Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

“TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN”

DOSEN PENGAMPUH :

Dr. LIZAWATI, S.P. M.Si

OLEH :

REDO PRATAMA (D1A016094)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga saya dimampukan untuk dapat menyelesaikan penyusunan laporan
praktikum ini. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Besar harapan saya bahwa Laporan yang berjudul “Laporan Akhir
Praktikum Kultur Jaringan Tanaman” ini boleh menjadi bahan bacaan dan sumber
informasi bagi pembaca dalam bidang Teknik Kultur Jaringan Tanaman. laporan
ini disusun sebagai tugas untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Teknik
Kultur Jaringan Tanaman.
Terlepas dari semuanya itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat mengubah teknik penulisan kedepannya.

Jambi, April 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
PEMBUATAN LARUTAN STOK

1.1. Latar Belakang

Prinsip dasar kultur jaringan tanaman adalah bahwa setiap sel dalam tubuh
organisme merupakan suatu unit otonom yang totipotensi, yaitu kemampuan tiap
sel yang berasal dari semua bagian tanaman untuk tumbuh menjadi tanaman
sempurna jika di letakkan pada media dan lingkungan yang sesuai.

Media kultur sebagi media tumbuh tanam yang dikulturkan merupakan


bagian penting dalam proses perbanyakan tanaman secara invitro. Pentingnya
media kultur dalam tehnik perbanyakan vegetatif ini tidak lepas dari adnya
komponen penyusun media yang terdiri dari berbagi unsur pendukung
pertumbuahan tanaman seperti hara makro, hara mikro, vitamin, zat perangsang
tumbuh dan sumber energi dalam bentuk gula.

Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan dalam: Stok makro,


stok mikro, stok Fe, stok vitamin dan stok hormone terutama bila larutan stok
tidak disimpan terlalu lama (segera digunakan habis). Stok hormone dapat
disimpan antara 2-4 minggu, sedangkan stok hara dapat disimpan 4-8 minggu.
Dengan adanya larutan stok, pembuatan media selanjutnya hanya dengan teknik
pengenceran dan pencampuran saja.

1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk melatih kemampuan
dalam mempersiapkan larutan stok medium.
PEMBUATAN MEDIA MS
1.1. Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan
vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik
perbanyakan vegetative konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi
yang berbeda. Penerapan teknikkultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di
dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnyaaseptik (steril dari patogen). Bermuara
dalam kondisi yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang
berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik. Kondisi ini dimulai dari
cara:

1. Penyiapan peralatan (alat tanam berbahan logam ataupun gelas).

2. Pembuatan media penanaman.

3. Penanaman (inisiasi dan pemilihan: a. perbanyakan; b.perakaran).

Selain peralatan kultur jaringan, media merupakan salah satu factor utama
dalam keberhasilan kultur. Media kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat
yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media
kultur jaringan memiliki karakteristik masing-masing. Artinya tidak semua media
dapat digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa media yang ada
memiliki perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-zat yang diperlukan atau
digunakan pada kultur.

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur


jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan
metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media
tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai
komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur fisiknya dapat
berbentuk padat atau cair. Media berbentuk padat menggunakan pemadat media
seperti agar. Media kultur yang memenuhi syarat adalah yang mengandung
nutrient makro dan mikro dalam kadar dan perbandingan tertentu, sumber energi
(sukrosa), serta mengandung berbagai macam vitamin dan ZPT.
1.2. Tujuan

Praktikum ini memiliki tujuan :

1) Mengetahui pembuatan media tanam dari stok-stok bahan kimia.


2) Mempelajari cara pembuatan media MS padat yang akan digunakan
sebagai tempat tumbuh eksplan.
3) Mengetahui kandungan air kelapa yang digunakan pada saat pembuatan
media sebagai zat pengatur tumbuh.
STERILISASI DAN PENANAMAN EKSPLAN

1.1. Latar Belakang


Sterilisasi merupakan hal yang erat dengan pembuatan medium isolasi dan
pembiakan mikroorganisme secara murni. Pengertian umum sterilisisasi adalah
suatu proses yang berusaha membebaskan bahan atau alat dari mikroorganisme.
Namun perlu diketahui bahwa bahan atau alat yang telah melalui proses sterilisasi
tidak akan benar-benar bebas dari mikroorganisme. Tujuan utama sterilisasi
adalah untuk meminimalkan gangguan oleh mikroorganisme yang tidak
dikehendaki (kontaminan), sekaligus meminimalkan gangguan akibat proses
sterilisasi itu sendiri sekecil mungkin (Sany 2007: 1).
Terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim secara tiba – tiba
merupakan tantangan lingkungan hidup yang paling berat dialami oleh umat
manusia di muka bumi. Pola iklim mengalami perubahan akibat kenaikan suhu
permukaan buni. Akibatnya, ada bagian bumi yang curah hujannya berlebihan,
adapula yang berkurang. Kenaikan curah hujan akan meningkatkan frekuensi dan
intensitas banjir, makin banyak erosi, serta makin banyaknya tanah longsor.
Kekeringan yang panjang dan fluktuasi musim yang semakin sulit diprediksi,
akan mengancam ketersediaan pangan dan air.
Berkurangnya pasokan sandang, pangan, dan papan dan kurangnya
ketersediaan air merupakan masalah utama bagi kelangsungan hidup umat
manusia. Oleh sebab itu, diperlukan suatu gerakan baru atau inovasi – inovasi
baru dalam menghadapi masalah kekurangan tersebut. Kegiatan seperti reboisasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan. Selain itu, pembuatan tanaman
transgenik adalah suatu inovasi baru yang dapat mengatasi masalah kepunahan
atau kekurangan pangan.
Adapun cara yang dilakukan dalam mewujudkan gerakan penanaman
tanaman transgenik yaitu dengan melakukan kultur jaringan. Kultur jaringan
merupakan salah satu cara terbaik dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Proses pelaksanaan kultur jaringan yang dapat dikatakan proses terakhir yaitu
penanaman eksplan. Syarat pertama kultur jaringan juga masih digunakan pada
pelaksanaan ini yaitu kondisi yang aseptic. Pada proses penanaman eksplan,
lingkungan yang digunakan haruslah benar-benar dalam kondisi yang aseptic.
Oleh karenanya penanaman biasanya dilakukan di Enkas, sebuah kotak dengan
tepi yang transparan dan terdapat lubang untuk tangan, atau dengan menggunakan
LAF (Laminar Air Flow).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana sterilisasi
eksplan yang digunakan saat penanaman dan mengetahui tata cara penanaman
yang steril di LAF (Laminar Air Flow).
PENANAMAN ANGGREK DAN NANAS
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji anggrek dengan tujuan untuk
mengecambahkannya dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari anggrek
tidak mempunyai cadangan makanan.
Kultur jaringan terus berkembang dari mengkulturkan biji berkembang
dengan mengkulturkan jaringan dan terus berkembang hingga mampu
mengkulturkan satu sel dari tanaman.
Penggunaan kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu
memproduksi bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
relatifr singkat. Oleh karena itu kultur jaringan sering dijadikan solusi sebagai
metode perbanyakana tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode
penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan temapat yang besar.
Keberhasilan dari kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan
konsentrasi nutrisi yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini
menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi
dari tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara.
Oleh karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap
penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan
kultur jaringan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menanam tanaman eksplan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LARUTAN STOK
Dalam pembuatan media, langkah pertama adalah membuat stok dari
media terpilih. Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang bahan
yang berulang–ulang setiap kali membuat media.“Untuk membuat medium kultur
jaringan, biasanya menimbang setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada
resep medium dasar. Langkah ini kurang praktis karena memakan banyak waktu
dan mengurangi kecepatan. Selain itu timbangan yang digunakan untuk
menimbang sejumlah kecil bahan kimia kadang-kadang tidak tersedia. Kendala ini
dapat dibatasi dengan pembuatan larutan stok terlebih dahulu, kecuali untuk unsur
mikronya. Jadi perlu membuat larutan stok untuk unsur mikro, besi, vitamin,
hormon, dan mio-inositol (Hendaryono dan Wijayani, 2007)“. Setiap larutan stok
dapat dipergunakan sampai 100 liter media, bahkan larutan stok mikro dapat
dipergunakan sampai 100 liter media. Larutan stok dapat disimpan ditempat yang
bertemperatur rendah dan gelap.

Larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen
media yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut
dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan
konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat,
pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik
sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi
media yang dikehendaki (Yusnita, 2003).
Dalam pembuatan larutan stok, yang perlu diperhatikan adalah
penyatuan beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan
harus mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya. Dalam
larutan stok yang berisi beberapa komponen media jangan sampai ada endapan.
Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan hara dalam media eksplan atau
tanaman yang dikulturkan. Setelah larutan stok dibuat, pengambilanya untuk
media dapat dilakukan dengan cara memipet atau menakarnya dengan gelas ukur
(Yusnita, 2003).
Pembutan larutan stok dimaksudkan untuk memberi kemudahan
pekerjaan dalam pembutan media salnjutnya antara lain;
1. Menghemat pekerjaan menimbang bahan media setiap kali ingin membuat media
2. Mengatasi kesulitan penimbangan dalam jumlah yang sangat kecil
3. Mengurangi kerusakan bahan kimia akibat terlau sering dibuka dan ditutup
(Marlin dkk, 2007).
Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan dalam : Stok
makro, stok mikro, stok Fe, stok vitamin dan stok hormone terutama bila larutan
stok tidak disimpan terlalu lama (segera digunakan habis). Stok hormone dapat
disimpan antara 2-4 minggu, sedangkan stok hara dapat disimpan 4-8 minggu.
Dengan adanya larutan stok, pembuatan media selanjutnya hanya dengan teknik
pengenceran dan pencampuran saja.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan stok adalah
penyimpanan (daya simpan) larutan. Larutan yang sudah mengalami
pengendapan, tidak dapat digunakan lagi. Pengendapan larutan stok umumnya
terjadi bila kepekatan dapat dihindari dengan membuat larutan yang tidak terlalu
pekat atau tidak menggunakan larutan campuran, yaitu dengan membuat satu
larutan stok hanya untuk satu jenis bahan (terutama untuk unsur hara makro).
Kondisi simpan juga diperhatikan, karena ada beberapa bahan yang tidak tahan
dalam suhu tinggi atau cahaya.
Pembuatan media dikelompokan berdasarkan jenis bahan kimia yang
digunakan, sehingga jika bahan kimia tersebut dicampur tidak terjadi interaksi
yang menghasilkan senyawa baru. Biasanya pengelompokan dilakukan
berdasarkan stok hara makro, stok hara mikro, vitamin dan stok hormone,
terutama jika larutan stok tidak disimpan terlalu lam. Stok hara baik mikro maupu
makro dapat disimpan dalam waktu yang relative lam yaitu 4-8 minggu,
sedangkan stok hormone biasanya disimpan dalam jangka waktu 2-4 minggu
(Marlin dkk, 2007).
Larutan stok dalam bentuk cair disimpan di dalam lemari es. Pembuatan
larutan stok harus dilakukan dengan cermat, sebab larutan stok yang terlalu pekat
akan mengalami penendapan di dalam lemari es. Jika terjadi pengendapan, maka
sebelum larutan stok digunakan terlebih dahulu harus dipanaskan (Hendaryono
dan Wijayani, 2007). Larutan stok kadang-kadang ditumbuhi mikroorganisme.
Larutan stok yang terkontaminasi mikroorganisme ini, juga tidak dapat digunakan
lagi. Oleh karena itu kondisi simpan harus dijaga kebersihan dan tempat (wadah)
larutan harus diusahakan cara-cara pembuatan larutan stok untuk media
Murashige dan Skoog (1962).
Pada stok hara makro, senyawa-senyawa sumber unsur hara makro
diperlukan dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu sebaiknya dibuat
dalam larutan stok tunggal. Selain itu jenis anion senyawa sumber unsur hara
makro tidak sama, kemungkinan hal tersebut akan mempercepat pengendapan
larutan bila dibuat larutan stok campuran. Biasanya larutan stok hara dibuat
beberapa macam dan diberi nama sebagai berikut :

Tabel 4. Pembuatan larutan stok media MS untuk skala besar.


Pelarut Volume
Berat Konsentras
N Larutan Kersenyawaa Aquade larutan stok
persenyaw i larutan
o stok n st untuk 1 liter
aan (mg) stok (kali)
(ml) media (ml)
1 A NH4NO3 83500 1000 50 20
2 B KNO3 95000 1000 50 20
3 C CaCl2.H2O 44000 1000 100 10
4 D MgS4.H2O (37000+ 1000 100 10
KH2PO4 17000)
5 E FeSO4.7H2O (5570+ 500 200 5
Na2EDTA. 7450) 500
6 F MnSO4.H2O (3380.0+ 1000 200 5
(senyaw ZnSO4.H2O 1720.0+
a H3BO3 1240.0+
mikro) KI 1240.0+
Na2MoO4.H2 50.0+
O 5.0+
CoCl.6H2O 5.0)
CuSO4.5H2O

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada larutan stok :


a. Larutan stok media, sebaiknya tidak disimpan lebih dari 2 bulan sebelum
dipergunakan.
b. Stok vitamin dan zat pengatur tumbuh, sebaiknya digunakan segar (kurang dari
2 minggu). Oleh karena itu sebelum membuat larutan stok, harus ditentukan
dahulu kebutuhan media, jadwal pembuatan media dan semua sarana pembuatan
media harus benar-benar sudah siap.
c. Larutan stok yang telah mengalami pengendapan dan yang sudah ditumbuhi
mikroorganisme (terkontaminasi), tidak boleh digunakan lagi (dibuang).
d. Semua alat-alat gelas (alat ukur, takar, wadah) sebelum dipergunakan untuk
membuat larutan, harus dibilas dulu dengan aquadest. Setelah selesai digunakan
atau sebelum digunakan lagi, harus pula segera dibilas dengan aquadest. Bila tidak
digunakan lagi, tempatkanlah pada rak penyimpanan secara terbalik supaya kering
dan bagian dalamnya tidak berdebu.
Vitamin yang paling sering digunakan dalam media kultur jaringan
tanaman, adalah thiamine (vitamin B1), nicotinic acid (niacin) dan pyridoxine
(vitamin B6). Thiamine merupakan vitamin yang esensial dalam kultur jaringan
tanaman.
Nicotinic acid, penting keberadaannya di dalam media kultur akar tomat,
ercis dan lobak (Bonner dan Devirian, 1939), begitu juga pyroxidin diperlukan
dalam kultur akar tomat (Robbins dan Schmidt, 1939).
Myo-inositol atau meso-inositol atau i-inositol digunakan dalam media
untuk memperbaiki pertumbuhan dan morfogenesis, sehingga myo-inositol
dianggap sebagai golongan vitamin untuk tanaman. Myo-inositol berperan dalam
keikutsertaan dalam lintasan biosintesa asam-D-galakturonat yang menghasilkan
vitamin C dan pectin serta kemungkinan inkorporasinya dalam fosfoinositida dan
fosfatidil inositol yang berperanan dalam pembelahan sel. Penambahan myo-
inositol dengan konsentrasi antara 20-100 mg/l pertama kali ditunjukkan oleh
Jacquiot dalam kultur kambium tanaman elm (George dan Sherringtone, 1984).
Myo-inositol berpengaruh dalam morfogenesis kultur, misalnya dalam kultur
Haworthia sp. Pembentukan pucuk dalam Haworthia sp. tergantung dari
keberadaannya myo-inositol (Kaul dan Sabharwal, 1972, 1975). Di alam Myo-
inositol ditemukan dalam air kelapa, dan dalam jumlah kecil didalam agar
dipasaran. Myo-inositol juga digunakan dalam pembuatan media Wood & Braun
dan Murashige & Skoog (George dan Sherringtone, 1984).
Pantothenic acid mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan
jaringan tanaman tertentu, seperti Salix sp. (Telle dan Gautheret, 1947), tidak
semua jenis tanaman membutuhkan penambahan pantothenic acid, contohnya
pada kultur jaringan wortel.
Vitamin E (tocopherol) yang ditambahkan ke dalam kultur jaringan
tanaman dapat memacu pembentukan kalus friable (remah) dalam kultur embrio
jagung sedangkan dalam kultur suspensi kedelai, merangsang penyebaran sel pada
konsentrasi 0.95 mM (Oswald et al, 1977).
PEMBUATAN MEDIA MS

Media yang terlalu padat dapat mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab
akar-akar sulit untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu
lembek akan menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa
tenggelamnya eksplan yang ditanam, terutama ekspaln yang berat seperti eksplan
wartel, melinjo, eksplan bawang putih, eksplan kedelai, dan lain sebagainya.
Pemakaian media cair lebih ditekankan pada suspensi sel, yaitu untuk
menumbuhkan plb (protocorm like bodies atau disebut juga protokormus). Dari
protokarmus ini nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan ke
dala media padat yang sesuai (Hendaryono dan Wijayani, 2007).

Media invitro yang biasa digunakan biasa berupa media padat sebab
memiliki beberapa keuntungan antara lain penggunaan eksplan terkecil akan lebih
muda terlihat, eksplan berada di atas permukaan media sehingga tidak perlu
memerlukan alat Bantu untuk aerasi, tunas dan akar akn lebih muda tumbuh pada
media yang diam. Namun pada media cair juga terdapat beberapa keuntungan
yang tidak dimiliki pada media padat yaitu antara lain tidak memerlukan
tambahan bahan pemadat, tepat untuk proses kultur protoplasma maupun kultur
sel, eksudat yang dikeluarkan oleh eksplan tidak terakumulasi disekitar eksplan,
kontak ekslan dengan media lebih besar (George and Sherington, 1984).
Dalam prosesnya, keberhasilan kultur jaringan selain dikarenakan oleh
kondisi lingkungan yang terkendali juga ditentikan oleh media kultur. Media
kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Media kultur merupakan
komponen faktor lingkungan yang menyediakan unsure pertumbuhan tanaman
seperti unsure hara makro, unsure hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat
pengatur tumbuh, param-garam organic, persenyawaan komplek alamiah, arang
aktif dan bahan pemadat (George and Sherington, 1984).
Media kultur yang biasa digunakan adalah media dengan formulasi
Murashige and Skoog (MS). Media MS merupakan media dasar yang mempunyai
formulasi yang sangat lengkap. Komposisi media MS ini pada umumnya dapat
digunakan pada hampir semua jenis tanaman (Wattimena,1992).
Pada umumnya media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar
dan media perlakuan. Resep media dasar adalah resep kombinasi zat yang
mengandung hara esensial (makro dan mikro), sumber energi dan vitamin. Dalam
teknik kultur jaringan dikenal puluhan macam media dasar. Penamaan resep
media dasar pada umumnya diambil dari nama penemunya atau peneliti yang
menggunakan pertama kali dalam kultur khusus dan memperoleh suatu hasil yang
penting artinya. Beberapa media dasar yang banyak digunakan antara lain:
1) Media dasar Murhasige dan skoog (1962) yang dapat digunakan untuk hampir
semua jenis kultur, terutama pada tanaman herbaceous.
2) Media Knop dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel.
3) Media dasar B5 untuk kultur sel kedelai, alfafa, dan legume lain.
4) Media dasar White (1934) yang sangat cocok untuk kultur akar tanaman tomat.
5) Media dasar Vacin dan Went yang biasa digunakan untuk kultur jaringan
anggrek.
6) Media dasar Nitsch dan Nitsch yang biasa digunakan dalam kultur tepung sari
(pollen) dan kultur sel.
7) Media dasar Schenk dan Hildebrandt (1972) atau media SH yang cocok untuk
kultur jaringan tanaman-tanaman monokotil.
8) Medium khusus tanaman berkayu atau Woody Plant Medium (WPM)
9) Media N6 untuk serealia terutama padi.
Unsur hara di dalam media kultur tersusun atas beberapa komponen,
sebagai berikut
1. Hara makro yang digunakan pada semua formulasi media kultur.
2. Hara mikro selalu digunakan. Ada beberapa komposisi media yang hanya
menggunakan besi atau besi-kelat.
3. Vitamin-vitamin dan asam-asam amino serta N organik, umumnya
ditambahkan dalam jumlah yang bervariasi. Vitamin, asam amino dan bahan
organic lain seperti myo inositol merupakan komponen media yang berpengaruh
baik terhadap pertumbuhan kultur. Kelompok vitamin yang sering digunakan
dalah dari golongan vitamin B yaitu Thiamin-HCL (B1), Pyrodoxin-HCL (B6),
ASAN Nikotinat dan Riboflavin (B2) (Nugroho, 1997).
4. Sumber energi dan karbon berupa gula, merupakan keharusan, kecuali untuk
tujuan yang sangat khusus. Konsentrasi optimum sukrosa tergantung dari jenis
jaringan yang dikultur. Pada kultur kalus dan pucuk, konsentrasi sukrosa yang
digunakan adalah antara 2-4 % yang merupakan konsentrasi optimum. Namun
dalam kultur embrio, konsentrasi gula dapat mencapai 12 %. Menurut
Szweykowske, 1974 yang dikutip oleh George & Sherrington (1984), pembelahan
sel protonema Ceratodon purpureus dipengaruhi oleh interaksi antara glukosa dan
2iP. Gula berfungsi ganda di dalam media yaitu berfungsi sebagai sumber energi,
dan sebagai penyeimbang tekanan osmotik media. Menurut George & Sherrington
(1984), 4/5 bagian dari potensial osmotik dalam media White disebabkan oleh
gula, sedangkan dalam media MS hanya setengah dari potensial osmotiknya
disebabkan adanya gula.
5. Persenwawaan-persenyawaan organic kompleks alamiah seperti: air kelapa,
ekstrak ragi (yeast extract), juice pisang hijau, tauge, nanas, kentang dan
sebagainya.
6. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT): ada beberapa jenis, antara lain: auxin, sitokinin,
geberelin, asam absisat, etilin dan sebagainya. ZPT merupakan komponen
penting dalam media kultur jaringan. Jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan
sangat tergantung pada jenis taman dan tujuan dari kultur tersebut.
Salah satu komponen yang juga menentukan keberhasilan kultur jaringan dalah
jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan Jenis dan konsenyrasi ZPT yang
digunakan tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Pengakulturan untuk
merangsang pembentukan akar biasanya menggunakan ZPT Auksin. Jenis auksi
yang sering digunakan adalah IBA dan NAA. (Nugroho, 1997).
7. Buffer (chelating agent). Penambahan asam amino seringkali juga bersifat
sebagai buffer organik. Penambahan KH2PO4 sendiri tidak efektif sebagai buffer.
Banyak peneliti terdahulu seperti Tausson dan Kordan (George & Sherringtone,
1984) menyarankan untuk menambahkan Fe SO4 dan Na-EDTA dalam media
untuk bertindak sebagai buffer.
8. Bahan Pemadat. Bahan ini digunakan untuk membuat media padat, yang biasa
digunakan adalah agar. Keuntungan dari pemakain agar adalah :
 Agar membeku pada temperatur ≤ 45o C dan mencair pada temperature 100o
C, sehingga dalam kisaran temperatur kultur, agar akan berada dalam keadaan
beku yang stabil.
 Tidak dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh jaringan tanaman.
 Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaan penyusun media.
Dalam perbanyakan komersial dan percobaan-percobaan yang tidak
dimaksudkan untuk mempelajari metabolisme sel, penggunaan agar murni bukan
suatu keharusan mengingat harga agar murni sangat tinggi. Bahan-bahan yang
tidak diinginkan dari agar, dapat dihilangkan dengan cara perendaman dalam
aquadest selama 24 jam. Agar kemudian dibilas dengan ethanol dan dikeringkan
dalam oven pada 60o C selama 24 jam. Konsentrasi agar yang diberikan berkisar
antara 0.6-1.0 %. (Deberg, (1982 dalam Gunawan 1988).
9. Faktor penting lain adalah pH yang harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu fungsi membran sel dan pH dari sitoplasma. Pengaturan pH
selain memperhatikan kepentingan fisiologi sel, juga harus mempertimbangkan
faktor-faktor :
1. Kelarutan dari garam-garam penyusun media
2. Pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam-garam lain
3. Efisiensi pembekuan agar.
Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara 5.5-5.8
(Gamborg dan Shyluk, 1981). Tanaman Ericaceae seperti Rhododendron
pengaturan pH, biasa dilakukan dengan menggunakan NaOH (atau kadang-
kadang KOH) atau HCl pada waktu semua komponen sudah dicampur, beberapa
saat sebelum disterilkan dengan autoklaf. Sekalipun media sudah ditetapkan,
seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah. Pada umumnya terdapat penurunan
pH setelah distrerilkan dalam autoklaf. Untuk mencapai pH sekitar 5.7-5.9, Nann
dkk. (dalam George dan Sherrington, 1984) membuat pH 7.0 dalam media yang
belum disterilkan. Untuk menghindarkan perubahan pH yang cukup besar.
Murashige dan Skoog menyarankan agar dilakukan pemanasan untuk melarutkan
agar-agar dan memanaskan media didalam autoklaf selama beberapa menit, baru
diadakan penetapan media disterilkan dalam autoklaf. Dalam wadah yang besar,
media disterlkan dan kemudian dititrasi dengan NaOH/HCl steril sampai pH yang
diinginkan. Setelah itu media dituang ke dalam wadah kultur steril yang telah
dipersiapkan di dalam laminar air flow cabinet.
10. Arang aktif, berfungsi untuk menyerap senyawa toxic yang dihasilkan oleh
eksplan sebagai anti oxidan juga sering digunakan untuk memacu pertumbuhan
akar.
Penambahan arang aktif. Arang aktif 0.8-1 g/l menghambat pembekuan agar
(Horner et al (1977 dalam George & Sherrington, 1984). Arang aktif atau
charcoal adalah arang yang sudah dipanaskan selama beberapa jam dengan
menggunakan uap atau udara panas (George & Sherrington, 1984). Bahan ini
mempunyai sifat adsorpsi yang sangat kuat. Arang aktif dapat ditambahkan ke
dalam media pada berbagai tahap perkembangan kultur. Bahan ini dapat
ditambahkan pada media inisiasi, media regenerasi, atau media perakaran.
Penambahan arang aktif dapat membantu pertumbuhan perkembangan kultur,
tergantung dari jenis kulturnya. Secara umum, pengaruh arang aktif adalah
sebagai berikut:
a) Mengadsorpsi persenyawaan-persenyawaan toxic yang terdapat dalam media
yang dapat menghambat pertumbuhan kultur, seperti persenyawaan-persenyawaan
fenolik dari jaringan yang terluka waktu inisiasi, dan persenyawaan 5-
hidroksimetil furfural yang diduga terbentuk dari gula yang berada dalam larutan
asam lemah dan mengalami pemanasan dengan tekanan tinggi (Nitsch et al, 1968
dalam Gunawan 1988).
b) Mengadsorpsi zat pengatur tumbuh sehingga mencegah pertumbuhan kalus yang
tidak diinginkan, seperti dalam androgenesis dan pucuk yang ingin diakarkan, dan
juga membantu embryogenesis kultur dalam media regenerasi tanpa auksin,
mungkin dengan bertindak sebagai sink yang menarik auksin dari dalam sel
sehingga embryogenesis dapat terjadi (Drew, 1979 dalam George & Sherringtone,
1984).
c) Merangsang perakaran dengan mengurangi tingkat cahaya yang sampai ke bagian
eksplan yang terdapat dalam media.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan potasium


(kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula
antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara
lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu),
fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung
berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal,
asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu
auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa.
Penelitian di National Institute of Molecular Biology and Biotechnology
(BIOTECH) di UP Los Baños mengungkapkan bahwa dari air kelapa dapat
diekstrak hormon yang kemudian dibuat suatu produk suplemen disebut cocogro.
Hasil penlitian menunjukkan bahwa produk hormon dari air kelapa ini mampu
meningkatkan hasil kedelai hingga 64 %, kacang tanah hingga 15 % dan sayuran
hingga 20-30 %. Dengan kandungan unsur kalium yang cukup tinggi, air kelapa
dapat merangsang pembungaan pada anggrek seperti dendrobium dan
phalaenopsis.
Air kelapa ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Air kelapa yang sering dibuang oleh para pedagang di pasar tidak ada
salahnya untuk kita manfaatkan sebagai penyubur tanaman. Selama ini air kelapa
banyak digunakan di Lab sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur
jaringan.
Volume dan komposisi kimia air kelapa tua dan muda berbeda. Menurut
Banson dan Velasco (1982) volume air kelapa selalu berubah selama pemasakan
buah. Volume air kelapa pada buah tergantung pada ukuran buah, jenis dan
tingkat kesegaran buah, serta umur buah. Volume air kelapa yang maksimal dalam
arti memenuhi seluruh rongga buahnya adalah kelapa yang berumur 7 bulan.
Air kelapa sebagai cadangan makanan yang mengandung vitamin dan zat
tumbuh, sehingga dapat menstimulir perkecambahan. Air kelapa mengandung zat
atau bahan seperti; vitamin, asam amino, asam nukleat fosfor, dan zat tumbuh
auksin dan asam giberelat. Yang berfungsi sebagai penstimulir dalam proliferasi
jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi. Oleh karena itu air kelapa
mempunyai kemampuan besar untuk mendorong pembelahan sel dan proses
deferensiasi. Konsentrasi optimum air kelapa yang diberikan 15% (Tulecke et al,
1960).
Staden dan Drews (1974), melaporkan bahwa dalam air kelapa
mengandung zeatin yang diketahui termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin
mempunyai kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi
jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar. Namun
demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya
fitohormon lain terutama auksin. (Hess, 1975).
Dilihat dari komposisi yang terkandung didalamnya, terutama adanya zat
tumbuh, maka penambahan air kelapa dalam media kultur dapat membantu
mendorong pertumbuhan. Baik pertumbuhan platlet, daun dan akar. Air kelapa
dari jenis kelapa Genjah Hijau dan Genjah Kuning mempunyai pengaruh positip
terhadap pertumbuhan plantlet anggrek dendrobium. Hasil penelitian lainnya
menyatakan bahawa air kelapa sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek
dalam peningkatan pertumbuhan protocorm like bodies (plds).(Widiastoety &
Anggraeni Santi, 1994).
STERILISASI DAN PENANAMAN EKSPLAN

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme


yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Sterilisasi basah dapat digunakan
untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat tembus uap air dan tidak rusak bila
dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110-121 . Sterilisasi dalam setiap
proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan
terutama mikroorganisme atau usaha untuk membebaskan alat dan bahan dari
segala bentuk kehidupan terutama mikrobia (Fardiaz 1992: 4).
Menurut Yuan (2012: 2), bahwa dalam metode kultur jaringan diperlukan
lingkungan yang steril. Ada beberapa metode sterilisasi alat dan bahan tanaman.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan pembakaran,
pemanasan kering, pemanasan basah, penyaringan atau secara kimiawi. Sterilisasi
dengan pembakaran yaitu alat-alat yang terbuat dari logam dapat disterilkan
dengan cara memanaskan atau membakar di atas lampu spirtus. Sterilisasi dengan
udara panas/kering pada alat-alat dari gelas seperti cawan petri, erlenmeyer,
tabung piala, botol eksplan, tabung reaksi dan sebagainya dapat disterilkan dengan
udara panas (oven) pada suhu 130 – 160o C selama 1 – 2 jam. Alat-alat ditata
tidak terlalu rapat agar sirkulasi udara antar tumpukan alat dapat berjalan lancar,
sehingga semua alat dapat disterilkan dan dapat dengan mudah dijaga
kesterilannya saat dikeluarkan dari alat sterilisasi.
Sterilisasi dengan uap panas (basah) pada bahan atau alat dapat disterilkan
dengan uap panas atau secara basah pada uap panas biasa atau uap panas dengan
tekanan tinggi, secara terus menerus (kontinyu) atau secara terputus putus
(diskontinyu), khususnya medium pada suhu atau tekanan yang rendah. Untuk
sterilisasi dengan cara ini sering kali menggunakan otoklaf. Sterilisasi medium
biasanya dilakukan pada suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 15-30 menit,
namun untuk medium yang tidak mudah rusak dapat dilakukan pada suhu atau
tekanan yang sedikit lebih tinggi. Sterilisasi dengan bahan kimia yaitu bahan
kimia tertentu sering digunakan untuk sterilisasi alat maupun bahan. Etanol 70%
sering digunakan untuk sterilisasi permukaan pada alat yang sering dikombinasi
dengan pembakaran pada api. NOCl (natrium hipoklorit) dan formalin juga sering
digunakan untuk sterilisasi permukaan atau disinfestasi permukaan atau disinfeksi
permukaan (Torres 1989: 1).
Sterilisasi alat dan media dilakukan pada alat-alat seperti botol,
erlenmeyer, beaker glass, petridish, pinset, scalpel, gunting, jarum ose, dll
sebaiknya sebelum disterilisasi peralatan dicuci denga detergen kemudian dibilas
dengan aquades dan dikeringkan. Kemudian dibungkus dengan kertas merang.
Temperatur yang digunakan untuk sterilasasi alat-alat dengan autoclave 121°C
pada tekanan 17,5 psi selama 20-30 menit. Sterlisasi bahan tanam yaitu bahan
tanam yang ada dilapangan banyak mengandung debu, kotoran-kotoran dan
berbagai kontaminan hidup pada permukaan. Apabila kontaminan ini tidak
dihilangkan maka media yang mengandung gula, vitamin, dan mineral merupakan
sumber energy bagi kontaminan yang ada. Prinsip sterilasasi eksplan adalah dapat
mematikan kontminan tanpa membunuh eksplan, karena baik kontaminan maupun
eksplan merupakan benda hidup. Berhasilnya teknik sterilsasi merupakan langkah
awal keberhasilan dalam kerja kultur in vitro (Hadioetomo 1993: 1).
Sterilisasi eksplan dilaksanakan dengan dua cara yaitu: a) Sterilisasi
eksplan secara Mekanis, Cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau
berdaging, yaitu dengan membakar eksplan tersebut di atas lampu spirtus
sebanyak tiga kali.b) Sterilisasi Eksplan secara Kimiawi, sterilisasi ini gunakan
untuk eksplan yang lunak. Sterilisasi ini menggunakan bahan kimia. Bahan-bahan
yang digunakan untuk sterilisasi: Sodium hipoklorit, Mercuri chlorit, Alkohol
70%(Anonim,2008).
Menabur eksplan dilakukan di dalam Laminar Air Flow Cabinet dengan
kondisi aseptik. Sebelum kita bekerja di dalam laminar air flow cabinet, semua
perhiasan tangan harus dilepas, dan tangan dibasuh terlebih dahulu dengan
alkohol 70%. Eksplan yang siap ditaman dipotng dengan menggunakan scalpel di
dlam cawan petri. Potongan eksplan dimasukan kedalam erlenmeyer yang berisi
media tumbuh, hingga permukaan yang teriris bersentuhan dengan medium.
Setelah semua pekerjaan menabur selesai, kemudian alat-alat yang sudah dipakai
dibersihkan (Wetherel,2008).
Teknik penanaman kultur jaringan sangat sederhana yaitu suatu sel atau irisan
jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptic diletakkan dan
dipelihara dalam medium padatan cair yang cocok dan dalam keadaan yang steril.
Dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan
mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila valus yang terbentuk
dipindahkan kedalam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk
tanaman kecil lengkap dan disebut plantet. Dengan teknik kultur jairngan ini
hanya ada satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan valus yang
dapat menjadi plantet dalam jumlah yang besar (Anonim, 2009)

Eksplan yang telah ditanaman, agar dapat tumbuh menjadi kalus dan
kemudian menjadi palntet, membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat.
Artinya, eksplan atau kalus yang sudah waktunya untuk dipindahkan ke media
tanama yang baru harus segera dilaksanakan tidak boleh sampai terlambat.
Pemindahan yang terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus
dapat terhenti atau dapat mengalami browning atau terkontaminasi oleh jamur
atau bakteri. Sebelum digunakan, enkas haru disterilisasi dengan menggunakan
hand sprayer berisi spirtus atau campuran formalin 10 % dan alcohol 70% dengan
perbandingan 1 : 1. Setelah disemprot kemudian dibiarkan terlebih dahulu kurang
kebih 10 menit, baru kemudian boleh digunakan. Botol botol eksplan sudah berisi
medium setelah ditutup dengan alumunium foil, kemudian disterilisasi. Sterilisasi
medium lebih sedikit waktunya dibandingkan dengan sterilisasi alat alat yakni 15
menit, tetapi suhu dan tekanan nya sama (Hendra, 2007).

Sterilisasi eksplasn dilakukan dengan dua cara yaitu sterilisasi eksplasn


secara mekanis, cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau berdagung yaitu
dengan membakar eksplan tersebut diatas lampu spirtus sebanyak 3 kali.
Sterilisasi eksplan secara kimiawi, Sterilisasi ini digunakan untuk eksplan yang
lunak. Sterilisasi ini menggunakan bahan kimia. Bahan bahan yang digunakan
untuk sterilisasi : sodium, hipoklorit, mercuri chlorit, alcohol 70% (Anonim
2008).

Menabur eksplan dilakukan didalam laminary air flow cabinet dengan


kondisi aseptic. Sebelum kita bekerja di dalam laminar air flow cabinet, semua
perhiasan tangan dilepas, dan tangan dibasuh dengan alcohol 70% terlebih dahulu.
Eksplan yang siap ditanam dengan menggunakan scapel didalam cawan petri.
Potongan eksplan dimasukkan kedalam enlemeyeryang berisi media tumbuh,
hingga permukaan teriris bersentuhan dengan medium. Setelah semua pekerjaan
menabur selesai, kemudian alat-alat yang sudah dipakai dibersihkan (Watherel,
2008).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 Februari sampai


tanggal 20 Maret 2019 pukul 13.00 sampai selesai. Pada tanggal 20 Maret
kegiatan pengenalan alat. Pada tanggal 27 Februari dilaksanakan kegiatan
sterilisasi alat dan bahan. Pada tanggal 6 Maret 2019 dilaksanakan kegiatan
pembuatan media, pada tanggal 13 Maret 2019 untuk kegiatan penanaman eksplan
anggrek, pada tanggal 16 Maret 2019 untuk penanaman eksplan nanas, dan
tanggal pada 20 Maret 2019 untuk kegiatan penanaman eksplan wortel.
Sekanjutnya dilakukan kegiatan pengamatan per minggunya. Prakikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Dilanjutkan dengan pengamatan per minggu dilakukan mulai tanggal sampai
2019.

3.2 Alat dan Bahan

 Alat
a. Alat Pembuatan Media Tanam

- Hot plate
- Spatula
- Timbangan analitik
- Pipet tetes
- Ph meter
- Gelas piala
- Labu ukur
- Panci
- Pengaduk
- Tisu
- Kertas
- Botol-botol kultur
- Plastik
- Karet gelang
- Kertas label
- Sendok
- Erlenmeyer
- Sprayer

b. Alat Sterilisasi

- Autoklaf
- Sarung Tangan

c. Alat Penanaman Media

- Laminar Air Flow


- Pinset
- Tisu
- Sprayer
- Plastic
- Karet Gelang
- Bunsen
- Petridish
- Scalpel
 Bahan
a. Bahan Pembuatan Media

- Gula
- Agar
- Air yang telah disterilkan
- Larutan stok A sampai F
- Myo-inositol
- Vitamin

b. Bahan Penanaman Eksplan

- Media yang sudah jadi


- Alkohol
- Aquadest
- Eksplan

3.3 Cara Kerja


Pada pertemuan pertama praktikum dilakukan pengenalan alat-alat
laboratorium dan bahan-bahan apa saja yang akan digunakan untuk kegiatan
kultur. Masing-masing alat dan bahan diperkenalkan fungsi dan cara
menggunakannya untuk kemudian dicatat.

Pada minggu kedua, praktikum yang dilakukan adalah sterilisasi alat dan
bahan. Botol kultur di autoklab kotor. Kemudian botol-botol tersebut dicuuci
bersih dan direndam dalam larutan hipoklorits selama semalam. Lalu, botol-
botol tersebut di autoclab bersih. Praktikum dilanjutkan dengan pembuatan
media tanam. Caranya adalah, pertama-tama mencampurkan larutan-larutan
stok (stok a, stok b, stok c, stok d). kemudian masukkan sukrosa (gula)
sebanyak 60 gram karena media yang akan dibuat adalah 2 L. Aduk terus
menerus media hingga homogeny, lalu ukur pH menggunakan pH meter.
Setelah itu, masukkan agar dan aduk-aduk hingga mendidih. Angkat media
yang telah masak, kemudian bagi kedalam 3 bagian dengan perlakuan berbeda
(p1,p2,p3). Masukkan masing-masing perlakuan kedalam botol media dan beri
label. Pindahkan botol media di ruang aklimatisasi dan diinkubasi selama 1
minggu.

