Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum kompetisi gulma yang dilakukan kelompok kami
yaitu dengan perlakuan jumlah populasi gulma Bidens pilosa terhadap pertumbuhan tanaman
jagung didapatkan beberapa hasil yaitu pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada setiap
minggu pengamatan mengalami penambahan, namun penambahan tinggi tanaman jagung ini
berbeda pada setiap perlakuan populasi.

Table 1. Hasil pengamatan tinggi tanaman jagung


TINGGI TANAMAN
PERLAKUAN JAGUNG
P0 75,6
P1 69,4
P2 43
P3 17,5
Ket : (a) P0 = Kontrol); (b) P1 = 1 populasi gulma; P2 = 2 populasi gulma; P3 = 3 populasi gulma

Berdasarkan table hasil pengamatan tinggi tanaman jagung dapat dilihat bahwa semakin
banyak populasi gulma yang ditanam bersamaan dengan pertanaman jagung maka semakin rendah
tinggi tanaman jagungnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi antara gulma Bidens
pilosa dengan tanaman jagung yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman jagung.

2.1. Kompetisi Gulma

Gulma merugikan manusia dalam keadaan,tempat dan waktu tertentu. Tetapi, pada
prinsipnya, gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki tumbuh atau hidup di suatu
tempat. Hal ini disebabkan karena gulma biasanya tumbuhan tersebut dapat berkompetisi
dengan tanaman pokok yang dibudidayakan oleh manusia.

Kompetisi diartikan sebagai perjuangan dua organisme atau lebih untuk memperebutkan
objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai keperluan dasar yang sama untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang normal, yaitu unsure hara, air, cahaya, bahan ruang
tumbuh dan CO2. Persaingan terjadi bila unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak
tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keduanya. Persaingan antara gulma dengan tanaman
adalah persaingan interspesifik karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda, sedangkan
persaingan yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakan persaingan intra
spesifik.

 Persaingan memperebutkan air

Gulma sama halnya dengan tumbuhan lain, yang banyak membutuhkan air untuk
hidupnya . air diserap dari dalam tanah dan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya
sekitar 1% saja yang digunakan untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organic
gulma membutuhkan 330-1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali
kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Bidens pilosa membutuhkan air sebesar dua kali
tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terutama terjadi pada pertanian lahan kering
atau tegalan

 Persaingan memperebutkan hara

Setiap lahan berkapasitas tertentu dalam mendukung pertumbuhan berbagaipertanaman


dan pertumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organic yang dapat dihasilkan
pada lahan itu tetap walaupun komposisi tumbuhannya berbeda. Karena itu bila gulma tidak
dikendalikan, sebagian hasil bahan organic pada lahan ituberupa gulma. Hal ini berarti bahwa
pemupukan akan menaikan daya dukung lahan, tetapi tidak akan mengurangi komposisi hasil
tumbuhan atau gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk. Gulma
memerlukan lebih banyak unsur hara daripada tanaman budidaya, terutama pada unsur hara
makro.

 Persaingan memperebutkan cahaya

Dalam keadaan air dan hara telah cukup untuk pertumbuhan maka factor pembatas
berikutnya adalah cahaya matahari. Bila musim hujan maka berbagai pertanaman akan berebut
untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang cepat tumbuh (lebih tinggi) dan tajuknya
lebih rimbun akan memperoleh cahaya lebih banyak. Sedangkan tumbuhan lain yang lebih
pendek, muda dan kurang tajuknya akan ternaungi oleh tumbuhan yang terdahulu sehingga
pertumbuhannya akan terhambat.

 Pengeluaran senyawa racun

Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya secara interaksi biokimia, yaitu salah satu
tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan tumbuhan lainnya. Interaksi biokimia antara gulma dan pertanaman antara lain
menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan
memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya. Persaingan
yang timbul akibat di keluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelopati.
Allelopati ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya karena
sifatnya yang toksik.

1. Persaingan Gulma dengan Tanaman Jagung


Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor, yaitu
stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara, serta spesies
gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan rumputan dapat secara nyata menekan
pertumbuhan dan perkembangan jagung. Gulma menyaingi tanaman terutama dalam
memperoleh air, hara, dan cahaya. Tanaman jagung sangat peka terhadap tiga faktor ini selama
periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu stadia pertumbuhan jagung di mana daun ke-3 dan
ke-8 telah terbentuk. Sebelum stadia V3, gulma hanya mengganggu tanaman jagung jika gulma
tersebut lebih besar dari tanaman jagung, atau pada saat tanaman mengalami cekaman
kekeringan. Antara stadia V3 dan V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak
tertekan oleh gulma. Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar sehingga menaungi
dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut pertumbuhan jagung, gulma dapat
mengakibatkan kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan
menaungi tanaman (Lafitte 1994).
Beberapa jenis gulma tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi selama stadia pertumbuhan
awal jagung, sehingga tanaman jagung kekurangan cahaya untuk fotosintesis. Gulma yang
melilit dan memanjat tanaman jagung dapat menaungi dan menghalangi cahaya pada
permukaan daun, sehingga proses fotosintesis terhambat yang pada akhirnya menurunkan
hasil. Di banyak daerah pertanaman jagung, air merupakan faktor pembatas. Kekeringan yang
terjadi pada stadia awal pertumbuhan vegetatif dapat mengakibatkan kematian tanaman.
Kehadiran gulma pada stadia ini memperburuk kondisi cekaman air selama periode kritis, dua
minggu sebelum dan sesudah pembungaan. Pada saat itu tanaman rentan terhadap persaingan
dengan gulma. Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara. Gulma dapat
menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium hingga tiga kali daya serap tanaman
jagung. Pemupukan merangsang vigor gulma sehingga meningkatkan daya saingnya. Nitrogen
merupakan hara utama yang menjadi kurang tersedia bagi tanaman jagung karena persaingan
dengan gulma. Tanaman yang kekurangan hara nitrogen mudah diketahui melalui warna daun
yang pucat. Interaksi positif penyiangan dan pemberian nitrogen umumnya teramati pada
pertanaman jagung, di mana waktu pengendalian gulma yang tepat dapat mengoptimalkan
penggunaan nitrogen dan hara lainnya serta menghemat penggunaan pupuk

2.4 Pengaruh Kompetisi Gulma terhadap Produktivitas Tanaman Jagung

Tumbuhan pada pertanaman jagung yang tidak dikehendaki keberadaannya dan


menimbulkan kerugian dapat menurunkan produktifitas jagung. Gulma yang tumbuh pada
pertanaman jagung berasal dari biji gulma itu sendiri yang ada di tanah. Kehadiran gulma pada
lahan pertanaman jagung tidak jarang menurunkan hasil dan mutu biji. Penurunan hasil
bergantung pada jenis gulma, kepadatan, lama persaingan, dan senyawa allelopati yang
dikeluarkan oleh gulma. Secara keseluruhan, kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma
melebihi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Meskipun demikian,
kehilangan hasil akibat gulma sulit diperkirakan karena pengaruhnya tidak dapat segera
diamati. Beberapa penelitian menunjukan korelasi negatif antara bobot kering gulma dan hasil
jagung, dengan menurunnya hasil hingga 95% (Violic, 2000).
Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis
tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di
Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %,
hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang
berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan
pangan dunia.
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-
unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Kerugian
berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum
17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %.
Menurut Bangun (1988), penurunan hasil akibat kompetisi jagung dengan gulma dapat
mencapai angka 16-62 persen. Suprapto (1998) juga mengemukakan bahwa penurunan hasil
tersebut dapat berkisar antara 20-60 persen. Penurunan hasil tanaman akibat munculnya gulrna
disebabkan oleh terjadinya persaingan (kompetisi) antara gulrna dan tanaman untuk
memperebutkan unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Menurut Sukman dan Yakup
(1991), beberapa jenis gulma tertentu menyerap lebih banyak unsur hara daripada tanaman
budidaya.
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian lain, seperti :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi,
terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan
ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji
gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi
tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri pada gulma.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra
dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya
menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu
dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat
air irigasi.

Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada
kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia, India,
Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama.

Daftar Pustaka

Lafitte, H.R. 1994. Identifying production problems in tropical maize: a field guide.
CIMMYT, Mexico , D.F. p.76-84.

Violic, A.D. 2000. Integrated crop menagement. In: R.L. Paliwal, G. Granados, H.R. Lafitte, A.D. Violic, and
J.P. Marathee (Eds.). Tropical Maize Improvement and Production. FOA Plant Production and Protection
Series, Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome, 28:237-282.

Bangun, P. 1982. Persaingan kayambang Salvinia molesta dengan tanaman padi. Jurnal penelitian
pertanian 2 (2) : 64--67.

Suprapto. 1998. Bertanam Jagung. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Sukman, Yarnelis dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers.
Jakarta. 157 hal.

Anda mungkin juga menyukai