Anda di halaman 1dari 16

Peningkatan Pertumbuhan Bibit Pisang Barangan dengan Aplikasi

Fungi Mikoriza Arbuskular

OLEH :
DIAN PARTA WIJAYA
NPM : 19021040

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ASAHAN
KISARAN
I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tanaman pisang Barangan adalah komoditi penting yang sangat


berperananmendukung diversifikasi sumber pangan, ekonomi dan aktifitas budaya di
Sumatera Utara.Komoditi ini mendukung roda perekonomian masyarakat di sentra
penghasil pisang di Sumatera Utara. Pisang Barangan merupakan pisang olah unggul yang
memiliki warna, rasa dan tekstur yang sangat disukai oleh penggemar pisang meja di
Sumatera Utara. Namun semenjak tahun 1990an, pertanaman pisang di Sumatera Utara
rusak berat akibat serangan penyakit layu pisang. Salah satu penyebab turunnya produksi
pisang Barangan di Indonesia terutama Sumatera Utara adalah penyakit Darah Bakteri yang
disebabkan oleh Ralstonia solanacearum spesies Phylotipe IV.
Untuk mempercepat rehabilitasi lahan yang tercemar propagul patogen tersebut
serta mendukung program nasional revitalisasi pisang dalam rangka penyediaan bibit
sehat/bermutu dan ketahanan pangan, revitalisasi perekonomian pisang serta isu
pemeliharaan lingkungan menekan penggunaan pupuk dan pestisida kimia perlu dilakukan
upaya budidaya pisang sesuai dengan Good Agricultural Practices (GAP) dan Standard
Operasional Prosedure (SOP) dengan menerapkan sistem pengendalian terpadu (Integrated
Pest Management) yang ramah lingkungan. Hasil berbagai penelitian diketahui bahwa
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dapat menekan propagul infektif patogen.
Pengujian FMA-PU10 yang diperoleh dari rizosfer tanaman pisang kultivar
Barangan sehat di lahan endemik penyakit darah bakteri Pasar Usang Sumatera Barat dapat
mengurangi jumlah propagul infektif Darah Bakteri dalam pengujian rumah kaca (Suswati
et al, 2007) dan lapangan (Suswati et al, 2008). Disamping itu FMA tersebut dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen, memperbaiki kualitas pertumbuhan
dan produksi di lahan endemik Darah Bakteri. Dengan situasi perpisangan yang rusak berat
akibat serangan penyakit darah bakteri dan Layu Fusarium di Sumatera Utara khususnya
Kabupaten Deli Serdang maka sangat diperlukan sebuah inovasi yang adaptif yang
didukung oleh tekhnologi dalam penyediaan bibit sehat.Untuk itu perlu dilakukan inovasi
teknologi penggunaan bibit hasilkultur jaringan dan induksi FMA. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menggali informasi tentang kemampuan FMA dalam meningkatkan
pertumbuhan bibit pisang Barangan yang diperbanyak secara invitro.(Khafiz et al., 2018)

B. Tujuan Penulisan
Untuk menggali informasi tentang kemampuan FMA dalam meningkatkan
pertumbuhan bibit pisang Barangan yang diperbanyak secara in-vitro dan mempercepat
rehabilitasi lahan yang tercemar propagul patogen tersebut serta mendukung program
nasional revitalisasi pisang dalam rangka penyediaan bibit sehat/bermutu dan ketahanan
pangan, revitalisasi perekonomian pisang serta isu pemeliharaan lingkungan menekan
penggunaan pupuk dan pestisida kimia perlu dilakukan upaya budidaya pisang sesuai
dengan Good Agricultural Practices (GAP) dan Standard Operasional Prosedure ( SOP )

C .Kegunaan Penulisan

Mengetahui Kemampuan setiap jenis dan dosis FMA berbeda-beda dalam


mengkolonisasi dan memacupertumbuhan bibit pisang banrangan. Fungi Mikoriza
Arbuskularformulasi yang paling baik dalam memacu pertumbuhan,Glomus mosseae
mampu meningkatkan pertambahan jumlah daun.Inokulsi FMA berpengaruh nyata
terhadap peningkatan bobot kering bibit pisang Barangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Botani Tanaman