Pada minggu ketiga, dilakukan kegiatan pembuatan media, yakni :

1. Takar larutan stok A – F di gelas piala.


2. Gabungkan setiap larutan stok pada panci yang tersedia.
3. Timbang gula sebanyak 60 gram dan masukkan ke dalam panci.
4. Timbang agar sebanyak 14 gram dan masukkan ke dalam panci.
5. Tambahkan air yang telah di sterilkan sebanyak 2000ml
6. Letakkan panci di atas hot plate.
7. Aduk bahan tersebut hingga larut dan mendidih
8. Ukur pH dan mengkondisikannya menjadi 5,8 – 6,2
9. Masukkan larutan yang sudah jadi ke dalam botol kultur
10. Tutup botol kultur dengan plastik dan ikat dengan karet gelang
11. Masukkan botol kultur tersebut ke dalam autoklaf untuk disterilkan
Pada minggu keempat, dilakukan penanaman eksplan anggrek ke dalam
botol. Cara kerjanya adalah mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan
sabun cair kemudian menyemprotkan alcohol ke tangan dan alat-alat di dalam
laminar air flow. Selanjutnya adalah membakar pinggiran botol kultur yang
telah terisi media dengan menggunakan Bunsen untuk selanjutnya dibuka
selotipnya lalu dilap menggunakan tissue. Siapkan eksplan, ambil eksplan
menggunakan pinset yang sebelumnya telah dibakar diatas lampu Bunsen
agar mikrobanya mati. Masukkan eksplan kedalam botol yang telah terisi
media. Eksplan dimasukkan dalam posisi tegak agar pertumbuhan akar dan
tunasnya baik. Lalu tutup botol menggunakan plastic dan ikat dengan karet.
Pengamatan dilakukan selama tiga minggu setelah tanam.

Pada minggu kelima, praktikum yang dilakukan adalah penanaman


eksplan nanas (tunas samping). Eksplan nanas yang digunakan adalah nanas
Tangkit. Sebelum menanam hal pertama yang dilakukan adalah
membersihkan kulit nanas dibawah air mengalir. Kemudian rendam di larutan
bakterisida dan fungisida masing-masing sebanyak 2,5 gram di dalam 100 ml
aquades selama 15 menit. Setelah itu, rendam di alcohol 70% selama 3 menit
dan di larutan NaCl 20% selama 5 menit. Lalu bilas dengan aquades sebanyak
3 kali. Untuk penanaman, langkah-langkah yang harus dilakukan dengan
penanaman eksplan anggrek yaiutu dengan cara memotong bagian eksplan
nanas kemudian di tanam kedalam media yang telah di siapkan.

Pada minggu keenam, dilakukan penanaman eksplan wortel (umbi).


Sebelum menanam eksplan, umbi wortel di kerik terlebih dahulu di bawah air
mengalir dan dicuci hingga bersih. Wortel dipotong menjadi beberapa bagian
dan direndam dalam larutan alcohol 70%. Kemudian potong wortel tersebut
dipotong kembali hingga menyerupai bentuk piala. Setelah selesai dipotong,
wortel dibakar di atas Bunsen selama kurang-lebih 5 detik untuk menghindari
adanya mikroorganisme yang menempel. Letakkan eksplan wortel kedalam
botol kultur yang sebelumnya sudah di sterilkan juga.

3.4 Rancangan Percobaan

Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok


(RAL) dengan 3 perlakuan yaitu P1, P1, dan P3. Pada praktikum ini setiap
perlakuan diulang sebanyak dua kali dan tiap botol kultur masing – masing
ditanam satu eksplan.

3.5 Variabel yang Diamati


3.5.1 Waktu Tumbuh Tunas

Waktu tumbuh tunas merupakan waktu pertama kali tunas


tumbuh tiap perlakuan. Waktu tumbuh tunas diamati setiap hari hingga
batas waktu 3 minggu setelah tanam.

3.5.2 Jumlah Tunas

Jumlah tunas diperoleh dengan cara menghitung setiap tunas


yang muncul per perlakuan. Variabel jumlah tunas diamati setiap hari
hingga batas waktu 3 minggu setelah tanam.

3.5.3 Kontaminasi

Kontaminasi merupakan waktu munculnya jamur atau bakteri


pada media kultur yang telah ditanam eksplan. Kontaminasi diamati
setiap hari hingga batas waktu 3 minggu setelah tanam.

3.5.4 Presentase Eksplan Hidup

Variabel ini diperoleh dengan cara menghitung presentase


eskplan hidup dengan rumus :

Jumlah eksplan hidup tiap perlakuan x 100%

Jumlah total eksplan tiap perlakuan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


PEMBAHASAN

Larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen
media yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut
dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan
konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat,
pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik
sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi
media yang dikehendaki (Yusnita, 2003).
Dalam pembuatan larutan stok, yang perlu diperhatikan adalah
penyatuan beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan
harus mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya. Dalam
larutan stok yang berisi beberapa komponen media jangan sampai ada endapan.
Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan hara dalam media eksplan atau
tanaman yang dikulturkan. Setelah larutan stok dibuat, pengambilanya untuk
media dapat dilakukan dengan cara memipet atau menakarnya dengan gelas ukur
(Yusnita, 2003).

Pembuatan larutan stok :

1. Persiapan alat dan bahan


2. Penimbangan garam NH4NO3 menggunakan timbangan analitik sebanyak
82,500 gr untuk satu liter aquades
3. Timbang KNO3 pada neraca analitik sebanyak 95,000 gr untuk satu liter
aquades
4. Timbang CaCl2.2H20 pada neraca analitik sebanyak 88,000 gr untuk satu
liter aquades

Larutan yang telah siap kita pindahkan ke dalam boot yang berwarna gelap
setelah itu kita tutup dengam plastic dan kita ikat dengan karet,kenapa memakai
botol yang berwarna gelap karena botol yang berwarna gelap dapat meredam
cahaya.
Media kultur merupakan salah satu factor pimento keberhasilan. Media
kultur merupakan komponen faktor lingkungan yang menyediakan unsure
pertumbuhan tanaman seperti unsure hara makro, unsure hara mikro, karbohidrat,
vitamin dan zat pengatur tumbuh, param-garam organic, persenyawaan komplek
alamiah, arang aktif dan bahan pemadat. Pada parakikum ini media kultur yang
dibuat yaitu dalam bentuk padat dengan formulsi Murashige dan Skoog.

Media merupakan factor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.


Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hoormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula dan
lain lain. Zat pengatur tumbuh (hormone) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
jenis nya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoclave (suryowinoto, 1991).

