Anda di halaman 1dari 13

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah


Kacang hijau (Vigna radiata L) merupakan salah satu hasil pertanian yang
tergolong dalam bahan pangan penting ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Pemanfaatan kacang hijau sangat beragam, dari olahan sederhana hingga produk
olahan teknologi industri. Kacang hijau biasanya diolah menjadi taoge
(kecambah), bubur, makanan bayi, minuman, kue dan juga tepung. Hasil olahan
kacang hijau banyak diminati disemua kalangan. Oleh sebab itu, produksi kacang
hijau terus dijalankan oleh para petani guna untuk memenuhi permintaan pasar.
Benih merupakan sarana produksi tanaman yang penting untuk
menentukan produktivitas dan kualitas hasil tanaman. Benih bermutu tinggi
mencakup mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis memerlukan penanganan
yang baik dan benar dari mulai penanaman hingga pendistribusian. Penyimpanan
benih merupakan suatu usaha untuk mempertahankan mutu benih sampai benih
tersebut ditanam oleh petani. Benih yang disimpan dengan baik diharapkan
mampu mempertahankan viabilitas tetap tinggi hingga benih tersebut ditanam
(Ramadhani et al., 2018).
Benih akan mengalami kemunduran selama periode simpan (deterioration)
yang menyebabkan penurunan kualitas benih (Dinarto, 2010). Proses
kemunduran benih tersebut tidak dapat dihentikan. Akan tetapi, dapat ditekan
dengan cara mengendalikan faktor penyebabnya. Kemunduran benih selama
periode simpan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih
awal merupakan faktor internal dari kemunduran benih. Kemasan benih,
komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan merupakan faktor
eksternalnya (Purwanti, 2004). Suhu dan kelembaban menjadi faktor utama
dalam penyimpanan benih. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan
viabilitas benih selama periode simpan yang dipengaruhi oleh kadar air benih,
suhu dan kelembaban nisbi ruang simpan. Penyimpanan benih pada suhu yang
2

terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan benih. Suhu optimum yang


digunakan untuk penyimpanan benih jangka panjang yaitu 0°C - 32°C (Qulsum,
2011). Selain suhu ruang simpan yang terkendali, untuk mempertahankan
viabilitas benih juga perlu dilakukan pengemasan. Penyimpanan benih benih
ortodoks termasuk kacang hijau, sangat penting dilakukan pemilihan bahan
kemasan yang tepat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas benih dari
pengaruh faktor internal maupun eksternal (Suryanto, 2013).
Penyimpanan benih harus dilakukan secara tepat, terutama kemasan
simpan dan suhu ruang simpan benih (Pamungkas et al., 2022). Prinsip dasar
pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terkait dengan viabilitas dan vigor
benih kacang hijau yang disimpan pada suhu dan jenis kemasan yang berbeda.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui viabilitas dan vigor benih kacang hijau yang disimpan pada suhu
ruang simpan yang berbeda.
2. Mendapatkan kemasan terbaik yang digunakan untuk penyimpanan benih
kacang hijau dengan periode simpan yang sudah ditentukan.
3. Mendapatkan interaksi terbaik antara suhu dan kemasan penyimpanan yang
berbeda.

1.3 Kerangka Pemikiran


Kacang hijau (Vigna radiata L) merupakan salah satu tanaman yang banyak
dijumpai di Indonesia dan menjadi bahan pangan yang banyak diminati selain
beras. Tanaman kacang hijau termasuk ke dalam suku polong-polongan yang
memiliki kandungan protein cukup tinggi. Oleh sebab itu, permintaan pasar
terhadap kacang hijau di Indonesia terus meningkat. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mempertahankan produksi yang tinggi salah satunya yaitu dengan
penggunaan benih yang bermutu. Penyimpanan benih menjadi salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan benih bermutu hingga saat
dibutuhkan. Akan tetapi, kualitas benih kacang hijau dapat menurun pada saat
3

disimpan. Hal ini dikarenakan benih kacang hijau termasuk kedalam kelompok
benih ortodoks. Benih ortodoks merupakan benih yang tidak tahan disimpan lama
dan mudah rusak apabila disimpan pada ruang dengan kelembaban dan suhu
ruang simpan yang tinggi. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan penurunan
mutu baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut Fatikhasari et al., (2022), faktor suhu berhubungan erat dengan
faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Benih
tanaman dapat berkecambah dengan baik pada suhu mendekati optimum.
Suhu 30°C merupakan suhu yang optimal untuk perkecambahan benih kacang
hijau, kacang tanah, dan jagung. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitiannya
yang menunjukkan bahwa benih kacang hijau, kacang tanah, dan jagung yang
disimpan pada suhu 30°C memiliki nilai daya berkecambah lebih tinggi (100%,
96%, dan 90%) dibandingkan dengan benih yang disimpan pada suhu 35°C (70%,
46%, dan 10%).
Penggunaan bahan kemasan yang tepat juga menjadi salah satu hal yang
dapat melindungi kualitas fisik maupun fisiologis benih dari pengaruh lingkungan
simpan, menghindari tercecernya benih dan memudahkan dalam pendistribusian
(Ramadhani et al., 2018). Terdapat banyak macam bahan kemasan dan masing-
masing memiliki sifat yang berbeda. Bahan kemasan yang baik digunakan untuk
menyimpan benih yaitu yang dapat menyerap gas dan kelembaban, menahan
pertukaran air dan udara luar juga memelihara hidupnya embrio (Noya et al.,
2018).
Kain blacu termasuk kedalam jenis kain yang ramah lingkungan, dapat
digunakan berulangkali, tidak mudah sobek, fleksibel, mudah ditemukan dan
murah harganya. Akan tetapi, memiliki sifat permeabilitas yang tinggi yaitu
memiliki pori-pori besar, mudah dilewati udara sehingga benih akan mudah
mengikat dan melepas air ke udara (Suryanto, 2013). Plastik polietilena sebagai
bahan pengemas benih yang bersifat impermeabilitas tinggi, yaitu tidak mudah
tembus uap air dan gas (Rahayu et al., 2013). Karung tepung terigu merupakan
kemasan permeabel yang memungkinkan adanya pertukaran udara dari dalam
tempat penyimpanan benih dengan lingkungan sekitarnya sehingga memberikan
pengaruh terhadap viabilitas benih yang disimpan didalamnya. Aluminium foil
4

merupakan kemasan simpan kedap uap air dan gas yang tahan terhadap pengaruh
kelembaban dari luar kemasan sehingga dapat melindungi mutu fisik dan
fisiologis benih.
Dari uraian diatas, dipilih empat bahan kemasan yang akan digunakan untuk
menyimpan benih kacang hijau pada suhu ruang yang berbeda guna untuk
mengetahui kemasan dan suhu terbaik untuk mempertahankan viabilitas benih
kacang hijau selama penyimpanan. Adapun kemasan yang digunakan yaitu kain
blacu, plastik polietilena, karung tepung terigu, dan alumunium foil yang
disimpan pada suhu ruang dan suhu kulkas.

1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Diduga terdapat perbedaan viabilitas dan vigor pada benih kacang hijau yang
disimpan pada suhu ruang simpan yang berbeda.
2. Diduga terdapat kemasan terbaik yang digunakan untuk penyimpanan benih
kacang hijau.
3. Diduga terdapat interaksi terbaik antara suhu dan kemasan penyimpanan yang
berbeda.

1.5 Kontribusi
Kontribusi penelitian yang dilakukan yaitu memberikan informasi kepada
pembaca mengenai viabilitas dan vigor benih kacang hijau yang disimpan pada
kemasan yang berbeda-beda.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau


Kacang hijau merupakan tanaman jenis leguminoceace yang tergolong
tanaman semusim dan berumur pendek yaitu sekitar 60 hari dari waktu
penanaman. Klasifikasi kacang hijau (Vigna radiate L) menurut Marzuki dan
Soeprapto (2004) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycoiledoneae
Ordo : Leguminales
Famili : Leguminosae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata L.

2.2 Morfologi Tanaman Kacang Hijau


Kacang hijau (Vigna radiata L) merupakan salah satu komoditas tanaman
kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, seperti: bubur
kacang hijau dan isi onde-onde. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini
mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium,
minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat lain
dari tanaman ini adalah dapat melancarkan buang air besar dan menambah
semangat hidup, juga digunakan untuk pengobatan (Atman, 2007).

Sumber: Marzuki dan Soeprapto (2015)

Gambar 1. Struktur Tanaman Kacang Hijau


6

a. Akar
Kacang hijau (Vigna radiata L) memiliki sistem perakaran dengan banyak
cabang yang membentuk bintil akar. Bintil akar merupakan bentuk simbiosis
mutualisme antara bakteri nitrogen dan tanaman kacang-kacangan sehingga
tanaman dapat mengikat nitrogen bebas dari udara. Semakin banyak bintil akar,
maka semakin tinggi konsentrasi nitrogen yang terikat dari udara sehingga
meningkatkan kesuburan tanah (Rukmana, 1997). Akar tanaman kacang hijau
tersusun menjadi akar tunggang dan akar lateral. Akar tungang memiliki panjang
kurang lebih 1 meter dan lebar 40 cm (Cahyono, 2007).

b. Batang
Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki batang yang kecil, berbulu,
berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan (Rukmana, 1997). Batangnya tumbuh
vertikal, tingginya mencapai 30 - 110 cm, bercabang dan menyebar ke segala
arah. Setiap buku pada batang kacang hijau menghasilkan satu tangkai daun.

c. Daun
Daun kacang hijau adalah daun majemuk, dengan tiga helai anak daun
pertangkai, helai daun berbentuk oval dengan ujung runcing (Cahyono, 2007).
Daun kacang hijau berjumlah 3 helai dan bersilangan. Tangkai daun sedikit lebih
panjang dari daun, dan berwarna hijau sampai hijau tua (Andrianto dan Indarto,
2004).

d. Bunga
Bunga kacang hijau berbentuk seperti sayap kupu-kupu dengan diameter 1-2
cm dengan mahkota berwarna kuning pucat tergantung varietasnya. Bunga
kacang hijau tergolong bunga sempurna atau hermafrodit, artinya setiap bunga
memiliki stamen (gamet jantan) dan stigma (organ reproduksi betina). Karena
bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna, maka penyerbukan bung terjadi
pada malam hari, sehingga bunga mekar pada pagi hari dan layu pada sore hari
(Cahyono, 2007).
7

e. Buah
Buah kacang hijau berbentuk polong yang memiliki panjang bervariasi dari
6-15 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji, setiap polong terdapat sekat-sekat yang
berisi biji. Biji kacang hijau berwarna hijau kusam dan hijau cerah dengan berat
0,5-0,8 g per biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat, silindris dengan ujung
sedikit runcing dan berukuran lebih kecil dari dari tanaman biji-bijian lainnya.
Biji kacang hijau berkeping dua dan terbungkus oleh kulit. Bagian-bagian biji
terdiri atas kulit, keping biji, pusar biji (hilum) dan embrio yang terletak diantara
keeping biji. Pusar biji atau hilum merupakan jaringan bekas biji melekat pada
dinding buah (Cahyono, 2007).

2.3 Pengaruh Suhu Selama Proses Penyimpanan


Benih varietas unggul harus memiliki empat komponen mutu, yaitu mutu
fisik, fisiologis, genetik dan kesehatan benih (Ningsih et al., 2018).
Penyimpanan benih merupakan upaya untuk mempertahankan mutu benih sampai
benih tersebut ditanam oleh petani. Penyimpanan benih dalam jangka waktu yang
lama memerlukan kadar air yang rendah untuk mempertahankan viabilitasnya.
Suhu ruang simpan memiliki peran penting dalam mempertahankan viabilitas
benih selama penyimpanan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu
dan kelembaban nisbi ruangan.
Widajati et al., (2013) mengemukakan bahwa pada suhu rendah, respirasi
berjalan lambat dibanding suhu tinggi sehingga viabilitas benih dapat
dipertahankan. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian Nurisma et al., (2015)
menunjukkan bahwa benih sorgum yang dikemas menggunakan kaleng dan
disimpan pada suhu kulkas 4°C memiliki kemampuan lebih baik dalam
mempertahankan viabilitas benih setelah disimpan selama 4 bulan dibandingkan
dengan kemasan toples plastik, kain terigu dan plastik pada suhu kamar 32°C
maupun pada ruang AC dengan suhu 22°C. Begitu juga dengan hasil penelitian
Kolo dan Tefa, (2016) menunjukkan bahwa benih yang disimpan pada perlakuan
suhu kamar dapat meningkatkan kadar air benih akan tetapi, dapat menurunkan
viabilitas serta vigor benih, hasil tersebut berbeda dengan benih yang disimpan
8

pada perlakuan suhu kulkas, yang justru dapat menurunkan kadar air benih
akan tetapi dapat meningkatkan viabilitas serta vigor benih.

2.4 Pengaruh Kemasan Simpan Selama Proses Penyimpanan


Bahan simpan benih yang baik adalah bahan yang dapat menyerap gas dan
kelembaban, menahan pertukaran air dan udara luar juga memelihara hidupnya
embrio (Noya et al., 2018). Beberapa hal yang dapat menyebabkan turunnya
mutu benih adalah cara penyimpanan benih yang kurang tepat selama periode
penyimpanan (Sari dan Faisal, 2017). Oleh karena itu, penggunaan bahan
kemasan yang baik dan tepat perlu dilakukan untuk dapat menciptakan ekosistem
ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama.
Terdapat berbagai macam bahan kemasan dan masing-masing memiliki sifat yang
berbeda. Penentuan jenis bahan kemasan untuk penyimpanan benih perlu
dipertimbangkan disesuaikan dengan tipe benih yang akan disimpan, kadar air
awal benih, kondisi ruang penyimpanan, waktu penyimpanan, dan nilai jual dari
benih tersebut (Dinarto, 2010). Plastik polietilena sebagai bahan pengemas benih
yang bersifat impermeabilitas tinggi, yaitu tidak mudah tembus uap air dan gas
(Rahayu et al., 2013). Karung tepung terigu merupakan kemasan permeabel yang
memungkinkan adanya pertukaran udara dari dalam tempat penyimpanan benih
dengan lingkungan sekitarnya sehingga memberikan pengaruh terhadap viabilitas
benih yang disimpan didalamnya. Aluminium foil merupakan kemasan simpan
kedap uap air dan gas yang tahan terhadap pengaruh kelembaban dari luar
kemasan sehingga dapat melindungi mutu fisik dan fisiologis benih (Rahayu et
al., 2013).

2.5 Viabilitas dan Vigor Selama Penyimpanan


Viabilitas dan vigor benih merupakan komponen mutu benih yang menjadi
awal penentu keberhasilan suatu proses produksi (Fatikhasari et al., 2022).
Apabila vigor awal benih tidak dapat dipertahankan maka benih yang disimpan
akan selalu mengalami proses kemunduran mutu selama penyimpanan (Raganatha
et al., 2014). Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuuan benih untuk
tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal (Kolo et al., 2016). Nilai
9

indeks vigor yang tinggi menunjukkan bahwa benih mampu berkecambah lebih
cepat, sehingga dapat dikatakan bahwa benih bervigor kuat, dan sebaliknya
penurunan nilai indeks vigor akan diikuti oleh penurunan nilai daya berkecambah
benih selama periode simpan (Pamungkas et al., 2022).
Hasil penelitian Pamungkas et al., (2022) menunjukkan bahwa benih kacang
hijau varietas Vima 1 yang dikemas menggunakan kertas buram memberikan nilai
daya berkecambah paling tinggi (92%) dibandingkan dengan kemasan aluminium
foil (91%) dan plastik polietilena (90,5%), sedangkan nilai indeks vigor tertinggi
terdapat pada benih yang dikemas menggunakan plastik polietilena yang
mencapai 88,5%, dibandingkan dengan kemasan kertas buram yang hanya
mencapai 83,5% dan aluminium foil 75,5% saja.
10

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Januari
2023. Bertempat di Laboratorium Analisis Benih Politeknik Negeri Lampung.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada kegiatan penelitian yaitu: benih kacang hijau
varietas Vima 1, kain blacu, plastik polietilena, karung tepung terigu, alumunium
foil, plastik dan kertas stensil. Adapun alat yang digunakan yaitu: timbangan
analitik, moisture meter, pengukur suhu dan kelembaban leka HM6010 humidity
meter, dan alat tulis.

3.3 Perancangan Percobaan dan Analisis Data


Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah suhu (S) yang terdiri atas dua taraf
yaitu benih disimpan pada suhu kulkas (S 1) dan benih disimpan pada suhu
ruangan (S2). Faktor kedua adalah kemasan (K) yang terdiri atas empat taraf yaitu
kain blacu (K1), plastik polietilena (K2), alumunium foil (K3), dan karung tepung
terigu (K4). Terdapat delapan kombinasi perlakuan yaitu: K 1S1, K1S2, K2S1, K2S2,
K3S1, K3S2, K4S1, K4S2, K5S1, dan K5S2. Setiap kombinasi perlakuan diulang
sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 24 unit percobaan dengan masing-masing
unit terdiri dari 50 g benih kacang hijau.
Data hasil pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
uji F taraf 5%. Jika berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut menggunakan BNT
(Uji Beda Nyata Terkecil) pada taraf α = 5%. Aplikasi yang digunakan untuk
analisis data yaitu STAR nebula dari IRRI (International Rice Research Institute).
11

3.4 Prosedur Kerja


Benih kacang hijau varietas Vima 1 yang diuji terlebih dahulu dilakukan
sortasi. Benih yang digunakan yaitu benih yang memiliki mutu fisik yang baik
seperti: benih bersih, bernas, memiliki ukuran yang seragam, dan memiliki warna
yang sesuai dengan deskripsi varietas yaitu hijau kusam. Benih yang sudah
disortasi selanjutnya dikecambahkan dan dicek kadar air terlebih dahulu untuk
mengetahui benih tersebut layak atau tidak untuk dijadikan penelitian. Apabila
hasil pengujian daya berkecambah minimal 90% dan kadar air maksimal 12%,
maka benih tersebut layak untuk dijadikan bahan penelitian.
Benih yang layak digunakan sebagai bahan penelitian kemudian dikemas
pada masing-masing kemasan (kain blacu, plastik polietilena, alumunium foil, dan
karung tepung terigu) lalu disimpan di kulkas dan suhu ruang selama tiga bulan.
Setiap satu bulan dilakukan pengujian untuk masing-masing perlakuan yang
dicobakan. Satu kali pengujian menggunakan 50 butir benih kacang hijau dan
diulang sebanyak tiga ulangan. Adapun metode yang digunakan yaitu metode
UKDdP (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik). Adapun langkah
kerjanya sebagai berikut:
1. Siapkan plastik sebagai alas.
2. Basahi lima lembar kertas stensil (tiga lembar untuk bagian bawah benih dan
dua lembar untuk bagian atas benih), tiriskan dan letakkan tiga lembar diatas
plastik yang sudah disiapkan sebelumnya.
3. Letakkan 50 butir benih kacang hijau secara teratur, kemudian tutup dengan
dua lembar kertas stensil yang sudah disiapkan sebelumnya.
4. Gulung kertas dan plastik yang sudah berisi benih tersebut, lalu dimasukan
kedalam germinator dalam posisi berdiri.

3.5 Variabel Pengamatan


Pengamatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing
variabel pengamatan. Adapun variabel yang diamati meliputi:
12

a. Kadar air (%)


Pengukuran kadar air dilakukan pada masing-masing perlakuan dengan
menggunakan Dhelmhorst G-7 Grain moisture meter dan diulang sebanyak tiga
kali. Hitung nilai rata-rata dan digunakan sebagai nilai kadar air.

b. Daya Berkecambah (%)


Pengamatan daya berkecambah ditentukan dengan menghitung jumlah
benih yang berkecambah normal pada pengamatan pertama (5 HST) dan
pengamatan kedua (7 HST). Rumus yang digunakan yaitu:
KN 5+ KN 7
DB (%) = x 100 %
benih yang berkecambah

Keterangan : DB = Daya berkecambah


KN = Kecambah normal
KN 5 = Pada hari ke 5
KN 7 = Pada hari ke 7

c. Kecepatan Tumbuh (etmal /%)


Pengujian kecepatan tumbuh dilakukan sama seperti pengujian daya
berkecambah, tetapi hasil yang dihitung adalah jumlah persentase kecambah
normal per etmal yang dilakukan setiap hari sampai dengan pengamatan terakhir
yaitu pada hari ke-7, dengan rumus sebagai berikut:
t
N
KCT (% KN/etmal)=∑
0 t

Keterangan : KCT = Kecepatan tumbuh


KN = Kecambah normal
Etmal = Hari

d. Indeks Vigor (%)


Pengamatan indeks vigor (IV) dilakukan terhadap jumlah kecambah
normal pada pengamatan pertama yaitu hari ke-lima setelah tanam. Rumus yang
digunakan untuk menghitung persentase indeks vigor yaitu:
∑ kecambah normal pada hitungan pertama
IV (%) = x 100 %
∑ benih yang ditanam

Keterangan: IV = Indeks vigor (%)


13

e. Keserempakan Tumbuh
Diamati pada pengamatan hari ke 6 berdasarkan jumlah kecambah normal
kuat. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai keserempakan tumbuh yaitu:

Kst ¿
∑ kecambahnormal kuat x 100%
∑ benih yang dikecambahkan

Keterangan: Kst = Keserempakan tumbuh

f. Potensi Tumbuh Masimum


Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) dihitung berdasarkan jumlah
kecambah yang tumbuh normal maupun abnormal pada hari ke-7. Rumus yang
digunakan untuk menghitung persentase potensi tumbuh maksimum yaitu:
∑ benih yang menunjukan gejala tumbuh
𝑃𝑇𝑀 (%) = x 100 %
∑benih yang ditanam

Keterangan: PTM = Potensi tumbuh maksimum (%)

Anda mungkin juga menyukai