Anda di halaman 1dari 18

GULMA TANAMAN

1. KERUGIAN AKIBAT GULMA

Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun
perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain gulma. Kerugian akibat gulma
terhadap tanaman bervariasi, tergantung jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan praktek
pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman yang
disebabkan oleh gulma 28 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian
karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia.Tanaman
perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila
pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan
itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman
perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih
mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cylindrica), yang menyebabkan
kerugian lebih besar.

Imperata cylindrica

Persaingan antara gulma dan tanaman dalam mengambil unsur hara dan air dari dalam tanah
dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian dalam
produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa
penurunan produksi dari beberapa tanaman adalah sebagai berikut. Padi 10,8 %; sorgum 17,8 %;
jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut
percobaan, pengendalian gulma pada padi menurunkan persaingan gulma tersebut antara 25-50
%.
Gulma mengkibatkan kerugian antara lain disebabkan oleh:

1. Persaingan dengan tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi


persaingan dalam pengambilan air, unsur hara dari tanah, cahaya, dan ruang hidup.

2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji gulma.

3. Allelopathy, yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang
lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.

4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri Amaranthus spinosus,
Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan.

5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan
Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.

6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan
alergi.

7. Kenaikkan ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan
tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.

8. Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah
eceng gondok (Eichhornia carssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga
mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan
dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang
mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan
menurunkan produktivitas air.

Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian
akibat hama atau penyakit. Di negara sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand)
kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama.

2. KOMPETISI

A. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman

Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi.


Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman dalam menyerap unsur hara dan air dari
dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian
dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.

a. Persaingan memperebutkan hara

Setiap lahan berkapasitas tertentu dalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau
tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh
lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak
dikendalikan, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti
walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi
kompetisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan
walaupun tanah dipupuk.

Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena
nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma
menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma
mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak;
kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali.
Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang
dikelola manusia.

b. Persaingan memperebutkan air

Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya.
Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air
diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu
persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma
membutuhkan 330 – 1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat
kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali
tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau
tegalan.

c. Persaingan memperebutkan cahaya

Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur, maka
faktor pembatas berikutnya adalah cahaya matahari. Berbagai pertanaman berebut untuk
memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah
yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi, dan lebih rimbun
tajuknya. Tumbuhan lain yang lebih pendek, muda, dan kurang tajuknya, dinaungi oleh
tumbuhan yang terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat.

Tumbuhan yang lebih efisien menggunakan air, suhu, dan sinar sehingga lebih kuat bersaing
berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk mengendalikan
gulma dari familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun padi.

Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok dalam memperebutkan unsur hara,
air, dan cahaya matahari, Eussen (1972) menelorkan rumus:

TCV = CVN + CVW + CVL


di mana TCV = total competition value
CVN = competition value for nutrient
CVW = competition value for water
CVL = competition value for light.

Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma terhadap tanaman pokok merupakan
penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai persaingan
untuk cahaya.

Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap
baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman
pokok dalam memperebutkan air, hara, dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap
pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti berikut ini.

Kerapatan gulma

Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin
hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu
korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25,
50, dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-masing sebesar
14,69 %; 14,88 %, dan 17,57 %.

Macam gulma

Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda, hambatan terhadap


pertumbuhan tanaman pokok berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai
contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan tuton (Echinochloa colonum)
terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.

c. Saat kemunculan gulma

Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat, pertumbuhan
tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara saat
kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi positif.
Hasil penelitian Erida dan Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan gulma
bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60, dan 75 hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot
biji kedelai sebesar 166,22; 195,82; 196,11; 262,28; 284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).

d. Lama keberadaan gulma


Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin hebat persaingannya,
pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan
antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu
korelasi negatif. Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah
tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 353,37; 314,34; 271,45; 257,34;
256,64; 250,56, dan 166,22 g/petak (Erida dan Hasanuddin, 1996).

e. Kecepatan tumbuh gulma

Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.

f. Habitus gulma

Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya
memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan
menurunkan hasil tanaman pokok

g. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)

Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga persaingannya lebih hebat,
pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.

h. Allelopati

Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun
dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma
yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga
pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.

Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga mempunyai arti penting. Masing-masing
pertanaman memiliki asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang mirip
dengan pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa crusgalli lebih mampu bersaing terhadap
padi jika dibandingkan dengan gulma lainnya.

2. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik

Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai
kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama
membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila
dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu
sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat tumbuhan yang
memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih dalam dan lebih besar volumenya serta lebih
tinggi dan rimbun tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya. Dengan
demikian perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang merupakan penyebab terjadinya
persaingan antar-individu dalam spesies tumbuhan yang sama (intra spesific competition atau
kompetisi intra spesifik) dan persaingan antar-individu dalam spesies tumbuhan yang berbeda
(inter spesific competition atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap
pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya,
serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya, sehingga pertanaman kalah bersaing dengan
gulma tersebut.

3. Periode Kritis

Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman sangat peka
terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tersebut
dengan kepadatan tertentu, yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil
secara nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal
sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum yang setelah periode
tersebut dilalui maka keberadaan gulma selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir.
Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar
tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.

Periode kritis adalah periode ketika tanaman pokok sangat peka atau sensitif terhadap persaingan
gulma, sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan
maka hasil tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan gulma terhadap
pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ – 1/3
pertama dari umur pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman akan
mengurangi kuantitas hasil panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen
berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma
terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang muncul atau
berkecambah lebih dahulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar
terhadap pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma yang berkecambah (2-4 minggu)
setelah pemunculan pertanaman sedikit pengaruhnya.

Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat penyiangan yang tepat menjadi
tertentu. Penyiangan atau pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai
beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di
antara periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian
biaya, tenaga, dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja menjadi meningkat.

3. ALLELOPATI

Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar-sesamanya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah
satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi
antara gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah
jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel akar, dan
sebagainya.

Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun dari
akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan
yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat
kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.

Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang diketahui
mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata cylinarica), grinting (Cynodon
dactylon), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.

Eussen (1972) menyatakan, bahwa apabila gulma mengeluarkan senyawa beracun maka nilai
persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut.

TCV = CVN + CVW + CVL + AV

dimana TCV = total competition value


CVN = competition value of nutrient
CVW = competition value of water
CVL = competition value of light
AV = allelopathic value.

Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma yang mengeluarkan alelopat terhadap
tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan
untuk air + nilai persaingan untuk cahaya + nilai alelopatik.

Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan masalah gangguan yang ditimbulkan gulma yang
tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan akibat
penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan
pada regenarasi hutan.

Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara lain dipengaruhi
kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus
gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).

Sumber Senyawa Alelopati

Senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan
termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa alelopati dapat
dilepaskan dari jaringan tumbuhan dengan berbagai cara, misalnya melalui :

a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang
melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.
Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah
yang akan diserap akar.

b. Eksudat akar

Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang
kebanyakan berasal dari asam benzoat, sinamat, dan fenolat.

c. Pencucian

Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan
tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat
beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan
ini.

d. Pembusukan organ tumbuhan

Setelah tumbuhan atau bagian organnya mati, senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci
dengan cepat. Sel pada bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan
dengan mudah senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat
meracuni tanaman budidaya atau jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.

Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di
atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat
melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah
tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup
mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ yang
berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa
alelopati.

2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati

Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam hubungan interaksi antara gulma dan
tanaman melalui eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil
pembusukan bagian organnya yang telah mati.

Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi mengeluarkan senyawa alelopati
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati

Jenis gulma Jenis tanaman pertanian yang peka


Abutilon theoprasti beberapa jenis
Agropyron repens berbagai jenis
Agrostemma githago gandum
Allium vineale oat
Amaranthus spinosus kopi
Ambrosia artemisifolia berbagai jenis
A. trifida kacang pea, gandum
Artemisia vulgaris mentimun
Asclepias syriaca sorgum
Avena fatua berbagai jenis
Celosia argentea bajra
Chenopodium album mentimun, oat, jagung
Cynodon dactylon kopi
Cyperus esculentus jagung
C. rotundus sorgum, kedelai
Euporbia esula kacang pea, gandum
Holcus mollis barli
Imperata cylindrica berbagai jenis
Poa spp. tomat
Polygonum persicaria kentang
Rumex crisparus jagung, sorgum
Setaria faberii jagung
Stellaria media barli

(Sumber : Putnam, 1995)

Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma menahun yang sangat
agresif seperti Agropyron repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus rotundus dan
Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati, khususnya melalui senyawa beracun yang
dikeluarkan dari bagian yang organnya telah mati.

Pengaruh Alelopati

Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain:

Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara, yaitu dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion oleh tumbuhan.

Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel akar tumbuhan.


Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan, yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel
tumbuhan.

Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.

Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.

Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.

Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.

4. Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan

Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alelopati dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Laporan yang paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada
tanah bekas ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat, alfalfa, dan barli sangat
terhambat.

Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini telah dibuktikan dengan
menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air,
dan cahaya bukan merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan
senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati
dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan
jagung. Lamid dkk. (1994) memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak organ
tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah padi
gogo.

Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya pada teki (Cyperus rotundus).
Pengaruh teki terhadap pertumbuhan jagung, kedelai, dan kacang tanah juga telah dipelajari
dengan metode tidak langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi telah
digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar
200 dan 300 g/250 ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi kerdil dan
kurus, serta potensi hasilnya menurun.

4. KLASIFIKASI GULMA

Cara klasifikasi pada tumbuhan ada dua macam, yaitu buatan (artificial) dan alami (natural).
Pada klasifikasi sistem buatan, pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat
atau sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang
mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan
sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin
dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang merupakan kelemahan
utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami, pengelompokan didasarkan
pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju
daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.

Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas dasar pengelompokan
yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau
golongan-golongan yang berbeda pula. Masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di
dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini.

Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi:

a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus
hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari
berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya
seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim.
Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan,
karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan, yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji
dalam jumlah yang banyak, dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan
hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa
crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis
littorali,s dan lain sebagainya.

b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih
dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk
pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan
biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang
termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium
altissimum, dan Artemisia biennis.

c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau
mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan
banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di
musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah
mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.

Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :

1). Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan
tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi
individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi
dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu baru.

2). Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar
(root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di dalam
tanah (rhizima). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon dactylon, Sorgum
helepense, Agropyron repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang berkembang biak
dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma
tahunan populair yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma adalah alang-alang
(Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma
tersebut sukar sekali untuk dikendalikan. Adanya pengolahan tanah untuk penanaman tanaman
pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu perkembangbiakan, karena dengan
terpotong-potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan baru akan segera dimulai
dan dapat tumbuh berkembangbiak dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air
tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik
secara mekanis ataupun secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan tertekan juga.
Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-
kecambah yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.

2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :

a. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat.
Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus,
Mimosa sp. , dan lain sebagainya.

b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu :

1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air
seperti air laut, misal di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum
aureum.

2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar.
Dikelompokkan lagi ke dalam:

a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), contohnya Eichornia crassipes, Salvinia
cuculata, Pistia stratiotes.

b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds), dibedakan ke dalam :

Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds), contoh Ultricularia gibba.

Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored weeds), contoh Hydrilla
verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica, Ceratophyllum demersum.

c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds),
contoh Nymphae spp. , Nymphoides indica.

d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh Panicum repens, Scleria
poaeformis, Rhychospora corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus
elatus.

3. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :


a. Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum,
Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.

b. Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus,
Eleusine indica.

c. Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia
stratiotes.

4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :

a. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung,
jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata
cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.

b. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah
bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus
spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.

c. Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh Salvinia sp.,
Marsilea crenata.

5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :

a. Golongan rumput (grasses)

Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae.

Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.

Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar,
terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis
(linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun
dan helaian daun.

Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis).
Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap
bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama
besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.

Buah disebut caryopsis atau grain.

Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.

b. Golongan teki (sedges)


Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.

Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.

Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).

Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak
bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung.

Buahnya tidak membuka.

Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides.

Golongan berdaun lebar (broad leaves)

Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta.

Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.

Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus


spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.

6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :

a. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar
dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus
arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava.

b. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula
tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata cylindrica,
Cyperus rotundus Opuntia sp.

7. Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :

a. Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.

b. Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :

Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).

Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi
sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar
pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.

2) Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.


Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi
kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya
masuk sampai ke jaringan silem.

3) Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.

Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi
kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya
masuk sampai ke jaringan silem.

5. CARA-CARA PENGENDALIAN GULMA

Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah
tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan
pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat
dilakukan dengan cara-cara :

1. Preventif (pencegahan)

Cara ini teruatama ditujukan terhadap species-species gulma yang sangat merugikan dan belum
terdapat tumbuh di lingkungan kita. Species gulma asing yang cocok tumbuh di tempat-tempat
baru dapat menjadi pengganggu yang dahsyat (eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng
gondok di Asia-Afrika. Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain
adalah :

a. Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma

b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang

c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak

d. Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan

e. Pembersihan ternak yang akan diangkut

f. Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.

Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dicegah pula
agar jangan sampai gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu juga mencegah gulma tahunan
(perennial weeds) jangan sampai berbiak terutama dengan cara vegetatif.

2. Pengendalian gulma secara fisik

Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :

a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan
sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat
pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari
gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop
yang ditanaman, jenis dan topografi tanah dan iklim.

b. Pembabatan (pemangkasan, mowing)

Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif
untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval
(ulangan) dan sebagainya. Pembabatan biasanya dilakukan di perkebunan yang mempunyai krop
berupa pohon, pada halaman-halaman, tepi jalan umum, jalan kereeta pai, padang rumput dan
sebagainya. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu gulma menjelang berbunga atau pada
waktu daunnya sedang tumbuh dengan hebat.

c. Penggenangan

Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi


sedalam 15 – 25 cm selama 3 – 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena
bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.

d. Pembakaran

Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 – 550 C, tetapi biji-biji
yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup. Kematian dari sel-sel yang hidup
pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.

Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari
sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih
digunakan oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah
yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.

Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara


kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman.
Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit
seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi
sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar
erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.

e. Mulsa (mulching, penutup seresah)

Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma,
sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan yang
baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mulsa antara
lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan plastik.
1. Pengendalian gulma dengan sistem budidaya

Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan
prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan
menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma
dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :

a. Pergiliran Tanaman

Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang
tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu
biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup
dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki
(Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang
berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan
wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi
mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.

b. Budidaya pertanaman

Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat
membantu mengatasi masalah gulma.

Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang
efektif untuk menekan gulma.

Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga
mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.

Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan
pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian
besar gulmanya telah mati terberantas.

c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)

Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya


dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.

2. Pengendalian gulma secara biologis

Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan
organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang
intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing
yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta
membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu
habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai
arti ekonomis.

Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus
Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian
Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok
(Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek
Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi
dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok,
Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping
pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti
penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan
gulma air dan sebagainya.

3. Pengendalian gulma secara kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida.
Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan
atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida
yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam,
pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan
efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan
tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan
sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir
apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih
lanjut.

4. Pengendalian gulma secara terpadu

Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya.

Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik,
biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan
gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan
masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan
dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-
masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan
antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan,
pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai