DOSEN PENGAMPUH :
OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga saya dimampukan untuk dapat menyelesaikan penyusunan laporan
praktikum ini. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Besar harapan saya bahwa Laporan yang berjudul “Laporan Akhir
Praktikum Kultur Jaringan Tanaman” ini boleh menjadi bahan bacaan dan sumber
informasi bagi pembaca dalam bidang Teknik Kultur Jaringan Tanaman. laporan
ini disusun sebagai tugas untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Teknik
Kultur Jaringan Tanaman.
Terlepas dari semuanya itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat mengubah teknik penulisan kedepannya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBUATAN LARUTAN STOK
Prinsip dasar kultur jaringan tanaman adalah bahwa setiap sel dalam tubuh
organisme merupakan suatu unit otonom yang totipotensi, yaitu kemampuan tiap
sel yang berasal dari semua bagian tanaman untuk tumbuh menjadi tanaman
sempurna jika di letakkan pada media dan lingkungan yang sesuai.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk melatih kemampuan
dalam mempersiapkan larutan stok medium.
PEMBUATAN MEDIA MS
1.1. Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan
vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik
perbanyakan vegetative konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi
yang berbeda. Penerapan teknikkultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di
dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnyaaseptik (steril dari patogen). Bermuara
dalam kondisi yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang
berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik. Kondisi ini dimulai dari
cara:
Selain peralatan kultur jaringan, media merupakan salah satu factor utama
dalam keberhasilan kultur. Media kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat
yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media
kultur jaringan memiliki karakteristik masing-masing. Artinya tidak semua media
dapat digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa media yang ada
memiliki perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-zat yang diperlukan atau
digunakan pada kultur.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana sterilisasi
eksplan yang digunakan saat penanaman dan mengetahui tata cara penanaman
yang steril di LAF (Laminar Air Flow).
PENANAMAN ANGGREK DAN NANAS
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji anggrek dengan tujuan untuk
mengecambahkannya dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari anggrek
tidak mempunyai cadangan makanan.
Kultur jaringan terus berkembang dari mengkulturkan biji berkembang
dengan mengkulturkan jaringan dan terus berkembang hingga mampu
mengkulturkan satu sel dari tanaman.
Penggunaan kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu
memproduksi bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
relatifr singkat. Oleh karena itu kultur jaringan sering dijadikan solusi sebagai
metode perbanyakana tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode
penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan temapat yang besar.
Keberhasilan dari kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan
konsentrasi nutrisi yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini
menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi
dari tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara.
Oleh karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap
penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan
kultur jaringan.
1.2 Tujuan
Larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen
media yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut
dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan
konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat,
pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik
sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi
media yang dikehendaki (Yusnita, 2003).
Dalam pembuatan larutan stok, yang perlu diperhatikan adalah
penyatuan beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan
harus mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya. Dalam
larutan stok yang berisi beberapa komponen media jangan sampai ada endapan.
Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan hara dalam media eksplan atau
tanaman yang dikulturkan. Setelah larutan stok dibuat, pengambilanya untuk
media dapat dilakukan dengan cara memipet atau menakarnya dengan gelas ukur
(Yusnita, 2003).
Pembutan larutan stok dimaksudkan untuk memberi kemudahan
pekerjaan dalam pembutan media salnjutnya antara lain;
1. Menghemat pekerjaan menimbang bahan media setiap kali ingin membuat media
2. Mengatasi kesulitan penimbangan dalam jumlah yang sangat kecil
3. Mengurangi kerusakan bahan kimia akibat terlau sering dibuka dan ditutup
(Marlin dkk, 2007).
Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan dalam : Stok
makro, stok mikro, stok Fe, stok vitamin dan stok hormone terutama bila larutan
stok tidak disimpan terlalu lama (segera digunakan habis). Stok hormone dapat
disimpan antara 2-4 minggu, sedangkan stok hara dapat disimpan 4-8 minggu.
