Anda di halaman 1dari 48

KUMPULAN JURNAL TEKNOLOGI PERLAKUAN BENIH PADI

SELAMA MASA PENYIMPANAN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Semester 3
Mata Kuliah Dasar – Dasar Teknologi Benih
(Miftahul Bakhrir., SP., M.Si)

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Denta Bagus Rama Ibrahim 1610631090044


Haris 1610631090072
K.Amalia Damayanti 1610631090087
Maudi Pransiska 1610631090092
Muhammad Rival Maulana 1610631090104
Putri Kusuma Pertiwi 1610631090120
Sandi Nurbangun 1610631090136
Shipa Wulida Khomsah 1610631090140
Siti Nurlaelah 1610631090144

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017
PENDAHULUAN

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena


sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok.
Tidak hanya di Indonesia, di negara lain pun padi merupakan tanaman yang
dibutuhkan. Produksi padi di dunia menduduki urutan ketiga setelah jagung dan
gandum. Padi tidak hanya dipandang sebagai komoditas pangan pokok di
Indonesia, tetapi padi juga dipandang sebagai komoditas politik, ekonomi, sosial,
dan budaya.
Padi menjadi komoditas budaya di Indonesia sejak berabad yang lalu.
Sebagian besar bangsa Indonesia membudidayakan padi dan tak dapat
meninggalkan padi sebagai makanan pokok. Padi kemudian dijadikan komoditas
sosial karena masyarakat menilai kesejahteraan sosial diawali dengan
meningkatnya produksi padi dan banyaknya masyarakat mengkonsumsi beras.
Padi juga dapat menjadi komoditas ekonomi karena dengan semakin produksi
padi meningkat, harga jual padi tersebut dapat meningkatkan pendapatannya dan
petani akhirnya dapat sejahtera. Padi dijadikan komoditas politik karena
masyarakat Indonesia sangat tergantung oleh padi.
Upaya peningkatan padi yang dilakukan pemerintah adalah melalui
program ekstensifikasi dan intensifikasi. Salah satu penerapan program
intensifikasi adalah dengan cara penggunaan benih unggul yang bersertifikat.
Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih
keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,
toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk tinggi atau sifat-sifat unggul
lainnya, serta telah dilepas pemerintah.
Benih varietas unggul dan bersertifikat penting untuk digunakan karena
penggunaan benih yang bermutu menjamin keberhasilan usaha, keturunan benih
diketahui, mutu benih terjamin dan kemurnian genetik diketahui, pertumbuhan
benih seragam, dapat menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak,
ketika ditanam pindah pertumbuhan akan lebih cepat dan tegar, masak dan panen
serempak dan produktivitas tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan
petani (Anonim,2009).

2
Upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan melalui perbaikan
varietas dengan teknik pemuliaan mutasi atau perakitan varietas unggul yang telah
ada melalui persilangan dan bioteknologi. Kegiatan penelitian tanaman padi
sawah dengan teknik mutasi telah banyak dilakukan, institusi Badan Tenaga
Nuklir Nasional (BATAN) telah berhasil menciptakan varietas baru melalui
pemuliaan dengan teknik mutasi melalui radiasi.
Perlakuan radiasi dilakukan untuk menginduksi mutasi yang menyebabkan
perubahan komposisi genetik tanaman. Galur hasil mutasi yang memperlihatkan
karakter yang unggul, kemudian diseleksi lebih lanjut dalam program perakitan
varietas unggul.
BATAN telah melepas sekitar 14 varietas padi yang hingga agustus 2007
telah tersebar pada lahan seluas lebih satu juta hektar dengan capaian rata-rata
diatas 7 ton/ha. Dari ke-14 varietas unggul yang telah dilepas terdapat varietas
Mayang, varietas Bestari, dan Varietas Mira-1 (Anonim,2009).
Varietas Mayang, Bestari, dan Mira-1 merupakan varietas unggul hasil
rakitan BATAN yang mempunyai keunggulan yaitu produksi yang tinggi yaitu
mencapai 11 ton/hektar gabah kering giling, bermutu tinggi, dan tahan terhadap
hama dan penyakit. Untuk memperoleh benih yang bermutu tinggi pada musim
tanam selanjutnya bagi petani tidaklah mudah. Hal ini menyebabkan produsen
benih berusaha mempertahankan viabilitas benih yang akan digunakan petani
pada musim tanam berikutnya. Namun sebelum benih didistribusikan ke pengecer
ataupun petani, produsen benih menyimpan benih pada penyimpanan sementara
sehingga viabilitas benih tidak dapat terjamin tetap tinggi pada musim tanam
berikutnya.
Penanganan pasca panen padi oleh produsen benih adalah dengan
menyimpan benih padi sebelum benih didistribusikan ke pengecer ataupun petani.
Produsen benih pada umumnya menyimpan benih pada bulk storage atau
penyimpanan sementara berupa penyimpanan benih dalam kemasan karung.
Viabilitas benih yang berada pada bulk storage dikhawatirkan akan
menurun pada periode simpan sampai musim tanam selanjutnya. Kekhawatiran ini
didasarkan oleh sifat kemasan karung yang bersifat porus sehingga kadar air benih
yang berada dalam kemasan tidak dapat dikendalikan. Dengan demikian viabilitas

3
benih pada bulk storage tidak dapat terjamin tetap tinggi pada musim tanam
berikutnya. Ketersediaan benih bermutu tinggi yang diminati oleh petani tidak
terlepas dari teknik penyimpanan yang baik dan pengemasan yang sesuai untuk
benih tersebut.
Penyimpanan merupakan teknik atau cara untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam kurun waktu yang semaksimal mungkin sehingga dapat
digunakan untuk beberapa musim. Benih yang akan disimpan akan memiliki daya
simpan yang berbeda-beda. Menurut Sadjad (1999), daya simpan benih adalah
kemampuan benih untuk berapa lama disimpan dan daya simpan akan
mempengaruhi periode simpan yaitu kurun waktu simpan benih, dari benih siap
disimpan sampai benih siap ditanam. Daya simpan benih dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu pengaruh genetik, pengaruh kondisi sebelum panen,
pengaruh tempat asal benih, dan pengaruh iklim.
Secara alami benih yang dihasilkan akan mengalami kerusakan atau
deteriorasi. Faktor yang mempengaruhi laju deteriorasi adalah vigor awal benih,
proses panen maupun pasca panen. Laju deteriorasi tidak dapat dihentikan namun
dapat diperlambat dengan cara penyimpanan. Didalam produksi benih kegiatan
penyimpanan merupakan salah satu kegiatan penting.
Menurut Justice (2002), penyimpanan bertujuan untuk mengawetkan
cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Penyimpanan
dikatakan penting karena dapat mempertahankan viabilitas benih. Penyimpanan
yang baik tidak terlepas dari pengemasan yang sesuai untuk benih yang akan
disimpan. Kemasan yang digunakan adalah plastik dan karung, karena kedua
kemasan tersebut mudah diperoleh dan bersifat ekonomis.
Faktor yang mempengaruhi penyimpanan antara lain adalah kadar air
benih dan suhu ruang penyimpanan. Untuk memanipulasi suhu ruang
penyimpanan memerlukan biaya yang tinggi, sedangkan harga benih padi tidak
sesuai dengan biaya yang akan dikeluarkan. Oleh karena itu, salah satu solusinya
adalah menahan kadar air benih sesuai standar penyimpanan yaitu 11%. Dengan
cara ini produsen benih dapat meminimalkan biaya produksi. Untuk menahan
kadar air benih tetap stabil tidak dapat dilakukan dengan mudah karena diperlukan
teknik pengemasan yang baik. Salah satunya teknik pengemasan adalah pemilihan

4
kemasan yang sesuai dengan benih dan dalam hal ini diharapkan kemasan yang
bersifat kedap udara mampu mempertahankan benih dengan kadar air tetap stabil
selama periode simpan.
Menurut IRRI (2008), pengemasan sebaiknya dilakukan dengan cara tidak
membiarkan udara bebas terlalu banyak masuk saat pengemasan , karena dengan
begitu pengemasan dapat menjaga stabilitas kandungan air dan mengurangi
kerusakan oleh hama gudang. Penyimpanan kedap udara mencakup penempatan
benih kedalam kontainer (wadah) yang menghentikan pergerakan udara (oksigen)
dan air antara atmosfir luar dan benih yang disimpan. Bahan kemasan yang
bersifat kedap udara adalah plastik. Keunggulan bahan kemasan plastik dapat
menahan uap air masuk sehingga umur simpan benih dapat bertahan lebih lama
dan viabilitas benih dapat dipertahankan selama periode simpan. Kekurangannya
terletak pada biaya yang dikeluarkan saat produksi, harga plastik lebih mahal.
Bahan kemasan yang bersifat porus adalah karung. Keunggulan bahan
kemasan ini adalah mampu menampung dan menghindari pencampuran benih
secara fisik, namun kelemahannya bahan kemasan jenis ini tidak dapat menahan
uap air masuk sehingga viabilitas menurun selama periode simpan.

