hari pertama
Kontrol Yellow Green Group Strong Yellow Green C
KMnO4 30% Vivid Yellow A
KMnO4 15% Brillian Yellow I
 Hari ke-2
Kontrol Yellow Green Group Strong Yelllowish Green A
KMnO4 30% Strong Yellow Green C
KMnO4 15% Strong Yellow B
 Hari ke-3
Kontrol Yellow Green Group Brilliant Greenish Yellow
KMnO4 30% Strong Yellow Green
KMnO4 15% Yellow Group
 Hari ke-4
Kontrol Yellow Green Group Yellow Group
KMnO4 30% Vivid Yellow
KMnO4 15% Brilliant Yellow
 Hari ke-5
Kontrol Yellow Green Group Yellow Group
KMnO4 30% Strong Yellow
KMnO4 15% Vivid Yellow
 Hari ke-6
Kontrol Yellow Green Group Moderate Brown
KMnO4 30% Dark Greyish Brown
KMnO4 15% Brilliant Yellow
 Hari ke-7
Kontrol Yellow Green Group Moderate Brown B
KMnO4 30% Greyish Reddish Brown
KMnO4 15% Moderate Brown D
Tabel 4.3. Perubahan warna pisang hari pertama sampai hari ketujuh
Dari tabel 4.3. dapat dilihat perubahan warna terjadi dari hari pertama sampai hari ketujuh,
baik pisang yang tanpa pemberian KMnO4 maupun dengan pemberian KMnO4. Namun pisang
yang mengalami perubahan warna tercepat hampir mendekati kebusukan ialah pisang tanpa
pemberian KMnO4, lalu pisang dengan pemberian KMnO4 15 % dan yang terakhir ialah KMnO4
30 %. Perubahan warna yang terlalu drastis pada penyimpanan hari ketujuh pada pisang tanpa
pemberian KMnO4 terjadi dikarenakan peranan etilen yang terus berlangsung selama proses
pematangan, Menurut Ahmad, (2013), Sebagai buah klimakterik, buah pisang menghasilkan lebih
banyak etilen endogen dari pada buah nonklimakterik. Gas etilen yang dihasilkan akan
mempengaruhi pematangan buah pisang lain yang ada disekitarnya. Etilen berperan dalam
memacuu dan mempercepat proses pematangan. Membuat pisang tanpa pemberian KMnO4
tersebut mengalami tingkat kematangan yang sangat tinggi hingga mendekati busuk, sehingga
6
warna akhir pada pisang tnpa pemberian KMnO4 ialah Moderate Brown B. Pernyataan ini sesuai
dengan pernyataan Hasibuan, (2015) menurutnya, warna buah pisang terdiri dari beberapa fase
pemasakan yaitu hijau penuh, hijau dan sedikit kuning, kuning lebih banyak dari hijau, kuning
dengan ujung hijau, kuning penuh, kuning dengan sedikit bercak coklat hingga mencapai tahap
kulit berwarna kuning dan bercak coklat mulai menyebar hingga busuk Sedangkan untuk dua
perlakuan lainnya aktivitas etilen menurun dikarenakan penggunaan KMnO4, menurut Arini,
(2015) Perlakuan KMnO4 bertujuan untuk mengoksidasi etilen yang diproduksi oleh pisang
sehingga proses pematangan buah dapat dihambat. Dan juga menurut Arista (2017), buah yang
semakin matang ditandai dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi kuning. Perubahan
warna kulit buah yang umumnya terjadi selama pematangan akibat degradasi klorofil.

Perlakuan Kandungan susut Kekerasan


gula buah (pound)
Tanpa perlakuan 11
KMnO4 30 % 16 6,60 % 2
KMnO4 15 % 17 3,28 % 1,5
Kontrol 18 4,29 % 1
Tabel 4.4. Pengamatan kandungan gula, susut bobot dan kekerasan pisang selama penyimpanan

Dari tabel 4.4 dapat dilihat kadar gula tertinggi dimiliki oleh pisang yang tidak diberi
perlakuan KMnO4, lalu KMnO4 15 % dan yang terakhir ialah KMnO4 30 %. Hal ini
dikarenakan pisang tanpa pemberain KMnO4 memiliki tingkat kematangan tertinggi dari
pada pisang dengan pemberian KMnO4. Karena menurut Arini, (2015) Perlakuan KMnO4
bertujuan untuk mengoksidasi etilen yang diproduksi oleh pisang sehingga proses
pematangan buah dapat dihambat. Dan juga menurut Pande, (2017) buah pisang akan
mengalami peningkatan kadar gula seiring dengan meningkatnya respirasi akibat
perombakan pati yang terjadi. Kandungan gula pada buah pisang akan meningkat pada pisang
mentah 1-2% sedangkan pada pisang masak mencapai 15 – 20 %. Semakin matang buah
yang digunakan semakin banyak gula dalam buah pisang. Dari tabel 4.4. dapat dilihat buah
pisang mengalami susut bobot tertinggi ialah buah pisang dengan perlakuan KMnO4 30%,
lalu pisang dengan perlakuan KMnO4 15 % dan yang terakhir ialah kontrol. Penyebab susut
bobot pisang tertinggi pada pisang dengan pemberian dengan perlakuan KMnO4, bisa saja
dikarenakan konsentrasi dari KMnO4 yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan buah pisang
mengalami susut bobot yang lebih banyak dari perlakuan kontrol, pernyataan ini didukung
oleh Arini, (2015) menurutnya, penggunaan KMnO4 dengan konsentrasi yang sesuai dapat
mengikat etilen menjadi mangan dioksida (MnO2). Namun konsentrasi bahan kimia yang
terlalu tinggi menyebabkan kerusakan di dalam sel buah sehingga akan terbentuk ruang antar
sel yang besar pada buah. Adanya ruang antar sel tersebut akan memudahkan proses
pertukaran gas dan hilangnya air pada buah sehingga menyebabkan perubahan susut bobot
pada buah. Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa pisang dengan pemberian KMnO4 memiliki
nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah pisang tanpa perlakuan KMnO4.
Hal ini dikarenakan pengaruh KMnO4 yang menekan tingkat kematangan buah pisang,

7
karena bisa mengoksidasi etilen yang merupakan gas yang berperan dalam pematangan buah.
Sehingga berpengaruh terhadap kekerasan buah. Menurut Hasibuan, (2017), kekerasan buah
dikaitkan dengan tingkat kematangan buah. Selama pemasakan, buah mengalami pelunakan
yang disebabkan oleh berubahnya protopektin menjadi pektin yang larut. Kekerasan semakin
menurun seiring dengan umur buah yang semakin tua, semakin lama buah disimpan
kekerasan semakin berkurang.

V. KESIMPULAN
Pemberian KMnO4 pada pisang dapat menekan tingkat kematangan pada buah pisang,
karena dapat mengoksidasi aktivitas etilen, dilihat dari kandungan vitamin C yang lebih
tinggi dan kandungan gula pada pisang yang lebih rendah dibandingkan dengan pisang tanpa
pemberian KMnO4. Dan juga tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan pisang tanpa
pemberian KMnO4 yang merupakan salah satu indicator kematangan buah.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Usman. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan Dan Sayur. Graha Ilmu
: Yogyakarta
Arini, Riza Linda, Mukarlin. 2015. Penggunaan Kalium Permanganat (KMnO4) Untuk
Menunda Pematangan Buah Pepaya (Carica papaya L. var. Bangkok). Protobiont. Vol.
4 (3) : hal 36-40
Arista ,Mei Lianti, Winarso Drajad Widodo, dan Ketty Suketi. 2017. Penggunaan Kalium
Permanganat sebagai Oksidan Etilen untuk Memperpanjang Daya Simpan Pisang Raja
Bulu. Bul. Agrohorti. Vol 5 (3) : hal 334-341
Dafri, M., R. Ratianingsih, Haja. 2018. Penanganan Produksi Buah Pisang Pasca Panen
Melalui Model Pengendalian Gas Etilen. Jurnal Ilmiah Matematika Dan Terapan . Vol
15 (2) : Hal 173 – 187
Pande, Ni Putu Harta Diani,Made Ria Defiani Dan Ni Luh Arpiwi. 2017. Kandungan Gula
Tereduksi Dan Vitamin C Dalam Buah Pisang Nangka (Musa Paradisiaca Forma
Typica) Setelah Pemeraman Dengan Ethrel Dan Daun Tanaman. Jurnal Simbiosis. Vol
(2 ): hal 64 - 68
Utami, S., J. Widiyanto dan Kristianita. 2014. Pengaruh Cara dan Lama Pemeraman terhadap
Kandungan Vitamin C pada Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca L). Jurnal Edukasi
Matematika dan Sains. Vol 1(2): 42 – 47
Hasibuan, Elvi Pebri dan Winarso Drajad Widodo. 2015. Pengaruh Aplikasi KMnO4 dengan
Media Pembawa Tanah Liat terhadap Umur Simpan Pisang Mas (Musa sp AA Group.).
Bul. Agrohorti. Vol 3 (3) : hal 387 – 394