Dengan adanya larutan stok, pembuatan media selanjutnya hanya dengan teknik
pengenceran dan pencampuran saja.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan stok adalah
penyimpanan (daya simpan) larutan. Larutan yang sudah mengalami
pengendapan, tidak dapat digunakan lagi. Pengendapan larutan stok umumnya
terjadi bila kepekatan dapat dihindari dengan membuat larutan yang tidak terlalu
pekat atau tidak menggunakan larutan campuran, yaitu dengan membuat satu
larutan stok hanya untuk satu jenis bahan (terutama untuk unsur hara makro).
Kondisi simpan juga diperhatikan, karena ada beberapa bahan yang tidak tahan
dalam suhu tinggi atau cahaya.
Pembuatan media dikelompokan berdasarkan jenis bahan kimia yang
digunakan, sehingga jika bahan kimia tersebut dicampur tidak terjadi interaksi
yang menghasilkan senyawa baru. Biasanya pengelompokan dilakukan
berdasarkan stok hara makro, stok hara mikro, vitamin dan stok hormone,
terutama jika larutan stok tidak disimpan terlalu lam. Stok hara baik mikro maupu
makro dapat disimpan dalam waktu yang relative lam yaitu 4-8 minggu,
sedangkan stok hormone biasanya disimpan dalam jangka waktu 2-4 minggu
(Marlin dkk, 2007).
Larutan stok dalam bentuk cair disimpan di dalam lemari es. Pembuatan
larutan stok harus dilakukan dengan cermat, sebab larutan stok yang terlalu pekat
akan mengalami penendapan di dalam lemari es. Jika terjadi pengendapan, maka
sebelum larutan stok digunakan terlebih dahulu harus dipanaskan (Hendaryono
dan Wijayani, 2007). Larutan stok kadang-kadang ditumbuhi mikroorganisme.
Larutan stok yang terkontaminasi mikroorganisme ini, juga tidak dapat digunakan
lagi. Oleh karena itu kondisi simpan harus dijaga kebersihan dan tempat (wadah)
larutan harus diusahakan cara-cara pembuatan larutan stok untuk media
Murashige dan Skoog (1962).
Pada stok hara makro, senyawa-senyawa sumber unsur hara makro
diperlukan dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu sebaiknya dibuat
dalam larutan stok tunggal. Selain itu jenis anion senyawa sumber unsur hara
makro tidak sama, kemungkinan hal tersebut akan mempercepat pengendapan
larutan bila dibuat larutan stok campuran. Biasanya larutan stok hara dibuat
beberapa macam dan diberi nama sebagai berikut :
Media yang terlalu padat dapat mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab
akar-akar sulit untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu
lembek akan menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa
tenggelamnya eksplan yang ditanam, terutama ekspaln yang berat seperti eksplan
wartel, melinjo, eksplan bawang putih, eksplan kedelai, dan lain sebagainya.
Pemakaian media cair lebih ditekankan pada suspensi sel, yaitu untuk
menumbuhkan plb (protocorm like bodies atau disebut juga protokormus). Dari
protokarmus ini nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan ke
dala media padat yang sesuai (Hendaryono dan Wijayani, 2007).
Media invitro yang biasa digunakan biasa berupa media padat sebab
memiliki beberapa keuntungan antara lain penggunaan eksplan terkecil akan lebih
muda terlihat, eksplan berada di atas permukaan media sehingga tidak perlu
memerlukan alat Bantu untuk aerasi, tunas dan akar akn lebih muda tumbuh pada
media yang diam. Namun pada media cair juga terdapat beberapa keuntungan
yang tidak dimiliki pada media padat yaitu antara lain tidak memerlukan
tambahan bahan pemadat, tepat untuk proses kultur protoplasma maupun kultur
sel, eksudat yang dikeluarkan oleh eksplan tidak terakumulasi disekitar eksplan,
kontak ekslan dengan media lebih besar (George and Sherington, 1984).
Dalam prosesnya, keberhasilan kultur jaringan selain dikarenakan oleh
kondisi lingkungan yang terkendali juga ditentikan oleh media kultur. Media
kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Media kultur merupakan
komponen faktor lingkungan yang menyediakan unsure pertumbuhan tanaman
seperti unsure hara makro, unsure hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat
pengatur tumbuh, param-garam organic, persenyawaan komplek alamiah, arang
aktif dan bahan pemadat (George and Sherington, 1984).
Media kultur yang biasa digunakan adalah media dengan formulasi
Murashige and Skoog (MS). Media MS merupakan media dasar yang mempunyai
formulasi yang sangat lengkap. Komposisi media MS ini pada umumnya dapat
digunakan pada hampir semua jenis tanaman (Wattimena,1992).
Pada umumnya media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar
dan media perlakuan. Resep media dasar adalah resep kombinasi zat yang
mengandung hara esensial (makro dan mikro), sumber energi dan vitamin. Dalam
teknik kultur jaringan dikenal puluhan macam media dasar. Penamaan resep
media dasar pada umumnya diambil dari nama penemunya atau peneliti yang
menggunakan pertama kali dalam kultur khusus dan memperoleh suatu hasil yang
penting artinya. Beberapa media dasar yang banyak digunakan antara lain:
1) Media dasar Murhasige dan skoog (1962) yang dapat digunakan untuk hampir
semua jenis kultur, terutama pada tanaman herbaceous.
2) Media Knop dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel.
3) Media dasar B5 untuk kultur sel kedelai, alfafa, dan legume lain.
4) Media dasar White (1934) yang sangat cocok untuk kultur akar tanaman tomat.
5) Media dasar Vacin dan Went yang biasa digunakan untuk kultur jaringan
anggrek.
6) Media dasar Nitsch dan Nitsch yang biasa digunakan dalam kultur tepung sari
(pollen) dan kultur sel.
7) Media dasar Schenk dan Hildebrandt (1972) atau media SH yang cocok untuk
kultur jaringan tanaman-tanaman monokotil.
8) Medium khusus tanaman berkayu atau Woody Plant Medium (WPM)
9) Media N6 untuk serealia terutama padi.
Unsur hara di dalam media kultur tersusun atas beberapa komponen,
sebagai berikut
1. Hara makro yang digunakan pada semua formulasi media kultur.
2. Hara mikro selalu digunakan. Ada beberapa komposisi media yang hanya
menggunakan besi atau besi-kelat.
3. Vitamin-vitamin dan asam-asam amino serta N organik, umumnya
ditambahkan dalam jumlah yang bervariasi. Vitamin, asam amino dan bahan
organic lain seperti myo inositol merupakan komponen media yang berpengaruh
baik terhadap pertumbuhan kultur. Kelompok vitamin yang sering digunakan
dalah dari golongan vitamin B yaitu Thiamin-HCL (B1), Pyrodoxin-HCL (B6),
ASAN Nikotinat dan Riboflavin (B2) (Nugroho, 1997).
4. Sumber energi dan karbon berupa gula, merupakan keharusan, kecuali untuk
tujuan yang sangat khusus. Konsentrasi optimum sukrosa tergantung dari jenis
jaringan yang dikultur. Pada kultur kalus dan pucuk, konsentrasi sukrosa yang
digunakan adalah antara 2-4 % yang merupakan konsentrasi optimum. Namun
dalam kultur embrio, konsentrasi gula dapat mencapai 12 %. Menurut
Szweykowske, 1974 yang dikutip oleh George & Sherrington (1984), pembelahan
sel protonema Ceratodon purpureus dipengaruhi oleh interaksi antara glukosa dan
2iP. Gula berfungsi ganda di dalam media yaitu berfungsi sebagai sumber energi,
dan sebagai penyeimbang tekanan osmotik media. Menurut George & Sherrington
(1984), 4/5 bagian dari potensial osmotik dalam media White disebabkan oleh
gula, sedangkan dalam media MS hanya setengah dari potensial osmotiknya
disebabkan adanya gula.
