Anda di halaman 1dari 4

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang hijau (Vigna radiata L.,) merupakan tanaman kacang-kacangan yang


sudah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Kacang hijau termasuk tanaman
polong-polongan. Tanaman kacang hijau merupakan komoditi penting setelah kedelai
dan kacang tanah (Purwono, 2005).

Produksi kacang hijau nasional berfluktuasi dari tahun 2011-2015 yaitu 341.342
ton, 284.257 ton, 204.670 ton, 244.589 ton, dan 271.463 ton pada tahun 2015
sedangkan produksi kacang hijau pada tahun 2019 diproyeksikan mencapai 309.400
ton (Balitkabi, 2005). Untuk tetap mencapai produksi yang tinggi, maka perlu
perbaikan teknik budidaya, salah satunya adalah penggunaan benih yang berkualitas.
Ketersediaan benih yang berkualitas dapat diperoleh melalui penyimpanan benih.
Untuk menjaga benih selama dalam penyimpanan, diperlukan kondisi lingkungan
yang sesuai dengan benih .

Hasil produksi kacang hijau dapat menurun pada saat masa penyimpanan di
gudang. Penurunan hasil produksi dapat menyebabkan turunnya kualitas dan
kuantitas biji, mengakibatkan berkurangnya sediaan biji yang akan digunakan untuk
tujuan perbenihan. Serangan hama yang terjadi setelah pasca panen khususnya pada
saat penyimpanan benih merupakan masalah yang penting. Usaha-usaha yang
dilakukan untuk menangani masalah tersebut dapat dilakukan dengan pengendalian
hama menggunakan pestisida.

Permintaan pasar nasional terhadap komoditi kacang hijau ini semakin meningkat
dari tahun ke tahun dengan kebutuhan standar nasional 360.000 ton. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi gizi masyarakat, dan untuk
memenuhi laju kebutuhan perkembangan industri makanan dan minuman yang bahan
bakunya kacang hijau dengan pertumbuhan 8,6 %. Sementara itu produksi kacang
hijau di Riau yaitu 505 ton dengan luas panen 490 ha.
Kacang hijau merupakan salah satu sumber protein nabati dari golongan kacang-
kacangan yang banyak diusahakan oleh petani di Indonesia. Namun dalam
membudidayakan kacang hijau, tidak jarang para petani menemui masalah baik di
lapangan maupun di gudang penyimpanan (pascapanen). Permasalahan yang sering
timbul di gudang penyimpanan yaitu serangan hama gudang C. chinensis. Sama
seperti pendapat Ribeiro (2016) serangan hama akan sangat merugikan dalam usaha
peningkatan produksi kedelai dan kacang hijau baik selama masih di lapangan
maupun dalam penyimpanan atau gudang. Salah satu serangan hama yang sangat
potensial merusak biji kacang-kacangan di gudang adalah C. chinensis.

Penyimpanan kacang hijau di gudang sangat menekankan kualitas dan kuantitas


produk yang disimpan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius (Soedardjo,
2000). Pada saat penyimpanan biji akan terjadi kemunduran biji, oleh karena itu
diperlukan usaha untuk menjaga kemunduran biji tersebut. Salah satu pengaruh yang
mengakibatkan kemunduran biji pada biji kacang hijau adalah hama Callosobruchus
maculatus F., hama primer ini dapat menyerang tanaman di lapangan dan di gudang
penyimpanan. Kerugian terbesar akibat serangan hama ini teijadi di gudang
penyimpanan. Penyimpanan biji kacang hijau yang disimpan selama tiga bulan
menimbulkan kerusakan oleh hama Callosobruchus maculatus F., sampai 100% dan
dapat menghilangkan daya kecambah biji antara 40% hingga 80%.

Menurut Soedardjo (2000), Callosobruchus maculatus F., mulai menyerang biji


sejak di lapangan sampai tempat penyimpanan. Setelah menetas, larva biasanya tidak
keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material.
Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Produk yang diserang akan
tampak berlubang

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan usaha-usaha untuk menekan dan


mengendalikan hama tersebut dengan cara memberikan insektisida nabati disekitar
biji (Nasahi, 2010). Pemberian insektisida secara kontak pada penyimpanan
sementara dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan hama di penyimpanan.
Serangga hama di penyimpanan mempunyai kemarapuan cepat berkembangbiak
sehingga dalam setahun dapat menghasilkan beberapa generasi, dan dapat berpindah
bersama-sama dengan komoditi.

Pada saat penyimpanan biji akan terjadi kemunduran biji, oleh karena itu
diperlukan usaha untuk menjaga kemunduran biji tersebut. Salah satu pengaruh yang
mengakibatkan kemunduran biji pada biji kacang hijau adalah hama Callosobruchus
maculatus., hama primer ini dapat menyerang tanaman di lapangan dan di gudang
penyimpanan. Kerugian terbesar akibat serangan hama ini terjadi di gudang
penyimpanan. Penyimpanan biji kacang hijau yang disimpan selama tiga bulan
menimbulkan kerusakan oleh hama Callosobruchus maculatu F., sampai 100% dan
dapat menghilangkan daya kecambah biji antara 40% hingga 80% (Nasahi, 2010).

1.2 Tujuan
 Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi
baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku
pengolahan.
 Mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang
tidak dikehendaki selama penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA

Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hal.

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi). 2005. Teknologi
produksi kacang-kacangan dan umbi-umbian. 36 hal.

Ribeiro, D. A, N. L Kartini, dan Gede Wijana. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk


Dolomit dan Pupuk Kanang Sapi terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan,
dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Fakultas Pertanian
Univrsitas Udayana. Bali. ISSN : 2088-155X

Soedardjo dan Mashuri. 2000. Peningkatan Produktifitas, Kualitas dan Efisiensi


Sistem Produksi Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian menuju
Ketahanan Pangan dan Agribisnis: Prosiding Seminar Hasil Penelitian.
Bogor: PUSLITBANGTAN, 2002: P. 360-371.

Nasahi dan Ceppy. 2010. Peran Mikroba dalam Pertanian Organik. Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertani Universitas Padjajaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai