Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Dosen Pengampu:

Ir. Ardiyaningsih Puji Lestari, M.P

Prof. Dr. Ir. Mapegau, M.S.

Disusun Oleh:

1. Aulia Taqwa Utami D1A022249


2. Ramadani OKtovia D1A022255
3. Sukma Febiyanda Thasa D1A022256

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang
banyak dimakan rakyat Indonesia. Tanaman ini selain banyak mengandung zat-
zat gizi juga bermanfaat untuk proses pengobatan. Secara agronomis dan
ekonomis, tanaman kacang hijau memiliki kelebihan dibanding tanaman
kacang-kacangan lainnya. Meskipun tanaman kacang hijau memiliki banyak
manfaat, namun tanaman ini masih kurang mendapatkan perhatian petani untuk
dibudidayakan. Permintaan pasar terhadap kacang hijau terus mengalami
peningkatan sedangkan produksi di dalam negeri masih rendah. Sebagian besar
kebutuhan kacang hijau domestik untuk pakan atau industri pakan dan sebagian
lainnya untuk pangan, dan kebutuhan industri lainnya. Selain untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, produksi kacang hijau nasional juga berpeluang besar
untuk memasok sebagian pasar kacang hijau dunia.
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah
dikembangkan sejak dahulu dan permintaan akan kacang hijau dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Tanaman kacang hijau memiliki potensi yang tinggi
untuk dikembangkan. Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lainnya,
kacang hijau. memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis,
seperti: 1) lebih tahan kekeringan, b) serangan hama dan penyakit lebih sedikit,
c) dapat diponen pada umur 55-60 hari, d) dapat ditanam pada tanah yang
kurang sabur, dan e) cara budidayanya mudah (Sunantara, 2000). Oleh karena
itu, sangat penting bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui teknik budidaya
kacang hijau baik secara teori maupun aplikası dan prakteknya secara langsung
di lapangan.
Kacang hijau (Vigna radiota) merupakan salah satu bahan pangan yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas selain beras. Karena tergolong tinggi
penggunaannya dalam masyarakat, maka kacang hijau ini memiliki tingkat
kebutuhan yang cukup tinggi. Dengan teknik budidaya dan penanaman yang
relatif mudah budidaya tanaman kacang hijau memiliki prospek yang baik
untuk menjadi peluang usaha bidang agrobisnis. Pada umumnya, kacang hijau
umumnya ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah padi atau
tanaman palawija yang lain. Adapun kegiatan dalam budidaya tanarman
semusim secara umum dimulai dari persiapan lahan, penanaman bernih,
pengairan, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit,
pemanenan serta penanganan pasca panen. Proses fotosintesis merupakan dasar
dari usaha budidaya tanaman.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun tujuannya yaitu untuk
meningkatkan produktivitas pada budidaya tanaman kacang hijau dengan
perlakuan jarak tanam dan jumlah benih.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan untuk dapat mengetahui
pengaruh jarak tanam dan jumlah benih dari komoditi tanaman kacang hijau,
serta informasi yang terkandung didalam nya mendapatkan manfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga


yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari
kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu
negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau (Purwono
dan Hartono, 2005: 5).

a) Daerah Asal dan Penyebaran


Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat
tani di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India.
Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan bahwa
India merupakan daerah asal sejumlah besar suku Leguminosae. Salah satu
bukti yang mendukung pendapat Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah
kacang hijau jenis Phaseolus mungo di India atau disebut kacang hijau India
(Rukmana, 1997: 15).
Penyebaran kacang hijau meluas ke berbagai daerah beriklim tropis di Asia
seperti: Taiwan, Thailand, dan Filipina. Data AVRDC menunjukkan bahwa
produksi kacang hijau di beberapa negara Asia pada tahun 1972-1973 amat
bervariasi. India mencapai 392.000 ton, Thailand hanya 191.000 ton, Filipina
19.000 ton, dan Taiwan 3.000 ton (Rukmana, 1997: 15).
Kacang hijau (Vigna radiata L.) dibawa masuk ke wilayah Indonesia pada
awal abad ke-17 oleh pedagang Cina dan Portugis. Pusat penyebaran kacang
hijau pada mulanya di Pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai
berkembang ke Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur.
Daerah sentrum produksi kacang hijau adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan DI Yogyakarta (Rukmana, 1997: 15).
Keadaan agroekologi Indonesia amat cocok untuk pengembangan budidaya
kacang hijau. Pada masa mendatang dimungkinkan penyebaran kacang hijau
meluas ke semua provinsi di wilayah Nusantara. Peningkatan produksi kacang
hijau nasional diramalkan sebesar 7,6% per tahun dari tahun 1987 hingga tahun
2000 sehingga pada akhir abad ini produksi kacang hijau di Indonesia
diharapkan mencapai 623.000 ton (Rukmana, 1997 : 15).
b) Taksonomi dan morfologi kacang hijau
Tanaman kacang hijau diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata L.

Akar: Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki sistem perakaran yang
bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Nodul atau bintil
akar merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri nitrogen dengan
tanaman kacang-kacangan sehingga tanaman mampu mengikat nitrogen bebas
dari udara. Makin banyak nodul akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N)
yang diikat dari udara sehingga meningkatkan kesuburan tanah (Rukmana,
1997: 16).

Batang: Rukmana (1997: 16) mengungkapkan kacang hijau memiliki ukuran


batang yang kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklat-coklatan atau kemerah-
merahan. Batang tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm – 110 cm dan
bercabang menyebar ke semua arah.

Daun: Daun kacang hijau adalah daun majemuk, dengan tiga helai anak daun
per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau.

Bunga: Rukmana (1997: 16) mengungkapkan bunga kacang hijau berkelamin


sempurna atau hermaphrodite, berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning.
Purwono dan Hartono (2005) (dalam Anggraini, 2012: 14) menyebutkan proses
penyerbukan bunga kacang hijau (Vigna radiata L.) terjadi pada malam hari,
pada pagi hari bunga akan mekar dan menjadi layu pada sore hari.

Buah: Buah kacang hijau berbentuk polong dengan panjang antara 6 cm – 15


cm. Tiap polong berisi 6 -16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil
dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara
36 g – 78 g (Rukmana, 1997: 16).

Biji: Biji umumnya berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap, namun adapula
yang berwarna kuning dan coklat (Fachruddin, 2000: 64).

c) Manfaat Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A,B1, C, dan E),
serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti
amilum, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium dan
niasin. Selain bijinya, daun kacang hijau muda sering dimanfaatkan sebagai
sayuran. Kacang hijau bermanfaat untuk melancarkan buang air besar dan
menambah semangat (Purwono dan Hartono, 2005: 5).

Bila dilihat dari kandungan proteinnya, kacang hijau termasuk bahan


makanan sumber protein kedua setelah susu skim kering. Kandungan protein
kacang hijau sekitar 22%. Namun bila dibandingkan dengan kacang-kacangan
lainnya, kandungan protein kacang hijau menempati peringkat ketiga setelah
kedelai dan kacang tanah.

Kacang hijau (Vigna radiata L.) juga dikonsumsi dalam bentuk kecambah
(taoge). Pemanfaatan taoge sebagai bahan makanan telah dikenal luas di
Indonesia. Taoge mengandung vitamin E yang tidak ditemukan pada kacang
tanah dan kedelai. Bahkan, nilai gizi kecambah kacang hijau lebih baik daripada
nilai gizi biji kacang hijau. Hal ini disebabkan kecambah telah mengalami
proses perombakan makromolekul menjadi mikromolekul sehingga
meningkatkan daya cerna. Selain itu, dengan proses perkecambahan terjadi
pembentukan senyawa tokoferol (vitamin E). Vitamin E merupakan salah satu
senyawa antioksidan dalam tubuh manusia. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, kandungan vitamin E dalam kecambah ternyata dipengaruhi oleh
varietas (Purwono dan Hartono, 2005 : 5-11).

d) Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau

Dalam proses pertumbuhannya, tanaman kacang hijau memerlukan tanah


yang tidak terlalu banyak mengandung partikel liat. Tanah dengan kandungan
bahan organik tinggi sangat cocok untuk tanaman kacang hijau. Tanah berpasir
pun dapat digunakan untuk menanam tanaman kacang hijau, asalkan kandungan
air tanahnya tetap terjaga dengan baik. Adapun tanah yang dianjurkan, yaitu
tanah latosol dan regosol. Kedua jenis tanah ini akan lebih baik bila digunakan
setelah ditanami tanaman padi terlebih dahulu. Keasaman tanah (pH) yang
diperlukan untuk pertumbuhan optimal, yaitu antara 5,5- 6,5. Pada tanah dengan
pH di bawah 5,5 perlu diberi pengapuran untuk meningkatkan pH dan
menetralisir keracunan aluminium. Sedangkan untuk pH tanah di atas 6,5 tidak
diperlukan perlakuan tersebut. Kacang hijau (Vigna radiata L.) dapat
dibudidayakan pada ketinggian 5- 700 dpl. Di daerah dengan ketinggian di atas
700 dpl produktivitas kacang hijau menurun dan umur panennya pun menjadi
lebih panjang. Tanaman akan tumbuh dengan baik pada suhu optimal 25- 270
C dan tumbuh dengan baik di daerah yang relatif kering dengan kelembaban
udara 50- 90% (Purwono dan Hartono, 2005: 21).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 November 2023 sampai di
lahan percobaan universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada saat pelaksaan praktikum adalah benih
kacang hijau, pupuk kandang sapi, dan urea. Dan alat yang digunakan adalah
cangkul, gembor, meteran, tali rapia, jaring, kayu dan alat tulis.

3.3 Pelaksanaan Praktikum

a) Persiapan lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian dicangkul menggunakan
cangkul dan dibersihkan dari gulma maupun seresah dari hasil tanaman
sebelumnya. Kemudian dilakukan pengukuran luas lahan. Lahan yang
sudah diolah kemudian dibentuk menjadi bedengan dengan ukuran
panjang 4 meter dan lebar 1 meter, dan tinggi bedengan 30cm, lalu
petakan digemburkan.
b) Pemberian pupuk dasar
Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang sapi. Pemberian
pupuk dilakukan seminggu sebelum penanaman dilakukan, jumlah
pupuk yang diberikan sebanyak 15 ton/ha dengan ukuran bedengan 4x1
cm.
c) Penanaman kacang hijau
Penanaman benih kacang hijau dilakukan dengan cara ditugal
dengan kedalaman 3-5 cm. penanaman benih kacang hjau dilakukan
dengan cara meletakkan benih sebanyak 5 benih perlubang tanam
dengan jarak tanam 40x20 cm.
d) Pemberian pupuk susulan
Pemberian pupuk susulan dilakukan pada saat tanaman kacang
sudah memiliki beberapa helaian daun.
e) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kacang hijau terdiri dari pengairan,
penyiangan, dan pembubunan.

3.4 Pengamatan

Perlakuan yang digunakan pada percobaan ini adalah penggunaan dosis POC
yang berbeda pada sampel dan pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi
tanaman dan jumlah helaian daun.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tinggi tanaman

Sampel dengan Pengamatan ke- Pengamatan ke- Pengamatan ke-


perlakuan POC 1 2 3
40 ml 27 Okt 2023 3 Nov 2023 20 Nov 2023
A1 31,5 cm 50 cm 68 cm
A2 27,5 cm 41 cm 47 cm
A3 27,1 cm 44,5 cm 60,5 cm
A4 33 cm 48,5 cm 74 cm
A5 29 cm 46,6 cm 69 cm
A6 26,5 cm 40 cm 75 cm

Sampel dengan Pengamatan ke- Pengamatan ke- Pengamatan ke-


perlakuan POC 1 2 3
20 ml 27 Okt 2023 3 Nov 2023 20 Nov 2023
B1 29,1 cm 40 cm 43 cm
B2 26,2 cm 48 cm 60 cm
B3 35,5 cm 50 cm 68 cm
B4 28 cm 42 cm 52 cm
B5 35,7 cm 42,2 cm 65 cm
B6 31 cm 47,5 cm 62 cm

Jumlah helaian daun

Sampel dengan Pengamatan ke- Pengamatan ke- Pengamatan ke-


perlakuan POC 1 2 3
40 ml 27 Nov 2023 3 Nov 2023 20 Nov 2023
A1 14 helai 18 helai 25 helai
A2 11 helai 10 helai 17 helai
A3 11 helai 10 helai 15 helai
A4 11 helai 10 helai 21 helai
A5 11 helai 10 helai 20 helai
A6 11 helai 10 helai 26 helai