Pisang (Musa paradisiaca L.) termasuk dalam tanaman tropis umum dan
populer di masyarakat Indonesia yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan di
Indonesia (Astawan, 2008). Pisang merupakan tanaman buah yang memiliki tingkat
produksi cukup tinggi di Indonesia dan memiliki permintaan buah untuk konsumen
meningkat setiap tahun nya (Purwadaria, 2006).
Kandungan nutrisi pada pisang tergolong tinggi, menurut Suhartanto et al.
(2012) kandungan pada 100 gram daging pisang adalah energi sebesar 116-128 kcal,
protein sebesar 1%, lemak sebesar 0.3%, karbohidrat sebesar 27%, mineral, dan vitamin.
Pisang barangan adalah jenis tanaman pisang yang terdapat di Sumaters Utara. Tanaman
pisang barangan merupakan salah satu tanaman pisang yang memiliki nilai komersial
(Shinta, 2017). Pisang barangan banyak disukai masyarakat karena memiliki rasa manis
dan lezat. Pisang barangan memiliki potensi jika dikembangkan menjadi tanaman
penghasil buah yang lebih memiliki kualitas terbaik melalui usaha salah satunya kultur
jaringan.
Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah
sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L. (Vinet & Zhedanov, 2011a)

1. Akar
Akar utama memiliki ketebalan sekitar 5 - 8 mm bewarna putih ketika baru dan
sehat. Kemudian dari beberapa akar utama akan berkembang akar skunder dan akar
tersier, yang terakhir akan semakin tipis dan lebih pendek dari akar utama. Akar skunder
berasal dari protoxilem berada dekat ujung akar dan terus berkembang melewati tanah.
Beberapa jarak di belakang ujung akar pada perkembangan akar pertama dihasilkan
rambut akar yang bertugas dalam pengam bilan air dan mineral .(Vinet & Zhedanov,
2011a)

2. Batang
Batang tanaman pisang yang sesungguhnya berada sebagian atau seluruh nya
berada di dalam tanah yang dikenal sebagai bonggol (tu berous rhizome). Rhizome yang
telah dewasa memiliki diameter dan tinggi sekitar 300 mm walaupan akan berbeda
menurut vigor dan kondisi tanaman. Rhizome pisang memiliki ruas yang sangat pendek
dan tertutup oleh daun. Rhizome merupakan organ penyimpanan penting untuk
mendukung pertumbuhan buah dan perkembangan peranakan (Alhusna, 2018)
Pisang yang di tanam secara komersil di panen dalam keadaan hijau pada
berbagai tingkat kemasan. Bila harus di angkut ke tempat-tempat yang jauh, pisang itu di
petik dalam keadaaan kurang matang, kriteria seperti 75 - 80 % matang. Yang sudah
menampakkan sudut-sudut nya dengan jelas dan yang akan matang dalam kira-kira tiga
minggu. Pisang untuk pengapalan antar pulau di petik dalam keaadaan 85-95 % matang
(Ade, 2019).

3. Daun
Daun pisang letaknya tersebar. Helaian daun berbentuk lanset dan memanjang,
dan muda sekali robek oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang
- tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun. Bunfa berkelamin satu, berumah satu
dan tersusun di dalam tandan. Daun pelindung berukuran panjang 10 - 25 cm, berwarna
merah tua, berlilin dan mudah rontok. Bunga tersusun dari dua baris yang melintang.
Bakal buah berbentuk persegi, sedangkan bunga jantan tidak ada. Setelah bunga keluar
bunga berbentuk sisir pertama, kedua dan seterusnya (Vinet & Zhedanov, 2011a)
4. Kandungan Gizi dan Manfaat Tanaman Pisang
Buah pisang mengandung gizi yang sangat tinggi, rendah kolestrol serta
Vitamin B6 dan Vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang terletak pada buah
pisang yang telah masak adalah kalium sebesar 373 miligram per 100 gram pisang.
Pisang juga merupakan sumber karbohidrat terbesar pada buah pisang, vitamin A 250 -
335 gram per 100 gram pisang dan klor sebesar 125 miligram per 100 gram pisang.
Pisang juga merupakan sumber karbohidrat vitamin A dan C, serta mineral komponen
terbesar pada buah pisang adalah pati 21 daging buahnya, dan akan diubah menjadi
sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang yang telah matang (15-20%) (Ade, 2019)

B. Syarat tumbu
1. Iklim
Tanaman pisang barangan sangat cocok ditanam pada daerah iklim tropis basah,
lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang, namun demikian tanaman pisang
masih dapat tumbuh didaerah subtropis. Tanaman pisang barangan akan berproduksi
dengan baik apabila pertumbuhannya juga subur. Tanaman ini dapat tumbuh didataran
rendah maupun dataran tinggi, ketinggian tidak lebih dari 1.600 m diatas permukaan
laut. Suhu optimum adalah 270 celcius dan maksimum 280 celcius. Serta curah hujan
2000 - 2500 mm/tahun. Tanaman ini menghendaki iklim panas, terutama di daerah
tropik. Pisang barangan umumnya memerlukan sinar matahari penuh, sangat peka
terhadap angin kencang karena dapat merobek daun - daunnya, sehingga berpengaruh
terhadap hasil buah nya, memerlukan curah hujan bulanan antara 200 - 220 mm.
Kapasitas lapangan tidak boleh dibawah 60 - 70%, karena itu pengairan pada tanaman
pisang barangan menghendaki tanah yang gembur, kaya akan organik (3%), berdrainase
baik dan pH antara 4-5 hingga 7.5. tanaman ini dapat tumbuh pada tanah dengan pH
antara 4,5 hingga 8,5, sedangkan pH optimal adalah 6,0. Untuk itu tanah yang terlalu
rendah pH nya dapat ditambahkan pupuk dolomit sebagai penetral tingkat keasaman
pada tanah masam.(BPTPSU, 2008)
III. PEMBAHASAN

A. Fungi Mikoriza Arbuskular

Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem


perakaran tanaman tingkat tinggi. Jamur ini membentuk simbiosis mutualisme antara
jamur dan akar tumbuhan. Jamur memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana
atau glukosa dari tanaman. Sebaliknya, jamur menyalurkan air dan hara tanah untuk
tumbuhan. Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang
sangat baik bagi tanah dan tanaman inang. Mikoriza adalah asosiasi antara tumbuhan
dan jamur yang hidup dalam tanah. Mikoriza yang terbentuk pada tumbuhan dapat
dibedakan berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang
(host) yang dikelompokkan kedalam tiga golongan besar yaitu ektomikoriza (ECM),
endomikoriza (VMA atau FMA) dan ektendomikoriza. (Rina et al., 2020)
Secara umum mikoriza dikelompokan menjadi dua tipe yaitu ektomikoriza dan
endomikoriza atau mikoriza arbuskula. Ektomikoriza dicirikan oleh adanya miselia
padat yang menyelimuti akar dan infasi cendawan secara intersellular pada jaringan
korteksakar. Sedangkan endomikoriza dicirikan oleh adanya jaringan hifa eksternal
dalam tanadan tumbuh secara intensif dalams elkorteks (Saraswati, 2007). Endomikoriza
adalah jamur mikoriza yang bagian-bagian pentingnya berada dalam jaringan akar.
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupakan asosiasisimbion akar yang bersimbiosis
dengan mayoritas tumbuhan tingkat tinggi dan umumnya ditemukan pada ekosistem
terestrial. Beberapa peneliti melaporkan bahwa penggunaan mikoriza memberikan
interaksi positif terhadap tanaman inang, antara lain dalam bentuk:
(1) meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama P,
(2) menahan serangan patogen,
(3) toleran terhadap logam berat dan bersifat racun terhadap tanaman,
(4) memperbaiki struktur tanah dan tidak mencemari lingkungan, serta
(5) pemupukan sekali seumur tanaman (Ibrahim & Hartati, 2014)
Pentingnya FMA untuk kelangsungan ekosisem telah dilaporkan oleh banyak
peneliti. Fungi ini memiliki peranutama dalam meningkatkan ketersediaan hara danair
Selainitu, adanya fungi ini dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai
cekaman lingkungan baik biotik maupun abiotik. Cendawan Mikoriza Arbuskular
(CMA) merupakan tipe asosiasi mikoriza yang tersebar sangatluas dan ada pada
sebagian besar ekosistem yang menghubungkan antara tanaman dengan rizosfer.
Simbiosis terjadi dalam akar tanaman dimana cendawan mengkolonisasi apoplast dan
selkorteks untuk memperoleh karbon dari hasil fotosintesis dari tanaman. CMA
termasuk fungi divisi Zygomicetes, famili Endogonaceae yang terdiri dari Glomus,
Entrophospora, Acaulospora, Archaeospora, Paraglomus, Gigaspora dan Scutellospora.
Hifa memasuki selkortek akar, sedangkan hifa yang lain menpenetrasi tanah,
membentuk chlamydospores (Eka, 2016).

Marin mengemukakan bahwa lebih dari 80% tanaman dapat bersimbiosis dengan
CMA serta terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki
peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas tanaman (Noor,
2006). Kehadiran Fungi Mikoriza Arbuskula penting bagi ketahanan suatu ekosistem,
stabilitas, tanaman, dan pemeliharaan biologi. Peranan mikoriza dalam menjaga
keanekaragaman hayati dan ekosistem sekarang mulai dikenal, terutama sekali karena
pengaruh mikoriza untuk mempertahankan kenaekaragaman tumbuhan dan
meningkatkan produktivitas (Ahmad, 2013).

Keanekaragaman dan penyebab mikoriza sangat bervariasi, hal ini dapat disebabkan
oleh kondisi lingkunagn yang bervariasi juga. Semua mikoriza tidak mempunyai sifat
morfologi dan fisiologi yang sama, oleh karena itu sangan penting untuk mengetahui
identitas dan berbagai jenisnya.(Rina et al., 2020)

Mikoriza adalah cendawan/jamur yang mampu bersimbiosis dengan tumbuhan dan


biasanya pada akar tanaman, untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen
serta meningkatkan laju pertumbuhan. Bentuk simbiosis ini terutama adalah simbiosis
mutualisme, meskipun pada beberapa kasus dapat berupa simbiosis parasitisme lemah.
Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya, dan sebaliknya,
beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza.
(Pangan, 2020)
1. Jenis Mikoriza

Pada kondisi ekologis suatu daerah yang berbeda dapat ditemukan jenis cendawan
ektomikoriza yang berbeda. Mikoriza tersebar luas di seluruh dunia, bahkan, bisa
dibilang hampir setiap pohon memiliki mikorizanya sendiri Berdasarkan cara menempel
dan struktur hifanya, mikoriza dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ektomikoriza dan
endomikoriza. Keduanya sama-sama bermanfaat untuk tanaman dalam membantu
penyerapan nutrisi dalam tanah. (Pangan, 2020)

2. Cendawan Ektomikoriza

Ektomicoriza merupakan symbiosis mutualisme antara cendawan tanah dengan akar


tumbuhan seperti Pinaceae (Gymnospermae) dan Diptero carpaceae (Angiospermae). 
Pada umumnya ektomikoriza termasuk dalam filum Basidiomycota dan Ascomycota.
Ada sedikit anggota Zygomycota yang juga menjadi cendawan ektomikoriza. (Pangan,
2020)

3. Peran ektomikoriza

Ekto mikoriza berperan dalam efisiensi pengambilan unsur hara mineral dan air,
serta melindungi akar dari cekaman faktor abiotic dan biotik.  Ektomikoriza menutupi
permukaan bagian tanaman yang tertutup tanah. Umumnya ektomikoriza bersimbiosos
dengan tumbuhan tertentu.  Dari satu jenis tumbuhan inang dimungkinkan  adanya
beberapa jenis cendawan ektomikoriza yang menjadi simbionnya atau dari satu jenis
cendawan ektomikoriza dapat bersimbiosis dengan beberapa jenis tumbuhan inang.
(Pangan, 2020)

4. Cendawan Endomikoriza

Endomikoriza menginfeksi bagian dalam akar, di dalam dan di antara sel-sel ujung
akar (root tip). Hifa masuk ke dalam sel atau mengisi ruang-ruang antarsel. Jenis
mikoriza ini banyak ditemukan pada tumbuhan semusim yang merupakan komoditas
pertanian penting, seperti kacang-kacangan, padi, jagung, beberapa jenis sayuran dan
tanaman hias. Infeksi ini tidak menyebabkan perubahan morfologi akar, tetapi
mengubah penampilan sel dan jaringan akar. Berdasarkan tipe infeksinya, dikenal tiga
kelompok endomikoriza: ericaceous (Ericales dengan sejumlah Ascomycota),
orchidaceous (Orchidaceae dengan sekelompok Basidiomycota), dan vesikular
arbuskular (sejumlah tumbuhan berpembuluh dengan Endogonales, membentuk struktur
vesikula (gelembung) dan arbuskula dalam korteks akar disingkat MVA.(Pangan, 2020)

B. Manfaat Mikoriza

1. Membantu kinerja akar menyerap unsur hara

Akar tanaman yang terbatas tidak mampu menyerap semua unsur hara dari pupuk
dalam tanah. Dengan adanya infeksi mikoriza pada akar tanaman, kinerja akar akan
meningkat hingga berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kali lipat dengan bantuan hifa
jamur mikoriza yang akan membantu menyerap nutrisi pupuk dalam tanah. Dengan
demikian maka tanaman menjadi lebih subur dan produktif karena mendapat lebih
banyak unsur hara.(Dahono, 2015)

2. Membantu tanaman mendapatkan air di musim kemarau

Pada musim kemarau persediaan air tanah semakin sedikit akibat penguapan.
Akibatnya kita perlu melakukan pengairan ekstra pada tanaman budidaya kita.  Mikoriza
dengan hifanya yang luas akan membantu akar tanaman untuk menyerap air secara
optimal dengan cakupan wilayah yang luas. Tanaman yang terinfeksi mikoriza terbukti
mampu bertahan dengan baik di kekeringan (musim kemarau atau lahan kering).

3. Melindungi akar dari serangan mikroorganisme patogen

Jenis-jenis mikroorganisme patogen tular tanah sangat banyak. Ada yang dari
golongan bakteri dan ada yang dari golongan jamur. Penyakit seperti busuk akar, layu
bakteri, dan layu fusarium sangat mengancam akar tanaman. Dengan adanya hifa
mikoriza menyelubungi akar, akar tanaman akan dilindungi dari infeksi patogen
tersebut.

4. Memicu induksi ketahanan tanaman

Kajian terbaru membuktikan bahwa adanya mikoriza di akar tanaman menyebabkan


naiknya kadar asam salisilat pada daun tanaman. Ini menjadikan tanaman lebih tahan
terhadap infeksi jamur, bakteri, ataupun virus karena sifat asam salisilat dapat memicu
munculnya antibodi pada sel tanaman. Induksi ini dikenal dengan ISR yang membuat
tanaman lebih kebal terhadap infeksi virus gemini dan CMV dengan tingkat
keberhasilan lebih dari 40 persen.(Ibrahim & Hartati, 2014)

5. Memacu pertumbuhan tanaman

Mikoriza menahasilkan beberapa fitohormon alami seperti auksin dan giberilin yang
dibutuhkan tanaman untuk memacu tumbuh kembangnya. Otomatis tanaman yang
memiliki mikoriza di akarnya akan memiliki pertumbuhan lebih pesat karena
meningkatnya hormon tumbuh.(Vinet & Zhedanov, 2011)

6. Membantu penyerapan phospat

Penyerapan P tetap terjadi pada tanaman bermikoriza meskipun terjadi penurunan


konsentrasi minimum P. Di bawah konsentrasi minimum tersebut akar tidak mampu lagi
menyerap P dan unsur hara lainnya, sedangkan pada akar bermikoriza, penyerapan tetap
terjadi sekalipun konsentrasi ion fosfat berada di bawah konsentrasi minimum yang
dapat diserap oleh akar. Proses ini ini terjadi karena afinitas hifa eksternal yang lebih
tinggi atau peningkatan daya Tarik menarik ion-ion fosfat yang menyebabkan
pergerakan P lebih cepat ke dalam hifa Mikoriza Vesikular Arbuskular.(Pangan, 2020)
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
1. Peningkatan Pertumbuhan Bibit Pisang Barangan dengan Aplikasi Fungi
Mikoriza Arbuskular (Khafiz et al., 2018)

Dari penelitian yang telah dilakukan tentang pertumbuhan Tinggi Tanaman


Pisang Barangan yang diinokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) selama 10
minggu diperoleh hasil sebagai berikut:
1.1.1. Dimana tanaman pisang Barangan menunjukkan persentase tumbuh yang
baik untuk semua perlakuan dengan menggunakan aplikasi FMA. Persentase
tumbuh tanaman pisang Barangan yang terdapat pada semua perlakuan yaitu
100%.
1.1.2. Tinggi tanaman digunakan sebagai salah satu indikator efektifitas kinerja
isolat FMA. Semua isolat FMA dapat meningkatkan tinggi tanaman bibit
pisang Barangan.
1.1.3. Isolat FMA memiliki kemampuan tinggi dalam meningkatkan laju
pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun.
1.1.4. Glomus tipe-1 paling baik meningkatkan tinggi tanaman pisang Barangan.
Seiring dengan pertambahan umur tanaman isolat Glomustipe-1
memperlihatkan kemampuan yang lebih tinggi,.
1.1.5. Hasil uji statistik pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun menunjukan
pengaruh yang sangat nyata, pada parameter pengamatan tinggi tanaman
rata-rata tinggi tanaman mencapai 24,28 cm, tanaman terendah yaitu
mencapai 13,56 cm.
2. DEKOMPOSISI BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK DENGAN Fungi
Mikoriza Arbuskular UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT
PISANG(Yanti, 2018)

1.2.1. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sekali seminggu dengan cara


mengukur tanaman mulai dari leher akar sampai daun terpanjang. Tinggi
tanaman diukur mulai saat tanaman berumur 1 minggu sampai 8 mst.
1.2.2. terlihat bahwa aplikasi berbagai jenis bahan organik yang Fungi Mikoriza
Arbuskular dapat meningkatkan tinggi bibit tanaman pisang.
1.2.3. Masing-masing perlakuan ini berbeda tidak nyata sesamanya tetapi berbeda
nyata dengan kontrol. Tinggi bibit tanaman pisang tertinggi terdapat pada
kotoran ayam tanpa didekomposisi dengan Fungi Mikoriza Arbuskular
yaitu 82,80 cm dan 80,90 cm dengan efektivitas masing-masing adalah
17,81% dan 15,11%.
1.2.4. Pertumbuhan bibit tanaman pisang setiap minggunya dapat dilihat bahwa
tinggi bibit pisang setiap minggunya selalu meningkat. Pertumbuhan bibit
pisang yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kotoran ayam yang di
dekomposisikan dengan Fungi Mikoriza Arbuskular.

3. PENAPISAN ISOLAT FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR INDIGENUS


RIZOSFIR PISANG SEBAGAI INDUSER KETAHANAN TANAMAN
PISANG CAVENDISH TERHADAP LAYU FUSARIUM (Fusarium
oxysporum f.sp. cubense)(Sulyanti et al., 2013)

1.3.1. Hampir semua isolat FMA indigenus terpilih diatas mampu menekan
perkembangan penyakit layu Fusarium pada bibit pisang Cavendish di
rumah kaca. Introduksi FMA pada bibit pisang Cavendish umumnya dapat
memperpanjang masa inkubasi serangan Foc, menurunkan persentase daun
terserang, skala kerusakan bonggol, dan disklorosi batang semu.
1.3.2. Dari kultivar pisang Kepok dan Buai, dapat memperlambat masa inkubasi
30,00 – 31,75 hari setelah inokulasi (hsi) dengan efektifitas penekanan
(66,66-76,38%). Hal ini diikuti dengan lebih rendahnya persentase daun
terserang, skala kerusakan bonggol dan persentase disklorasi batang semu.
Efektifitas penekanan isolat FMA terhadap persentase daun terserang 26,54
– 80,8l %, skala kerusakan bonggol 4,34 -78,26 % dan disklorosi batang
60,00-l00 %.
1.3.3. Persentase daun terserang terendah adalah pada bibit pisang yang
diintroduksi dengan isolat (berasal dari rizosfir tanaman pisang Buai dataran
tinggi), isolat (berasal dari dataran tinggi) dan (berasal dari rizosfir tanaman
pisang Kepok dataran rendah) 17,10 % dengan efektivitas penekanannya
80,8l % menyusul isolat (berasal dari rizosfir tanaman pisang Buai dataran
sedang) 26,12 % dengan efektivitas 70,69 %.
1.3.4. Tiga isolat FMA terbaik tersebut berasal dari rizosfir pisang Buai dan satu
dari rizosfir pisang Kepok.
1.3.5. Hasil pengujian menunjukkan semua isolat FMA indigenus yang diuji dapat
meningkatkan pertahanan bibit pisang Cavendish dengan variasi antar isolat
terhadap serangan Foc ras 4.
IV. PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Secara umum Fungi Mikoriza Arbuskular dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.


Pengaplikasian FMA Multispora berpengaruh sangat nyata untuk parameter tinggi
tanaman, jumlah daun dan berat basah tanaman pisang dan berpengaruh nyata untuk
parameter berat shoot tanaman dan berpengaruh tidak nyata untuk berat basah root.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Glee Nipah Pulo Aceh
Kabupaten Aceh Besar, didapati bahwa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskula ditemukan
sebanyak 4 ordo, 4 family, 7 genus dan 26 spesies serta 8302 individu.
3. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Glomus sp. sebanyak 3845. Ordonya
diantaranya Diversisporales, Endogonales, Glomeromycota dan Glomerales.
Sedangkan Familynya antara lain Acaulosporaceae, Endogonaceae, Gigasporaceae,
dan Glomeraceae.
4. Genus yang ditemukan di Kawasan Glee Nipah Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar
antara lain Glomus, Acaulospora, Endogone, Gigaspora, Sclerocytis, Scutellospora,
dan Rhizophagus. Sedangkan spesiesnya yaitu Glomus ambisporum, Glomus
deserticola, Glomus etunicatum, Glomus geosporum, Glomus intraradieces, Glomus
lamellosum, Glomus mosseae, Glomus multiculae, Glomus multieaole, Glomus sp.,
Acaulospora foveata, Acaulospora denticulata, Acaulospora mellea, Acaulospora
morrowiae, Acaulospora scrobiculata, Acaulospora sp., Acaulospora tuberculota,
Gigaspora albida, Gigaspora gigantae, Gigaspora rosea, Gigaspora sp, Scutellospora
arenicola, Scutellospora sp., Endogone pisiformis, Sclerocytis sp., dan Rhizophagus
fisciculatum.
B. SARAN
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang Aplikasi Fungi Mikoriza
Arbuskular dan kinetin pada media MS secara in vitro dengan meningkatkan taraf
konsentrasi setiap perlakuan atau pada komoditi lainnya.Dari pernyataan berpendapat
bahwa jika konsentrasi Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskular yang digunakan terlalu
tinggi maka dapat meyebabkan terhambatnya pemanjangan sel yang berdampak
menurunkan aktivitas metabolisme jaringan sehingga menghambat proses
pertumbuhan vegetatif.

Anda mungkin juga menyukai