Pada pembuatan media MS (Murashige dan Skoog) dengan ditambahkan


sebagai zat pengatur tumbuh kita harus menggunakan bahan-bahan yang sesuai
dengan kebutuhan pada saat melaksanakan pembuatan media. Bahan bahan yang
digunakan pada saat praktikum pembuatan media MS ini adalah sebagai berikut :
agar-agar sebanyak 0,7 gr untuk 2 liter aquades, gula sebanyak 30 gr. Setelah
menimbang agar dan gula dilanjutkan dengan mengukur larutan stok. Larutan stok
A dan B masing masing sebanyak 30 ml, larutan stok C-F masing masing
sebanyak 7,5 ml dan vitamin, myo-inositol masing masing sebanyak 15 ml.
setelah selesai masukkan semua bahan yang telah ditimbang dan diukur kedalam
gelas piala, kemudian tambahkan air kedalam gelas piala sampai 1,5 liter. Setelah
itu gelas piala diletakkan diatas hot plate dan masukkan magnetic stirret untuk
mengaduk kemudian panaskan dan tunggu hingga mendidih.

Pembuatan media diperlukan tingkat steril yang tinggi, apabila dalam melakukan
pembuatan media tidak steril maka akan terjadi kontaminasi pada media yang di
buat dan praktikum media menjadi gagal. PH yang digunakan pada saat pebuatan
media yaitu : 5,7-5,8.jika PH tinggi dari 6,0 media mungkin terlalu keras dan jika
PH kurang dari 5,2 agar tidak dapat memadat. Komposisi nutrisi makro anorganik
mem[unyai fungsi, khususnya untuk metabolisme tanaman. Komposisi tersebut
mengandung protein, karbohidrat, asam nukleat. Lipid, dan lain lain.

Unsure unsure nutrisi makro anorganik dalam media MS anatara lain :

1. KN03
2. NH4NO3
3. H2O
4. 7H2O
5. KH2PO4

Sedangkan unsure unsure nutrisi mikro anorganik dalam media MS antara lain :

1. 4H2O
2. 4H2O
3. H3BO3
4. Kl

Praktikum penanaman eksplan hal yang dilakukan adalah mensterilkan diri


dengan menyemprotkan alkohol ke tangan agar terhindar dari bakteri. Selain itu,
praktikan juga di haruskan untuk menggunakan masker.

Menurut yayat hidayat (2011) tidak adanya kontaminasi sangat penting


dalam pertumbuhan kultur in vitro, karena bahan dapat terus di multiplikasi
(diperbanyak) pada proses suubkultur selanjutnya. Adanya kontaminasi akan
menjadi faktor pemicu browning dan kematian pada eksplan atau planlet.

Kontaminasi permukaan dapat diatasi dengan cara pencucian


menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia. Keterbatasan utama adalah untuk
memberikan perlakuan yang cukup kuat untuk mengeliminasi kontaminasi
Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikroorganisme seperti
jamur, bakteri, serangga atau virus. Namun, sumber utama kontaminan adalah
spora jamur dan bakteri yang membentuk bagian alami dari atmosfer. Banyak
yang bersifat non-patogenik artinya mereka tidak menyebabkan bahaya bagi
tanaman inang pada kondisi normal.tanpa merusak jaringan tanaman. Ini biasanya
dicapai dengan menambahkan detergen, agitasi (di goyang-goyang), atau
membenamkan eksplan dengan sedikit tekanan untuk menghilangkan gelembung
udara yang mungkin mengandung mikroorganisme (Hendaryono, 1994).

Adapun kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman


terdiri atas dua jenis yaitu kontaminasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh jamur.
Untuk membedakan kedua jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik
yang muncul pada eksplan maupun meddia kultur. Bila terkena kontaminasi
bakteri maka tanaman akan basah atau menyebabkan adanya lendir, hal ini
dikarenakan bakteri langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh tumbuhan
itu sendiri. Sedangkan bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering
dan akan muncul hifa jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat
dicirikan dengan adanya garis-garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai
abu-abu. Penyebab terjadinya kontaminasi bisa diakibatkan karena kesalahan pada
saat penanaman, saat sterilisasi media dan eksplan atau bahkan pada saat
pembuatan media.

Pada praktikum kali ini semua tanaman dan perlakuan terlihat dari masing
masing kelompok tidak ada yang hidup hampir semuanya terkontaminasi. biasa di
bilang kalau pratikum kali ini tidak berhasil dalam melaksanakan pertumbuhan di
media.

Oleh karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap
penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan
kultur jaringan.
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah :

1. Dalam pembuatan larutan stok, yang perlu diperhatikan adalah penyatuan


beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan harus
mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya.
mengaduk kemudian panaskan dan tunggu hingga mendidih.
2. Pembuatan media diperlukan tingkat steril yang tinggi, apabila dalam
melakukan pembuatan media tidak steril maka akan terjadi kontaminasi
pada media yang di buat dan praktikum media menjadi gagal. PH yang
digunakan pada saat pebuatan media yaitu : 5,7-5,8.jika PH tinggi dari 6,0
media mungkin terlalu keras dan jika PH kurang dari 5,2 agar tidak dapat
memadat.
3. Kontaminasi permukaan dapat diatasi dengan cara pencucian
menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia. Keterbatasan utama adalah
untuk memberikan perlakuan yang cukup kuat untuk mengeliminasi
kontaminasi Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai
mikroorganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus.
4. Adapun kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman
terdiri atas dua jenis yaitu kontaminasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh
jamur. Untuk membedakan kedua jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari
ciri-ciri fisik yang muncul pada eksplan maupun meddia kultur.
5. Pada praktikum kali ini semua tanaman dan perlakuan terlihat dari masing
masing kelompok tidak ada yang hidup hampir semuanya terkontaminasi.
biasa di bilang kalau pratikum kali ini tidak berhasil dalam melaksanakan
pertumbuhan di media.
DAFTAR PUSTAKA

Pramono, Ir.sentot.2008.Pesona Sansevieria.Agromedia Pustaka:Jakarta

Yuliarti, Nurheti.2010.Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. ANDI:Yogyakarta

Indriyanto, Yuni. 2002. Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan.


Jakarta:Gramedia

Hendaryono dan Ir. Ari Wijayani.2007.Teknik Kultur Jaringan

Marlin, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kultur Jaringan.Fakultas Pertanian.


Universitas Bengkulu. Bengkulu

Nugroho, A dan H.Sugianto.1997.Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur


Jaringan.Penebar Swadaya.Jakarta

Wattimena, G.A.1992.Bioteknologi Tanaman.IPB.Bogor

Yusnita,2003.Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisiensi.P.T


Agromedia Pustaka.Tanggerang

Barahima Abbas, 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. Alfabeta. Bandung.
Anonim, 2011.Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian.

Yuwono Triwibowo, 2008. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University


Press.Yogyakarta
Daisy, Ami. 1994.Nama fungsi dan cara kerja alat alat laboratorium
mikrobiologi. Penerbit Kanisius: Yogyakarta
Hallmann, 2001.Manfaat Teknik Kultur Jaringan Pada Tanaman.
Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery Publishing
Group Inc. New Jersey.
Suryowinoto, 1991. Kultur jaringan. http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur
Diakses pada tanggal 22 April 2019. Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai