Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung (Zea mays L.)


Jagung (Zea mays L.) merupakan bagian dari sub sektor tanaman pangan yang
memberikan andil bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong industri hilir yang
kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar. Tanaman jagung
juga merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai
peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama
karbohidrat dan protein setelah beras (Hatta, 2020).
Jagung termasuk golongan Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo
Graminae dan familia Graminaceae serta genus Zea dan spesies Zea mays. Jagung
adalah salah satu tanaman serelia yang dapat tumbuh dari daratan rendah hingga
dataran tinggi mencapai 1500 m dpl. Tanaman jagung merupakan tanaman semusim
atau annual, dengan lama hidupnya 3 sampai 5 bulan. Perbedaan umur jagung
tergantung kepada jenis atau varietas jagung tersebut (Nelly, 2022).
Tanaman jagung memiliki beberapa varietas yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tinggi tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genetik dari masing-
masing varietas. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah
menggunakan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif dengan
lingkungan setempat. Pengembangan varietas unggul baik dari jenis hibrida maupun
bersari bebas, telah berkontribusi nyata terhadap peningkatan produktivitas (Hatta,
2020).
Terdapat perbedaan jenis jagung manis dengan jenis jagung lainnya adalah
kandungan gula lebih tinggi sehingga memiliki rasa yang lebih manis dan sangat
digemari masyarakat. Tanaman jagung manis ditanam oleh petani untuk diambil
jagungnya, hasil sampingannya dapat dijadikan sebagai hijauan pakan ternak. Setiap
varietas jagung manis memiliki karakteristik yang berbeda-beda termasuk jumlah
daun yang dihasilkan. Varietas jagung manis terbaik didapatkan pada varietas
Bonanza, kemudian Manise dan terendah varietas Pertiwi terhadap potensi tumbuh
dan keserempakan tumbuh. Varietas Bonanza juga lebih mampu beradaptasi dengan
lingkungan jika dibandingkan varietas Jago F1, selain itu adaptasi yang baik terhadap
lingkungan dapat berdampak pada produksi atau hasil tanaman itu sendiri (Oktaviani,
2020).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Jagung merupakan salah satu contoh tanaman C4 yang artinya membutuhkan
lebih banyak sinar matahari untuk pertumbuhan setiap tanaman. Tumbuhan C4
merupakan tumbuhan yang membutuhkan intensitas cahaya matahari yang lebih
tinggi sehingga tumbuhan tersebut dapat membentuk rantai karbon untuk mengikat
karbon dioksida (CO2) selama fotosintesis. Tanaman jagung beradaptasi dengan
tanah, baik tanah berpasir maupun berlempung dengan pH tanah antara 6 sampai 8.
Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung adalah 24-30°C. Tanaman jagung dalam
masa pertumbuhan membutuhkan air 560cm. Ketersediaan air dapat ditingkatkan
dengan pemberian pupuk buatan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan akar,
kepadatan tanaman dan memberikan perlindungan dari gulma dan serangan hama.
Curah hujan yang ideal adalah sekitar 85200 mm/bulan dan harus merata. Selama
tahap pembungaan dan larva, benih harus menerima air yang cukup. Sebaiknya
ditanam pada awal musim hujan atau sebelum musim kemarau. Membutuhkan sinar
matahari penuh, naungan, tanaman akan tumbuh kerdil dan menghasilkan biji yang
kurang optimal. Suhu optimum antara 23°C dan 30°C. Jagung tidak memerlukan
persyaratan tanah khusus, tetapi tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan
menghasilkan produksi yang optimal. PH tanah dari 5,67,5. Secara khusus, di wilayah
Riau, tanah yang didominasi popsolik merah-kuning (PMK) diketahui rendah nutrisi,
mengandung sedikit bahan organik, dan memiliki pH rendah (Surtinah dan Lidar
2012).

2.3 Pengaruh Urea Terhadap Tumbuhan


Pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media
atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Peningkatan komponen dan hasil dengan
pemupukan urea disebabkan oleh fungsi nitrogen yang memberikan pengaruh paling
cepat terhadap pertumbuhan tanaman dibanding hara lainnya (Faqih, 2019).
Nitrogen adalah salah satu dari unsur esensial yang penting untuk
pertumbuhan tanaman khususnya pada masa vegetatif, yang berfungsi tidak hanya
meningkatkan pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai unsur pembentuk protein dan
klorofil. Tanaman jagung manis merupakan salah satu tanaman yang respontif
terhadap pemupukan, sehingga ketersediaan nitrogen yang cukup selama fase
pertumbuhannya perlu diperhatikan. Salah satu sumber utama pupuk nitrogen yaitu
urea. Pemberian pupuk urea dapat meningkatkan bahan organik tanah disebabkan
pupuk urea tersebut dapat digunakan mikroba untuk proses metabolisme dan
pertumbuhannya, yang akhirnya akan diubah menjadi humus. Sebagai contoh,
perlakuan urea dengan dosis 200 kg/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap
semua parameter pengamatan diantaranya tinggi tanaman, luas daun, panjang tongkol,
diameter tongkol, bobot tongkol per tanaman, dan hasil tongkol per plot (Shaila,
2019).
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung nitrogen (N) dalam kadar
tinggi yang berbentuk butiran kristal berwarna putih dan mudah larut dalam air dan
sangat mudah menyerap air, sehingga sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan
tertutup. Nitrogen diserap oleh tanaman sepanjang masa pertumbuhan sampai benih
matang, sehingga tanaman jagung membutuhkan N secara terus menerus pada semua
tahap pertumbuhan sampai pembentukan benih. Sifat pupuk nitrogen umumnya
mobile, sehingga untuk mengurangi jumlah N yang hilang melalui pencucian dan
penguapan, N harus ditambahkan secara bertahap. Pupuk nitrogen/urea dengan
perbandingan dan waktu yang tepat dapat meningkatkan bobot kering jagung. Ada
periode pembuahan urea, jadi nutrisi terapan dapat disuplai ke tanaman untuk
memenuhi kebutuhan nitrogennya, mengingat ketersediaan nutrisi dalam jumlah
banyak. Ketika ada cukup zat vegetatif, fotosintesis akan aktif dan lebih banyak
protein akan terbentuk (Diana Saragih dkk., 2013).

2.4 Hama dan Penyakit Tanaman Jagung


Hama dan Penyakit tanaman jagung merupakan masalah yang disebabkan
karena kurangnya deteksi gejala awal dan kesalahan dalam memberi perlakuan
terdapat perawatan tanaman. Tanaman jagung berpotensi terkena serangan hama
maupun penyakit yang dapat menyerang kapan saja. Hama yang dapat menyerang
tanaman jagung yakni hama penggerek tongkol, penggerek batang, belalang, ulat
grayak dan lainnya. Beberapa penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung antara
lain adalah hawar daun, busuk pelepah, bulai, busuk tongkol dan masih banyak yang
lainnya (Syarifudin, 2018).
- Penyakit Bulai
Penyakit bulai dapat menyebabkan gejala sistemik yang meluas ke
seluruh badan tanaman dan dapat menimbulkan gejala lokal. Pada
tanaman yang masih muda daun-daun yang baru saja membuka
mempunyai bercak-bercak klorotis kecil-kecil. Bagian daun
permukaan atas maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung,
sangat jelas di pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung
akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol buah, bahkan tongkol
tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta terpuntir, bunga jantan
berubah menjadi massa daun yang berlebihan (Syarifudin, 2018).
- Hawar Daun
Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak
kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk
elips dan berkembang menjadi nekrotik, warnanya hijau keabu-abuan
atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul di mulai dari
daun terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat
akibat serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan tanaman
jagung cepat mati atau mengering. Cendawan ini tidak menginfeksi
tongkol atau klobot jagung, cendawan dapat bertahan hidup dalam
bentuk miselium dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman di lahan
(Syarifudin, 2018).
- Penyakit Karat Daun
Gejala pada karat daun ini berupa bercak-bercak kecil (uredinia)
berbentuk bulat sampai oval terdapat di permukaan daun jagung bagian
atas maupun bawah, uredinia menghasilkan uredospora berbentuk
bulat atau oval serta berperan penting sebagai sumber inokulum dalam
menginfeksi tanaman jagung lainnya, sebarannya melalui angin.
Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi, infeksinya
berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau
(Syarifudin, 2018).
- Busuk Tongkol dan Biji
Penyakit busuk tongkol dan busuk biji yang disebabkan oleh cendawan
Fusarium. Penyakit busuk tongkol dan biji yang didapatkan, gejalanya
dapat dilihat dari setelah membuka pembungkus tongkol, biji jagung
berwarna merah jambu atau merah kecokelatan kemudian berubah
menjadi warna cokelat sawo matang. Busuk tongkol kurang banyak
terdapat pada jenis-jenis jagung yang kelobotnya menutup dengan
baik, sehingga ujung tongkol tertutup rapat (Megasari, 2019).
- Hama Penggerek Tongkol
Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah
penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera). Hama ini
merupakan serangga yang mempunyai banyak tanaman inang
(polibag). Kerusakan oleh larva Helicoverpa armigera (Hubner) pada
tanaman jagung berkisar 15–69,3%. Gejala serangan yang ditemukan
adalah adanya lubang melintang pada daun tanaman (7 MST) dan
rambut tongkol jagung serta ujung tongkol terpotong dan terdapat
larva. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini tongkol menjadi
rusak karena larva memakan biji di dalam tongkol (Megasari, 2019).
- Hama Penggerek Batang
Gejala serangan hama ini disebabkan hama O. furnacalis yang
ditemukan pada bagian batang tanaman berupa lubang gerek yang
disertai kotoran di sekitar lubang. Hasil identifikasi, larva yang
ditemukan pada batang jagung berwarna kuning kecoklatan. Hama ini
menyerang tanaman pada fase vegetatif 15-42 hari setelah tanam
(Megasari, 2019).
- Belalang
Gejala yang ditimbulkan yaitu gigitan pada bagian tepi daun.
Sebenarnya gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada
tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya yang
diserang pertama kali. Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang
daun. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika
populasinya tinggi dengan sumber makanan terbatas (Megasari, 2019).
- Ulat Grayak
Hama ulat grayak jagung Spodoptera frugiperda J.E. Smith merupakan
serangga invasif baru di Indonesia. Hama ini berasal dari Amerika
Tengah menyebar ke Afrika tahun 2016, India 2017, dan Indonesia
pada tahun 2019. Penyebaran hama ini sangat cepat dalam kurun
waktu yang tidak lama hampir seluruh Indonesia telah dilaporkan
keberadaannya. Kerugian yang dilaporkan menyebabkan kegagalan
panen sehingga tanaman jagung terpaksa dijadikan sebagai pakan
ternak (Supeno, 2021).

2.5 Pengaruh Jarak Tanam


Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung
adalah dengan pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam untuk tanaman sangat
diperlukan agar setiap individu tanaman dapat memanfaatkan semua faktor
lingkungan tumbuhnya dengan optimal, sehingga didapatkan tanaman yang tumbuh
dengan subur dan seragam yang akhirnya produksi dapat dicapai secara optimal. Jarak
tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan cahaya, perkembangan
hama penyakit dan kompetisi antara tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara
(Irawan, 2019).
Penggunaan pola tanam yang tepat dapat menjadi salah satu faktor penting
untuk mendapatkan hasil yang tinggi, karena pola tanam menentukan jumlah dan
populasi tanaman persatuan luas. Pengaturan pola tanam berhubungan dengan jarak
tanam yang digunakan. Jika jarak tanam terlalu lebar kurang efisien dalam
pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang tinggi dan
mengakibatkan produktivitas rendah. Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan
pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan
kompetisi antar tanaman (Sesanti, 2020).

DAFTAR PUSTAKA
Faqih, A., Dukat. Dan Trihayana. 2019. Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk Urea
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays Var. saccharata
Sturt) Kultivar Bonanza F1. AGROSWAGATI. 7(1): 18-28.
Hatta, M., Saida. dan A. Haris. 2020. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman
Jagung (Zea mays L.) Dengan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair dan
Pupuk Kandang. Agrotek. 4(2): 24-40.
Irawan, S., Safruddin. Mawarni, R. 2019. Pengaruh Perlakuan Jarak Tanam dan Pemberian
Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.).
BERNAS: Jurnal Penelitian Pertanian. 15(1): 174-184.
Megasari, R. dan Nuriyadi, M. 2019. Inventarisasi Hama dan Penyakit Tanaman Jagung (Zea
mays L.) dan Pengendaliannya. Musamus Journal of Agrotechnology Research. 2(1):
1-12.
Nelly, N. 2022. Hama Utama Pada Tanaman Jagung dan Eksplorasi Teknik Pengendalian.
Sumatera Barat: PT. Nas Media Pustaka.
Oktaviani, W., Khairani, L. dan N. P. Indriani. 2020. Pengaruh Berbagai Varietas Jagung
Manis (Zea mays saccharata Sturt) Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan
Kandungan Lignin Tanaman Jagung. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan.
2(2): 60-70.
Saragih, Diana dkk. 2013. Pengaruh Dosis Dan Waktu Aplikasi Pupuk Urea Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mays L.) Pioneer 27. Agrotek.
1(1): 50 -54.
Sesanti, R. N., Wentasari, R. Ismad, W. dan W. F. Yanti. 2020. Perbandingan Pertumbuhan
dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata L.) Pada Sistem Tanam Satu Baris
dan Dua Baris. AGROVIGOR. 7(2): 76-83.
Shaila, G., Tauhid, A. dan I. Tustiyani. 2019. Pengaruh Dosis Urea dan Pupuk Organik Cair
Asam Humat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Agritrop.
17(1): 35-44.
Supeno, B., dkk. 2021. Strategi Pengendalian Invasi Hama Baru Ulat Grayak Jagung
(Spodoptera frugiperda) di Daerah Sentra Produksi Kabupaten Lombok Barat. Siar
Ilmuwan Tani. 2(2): 100-106.
Surtinah, dan Lidar, S. 2012. Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea
mays saccharata Sturt) di Pekanbaru. Ilmiah Pertanian.
Syarifudin, A., Hidayat, N. dan L. Fanani. 2018. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Pada
Tanaman Jagung Menggunakan Metode Naïve Bayes Berbasis Android.
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 2(7): 2738-2744.

Anda mungkin juga menyukai