8
LAMPIRAN
1.) Perhitungan Susut Bobot

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑠𝑎𝑦𝑢𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)


𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑠𝑎𝑦𝑢𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙

250,22−239,49
Kontrol = x 100 % = 4,29 %
250,22
245,51−237,45
KMNO4 15 % = x 100% =3,28 %
245,51
253,8−237,06
KMNO4 30 % = x 100% = 6,60 %
253,8

2.) Kadar Air

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑦𝑢𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑦𝑢𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛


× 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑦𝑢𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙

44,17 𝑔𝑟𝑎𝑚−40,76 𝑔𝑟𝑎𝑚


- Kadar Air Awal = × 100%= 7,72 %
44,17 𝑔𝑟𝑎𝑚

-. Kadar Air Akhir:


41,46 𝑔𝑟𝑎𝑚−37,00𝑔𝑟𝑎𝑚
- KMnO4 30% = × 100%= 10,8 %
41.46 𝑔𝑟𝑎𝑚
41,56 𝑔𝑟𝑎𝑚−38.01 𝑔𝑟𝑎𝑚
- KMnO4 15 %= × 100%= 8,6 %
41,56 𝑔𝑟𝑎𝑚
43,36 𝑔𝑟𝑎𝑚−39,85 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kontrol = × 100%= 8,09 %
43,36 𝑔𝑟𝑎𝑚

3. Perhitungan Vitamin C
 Vit C awal
Kadar Vit C: 0,8 ml x 0,88 mg= 0,704 mg/10ml
Dalam 10 g pisang = 100/10 x 0.704 mg = 7,04 mg asam askorbat
Dalam 80,32 g pisang = 82,32 x 0,704 mg = 56, 55 mg askorbat
Vitamin C setelah perlakuan
 KMnO4 30 % :
Kadar Vit C: 1,3 ml x 0,88 mg = 1,144 mg/10ml

9
Dalam 10 g pisang = 100/10 x 1,144 mg = 11,44 mg asam askorbat
Dalam 90,32 g pisang = 90,32 x 1,144 mg = 103, 33 mg askorbat
 KMnO4 15 % :
Kadar Vit C: 0,9 ml x 0,88 mg= 0,792 mg/10ml
Dalam 10 g pisang = 100/10 x 0,792 mg = 7,92 mg asam askorbat
Dalam83,95 g pisang = 83,95 x 0,792 mg = 66, 49 mg askorbat
 Kontrol :
Kadar Vit C: 0,5 ml x 0,88 mg= 0,44 mg/10ml
Dalam 10 g pisang = 100/10 x 0,44 mg = 4,4 mg asam askorbat
Dalam84,28 g bunga = 84,28 x 0,44 mg = 37,08 mg askorbat
4. Perhitungan Laju Respirasi

(𝑣𝑜𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑣𝑜𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)×𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝑙


-. Laju Respirasi Awal: (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑦𝑢𝑟/𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢)
× 100%
(9,6𝑚𝑙−4𝑚𝑙)×0,1
-. Laju Respirasi Awal : (92,90gram /20𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
× 100%
0,56
: × 100% = 12,%
4,64
(9,6𝑚𝑙−4,5𝑚𝑙)×0,1
-. Laju Respirasi Kontrol : (80,08 gram /20𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
× 100%
0,51
: × 100% = 12,73%
4,004
(9,6𝑚𝑙−5,5𝑚𝑙)×0,1
-. Laju Respirasi KMnO4 15 % : ( 78,35 gram/20𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
× 100%
0,41
: × 100% = 10,48%
3,91
(9,6𝑚𝑙−7,6𝑚𝑙)×0,1
-. Laju Respirasi KMnO4 30 % : (85,69 gram/20𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
× 100%
0,2
: × 100% = 4,67%
4,28

10
11

Anda mungkin juga menyukai