Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Akar: Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki sistem perakaran yang
bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Nodul atau bintil
akar merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri nitrogen dengan
tanaman kacang-kacangan sehingga tanaman mampu mengikat nitrogen bebas
dari udara. Makin banyak nodul akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N)
yang diikat dari udara sehingga meningkatkan kesuburan tanah (Rukmana,
1997: 16).
Daun: Daun kacang hijau adalah daun majemuk, dengan tiga helai anak daun
per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau.
Biji: Biji umumnya berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap, namun adapula
yang berwarna kuning dan coklat (Fachruddin, 2000: 64).
Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A,B1, C, dan E),
serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti
amilum, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium dan
niasin. Selain bijinya, daun kacang hijau muda sering dimanfaatkan sebagai
sayuran. Kacang hijau bermanfaat untuk melancarkan buang air besar dan
menambah semangat (Purwono dan Hartono, 2005: 5).
Kacang hijau (Vigna radiata L.) juga dikonsumsi dalam bentuk kecambah
(taoge). Pemanfaatan taoge sebagai bahan makanan telah dikenal luas di
Indonesia. Taoge mengandung vitamin E yang tidak ditemukan pada kacang
tanah dan kedelai. Bahkan, nilai gizi kecambah kacang hijau lebih baik daripada
nilai gizi biji kacang hijau. Hal ini disebabkan kecambah telah mengalami
proses perombakan makromolekul menjadi mikromolekul sehingga
meningkatkan daya cerna. Selain itu, dengan proses perkecambahan terjadi
pembentukan senyawa tokoferol (vitamin E). Vitamin E merupakan salah satu
senyawa antioksidan dalam tubuh manusia. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, kandungan vitamin E dalam kecambah ternyata dipengaruhi oleh
varietas (Purwono dan Hartono, 2005 : 5-11).
Adapun bahan yang digunakan pada saat pelaksaan praktikum adalah benih
kacang hijau, pupuk kandang sapi, dan urea. Dan alat yang digunakan adalah
cangkul, gembor, meteran, tali rapia, jaring, kayu dan alat tulis.
a) Persiapan lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian dicangkul menggunakan
cangkul dan dibersihkan dari gulma maupun seresah dari hasil tanaman
sebelumnya. Kemudian dilakukan pengukuran luas lahan. Lahan yang
sudah diolah kemudian dibentuk menjadi bedengan dengan ukuran
panjang 4 meter dan lebar 1 meter, dan tinggi bedengan 30cm, lalu
petakan digemburkan.
b) Pemberian pupuk dasar
Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang sapi. Pemberian
pupuk dilakukan seminggu sebelum penanaman dilakukan, jumlah
pupuk yang diberikan sebanyak 15 ton/ha dengan ukuran bedengan 4x1
cm.
c) Penanaman kacang hijau
Penanaman benih kacang hijau dilakukan dengan cara ditugal
dengan kedalaman 3-5 cm. penanaman benih kacang hjau dilakukan
dengan cara meletakkan benih sebanyak 5 benih perlubang tanam
dengan jarak tanam 40x20 cm.
d) Pemberian pupuk susulan
Pemberian pupuk susulan dilakukan pada saat tanaman kacang
sudah memiliki beberapa helaian daun.
e) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kacang hijau terdiri dari pengairan,
penyiangan, dan pembubunan.
3.4 Pengamatan
Perlakuan yang digunakan pada percobaan ini adalah penggunaan dosis POC
yang berbeda pada sampel dan pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi
tanaman dan jumlah helaian daun.
BAB IV
4.1 Hasil
Tinggi tanaman
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan tabel data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata
pertumbuhan tinggi dan jumlah helaian daun pada perlakuan pupuk organik cair
dengan dosis 40 ml lebih unggul dibandingakan dengan rata-rata pertumbuhan
tinggi dan jumlab helaian daun pada sampel dengan dosis pupuk organik cair
20 ml.
Kelebihan utama dari pupuk organik cair yaitu penyerapan haranya berjalan
lebih cepat sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam waktu singkat,
dibanding dengan pupuk organik padat yang diberikan lewat tanah yang terlebih
dahulu masih melalui proses dekomposisi (penguraian) baru dapat tersedia oleh
tanaman (Lingga dan Marsono, 2001). Pupuk cair lebih mudah terserap oleh
tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap
hara terutama melalui akar dan daun. Selain itu pupuk organic cair dapat pula
diberikan di sekitar tanaman maupun di atas permukaan daun. Salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan pemupukan pupuk organik cair adalah ketepatan
dalam pemberian dosis serta cara aplikasinya pada tanaman maupun pada tanah
(Fitrianidkk, 2014).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, H., Iskandar M. L., dan Yusuf, R., 2014. Respons Pertumbuhan dan Hasil
Gardner, P.F., R.B., Pearce., R.L., Mitchell, 2001. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hal.
Yogyakarta. 68 hal.
Safe Chemical Indonesia, 2009. Nutrisi Organik. Produksi PT. Safe Chemical
Indonesia, Jakarta.
Sunantara, I.M.M. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. No. Agdex :142/35.