5. Persenwawaan-persenyawaan organic kompleks alamiah seperti: air kelapa,
ekstrak ragi (yeast extract), juice pisang hijau, tauge, nanas, kentang dan
sebagainya.
6. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT): ada beberapa jenis, antara lain: auxin, sitokinin,
geberelin, asam absisat, etilin dan sebagainya. ZPT merupakan komponen
penting dalam media kultur jaringan. Jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan
sangat tergantung pada jenis taman dan tujuan dari kultur tersebut.
Salah satu komponen yang juga menentukan keberhasilan kultur jaringan dalah
jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan Jenis dan konsenyrasi ZPT yang
digunakan tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Pengakulturan untuk
merangsang pembentukan akar biasanya menggunakan ZPT Auksin. Jenis auksi
yang sering digunakan adalah IBA dan NAA. (Nugroho, 1997).
7. Buffer (chelating agent). Penambahan asam amino seringkali juga bersifat
sebagai buffer organik. Penambahan KH2PO4 sendiri tidak efektif sebagai buffer.
Banyak peneliti terdahulu seperti Tausson dan Kordan (George & Sherringtone,
1984) menyarankan untuk menambahkan Fe SO4 dan Na-EDTA dalam media
untuk bertindak sebagai buffer.
8. Bahan Pemadat. Bahan ini digunakan untuk membuat media padat, yang biasa
digunakan adalah agar. Keuntungan dari pemakain agar adalah :
Agar membeku pada temperatur ≤ 45o C dan mencair pada temperature 100o
C, sehingga dalam kisaran temperatur kultur, agar akan berada dalam keadaan
beku yang stabil.
Tidak dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh jaringan tanaman.
Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaan penyusun media.
Dalam perbanyakan komersial dan percobaan-percobaan yang tidak
dimaksudkan untuk mempelajari metabolisme sel, penggunaan agar murni bukan
suatu keharusan mengingat harga agar murni sangat tinggi. Bahan-bahan yang
tidak diinginkan dari agar, dapat dihilangkan dengan cara perendaman dalam
aquadest selama 24 jam. Agar kemudian dibilas dengan ethanol dan dikeringkan
dalam oven pada 60o C selama 24 jam. Konsentrasi agar yang diberikan berkisar
antara 0.6-1.0 %. (Deberg, (1982 dalam Gunawan 1988).
9. Faktor penting lain adalah pH yang harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu fungsi membran sel dan pH dari sitoplasma. Pengaturan pH
selain memperhatikan kepentingan fisiologi sel, juga harus mempertimbangkan
faktor-faktor :
1. Kelarutan dari garam-garam penyusun media
2. Pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam-garam lain
3. Efisiensi pembekuan agar.
Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara 5.5-5.8
(Gamborg dan Shyluk, 1981). Tanaman Ericaceae seperti Rhododendron
pengaturan pH, biasa dilakukan dengan menggunakan NaOH (atau kadang-
kadang KOH) atau HCl pada waktu semua komponen sudah dicampur, beberapa
saat sebelum disterilkan dengan autoklaf. Sekalipun media sudah ditetapkan,
seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah. Pada umumnya terdapat penurunan
pH setelah distrerilkan dalam autoklaf. Untuk mencapai pH sekitar 5.7-5.9, Nann
dkk. (dalam George dan Sherrington, 1984) membuat pH 7.0 dalam media yang
belum disterilkan. Untuk menghindarkan perubahan pH yang cukup besar.
Murashige dan Skoog menyarankan agar dilakukan pemanasan untuk melarutkan
agar-agar dan memanaskan media didalam autoklaf selama beberapa menit, baru
diadakan penetapan media disterilkan dalam autoklaf. Dalam wadah yang besar,
media disterlkan dan kemudian dititrasi dengan NaOH/HCl steril sampai pH yang
diinginkan. Setelah itu media dituang ke dalam wadah kultur steril yang telah
dipersiapkan di dalam laminar air flow cabinet.
10. Arang aktif, berfungsi untuk menyerap senyawa toxic yang dihasilkan oleh
eksplan sebagai anti oxidan juga sering digunakan untuk memacu pertumbuhan
akar.
Penambahan arang aktif. Arang aktif 0.8-1 g/l menghambat pembekuan agar
(Horner et al (1977 dalam George & Sherrington, 1984). Arang aktif atau
charcoal adalah arang yang sudah dipanaskan selama beberapa jam dengan
menggunakan uap atau udara panas (George & Sherrington, 1984). Bahan ini
mempunyai sifat adsorpsi yang sangat kuat. Arang aktif dapat ditambahkan ke
dalam media pada berbagai tahap perkembangan kultur. Bahan ini dapat
ditambahkan pada media inisiasi, media regenerasi, atau media perakaran.
Penambahan arang aktif dapat membantu pertumbuhan perkembangan kultur,
tergantung dari jenis kulturnya. Secara umum, pengaruh arang aktif adalah
sebagai berikut:
a) Mengadsorpsi persenyawaan-persenyawaan toxic yang terdapat dalam media
yang dapat menghambat pertumbuhan kultur, seperti persenyawaan-persenyawaan
fenolik dari jaringan yang terluka waktu inisiasi, dan persenyawaan 5-
hidroksimetil furfural yang diduga terbentuk dari gula yang berada dalam larutan
asam lemah dan mengalami pemanasan dengan tekanan tinggi (Nitsch et al, 1968
dalam Gunawan 1988).
b) Mengadsorpsi zat pengatur tumbuh sehingga mencegah pertumbuhan kalus yang
tidak diinginkan, seperti dalam androgenesis dan pucuk yang ingin diakarkan, dan
juga membantu embryogenesis kultur dalam media regenerasi tanpa auksin,
mungkin dengan bertindak sebagai sink yang menarik auksin dari dalam sel
sehingga embryogenesis dapat terjadi (Drew, 1979 dalam George & Sherringtone,
1984).
c) Merangsang perakaran dengan mengurangi tingkat cahaya yang sampai ke bagian
eksplan yang terdapat dalam media.
Eksplan yang telah ditanaman, agar dapat tumbuh menjadi kalus dan
kemudian menjadi palntet, membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat.
Artinya, eksplan atau kalus yang sudah waktunya untuk dipindahkan ke media
tanama yang baru harus segera dilaksanakan tidak boleh sampai terlambat.
Pemindahan yang terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus
dapat terhenti atau dapat mengalami browning atau terkontaminasi oleh jamur
atau bakteri. Sebelum digunakan, enkas haru disterilisasi dengan menggunakan
hand sprayer berisi spirtus atau campuran formalin 10 % dan alcohol 70% dengan
perbandingan 1 : 1. Setelah disemprot kemudian dibiarkan terlebih dahulu kurang
kebih 10 menit, baru kemudian boleh digunakan. Botol botol eksplan sudah berisi
medium setelah ditutup dengan alumunium foil, kemudian disterilisasi. Sterilisasi
medium lebih sedikit waktunya dibandingkan dengan sterilisasi alat alat yakni 15
menit, tetapi suhu dan tekanan nya sama (Hendra, 2007).
METODOLOGI
Alat
a. Alat Pembuatan Media Tanam
- Hot plate
- Spatula
- Timbangan analitik
- Pipet tetes
- Ph meter
- Gelas piala
- Labu ukur
- Panci
- Pengaduk
- Tisu
- Kertas
- Botol-botol kultur
- Plastik
- Karet gelang
- Kertas label
- Sendok
- Erlenmeyer
- Sprayer
b. Alat Sterilisasi
- Autoklaf
- Sarung Tangan
- Gula
- Agar
- Air yang telah disterilkan
- Larutan stok A sampai F
- Myo-inositol
- Vitamin
Pada minggu kedua, praktikum yang dilakukan adalah sterilisasi alat dan
bahan. Botol kultur di autoklab kotor. Kemudian botol-botol tersebut dicuuci
bersih dan direndam dalam larutan hipoklorits selama semalam. Lalu, botol-
botol tersebut di autoclab bersih. Praktikum dilanjutkan dengan pembuatan
media tanam. Caranya adalah, pertama-tama mencampurkan larutan-larutan
stok (stok a, stok b, stok c, stok d). kemudian masukkan sukrosa (gula)
sebanyak 60 gram karena media yang akan dibuat adalah 2 L. Aduk terus
menerus media hingga homogeny, lalu ukur pH menggunakan pH meter.
Setelah itu, masukkan agar dan aduk-aduk hingga mendidih. Angkat media
yang telah masak, kemudian bagi kedalam 3 bagian dengan perlakuan berbeda
(p1,p2,p3). Masukkan masing-masing perlakuan kedalam botol media dan beri
label. Pindahkan botol media di ruang aklimatisasi dan diinkubasi selama 1
minggu.
3.5.3 Kontaminasi
Larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen
media yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut
dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan
konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat,
pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik
sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi
media yang dikehendaki (Yusnita, 2003).
Dalam pembuatan larutan stok, yang perlu diperhatikan adalah
penyatuan beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan
harus mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya. Dalam
larutan stok yang berisi beberapa komponen media jangan sampai ada endapan.
Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan hara dalam media eksplan atau
tanaman yang dikulturkan. Setelah larutan stok dibuat, pengambilanya untuk
media dapat dilakukan dengan cara memipet atau menakarnya dengan gelas ukur
(Yusnita, 2003).
Larutan yang telah siap kita pindahkan ke dalam boot yang berwarna gelap
setelah itu kita tutup dengam plastic dan kita ikat dengan karet,kenapa memakai
botol yang berwarna gelap karena botol yang berwarna gelap dapat meredam
cahaya.
Media kultur merupakan salah satu factor pimento keberhasilan. Media
kultur merupakan komponen faktor lingkungan yang menyediakan unsure
pertumbuhan tanaman seperti unsure hara makro, unsure hara mikro, karbohidrat,
vitamin dan zat pengatur tumbuh, param-garam organic, persenyawaan komplek
alamiah, arang aktif dan bahan pemadat. Pada parakikum ini media kultur yang
dibuat yaitu dalam bentuk padat dengan formulsi Murashige dan Skoog.
Pembuatan media diperlukan tingkat steril yang tinggi, apabila dalam melakukan
pembuatan media tidak steril maka akan terjadi kontaminasi pada media yang di
buat dan praktikum media menjadi gagal. PH yang digunakan pada saat pebuatan
media yaitu : 5,7-5,8.jika PH tinggi dari 6,0 media mungkin terlalu keras dan jika
PH kurang dari 5,2 agar tidak dapat memadat. Komposisi nutrisi makro anorganik
mem[unyai fungsi, khususnya untuk metabolisme tanaman. Komposisi tersebut
mengandung protein, karbohidrat, asam nukleat. Lipid, dan lain lain.
1. KN03
2. NH4NO3
3. H2O
4. 7H2O
5. KH2PO4
Sedangkan unsure unsure nutrisi mikro anorganik dalam media MS antara lain :
1. 4H2O
2. 4H2O
3. H3BO3
4. Kl
Pada praktikum kali ini semua tanaman dan perlakuan terlihat dari masing
masing kelompok tidak ada yang hidup hampir semuanya terkontaminasi. biasa di
bilang kalau pratikum kali ini tidak berhasil dalam melaksanakan pertumbuhan di
media.
Oleh karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap
penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan
kultur jaringan.
BAB V
KESIMPULAN
Barahima Abbas, 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. Alfabeta. Bandung.
Anonim, 2011.Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian.