Anda di halaman 1dari 18

PERBANDINGAN PENANGANAN HAMA dan

PENYAKIT PASCAPANEN PADA TANAMAN


JAGUNG (Zea mays L.) di NEGARA BERKEMBANG
dan NEGARA MAJU
KELOMPOK 7

 Dicky Zulkarnain Majid 21011014058


 Wilda Srianti 20011014036
 Mutiara 20011014028
Topik Pembahasan
Penyebab Penyakit Proses Penularan
01 Pascapanen
02 Penyakit pada Jagung

Pengendalian Hama dan


03 Penyakit Pascapanen
Pendahuluan
Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman pangan
yang berpotensi dalam menunjang swasembada
pangan nasional. Pada beberapa daerah di
Indonesia jagung dijadikan sebagai pangan
alternatif pengganti beras. Selain itu, jagung juga
digunakan sebagai pakan ternak dan sebagai
bahan baku industri. Oleh karena itu, jagung
merupakan komoditas yang memiliki nilai
strategis yang cukup penting.
Penanganan pasca panen merupakan salah satu upaya strategi dalam
mendukung ketahanan pangan nasional. Secara langsung, proses penanganan
pascapanen memiliki andil dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan
mutu hasil panen dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pendapatan
petani
Penanganan pasca panen jagung merupakan proses yang sangat penting, sebab
menentukan mutu biji jagung yang dihasilkan. Jika saat di lahan orientasi
produksi maksimal merupakan tujuan utama, maka pada penanganan pasca
panen orientasi mutu maksimal merupakan prioritas utamanya. Walaupun
produksinya tinggi, tetapi dalam penanganan pasca panen kurang tepat, maka
mutu biji jagung akan kurang baik sehingga akan berpengaruh terhadap harga
jual. Kendala-kendala pascapanen juga akan mempengaruhi kuantitas hasil
panen, yaitu berkurangnya jumlah atau berat keseluruhan hasil panen serta
mempengaruhi kualitas dari hasil panen itu sendiri..
0
1
Penyebab Penyakit Pascapanen
Salah satu parameter penting dalam
menjamin mutu jagung adalah butir rusak
yang ditemukan. Butir rusak jagung erat
kaitannya dengan kadar air pada butir
jagung, kadar air yang terlalu tinggi dapat
memicu berbagai kerusakan-kerusakan
pada biji jagung selama penyimpanan. Hal
ini didukung oleh Koshartono (2010),
bahwa kandungan kadar air yang terlalu
02
02

02
Proses Penularan Penyakit pada Jagung
Proses penularan penyakit pascapanen tanaman jagung antara lain :
1. Penyakit busuk tongkol fusarium atau sering disebut dengan busuk tongkol
merah, merupakan penyakit umum pada tanaman jagung di seluruh dunia.
Jamur-jamur ini dapat terbawa oleh biji dan mengadakan infeksi lewat biji dan
tanah sehingga menyebabkan penyakit semai. Jamur ini juga menyerang batang
dan menyebabkan busuk pangkal batang. Di dalam tanah, penyakit ini tumbuh
dan menyebar secara saprofit pada jaringan tanaman jagung yang telah mati.
2. Busuk tongkol diplodia. Pathogen ini menyebabkan seedling blight, busuk
tangkai dan busuk biji. Infeksinya melalui biji dan tanah. Gejala yang muncul
pada tanaman jagung yang terkena penyakit busuk tongkol diplodia adalah
terjadi infeksi pada beberapa biji secara tidak tampak sampai ke membusuknya
seluruh tongkol dan kelobot. Diantara bibji - biji terdapat miselium jamur yang
berwarna putih sampai coklat kelabu. Biasanya pembusukan berkembang dari
pangkal ke ujung tongkol.
3. Penyakit busuk penicillum ini disebabkan oleh jamur Penicillium spp. Penyakit
ini disebarkan lewat biji . Gejala yang tampak yaitu adanya spora jamur mirip
tepung yang berwarna biru sampai hijau atau hijau tua yang melekat umumnya
pada pangkal tongkol dan apabila dalam keadaan yang menguntungkan dapat
menyelimuti seluruh bagian tongkol jagung. Faktor perlakuan pada benih, dan
keadaan lingkungan seperti kelembaban dan suhu sangat mempengaruhi
perkembangan jamur ini.
4. Busuk tongkol Aspergilllus
Gejala yang tampak pada tongkol yang terkena busuk tongkol aspergillus yaitu
tongkol berwarna kehijauan, kuning sampai hitam. Kerusakan pada umumnya
terjadi pada bagian ujung tongkol yang sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan
suhu di dalam penyimpanan atau gudang. Jamur penyebab penyakit ini adalah dari
jenis Aspergillus flafus dan A. Parasitcus yang dapat memproduksi alfatoksin yang
bersifat racun pada hewan dan manusia.
0303

Pengendalian Hama dan Penyakit


Pascapanen
Pengendalian penyakit pascapanen tanaman jagung yaitu :
1. Busuk tongkol fusarium
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pemeliharaan
tanaman sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan yang
seimbang, tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di
ladang, penanaman varietas tahan, pergiliran tanaman, dan perlakuan
benih.
2. Busuk tongkol diplodia
Menyebabkan seedling blight, busuk tangkai dan busuk biji. Infeksinya
melalui biji dan tanah. Pengendalian dapat dilakukan dengan
penanaman benih yang sehat, penanaman varietas yang tahan dan
perlakuan benih (seed dressing). Perlakuan biji akan efektif dengan
pemberian bahan kimia dithane.
3. Busuk penicillium
Dapat dikendalikan dengan menitikberatkan pada perrlakuan benih atau
penyimpanan seperti sanitasi , aerasi gudang serta pemberian fumigasi
sistemik.
4. Busuk tongkol aspergillus
Tongkol atau benih yang terinfeksi janmur ini sesegera mungkin
dimusnahkan atau diberi perlakukan khusus yang dapat membatasi
penyebaran penyakit ini melalui biiji. Upaya preventif yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan pemilihan benih yang sehat,
perlakuan pada tempat penyimpanan (gudang) dan pemberian fungisida
sistemik.
Pengendalian Hama Pascapanen Tanaman Jagung :
1. Pemipilan
Pada proses pemipilan menggunakan alat, kadar air biji sangat
memengaruhi kapasitas alat dan mutu hasil pipilan (butir pecah dan
kadar kotoran). Disarankan melakukan pemipilan saat kadar air biji
jagung berkisar antara 15-20%. Pemipilan biji jagung berpengaruh
terhadap butir rusak, kotoran, dan membantu mempercepat proses
pengeringan. Pemipilan secara manual dilakukan dengan cara
memipil biji satu per satu dari tongkolnya, baik dengan tangan
maupun dengan bantuan alat sederhana.
2. Pengeringan
Pengeringan diperlukan sebelum pemipilan untuk menghindari
terjadinya biji pecah.
Pengeringan dimaksudkan untuk mencapai kadar air biji 12-14% agar
tahan disimpan lama, tidak mudah terserang hama dan
terkontaminasi cendawan yang menghasilkan mikotoksin,
mempertahankan volume dan bobot bahan sehingga memudahkan
penyimpanan. Apabila pengeringan jagung menggunakan alat
pengering, tingkat infeksi cendawan hanya berkisar antara 9-10%.
Adapun perbedaan antara negara maju dan berkembang yaitu negara
maju menggunakan alat untuk melakukan pengeringan sedangkan
negara berkembang masih menggunakan sinar matahari langsung
dilapangan dengan melapisi terpal dibawahnya untuk melakukan
pengeringan.
Pengeringan jagung di negara berkembang (Sumba, Indonesia)

Pengeringan Jagung di negara maju (Amerika)


3. Penyimpanan
Dalam proses penyimpanan, biji jagung masih mengalami proses
pernafasan dan menghasilkan karbondioksida, uap air, dan panas.
Apabila kondisi ruang simpan tidak terkontrol maka akan terjadi
kenaikan konsentrasi air di udara sekitar tempat penyimpanan,
sehingga memberikan kondisi ideal bagi pertumbuhan serangga
dan cendawan perusak biji. Pengaruh negatif lanjutan dari
kenaikan suhu dan konsentrasi uap jenuh udara adalah
meningkatnya proses respirasi dengan akibat sampingan makin
meningkatnya suhu udara di ruang penyimpanan, yang akan
mempercepat proses degradasi biji. Penyimpanan jagung dapat
berlangsung lama tanpa menurunkan kualitas biji apabila terjadi
keseimbangan kondisi simpan antara kelembaban udara relatif
lingkungan dengan kandungan air biji pada kondisi suhu tertentu.
Adapun tempat penyimpanan pada negara naju dan negara berkembang yaitu:

Penyimpanan di negara maju (Amerika),


sudah menggunakan teknologi untuk
menyimpan hasil pascapanen jagung.

Penyimpanan jagung di negara berkembang (Indonesia), beberapa petani yang


masih menggunakan cara tradisional dan perusahan jagung yang sudah
menggunakan gudang penyimpanan.
Terima Kasih😁

Anda mungkin juga menyukai