Sampel dengan Pengamatan ke- Pengamatan ke- Pengamatan ke-


perlakuan POC 1 2 3
20 ml 27 Okt 2023 3 Nov 2023 20 Nov 2023
B1 14 helai 20 helai 21 helai
B2 14 helai 20 helai 21 helai
B3 14 helai 20 helai 20 helai
B4 14 helai 12 helai 18 helai
B5 14 helai 17 helai 23 helai
B6 14 helai 20 helai 18 helai

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan dan tabel data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata
pertumbuhan tinggi dan jumlah helaian daun pada perlakuan pupuk organik cair
dengan dosis 40 ml lebih unggul dibandingakan dengan rata-rata pertumbuhan
tinggi dan jumlab helaian daun pada sampel dengan dosis pupuk organik cair
20 ml.

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk


organik cair dengan dosis berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman dan jumlah daun kacang hijau pada umur 2 dan 4 MST, tetapi
berpengaruh sangat nyata pada umur 6 MST. Hal ini diduga bahwa pada umur
2 dan 4 MST, kebutuhan unsur hara bagi tanaman kacang hijau relatif kecil
sehingga belum terjadi persaingan dalam memanfaatkan unsur hara yang ada,
sehingga pupuk organik cair yang diberikan belum memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 2 dan 4 MST.
Gardner, dkk (2001) mengemukakan bahwa pemupukan ditujukan untuk
menambah jumlah dan tingkat ketersediaan unsur hara didalam tanah baik unsur
hara makro maupun unsur hara mikro, dengan tersedianya unsur hara yang
sesuai dengan kebutuhan tanaman bukan hanya merangsang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman akan tetapi tanaman tersebut dapat pula menjaga
kestabilan produksinya. Pupuk organik cair mengandung beberapa unsur hara
makro seperti ; Nitrogen, Posfor dan Kalium, karena ketiga unsur tersebut
merupakan unsur yang wajib ada dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
cukup banyak, serta mengandung beberapa unsur hara mikro, karena unsur hara
mikro diperlukan tanaman walaupun jumlahnya sedikit dan mengandung
hormon atau Zat Pengatur Tumbuh (Safe Chemical Indonesia, 2009, Kahar,
2021).

Kelebihan utama dari pupuk organik cair yaitu penyerapan haranya berjalan
lebih cepat sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam waktu singkat,
dibanding dengan pupuk organik padat yang diberikan lewat tanah yang terlebih
dahulu masih melalui proses dekomposisi (penguraian) baru dapat tersedia oleh
tanaman (Lingga dan Marsono, 2001). Pupuk cair lebih mudah terserap oleh
tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap
hara terutama melalui akar dan daun. Selain itu pupuk organic cair dapat pula
diberikan di sekitar tanaman maupun di atas permukaan daun. Salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan pemupukan pupuk organik cair adalah ketepatan
dalam pemberian dosis serta cara aplikasinya pada tanaman maupun pada tanah
(Fitrianidkk, 2014).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis pupuk


organic cair 40 ml pada tanaman kacang hijau memberikan hasil yang lebih baik
terhadap Tinggi dan jumlah daun organic dengan dosis pupuk organic cair
dengan dosis 20 ml.
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, H., Iskandar M. L., dan Yusuf, R., 2014. Respons Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Secara Hidroponik Terhadap


Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair. Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu.

Gardner, P.F., R.B., Pearce., R.L., Mitchell, 2001. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Terjemahan Herawati, S., Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Kahar. (2021). Respon Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman

Tomat (Solanum lycopersicum L .) Akibat Pemberian Jenis Pupuk


Kandang. JurnalAgrokompleks Tolis, 1(3), 60–65.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hal.

Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau : Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius.

Yogyakarta. 68 hal.

Safe Chemical Indonesia, 2009. Nutrisi Organik. Produksi PT. Safe Chemical

Indonesia, Jakarta.

Sunantara, I.M.M. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. No. Agdex :142/35.

No. Seri : 03/Tanaman/2000/September 2000. Instalasi Penelitiandan


Pengkajian Teknologi Pertanian. Denpasar Bali.

Anda mungkin juga menyukai