5
PEMBAHASAN

PERLAKUAN COATING DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT


METHYLOBACTERIUM SPP. DAN TEPUNG CURCUMA

A. METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah Balai Penelitian
Tanah, Cimanggu Bogor;, PT. East West, Purwakarta serta Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
IPB pada bulan Januari sampai dengan Juli 2012.
Benih yangdigunakan dalam pelitian ini adalah benih padi hibrida dengan 3
varietasyaitu DG-1 SHS, SL-8 SHS dan INTANI-2 dengan tanggal panen
masingmasing adalah 16 September, 26-27 September 2011 dan 11 Februari
2012. Bahan yang digunakan untuk pelapis benih yaitu isolat Methylobacterium
spp strain TD-J7, TD-TPB3, TD-TM1, tepung curcuma,media perbanyakan
bakteri dan media perkecambahan.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak
tersarang. Faktor coating dengan empat taraf yaitu C0: kontrol (tanpa coating),
C1: coating polimer + TD-J7, C2: coating polimer + TPB3, C3: coating polimer +
TD-TM1, dan C4: coating polimer + tepung Curcuma tersarang dalam enam
periode simpan yaitu 0, 3, 6, 9, 12, 15 minggu. Penelitian menggunakan 3
ulangan, sehingga didapatkan 90 satuan percobaan. Penelitian dengan
menggunakan rancangan yang sama dilakukan pada 3 varietas padi hibrida. Data
hasil percobaan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dan uji lanjut
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5 %.
Isolat Methylobacterium spp.diperbanyak dengan media AMS (Amonium
Mineral Salt) yang dikembangbiakkan pada rotary shacker selama 7 hari. Benih
yang telah dilapisi kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kadar
air varietas DG-1 SHS, SL-SHS dan INTANI-1 masing-masing sebesar 8.4%,
8.3% dan7.6%. Setelah itu benih dikemas ke dalam plastik poliethylen ukuran
10x15 dan di-seal. Kemasan dimasukkan kedalam kotak dan disimpan dalam
kondisi suhu kamar (T = 27-31oC, RH = 57- 60%) selama 15 minggu. Setiap 3

6
minggubenih dalam kemasan diuji viabilitasnya. Beberapa peubah yang
diamatiantara lain: Kadar Air (KA), Daya Berkecambah pada hari ke-5 dan hari
ke-7 (DB),Indeks Vigor (IV),Potensi Tumbuh Maksimum (PTM), Berat Kering
Kecambah Normal (BKKN), Kecepatan Tumbuh (KCT).

B. PEMBAHASAN
a) Pengaruh Pelapisan Benih terhadap Daya Simpan Benih Padi Hibrida
Varietas DG-1 SHS
Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa faktor tunggal periode
simpan berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur KA, DB, BKKN, IV dan KCT.
Faktor tunggal pelapisan benihberpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur KA
dan BKKN serta berpengaruh nyata terhadap DB. Interaksi antara periode simpan
dan pelapisan benih tidak berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur. Kadar air
benih dengan perlakuan (coating) isolat TD-J7 dan TD-TPB3 nyata lebih rendah
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai kadar air benih dengan perlakuan
(coating) isolat TD-J7 dan TPB3 sebesar 9.44% dan 9.18% nyata lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol yang nilainya sebesar 10.47%.Kadar air benih
dengan perlakuan (coating) Tepung curcuma dan isolat TDTM1 menunjukkan
tidak berbeda nyata dari perlakuan kontrol. Kadar air benih nyata mengalami
penurunan pada periode simpan 9 dan 12 minggu, kemudian nyata mengalami
peningkatan pada minggu ke-15.
Daya berkecambah benih pada perlakuan coating dengan curcuma nyata
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya tetapi tidak berbeda nyata
dari perlakuan coating dengan isolat TDTM1, TD-J7 dan kontrol. Nilai daya
berkecambah nyata mengalami peningkatan dari periode penyimpanan 0 minggu
hingga 15 minggu. Berat kering kecambah normal pada kontrol nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan coating. Coating tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai BKKN dan menunjukkan nilai yang sama pada semua perlakuan.
Nilai BKKN nyata mengalami peningkatan dari periode simpan 0 minggu hingga
15 minggu.

7
Menunjukkan nilai indeks vigor nyata mengalami peningkatan dari periode
simpan 0 minggu sampai dengan 15 minggu. Nilai indeks vigor tertinggi terjadi
pada minggu ke-9 dengan nilai 94.5%.
Kecepatan tumbuh pada awal periode simpan 0 dan 3 minggu nyata lebih
rendah dibandingkan dengan periode simpan minggu selanjutnya. Kecepatan
tumbuh nyata mengalami peningkatan pada minggu ke-9 dengan nilai 23.7%KN/
etmal, kemudian nyata mengalami penurunan pada minggu ke-12 dengan nilai
21.0%KN/ etmal dan nyata mengalami peningkatan kembali pada minggu ke-15
dengan nilai 23.3%KN/ etmal.

b) Pengaruh Pelapisan Benih terhadap Daya Simpan Benih Padi Hibrida


Varietas SL-8 SHS
Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
periode simpan dengan pelapisan benih yang berpengaruh sangat nyata pada tolok
ukur IV dan berpengaruh nyata pada BKKN. Faktor tunggal pelapisan benih
berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur KA. Faktor tunggal periode simpan
berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur KA, BKKN, IV dan KCT serta
berpengaruh nyata pada DB. Kadar air benih dengan perlakuan (coating)isolat
TD-TM1 nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Sampai dengan
periode simpan 15 minggu KA benih nyata dapat dipertahankan dengan nilai rata-
rata sebesar 11.0%. Kadar air benih nyata mengalami peningkatan dari periode
simpan 9 sampai 15 minggu. Daya berkecambah nyata mengalami penurunan dari
periode simpan 0 minggu hingga 15 minggu. Nilai daya berkecambah terendah
terjadi pada saat periode simpan 6 minggu dengan nilai sebesar 87.3%.
Kecepatan tumbuh nyata masih dapat dipertahankan sampai dengan periode
simpan 15 minggu dengan nilai 21.2%KN/etmal. Nilai BKKN pada perlakuan
TD-TM1 nyata lebih rendah dari perlakuan lain pada periode penyimpanan 0
minggu. Semua perlakuan menunjukkan nilai yang sama pada minggu ke-15.
Perlakuan tanpa coating (kontrol) dan TD-TPB3 terjadi penurunan yang nyata
pada periode penyimpanan 15 minggu, sedangkan perlakuan coating isolat TD-J7,
TD-TM1 dan curcuma nyata tidak mengalami penurunan.

8
Nilai indeks vigor pada semua perlakuan nyata tidak mengalami penurunan
sampai dengan minggu ke-15. Indeks vigor tetap bisa dipertahankan sebesar 86.5
% pada awal penyimpanan dan pada akhir penyimpanan sebesar 85.7 %.

c) Pengaruh Pelapisan Benih terhadap Daya Simpan Benih Padi Hibrida


Varietas INTANI 2
Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara periode
simpan dan pelapisan benih berpengaruh nyata pada tolok ukur PTM, BKKN dan
IV. Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur
BKKN, IV dan KCT. Faktor tunggal pelapisan benih berpengaruh sangat nyata
pada tolok ukur KA dan PTM serta berpengaruh nyata pada tolok ukur BKKN
dan IV. Bahwa kadar air benih dengan perlakuan (coating) isolat TD-TM1 nyata
lebih rendah dibandingkan dengan semua perlakuan. Kadar air benih dengan
perlakuan (coating) isolat TD-J7, TD-TPB3 dan curcuma tidak berbeda nyata dari
perlakuan kontrol.
Menunjukkan nilai KCT berfluktuasi selama periode penyimpanan 15
mingu. Nilai KCT tertinggi diperoleh pada saat minggu ke-9 dengan nilai 21.9
%KN/etmal. Menunjukkan bahwa interaksi periode simpan dengan pelapisan
benih untuk tolok ukur PTM, BKKN dan IV sampai dengan periode simpan 15
minggu nyata belum mengalami penurunan. Nilai PTM, BKKN dan IV tetap bisa
dipertahankan masing-masing sebesar 92.0%, 0.29 g dan 82.3%. Benih padi
hibrida varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 sampai periode penyimpanan 15
minggu memiliki viabilitas yang tinggi. Hal ini terlihat pada semua tolok ukur
yang diamati yang menunjukkan nilai yang masih tinggi. Kadar air benih
merupakan faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama
penyimpanan.Salah satu Faktor yang mempengaruhi terjaganya kadar air benih
adalah kemasan benih. Plastik poliethylen mampu meminimalkan terjadinya
pertukaran udara dengan lingkungan sekitar.Kadar air masih dapat dipertahankan
sebesar 11.0% pada semua varietas padi hibrida.
Berdasarkan tolok ukur daya berkecambah dalam grafik Gambar 1 terlihat
bahwa varietas DG- 1 memiliki viabilitas yang paling baik dibandingkan dengan
varietas SL-8 dan INTANI-2 sampai 15 minggu penyimpanan.

9
Daya berkecambah adalah kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal
yang berproduksi normal dalam keadaan yang optimum (Sadjad, 1993). Isolat
Methylobacterium spp. dengan strain TD-TPB3 menunjukkan nilai rata-rata DB
tertinggi sebesar (yaitu) 95.9% pada varietas DG-1. sedangkan Strain TD-TM1
menunjukkan nilai rata-rata DB tertinggi sebesar 93.7% pada varietas SL-8 dan
pada varietas INTANI- 2 sebesar 88.4%.
Indeks vigor varietas DG-1 mengalami peningkatan pada periode simpan
0-15 minggu. Varietas DG-1 memiliki nilai IV paling tinggi pada periode simpan
9 minggu dengan nilai rata-rata 94.5%. Varietas SL-8 dan INTANI-2 dengan
perlakuan isolat TD-TM1 memiliki nilai IV yang paling tinggi dengan nilai rata-
rata sebesar 86.7% dan 82%, sedangkan pada varietas DG-1 dengan perlakuan
isolat TPB3 memiliki nilai IV paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 79.9%.
Perlakuan (coating) dengan Isolat TDTM1 menunjukkan nilai DB dan IV
tertinggi pada varietas SL-8 dan INTANI-2, sedangkan perlakuan (coating)
denganisolat TD-TPB3 menunjukkan nilai DB dan IV tertinggi pada varietas DG-
1. Hal ini diduga karena pada masing-masing varietas padi hibrida memiliki
keragaman genetik yang berbeda beda sehingga memberikan respon yang berbeda
juga terhadap fungsi hormon yang dihasilkan isolat Methylobacterium spp.
Fitohormon yang diproduksi oleh isolat Methylobacterium spp.berperan dalam
meningkatkan aktifitas enzim sehingga mempercepat pertumbuhan kecambah.
Lidstrom dan Chistoserdova (2002) menyatakan bahwa Methylobacterium
berperan menginduksi produksi fitohormon yang dapat menstimulasi pembelahan
sel, meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.
Potensi tumbuh maksimum varietas DG- 1 dapat dipertahankan sampai
periode simpan 15 minggu dengan nilai rata-rata sebesar 97.3%. Varietas
INTANI-2 memiliki nilai PTM paling tinggi pada periode simpan 9 minggu
dengan nilai rata-rata sebesar 93.3%. Sedangkan varietas SL-8 memiliki nilai
PTM paling tinggi pada periode simpan 15 minggu dengan nilai rata-rata sebesar
98.1%. Perlakuan coating dan tanpa coating dapat mempertahankan nilai PTM
sampai periode simpan 15 minggu.
Berat kering kecambah normal menunjukkan kemampuan benih dalam
memanfaatkan cadangan makanan pada saat proses metabolisme berlangsung

10
untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Nilai BKKN menunjukkan keadaan
fisiologis suatu benih, artinya semakin tinggi nilai BKKN mutu fisiologis benih
tersebut juga tinggi sehingga mampu menghasilkan kecambah normal dengan
bobot kering yang tinggi. Perlakuan tanpa coating (kontrol) memiliki nilai paling
tinggi dengan nilai rata-rata 0.38 g pada varietas DG- 1, sedangkan perlakuan
coating memiliki nilai ratarata yang sama yaitu 0.34 g.
Kecepatan tumbuh merupakan tolok ukur dari vigor kekuatan tumbuh.
Nilai KCT yang tinggi menunjukkan benih dapat tumbuh menjadi kecambah
normal dalam waktu yang relatif singkat, sehingga dapat tumbuh secara serempak
pada kondisi suboptimum. Nilai KCT padaVarietas DG-1 nyata meningkat dari
periode penyimpanan 0 minggu sampai dengan periode penyimpanan 9 minggu.
Varietas DG- 1 sudah mengalami patah dormansi yang ditunjukkan dengan nilai
DB awal sebesar 88.3%, berdasarkan tolok ukur kecepatan tumbuh menunjukkan
belum patah dormansi dan mengalami peningkatan sampai dengan minggu ke-9.

C. KESIMPULAN

Benih coating dan kontrol dapat mempertahankan viabilitas benih padi


hibrida varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 selama periode penyimpanan 15
minggu berdasarkan tolok ukur daya berkecambah. Nilai rata-rata daya
berkecambah untuk benih varietas DG-1 sebesar 95.2%, SL-8 sebesar 89.6% dan
INTANI-2 sebesar 85.6%.
Perlakuan pelapisan benih dengan isolat Methylobacterium spp. dan tepung
curcuma maupun tanpa pelapisan benih (kontrol) menunjukkan hasil yang sama
sampai dengan periode penyimpanan 15 minggu. Perlakuan pelapisan benih
dengan isolat Methylobacterium spp. strain TD-TPB3 dan TD-TM1 merupakan
isolat yang baik untuk digunakan sebagai perlakuan coating.

11
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP
VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI LOKAL BANGKA AKSESI
MAYANG

A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung November 2012
sampai Januari 2014.
Invigorasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu osmoconditioning, hidrasi-
dehidrasi dan matrioconditioning. Tujuannya untuk menentukan efek dan
interaksi durasi penyimpanan dan invigorasi terhadap viabilitas benih dan
Kekuatan lokalitas mangrove Bangka mayang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF).
Faktor pertama adalah lama penyimpanan (L) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan
yaitu L7 = lama penyimpanan 7 bulan, L8 = lama penyimpanan 8 bulan dan L9 =
lama penyimpanan 9 bulan. Faktor kedua adalah perlakuan invigorasi yang terdiri
dari 4 taraf perlakuan yaitu K = Kontrol, P = osmoconditioning menggunakan
PEG 8000, H = Hidrasi-dehidrasi dan A= arang sekam. Perlakuan adalah hasil
kombinasi antar faktor dari seluruh taraf perlakuan. Setiap kombinasi terdiri dari 3
ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 4 gulungan dan setiap gulungan terdiri dari 25
benih.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bak perkecambahan,
amplop, oven, pinset, gelas beaker 100 ml, gelas ukur, pipet, penggaris, spatula,
cawan aluminium, handsprayer, gunting, kertas merang, kantong plastik,
desikator, timbangan digital, germinator dan alat tulis sedangkan bahan yang
digunakan dalam penelitian meliputi benih padi aksesi mayang dengan umur
simpan 7 bulan, 8 bulan dan 9 bulanyang disimpan pada suhu ruang dan kemasan
karung plastik, PEG 8000, arang sekam dan aquades.
Benih padi yang digunakan telah melalui proses penanganan awal yaitu
pengeringan dan penyimpanan dengan umur simpan 7 bulan, 8 bulan dan 9 bulan
yang disimpan pada suhu ruang dan kemasan karung plastik. Kemudian benih

12
yang diperoleh dari petani dilakukan uji kadar air benih dan uji daya
berkecambah.

B. PEMBAHASAN
Parameter yang diamati diantaranya :
1. Pada Viabilitas
Viabilitas adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan oleh proses
pertumbuhan benih. Parameter viabilitas yang diamati dalam penelitian ini yaitu
peubah Daya Berkecambah (DB) dan Potensi Tumbuh Maksimum (PTM).
Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan bahwa benih umur simpan 7
bulan memiliki Daya Berkecambah (DB) dan Potensi T umbuh Maksimum
(PTM) tertinggi dibandingkan dengan umur simpan 8 bulan dan 9 bulan. Semakin
lama umur simpan, maka DB dan PTM berangsur-angsur mengalami penurunan.
Perlakuan invigorasi pada penelitian ini peubah DB dan PTM tertinggi yaitu pada
perlakuan Hidrasi-dehidrasi.*Tabel 2 dan 3
2. Vigor
Vigor merupakan kemampuan benih untuk berkecambah dan berkembang
menjadi tanaman normal pada lingkungan yang sub optimum. Parameter vigor
yang diamati dalam penelitian ini yaitu peubah First Count Germination (FCG),
Panjang Plumula (PP), Panjang Akar Primer (PAP), Berat Kering Kecambah
Normal (BKKN) dan Kecepatan Tumbuh (KCT). menunjukkan bahwa pada
perlakuan penyimpanan, benih dengan umur simpan 9 bulan nilai FCG, PP dan
PAP yang terendah dibandingkan benih dengan umur simpan 7 bulan dan 8 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian peubah FCG, PP dan PAP mengalami penurunan
seiring semakin lamanya penyimpanan. Invigorasi yang mempunyai nilai FCG,
PP dan PAP terendah yaitu pada perlakuan arang sekam.
Berdasarkan pada perlakuan Invigorasi benih dengan perlakuan Hidrasi-
dehidrasi memiliki nilai BKKN dan KCT yang lebih tinggi dibanding benih
dengan perlakuan kontrol, PEG dan arang sekam sedangkan pada peubah BKKN
dan KCT tertinggi yaitu lama penyimpanan 7 bulan. Hal ini mengindikasikan
bahwa pada penelitian ini benih dengan perlakuan Hidrasi-dehidrasi dan lama
penyimpanan 7 bulan memiliki vigor yang lebih tinggi. *Tabel 7 dan 8

13
C. KESIMPULAN
Perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan
vigor benih padi aksesi mayang dengan meningkatkan variabel persentase Daya
Berkecambah (DB), First Count Germination (FCG), Potensi Tumbuh Maksimum
(PTM), Kecepatan Tumbuh (KCT), Panjang Plumula (PP), Panjang Akar Primer
(PAP), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Lama penyimpanan 7 bulan
merupakan penyimpanan perlakuan yang lebih baik dibandingkan lama
penyimpanan 8 dan 9 bulan.
Perlakuan invigorasi berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan vigor benih
padi aksesi mayang dengan meningkatkan variabel persentase Daya Berkecambah
(DB), First Count Germination (FCG), Potensi Tumbuh Maksimum (PTM),
Kecepatan Tumbuh (KCT), Panjang Plumula (PP), Panjang Akar Primer (PAP),
Berat Kering Kecambah Normal (BKKN),perlakuan invigorasi yang terbaik yaitu
perlakuan hidrasi-dehidrasi.
Interaksi perlakuan antara lama penyimpanan dan invigorasi tidak
berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan vigor benih padi aksesi mayang

14
PENGARUH FORMULA COATING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR
SERTA DAYA SIMPAN BENIH PADI (ORYZA SATIVA L.)
Tantri Palupi1, Satriyas Ilyas2, Muhammad Machmud3, dan Eny Widajati2

A. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi bahan coating yang
paling kompatibel dengan benih padi dinilai dari mutu fisik dan fisiologi Pada
percobaab 1, dan mempelajari pengaruh formula coating tersebut terhadap daya
simpan Benih pada percobaan 2.Penelitian dilakukan di laboratorium benih PT.
East West Seed Indonesia, Purwakarta untuk kegiatan coating benih, sedangkan
pengujian mutu dan penyimpanan benih dilakukan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember
2010 hingga Februari 2011

B. BAHAN DAN METODE


Benih padi yang di gunakan adalah benih ciherang,Sebelum digunakan
benih disimpan di toko selama 3 bulan pada suhu kamaperlakuan, Dimana pada
komposisi masing-masing perlakuan ditambahkan pewarna merah makanan
(karmoisin , ponceau, indiyotin, dan natrium sulfat) dengan konsentrasi 1% (w/v).
Setiap 100 g benih membutuhkan 40 mL larutan formula untuk diproses Seed
Processing Holland. Setelah diberi seed coating, benih
dikeringpengeringandengan suhu 20 oC dan RH 40% selama 2 jam.
Percobaan pertama untuk mendapatkan formulasi bahan coating yang paling
kompatibel dengan benih padi dinilai dari mutu fisikdan fisiologi. Percobaan
disusun menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal dengan empat
ulangan Percobaan. Faktor yang diuji adalah formulasi coating, yang terdiri atas
10 perlakuan, yaituT0= kontrol tanpa coating; T1= alginat 3% + talc 1%; T2 =
alginat 3% + gipsum 1%; T3 = alginat 3% + gambut 1%; T4 = arabic gum 3% +
talc 1%; T5 = arabic gum 3% + gipsum 1%; T6 = arabic gum 3% + gambut 1%;
T7 = CMC 1.5% + talc 1%; T8 = CMC 1.5% + gipsum 1%; dan T9 = CMC 1.5%
+ gambut 1%. Setiap satuan percobaan menggunakan 50 butir benih.

15
Percobaan kedua dilakukan untuk mengetahui pengaruh formula coating
terhadap daya simpan benih. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi
dengan 4 ulangan. Petak utama adalah periode simpan (0, 1 dan 2 bulan),
sedangkan anak petak adalah 10 perlakuan formula coating, seperti percobaan
pertama. Benih yang akan disimpan dikemas dalam plastik polietilen
(Mudjisihonoet al. 2001; Rahayu dan Widajati, 2007) Penyimpanan dilakukan di
ruangan dengan dua kondisi suhu (T) dan kelembaban (RH) yang berbeda, yaitu
pada kamar tanpa AC dengan RH 50-90% dan T 28-32 C dan suhu kamar ber-AC
dengan RH 60-80% dan T 18-20 Oc

Pengamatan mutu fisik dan fisiologi dilakukan terhadap:


● Kadar air (KA, %) benih, dihitung berdasarkan bobot
● Bobot 1.000 butir benih setelah di-coating (g)
● Daya berkecambah (DB, %), dihitung berdasarkan
persentase kecambah normal (KN) hitungan pertama (5 Hari Setelah Tanam)
dan kedua/terakhir (7 HST)
● Keserempakan tumbuh (Kst. %), dihitung berdasarkan persentase KN pada
6 HST
● Indeks vigor (IV, %), dinilai berdasarkan persentase KN yang muncul
pada pengamatan hitungan pertama (5 HST)
● Kecepatan tumbuh (KCT, %/etmal), dihitung berdasarkan total tambahan
KN setiap hari (interval 24 jam) hingga pengamatan kecambah hitungan
kedua/akhir (7 HST),

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

● Pengaruh Formula Coating terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Padi


Analisis ragam menunjukkan pengaruh formula coating sangat nyata
terhadap bobot 1,000 butir benih. Penampilan fisik benih setelah di-coating
dengan berbagai formula mengalami perubahan menjadi semakin menarik
dibandingkan kontrol tanpa coating.

16
Sedangkan Tabel 1. Pengaruh formula coating terhadap kadar air, bobot 1.000
butir, keserempakan tumbuh, indeks vigor, dan kecepatan

Meningkatnya bobot 1.000 butir coated seed akibat adanya penambahan


bahan formula coating. Peningkatan bobot 1.000 butir tertinggi dihasilkan oleh
formula arabic gum 3% + gambut 1%. Hal ini diduga karena arabic gum, sebagai
salah satu bahan perekat, dapat memperbesar volume dan meningkatkan jumlah
total padatan dalam Suatu formula yang dihasilkankonsentrasi arabic gum dan
dekstrin pada formula meningkatkan: rendemen, tingkat kelarutan, viskositas
formula, dan zat padat terlarutpercobaan ini, alginat 3% + gipsum 1% merupakan
formula yang paling menunjukkan pengaruh negatif terhadap mutu coated seed
dilihat dari indeks vigor yakni hanya 20% (Tabel 1). Hal ini diduga karena setelah
pengeringan formula alginat 3% + gipsum 1% yang terbentuk cukup keras,
akibatnya radikula sulit untuk menembus bahan coating sehingga indeks vigor

17
benih menjadi menurun, dan waktu untuk tumbuh menjadi lebih lama
dibandingkan tanpa coating
Formula yang paling kompatibel (tidak mengganggu benih) pada
percobaan satu ditunjukkan oleh formula CMC 1.5% + talc 1% dan CMC 1.5% +
gipsum 1%, dengan penampilan fisik yang menarik (Gambar 1), serta viabilitas
dan vigor yang tidak berbeda nyata dengan kontrol, terutama berdasarkan tolok
ukur indeks vigor, masing-masing sebesar 55.5% dan 57%, sementara kontrol
61.5% (Tabel 1)digunakan untuk mempertahankan kestabilan suspensi. Hasil
penelitian Setiadi (2002), menunjukkan bahwa pemberian bahan penstabil CMC
pada formula dengan konsentrasi yang berbeda (1%, 2%, dan 3%) berpengaruh
nyata terhadap mutu formula yang diperoleh selama penyimpanan. Semua
variabel yang diamati menunjukkan bahwa penambahan CMC 3% memberikan
hasil terbaik.

● Pengaruh Periode Simpan dan Formula Coating pada Suhu Ruang Tanpa
AC
Hasil analisis ragam interaksi periode simpan dan formula coating
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot 1,000 butir benih, daya
berkecambah, keserempakan tumbuh (KST), indeks vigor, serta kecepatan
tumbuh (KCT) coated seed padi yang disimpan selama dua bulan pada ruang
tanpa AC (Tabel 2 dan 3).Bobot 1,000 butir semua formula coating yang diuji dan
kontrol stabil hingga dua bulan penyimpanan pada ruang tanpa AC, kecuali arabic
gum 3% + gambut 1%, CMC 1.5% + talc 1%, dan CMC 1.5% + gambut 1%bobot
1,000 butir benih (Tabel 2)

18
Hal ini karena gambut memiliki kemampuan menyerap air yang tinggi
namun mudah sekali melepaskan air bila suhu lingkungan tinggi. Agus dan
Subiksa (2008) menyatakan bahwa karakteristik gambut antara lain adalah
memiliki kemampuan menyerap air sangat tinggi, namun jika mengering tidak
dapat balik sehingga berat isinya menjadi rendah. Kondisi inilah yang
mengakibatkan bobot 1,000 butir coated seed yang disimpan menjadi turun

● Pengaruh Periode Simpan dan Formula Coating pada Suhu Ruang Ber-AC
Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada pengaruh tunggal periode
simpan dan formula coating maupun interaksinya terhadap kadar air benih yang
disimpan selama dua bulan. Interaksi periode simpan dan formula coating
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot 1,000 butir benih, dan
menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya berkecambah, KST,
indeks vigor, serta KCT. Bobot 1,000 butir semua formula coating yang diuji
maupun kontrol stabil hingga dua bulan penyimpanan, kecuali CMC 1.5% +
gambut 1%.
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih
selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan
kelembaban nisbi ruangan. Penyimpanan pada suhu rendah menyebabkan
respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama. Purwanti (2004) menunjukkan bahwa suhu

19
rendah mampu mempertahankan kualitas benih kedelai hitam dan kuning tetap
tinggi selama 6 bulan penyimpanan (DB dan vigor > 90%).

D. KESIMPULAN
Penampilan fisik benih padi lebih menarik setelah di-coating. Formula yang
paling sesuai untuk benih padi adalah CMC 1.5% + talc 1% dan CMC 1.5% +
gipsum 1%, yang dapat mempertahankan vigor benih (diuji setelah coating tanpa
disimpan). Formula alginat 3% + gambut 1% dan CMC 1.5% + gambut 1%
menunjukkan vigor yang lebih tinggi dibanding kontrol setelah disimpan selama 2
bulan, sementara arabic gum 3% + gipsum 1% dapat mempertahankan KST dan
indeks vigor selama 1 bulan penyimpanan pada ruang tanpa AC. Formula alginat
3% + gambut 1% dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama
penyimpanan 2 bulan pada ruang ber-AC.

20
KEEFEKTIFAN PELAPISAN BENIH TERHADAP PENINGKATAN MUTU
BENIH PADI SELAMA PENYIMPANAN

A. METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan coating benih
terhadap cendawan dan bakteri terbawa benih padi varietas Hipa 8 selama 6 bulan
penyimpanan. Penelitian dilaksanakan di Cimanggis, pada bulan Februari sampai
September 2012. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima
ulangan dan empat perlakuan coating benih, yaitu (1) minyak cengkeh 1%+
kitosan 3%; (2) minyak serai 2% + karboksimetilselulosa 1%; (3) pestisida kimia
(streptomycin sulphate 0,04% + benomyl 0,1%) + gom arab 10%; dan (4) kontrol
(tanpa coating)

B. PEMBAHASAN
● Keefektifan coating pada cendawan
Hasil penelitian menunjukkan coating benih dengan formula yang
mengandung pestisida nabati seperti minyak cengkeh dan minyak serai wangi
lebih efektif mengendalikan cendawan terbawa benih padi varietas Hipa 8
dibanding formula coating yang mengandung pestisida kimia.

● Keefektifan coating pada bakteri


Selain efektif menghambat cendawan, seluruh formula coating benih yang
diaplikasikan, juga memiliki kemampuan menghambat bakteri Xoo dan Xco pada
benih padi Hipa 8 (Tabel 2). Jumlah koloni bakteri pada semua perlakuan coating
berbeda nyata dengan kontrol sejak awal hingga 6 bulan penyimpanan. Formula
coating dengan minyak cengkeh, minyak serai atau pestisida kimia memiliki
efektivitas yang sama kuat dalam menghambat Xoo dan Xco.

● Pengaruh coating terhadap benih berkecambah


Perlakuan coating benih berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah dan
kadar air benih padi Hipa 8. Semua formula coating menghasilkan daya
berkecambah yang tidak berbeda nyata dengan kontrol pada awal penyimpanan,

21
kemudian mengalami penurunan selama 6 bulan penyimpanan. Coating benih
dengan minyak cengkeh dan coating dengan minyak serai wangi menyebabkan
penurunan daya berkecambah benih Hipa 8 yang berbeda nyata dengan kontrol
sejak satu bulan penyimpanan, sedangkan coating dengan pestisida kimia baru
menyebabkan penurunan daya berkecambah yang berbeda dengan kontrol setelah
6 bulan penyimpanan.

C. KESIMPULAN
Pestisida nabati seperti minyak cengkeh dan minyak serai dalam formula
coating terbukti efektif mengendalikan cendawan dan bakteri terbawa benih padi
Hipa 8, bahkan keefektifan minyak cengkeh dan minyak serai melebihi pestisida
kimia dalam menghambat cendawan terbawa benih. Akan tetapi, perlakuan
coating dengan minyak cengkeh dan minyak serai wangi menyebabkan penurunan
daya berkecambah benih yang nyata lebih besar dibanding perlakuan kontrol dan
pestisida kimia sejak satu bulan setelah penyimpanan. Dengan demikian formula
coating yang paling kompatibel untuk pengendalian patogen terbawa benih padi
Hipa 8 adalah pestisida kimia + gom arab 10%.

22
PENYIMPANAN BENIH PADI MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS
PENGEMASAN

A. METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tiga jenis bahan
pengemas (plastik, kaleng bertutup, dan kaleng kedap udara) dan lama
penyimpanan terhadap kadar air dan daya kecambah benih padi serta adanya
infeksi kapang pada akhir penyimpanan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas
Cimelati (Type SS). Alat yang digunakan adalah timbangan, kantong plastik
setebal 0,8 mm, kaleng (35x23x23 cm3) dilengkapi tutup , kertas etiket, spidol,
lilin, korek api, timer, lakban, bak pengecambahan, kapas, kertas rissue, Grain
moisture tester dan oven.
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu prosessing, pemilihan
benih untuk mendapatkan ukuran yang seragam, pembersihan, dan pengeringan
sampai kadar air sekitar 10-11%. Mulai bulan Juni 2009 (penyimpanan selama
satu bulan) dilakukan pengamatan terhadap kadar air, daya berkecambah, serta
infeksi kapang pada awal dan akhir penyimpanan. Pengamatan kadar
menggunakan Grain Mouster tester dan oven, sedangkan pengamatan daya
berkecambah setiap perlakuan menggunakan 50 buah biji yang dikecambahkan
kedalam bak percecambahan (ukuran 20x30 cm2) dengan media kapas ditutup
kertas tissue dan diamati setelah 14 hari, infeksi kapang dengan metode direct
plate count.

B. PEMBAHASAN
● KADAR AIR
Kadar air benih padi selama tujuh bulan penyimpanan (Mei s/d Desember
2009) masih dapat dipertahankan dan tidak banyak mengalami perubahan, yaitu
antara 10% - 12%, seperti terlihat pada gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan
bahwa semua perlakuan pengemasan dapat mempertahankan kadar air benih
secara optimal. Menurut SNI (2003) kadar air benih padi <13 %, sehingga
diharapkan viabilitas benih padi dapat optimal.

23
Mulai bulan September 2009 terjadi kenaikan kadar air, tetapi kenaikan
kadar air tersebut masih dalam batas kadar air yang optimal (sekitar 12%), masih
memenuhi SNI (2003). Kadar air benih ini sangat dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban ruang penyimpanan benih. Benih padi akan cepat mengalami
kemunduran kualitas jika kadar air optimal (10 – 12%) tidak dapat dipertahankan
selama penyimpanan.

T
iga
bah
an
pen
gemas benih padi tersebut dipilih karena diperuntukkan menjawab pertanyaan
petani yang kesulitan dalam menyimpan benih padi. Kantong plastik dengan
ketebalan 0,8 mm memang paling praktis akan tetapi apabila disimpan di lumbung
petani mengalami kendala yaitu dimakan tikus. Kemasan kaleng lebih aman dari
serangan tikus, tetapi memerlukan space yang banyak. Sedangkan kemasan
menggunakan kaleng kedap udara lebih menjanjikan karena dari hasil analisis biji
terinfeksi jamur pada akhir penyimpanan dibandingkan dengan dua kemasan yang
lain. Pada awal penyimpanan hanya 1% biji yang terinfeksi jamur dan setelah
tujuh bulan penyimpanan terinfeksi jamur masing-masing dari kemasan plastik,
kaleng bertutup dan kaleng kedap udara adalah 86%, 85% dan 72%. Kemasan
kaleng kedap air dapat direkomendasikan sebagai kemasan benih padi di tingkat
petani, selain dapat mempertahankan kadar air dapat menghindari kontaminasi
jamur.

● Daya Kecambah Benih Padi


Kemasan benih padi selain dapat mempertahankan kadar air optimal selama
penyimpanan, juga harus dapat mempertahankan daya kecambah benih padi
selama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan tiga jenis bahan pengemas

24
(plastik, kaleng, kaleng kedap udara) mampu mempertahankan daya kecambah
benih padi selama tujuh bulan penyimpanan seperti terlihat pada gambar 2.
Gambar 2. memperlihatkan fluktuasi daya kecambah benih padi yang
dikemas dengan tiga bahan pengemas selama penyimpanan. Bahan pengemas dari
kaleng mempunyai fluktuasi daya kecambah paling tinggi, sedangkan bahan
pengemas dari kaleng yang kedap udara dan platik relative lebih stabil meskipun
memiliki pola yang sama. Penyimpanan menggunakan kaleng kedap udara
memberikan daya kecambah paling stabil dibandingkan dua perlakuan lainnya.
Hal ini disebabkan karena pengemasan dalam kaleng kedap udara mengakibatkan
pergerakan antara udara (oksigen) dan air antara atmosfir luar dengan benih padi
yang disimpan dapat dihentikan. Sehingga mampu mempertahankan kadar air,
daya kecambah dan kontaminasi jamur paling rendah, serta bebas dari hama tikus
meskipun memerlukan tempat yang luas untuk menyimpan kaleng tersebut.

C. KESIMPULAN
Penyimpanan menggunakan kaleng kedap udara memberikan daya
kecambah paling stabil dan jumlah benih yang terinfeksi jamur paling rendah
(72%), sehingga dapat direkomendasikan kepada petani dalam menyimpan benih
padi. Benih padi setelah disimpan selama tujuh bulan berkadar air (10-12) % dan

25
daya kecambah (88,00-99,33) %, sehingga benih padi tersebut masih memenuhi
syarat sebagai benih sesuai karena SNI

26
PEMANFAATAN BAKTERI PSEUDOMONAS FLOURESCENS RH4003 DAN
ASAM ASKORBAT UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITAS BENIH
PADI HIBRIDA

A. METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2012.
Perbanyakan bakteri dilakukan di Laboratorium Bakteriologi, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor.
Coating dikerjakan di PT. East West Seed Indonesia. Penyimpanan dan pengujian
benih dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Dramaga Bogor.
Benih padi hibrida yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas
SL-8 (tanggal panen 26-27 September 2011), DG-1 (tanggal panen 16 September
2011) dan Intani 2 (tanggal panen 02 November 2011). Biakan murni bakteri
Pseudomonas flourescens (RH4003) diperoleh dari isolasi agen biokontrol
penyakit Ralstonia solanacearum pada tanaman tomat yang dilakukan oleh
Nawangsih (2006). Media King’s B untuk peremajaan bakteri dan polimer sintetik
sebagai perekat, asam askorbat 350 ppm, aquades, alkohol 70%, kertas label,
plastik bening dan kertas merang untuk media perkecambahan.
Alat yang digunakan yaitu cawan petri, cawan porselen, pinset, bunsen,
hand sprayer, tabung erlenmeyer, tabung reaksi, rak tabung, autoklaf, mikropipet,
luminar air flow, rotary coater, timbangan analitik, oven, desikator, alat
pengepres kertas, alat pengecambah benih (APB) IPB 73 2A/B, gelas ukur,
spatula, blender dan alat tulis.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Petak
Tersarang. Petak utama adalah periode simpan yang terdiri dari enam taraf yaitu:
P0 = 0 minggu, P3 = 9 minggu, P1 = 3 minggu, P4 = 12 minggu, P2 = 6 minggu,
P5 = 15 minggu. Faktor kedua, formulasi coating sebagai anak petak terdiri dari
tiga taraf, yaitu C0 (kontrol,tanpa coating), C1 (Polimer + isolat P. flourescens
RH4003), dan C2 (Polimer + asam askorbat 350 ppm)

27
Penelitian menggunakan 3 ulangan, sehingga didapatkan kombinasi 54 satuan
percobaan. Percobaan menggunakan rancangan percobaan yang sama dilakukan
secara terpisah pada 3 varietas padi hibrida sehingga secara keseluruhan terdapat
162 unit satuan percobaan. Data hasil percobaan dianalisis menggunakan analisis
ragam (uji F) dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata
5 %.
Peremajaan isolat bakteri P. fluorescens RH4003 dilakukan pada media
padat King’s B secara aseptik, kemudian diinkubasi pada suhu ruang (270C -
280C) selama 48 jam untuk mendapatkan koloni tunggal. Koloni tunggal hasil
peremajaan kemudian digores penuh pada cawan petri steril baru yang telah berisi
media padat King’s B, kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang.
Setelah 48 jam bakteri siap dipindahkan ke media cair (NB) dengan cara:
memasukkan 5 ml air steril ke dalam cawan petri berisi goresan penuh bakteri
yang bebas dari kotaminan kemudian dischrub menggunakan jarum ose agar
bakteri tercampur dalam air. Suspensi air steril dan bakteri tersebut diambil
sebanyak 400 μ (0.4 ml) dan dimasukkan dalam media cair Nutrienth Broth (NB)
250 ml, ditutup aluminium foil, direkatkan dan di-shaker 100 rpm selama 48 jam.
Formula siap digunakan. Sementara, untuk mendapatkan formula coating asam
askorbat 350 ppm dilakukan dengan cara melarutkan 389 mg asam askorbat 90%
dalam 1 l aquades.
Kerapatan awal bakteri dihitung secara aseptik dengan metode
pencawanan berseri yaitu :
1. Pengenceran: suspensi bakteri diambil 100μ (0.1 ml) dari media cair NB
yang telah dishaker selama 48 jam. Kemudian dimasukkan ke tabung berisi 9 ml
air steril serta dihomogenkan menggunakan vortex (tabung 1 pengenceran 101).
Suspensi bakteri yang sudah homogen dipipet kembali 1 ml (tabung 1) kemudian
dimasukkan ke tabung 2 yang berisi 9 ml air steril, dihomogenkan kembali,
diperoleh tabung 2 dengan pengenceran 102 begitu seterusnya hingga diperoleh
pengenceran 108.
2. Platting menggunakan 2 ulangan (duplo) untuk setiap pengenceran 101,
103, 105 , 106, 107, 108. Sebanyak 0.1 ml suspensi bakteri diambil dari masing-
masing tabung, kemudian disebar pada petri dengan media padat King’s B

28
menggunakan gelas penyebar. Petri lalu direkatkan menggunakan seal dan
diletakkan dalam posisi terbalik untuk mencegah uap air yang dapat menimbulkan
kontaminan. Pengamatan terhadap koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi
selama 24 jam dan 48 jam pada suhu kamar.
Pelapisan benih padi hibrida dilakukan sesuai dengan taraf perlakuan.
Suspensi bakteri yang digunakan memiliki kerapatan berkisar antara 109-1010
cfu/ml. Perbandingan antara supensi bakteri dan larutan asam askorbat dengan
polimer yaitu 10:19. Coating dilakukan menggunakan alat Rotary Coater. Benih
yang telah dilapisi dikeringkan kembali sampai kadar air aman untuk disimpan
yaitu < 11%. Benih selanjutnya dikemas ke dalam kemasan plastik poliethylen
dan direkatkan (seal) untuk kemudian disimpan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih selama 0, 3, 6, 9, 12 dan 15 minggu.
Viabilitas potensial diuji menggunakan tolok ukur daya berkecambah dan
berat kering kecambah normal. Viabilitas total diukur dengan melihat potensi
tumbuh maksimum. Vigor kekuatan tumbuh benih diuji menggunakan tolok ukur
indeks vigor dan kecepatan tumbuh. Pengujian dilakukan dengan cara
mengecambahkan benih pada media kertas merang menggunakan metode Uji
Kertas Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Alat pengecambah benih yang
digunakan IPB 73 2A/B. Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan dan setiap
ulangan terdiri dari 50 butir benih. Tolok ukur yang diamati untuk mengukur daya
simpan benih padi hibrida meliputi: kadar air benih (KA), daya berkecambah
(DB), berat kering kecambah normal (BKKN), potensi tumbuh maksimum
(PTM), kecepatan tumbuh (KCT) dan indeks vigor (IV).

B. PEMBAHASAN
Secara umum, terjadi peningkatan viabilitas benih selama periode
penyimpanan. Kadar air benih berfluktuasi selama periode simpan namun masih
dalam kisaran 9.71%. Viabilitas dan vigor benih padi hibrida yang diberi
perlakuan coating maupun tanpa coating masih tinggi sampai akhir penyimpanan.
Hal ini diduga karena kadar air benih yang masih terjaga selama periode simpan
dan masih dalam batas aman penyimpanan sampai akhir periode simpan dengan
rataan 9.70%. Selama periode simpan kemasan penyimpanan yang digunakan

29
adalah plastik poliethylen yang resisten terhadap uap air sehingga kadar air benih
tetap terjaga dan viabilitas benih dapat dipertahankan. Giang dan Gowda (2007)
menyatakan bahwa benih padi hibrida (KRH-2) yang dicoating menggunakan
polimer (W Yellow) + kaptan + thiaram + gouch + super red 1 ml/kg pada 10
bulan penyimpanan, memiliki kadar air yang lebih aman (<13%) dengan daya
berkecambah 85.70% sementara benih yang disimpan dalam kain mengalami
peningkatan kadar air yaitu sebesar 14.30% serta penurunan viabilitas yang
ditunjukkan dengan rendahnya daya berkecambah yang dihasilkan yaitu 62.00%.
Seed coating menggunakan polimer dan bakteri P. flourescens RH4003
serta polimer dan asam askorbat 350 ppm pada tiga varietas padi hibrida selama
penyimpanan memiliki respon yang berbeda terhadap masing-masing tolok ukur
viabilitas dan vigor. Coating pada benih padi hibrida varietas Intani-2 tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua tolok ukur viabilitas dan vigor
benih, sebaliknya benih padi hibrida varietas DG-1 dan SL-8 memberikan respon
yang nyata baik terhadap perlakuan coating, periode simpan maupun interaksinya
pada beberapa tolok ukur. SL-8 lebih responsif terhadap penyimpanan dan
perlakuan yang diberikan dibandingkan DG-1 dan Intani-2. Pada SL-8 perlakuan
asam askorbat menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan indeks
vigor, kecepatan tumbuh serta daya berkecambah dibandingkan kontrol pada
periode simpan 9 minggu. Perlakuan coating menggunakan bakteri juga
menunjukkan pengaruh yang nyata lebih tinggi terhadap indeks vigor dan
kecepatan tumbuh benih terutama pada periode simpan 6 minggu. Penelitian yang
dilakukan oleh Mettananda et al. (2001) menunjukkan faktor genetik
mempengaruhi perbedaan toleransi viabilitas 6 varietas padi terhadap kondisi
lingkungan yang ditunjukkan dengan perbedaan daya berkecambah benih setelah
mengalami penyimpanan. Benih padi varietas Bg 379-2, Bg 403 dan At 353
mampu mempertahankan viabilitas (>85%) pada penyimpanan yang memiliki RH
cukup tinggi (fluktuasi hingga 30%) sampai delapan bulan penyimpanan
sementara tiga varietas lainnya (Bg 300, 400 dan 352) hanya mampu
mempertahankan viabilitas sampai 5 bulan penyimpanan (ketika 6 bulan
penyimpanan daya berkecambah berada di kisaran 40-60%).

30
Perlakuan coating menggunakan asam askorbat 350 ppm dalam percobaan
ini terbukti mampu meningkatkan viabilitas dan vigor benih padi hibrida di
penyimpanan. Pada Intani-2 perlakuan asam askorbat mampu mempertahankan
kadar air tetap rendah yaitu 9.67%. Selain itu, perlakuan ini juga menghasilkan
daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan indeks vigor tertinggi walaupun tidak
nyata berbeda dibandingkan perlakuan lainnya. Pada SL-8 perlakuan asam
askorbat menghasilkan daya berkecambah (92.67%) kecepatan tumbuh (21.33%
per etmal) dan indeks vigor (73.33%) yang nyata lebih tinggi dibandingkan
kontrol pada periode simpan 9 minggu. Pada DG-1 perlakuan ini mampu
menghasilkan indeks vigor tertinggi secara nyata yaitu 90% dibandingkan kontrol
61.33%. Pemberian asam askorbat sebagai antioksidan pada benih diduga mampu
memperlambat laju kemunduran benih di penyimpanan karena menangkal radikal
bebas yang menjadi penyebab kemunduran benih. Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Lumbanraja dimana perlakuan perendaman
benih pepaya sebelum peyimpanan dengan asam askorbat 350 ppm memiliki nilai
potensi tumbuh maksimum nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol selama
periode simpan (12 minggu) yaitu 85.6% untuk perlakuan perendaman dengan
asam askorbat dan 69.01% untuk kontrol. Dolatabadian dan Modarressanavy
(2008) melaporkan pemberian asam askorbat 200 ppm pada benih Helianthus
annus L. menghasilkan daya berkecambah sebesar 95.55% yang berbeda nyata
dengan kontrol yaitu 86.67%. Hamama (2008) menunjukkan perlakuan asam
askorbat 55mM mampu secara nyata meningkatkan KCT benih jagung (Bisma)
16.38% per etmal dibanding kontrol 6.81% per etmal dan juga mampu
meningkatkan indeks vigor secara nyata yaitu 42.67% dibanding kontrol 14%.
Pada periode simpan 6 minggu perlakuan coating menggunakan bakteri
pada benih padi hibrida SL-8 mampu secara nyata meningkatkan kecepatan
tumbuh 22.48% per etmal dibandingkan kontrol 17.33% per etmal serta indeks
vigor 89.33% dibandingkan kontrol 54.00%. Peningkatan ini mungkin terkait
dengan kemampuan bakteri P. flourescens dalam menghasilkan auksin yang
berfungsi dalam perkembangan tunas, perpanjangan sel-sel batang serta akar.
Kemampuan perlakuan coating menggunakan bakteri dalam mempengaruhi tolok
ukur viabilitas yang berfluktuasi selama periode simpan mungkin disebabkan

31
polimer yang digunakan tidak mengandung cukup nutrisi sehingga populasi
bakteri tidak stabil. Kusumowardani (2008) menyatakan pertumbuhan populasi
pada media LB sebagai kontrol lebih stabil dibandingkan dengan media alternatif
lainnya, karena media ini mengandung banyak nutrisi yang dapat mendukung
pertumbuhan P. flourescens. Kader et al. (2012) menambahkan coating benih
menggunakan bakteri P. flourescens 105-106 cfu/ml dengan bahan pembawa
serbuk gergaji+cmc mampu mempertahankan viabilitas bakteri hingga 10 bulan
(34.4 cfu/gr-34.0 cfu/gr).

C. KESIMPULAN
Coating menggunakan bakteri Pseuodomonas flourescens terbukti dapat
mempertahankan vigor benih padi hibrida di penyimpanan dengan tolok ukur
indeks vigor dan kecepatan tumbuh. Sementara, coating menggunakan asam
askorbat dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih padi hibrida di
penyimpanan dengan tolok ukur daya berkecambah dan indeks vigor benih.
Penyimpanan selama 15 minggu belum menurunkan viabilitas dan vigor benih
padi hibrida. Perlakuan coating maupun tanpa coating tidak menurunkan
viabilitas benih padi hibrida selama 15 minggu penyimpanan.

32
PENYIMPANAN BENIH DENGAN SISTEM HERMETIS
DI LAHAN PASANG SURUT SUMATERA SELATAN

- Tujuan
Menentukan pengaruh system penyimpanan kedap udara dalam
mengurangi kerusakan gabah dan benih di daerah rawa pasang surut
Sumatra selatan.
- Perlakuan yang diuji meliputi
(1) Penyimpanan benih IRRI Superbag,
(2) Penyimpanan benih cara petani dan
(3) Penyimpanan benih dengan SGB-HC™
- Penyimpanan benih
menggunakan IRRI superbag dirancang untuk lama penyimpanan 3 s/d 9
bulan, sedangkan menggunakan SGB-HC™ untuk lama penyimpanan 6
bulan.

A. METODE dan BAHAN


- Tempat dan Waktu. Pengkajian ini dilaksanakan di lahan pasang surut
Desa Mekar Sari Primer 10 Delta Telang I Kecamatan Muara Telang
Kabupaten Banyuasin, mulai bulan Pebruari s/d Nopember 2014.
- Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan adalah gabah segar yang
dihasilkan dari pertanaman MH 2013/2014. Sedangkan alat yang
digunakan meliputi; (1) IRRI superbag, (2) Karung gabah ukuran 50 kg,
(3) SGB-HC™, (4) Moisture meter, (5) Kantong plastik, (6) Petri disk, (7)
Kapas, (8) Oxygen meter, (9) Timbangan dan (10) Alat tulis kantor.

33
34
35
- Tahapan . Adapun tahapan kegiatan pengkajian meliputi:
1. Pelatihan
Pelatihan diikuti oleh petani kunci (key farmers), 10 petani kooperator,
penangkar benih atau kelompok tani serta petugas lapang (PPL)
2. Uji coba penyimpanan hermetis di tingkat petani, penangkar/Balai
Benih
Perlakuan 1; Penyimpanan benih IRRI Superbag
Perlakuan 2 : Penyimpanan benih cara petani
Perlakuan 3 : Penyimpanan benih dengan SGB-HC™
- Lama Penyimpanan
Disesuaikan dengan praktek petani menyimpan benih, 6 – 9 bulan.
- Setting percobaan
1. Disiapkan benih dengan kadar air penyimpanan (12-14%)
2. Ambil sampel awal dari wadah/ benih yang akan digunakan
3. Disiapkan karung beras, IRRI superbag dan SGB-HC™.
4. Masukan benih ke dalam masih-masih wadah
5. Letakkan wadah pada tempat yang aman. .

- Pengukuran
- Sampel awal : sampel diambil sebelum benih dimasukan ke dalam wadah
Ambil sampel benih sebanyak 600 gr dari masing-masing wadah. Khusus
untuk karung disiapkan adalah untuk lama penyimpanan 3, 6 dan 9 bulan.
Sedangkan kontrol petani untuk penyimpanan 9 bulan
Pengukuran kadar air benih
Pengukuran daya kecambah
Menghitung jumlah serangga/hama gudang (hidup atau mati)

- Sampel akhir:
1. Pengukuran kandungan oksigen dan karbon dioksida sebelum
wadah dibuka.
2. Ambil 600 gr sampel benih dari wadah untuk analisa kualitas
benih.

36
3. Pengukuran kadar air benih
4. Pengukuran daya kecambah
5. Menghitung jumlah serangga/hama gudang (hidup atau mati)

B. HASIL
Kadar Air Gabah. Gabah yang disiapkan untuk menjadi benih dikeringkan
sampai kadar air yang aman untuk disimpan. Hasil pengukuran kadar air awal
disajikan pada Tabel 1.

37
38
matan terhadap parameter kadar air gabah yang disimpan dan dipersiapkan
menjadi benih menunjukkan kisaran yang aman, yaitu 10,1 - 15,5 %, dengan rata-
rata 12,05%. Biji-bijian yang mempunyai kadar air 12-45% rawan disimpan
karena dapat mengalami berbagai perubahan, seperti pada kadar air bahan 8-9%
kehidupan serangga dan bakteri gudang dapat dihambat dan pada kisaran 4-8%
merupakan keadaan aman bagi biji bijian. Namun untuk mencapai kadar air yang
rendah tersebut sangat sulit (Syarif dan Khalid, 1992).
Pengertian tingkat kadar air yang aman untuk penyimpanan tidak selalu
berada pada kadar air yang setara 0,62 (ambang batas minimum pertumbuhan
kapang).Aw untuk pertumbuhan memiliki batas ambang minimum 0,62. Untuk
penyimpanan beras nilai aw menurut sorpsi isotermis setara dengan kadar air
12%. Sedangkan penyimpanan dinyatakan aman pada kadar air 13-14% (kecuali
untuk benih), yaitu kondisi dimana kadar air tersebut setimbang dengan keadaan
lingkungan pada kadar air 11-12%. Menurut IRRI, kadar air gabah 13% cukup
aman untuk penyimpanan selama 8-12 bulan (IRRI, 2005)
Kadar air yang aman untuk penyimpanan ditentukan berdasarkan
pertimbangan teknis dan ekonomis. Pertimbangan teknis yaitu tingkat kadar air
yang setimbang dengan kondisi lingkungannya (suhu, kelembaban relative) dan
ambang batas aktivitas air yang aman terhadap kemungkinan berbagai penyebab
kerusakan.
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada petani mengenai
kemampuan benih tanaman padi dapat tumbuh normal menjadi tanaman yang
berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.
Parameter yang digunakan berupa persentase kecambahan. Persentase
perkecambahan adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh
benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah
ditetapkan.
Pengujian pada kondisi lapangan biasanya tidak memuaskan karena
hasilnya kurang dipercaya. Oleh karena itu metode laboratorium dikembangkan
sedemikian rupa, dimana beberapa atau seluruh kondisi luar/lapang dapat
dikendalikan secara teratur. Sehingga memberikan hasil perkecambahan yang
lengkap dan cepat dari contoh benih yang dianalisa (Sutopo, 2004)

39
Dari hasil pengamatan daya kecambah benih sampel menunjukkan secara
umum memiliki daya kecambah yang tinggi berkisar 94-100%, kecuali 1 (satu)
sampel milik petani kooperator (Anwar Untung) yang daya kecambah benihnya
sangat rendah 57-61%. Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam
yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat
perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan
cahaya. (Sutopo, 2004).
Hasil pengamatan populasi serangga hama diketahui bahwa terdapat 2
spesies serangga yang dominan menyerang berbagai padi petani dalam
penyimpanan yakni kumbang bubuk beras (S. oryzae) dan kumbang penggerek
gabah (R. dominica). Serangga hama yang paling banyak ditemukan yakni S.
oryzae. Populasi S. oryzae terbanyak pada penyimpanan cara petani pada petani
kooperator Mat Iksan yakni 5 ekor serangga hidup dan 40 ekor sisanya mati.
Sedangkan populasi R. dominica tertinggi pada cara penyimpanan petani
kooperator Wariman II yakni 13 ekor serangga hidup dan 8 ekor sisanya mati.
Secara umum, populasi serangga hama pada perlakuan hermetik (IRRI Superbags
dan SGB) lebih rendah dibandingkan dengan cara penyimpanan petani.
Kecenderungan hama dalam memilih makanan banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti jenis dan kerusakan bahan simpan, nilai gizinya, kadar airnya,
warna dan tingkat kekerasan kulit. Penelitian ini sejalan dengan Rickmann dan
Gummert yang menyatakan, penggunaan IRRI Super Bags mampu menekan
perkembangan serangga. Hal ini dibuktikan dengan jumlah serangga yang hidup
setelah 12 bulan penyimpanan yakni 1,2 ekor/kg material, jauh lebih rendah
dibandingkan dengan penyimpanan terbuka yakni 27,2 ekor serangga/kg material.
Adapun karakteristik dari kedua kumbang tersebut yakni sebagai berikut:

1. Kumbang Bubuk Beras (S. oryzae) (Coleoptera: Curculionidae)


Serangan kumbang ini ditandai dengan butir beras/gabah berlubang-lubang atau
hancur menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat hama ini, beras
mengalami susut berat

40
mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan. Suhu optimum untuk
perkembanga serangga ini yaitu 28oC dengan kelembaban relatif 70% (IRRI,
2009). Karakteristik: kumbang muda berwarna coklat agak kemerah-merahan,
setelah tua menjadi hitam. Pada kedua belah sayapnya terutama di bagian depan
terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan, 2 bercak pada sayap sebelah
kiri dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang 3,5-5 mm,
tergantung dari tempat hidup larvanya. Larvanya tidak berkaki, berwarna putih
jernih. Siklus hidup hama ini berkisar antara 3-5 bulan dan dapat memproduksi
telur 300-400 butir. Telur biasanya diletakkan pada tiap butir beras yang
dilubanginya terlebih dahulu dan masing-masing lubang kemudian ditutup dengan
sisa gerekan. Hama ini bersifat polifag artinya selain bisa merusak butiran beras,
juga merusak simpanan lain seperti jagung, kacang tanah, gaplek, kopra
(Kartasapoetra, 1991; Pracaya, 1997).
2. Kumbang Penggerek Gabah (R. dominica) (Coleoptera: Bostrichidae)
Gejala serangan kumbang ini ditandai dengan berlubangnya gabah dan adanya
sisa gerekan berupa dedak halus. Selain merusak produk padi-padian kumbang ini
juga menyerang produk tanaman yang banyak mengandung karbohidrat seperti
jagung, gaplek, dan lainnya. Kerusakan yang ditimbulkannya bisa mencapai 7%.
Karakteristik: kumbang ini memiliki tubuh slindris dan ramping, protorak
berbentuk seperti perisai atau tudung, mempunyai benjolan kecil yang kasar
terutama bagian depan. Kepalanya berada di bawah pronotumnya, berwarna
coklat gelap atau hitam. Panjang tubuh kumbang 1,5-3 mm. Induk dapat
meletakkan telur 300-500 butir, telur berbentuk lonjong. Larva berwarna putih
keabu-abuan, bagian tengah tubuhnya agak mengecil, seluruh tubuhnya berbulu
halus, berkaki tiga pasang. Pupa berwarna putih agak buram. Siklus hidup hama
ini mencapai 1 bulan. Kumbang ini dapat berkembang optimum pada kondisi suhu
hingga 34oC dan kelembaban 60-70% (IRRI, 2009).

C. KESIMPULAN
Penyimpanan hermetik memberikan peluang untuk petani menyimpan
benih yang diproduksi mereka sendiri ataupun dapat mendukung tumbuhnya
kelompok penangkar benih di lokasi pengkajian. Penggunaan material lokal

41
sebagai tempat penyimpanan sistem hermetis sangat disarankan Prinsip yang
sederhana dan peluang pemanfaatan material lokal, menjadikan teknologi ini
berpeluang diadopsi oleh petani dengan cepat. Terdapat 2 spesies serangga yang
dominan menyerang padi petani dalam penyimpanan yakni kumbang bubuk beras
(S. oryzae) dan kumbang penggerek gabah (R. dominica), dimana populasi
serangga hama pada perlakuan hermetik (IRRI Superbag dan SGB) lebih rendah.

42
PENINGKATAN DAYA BERKECAMBAH DAN VIGOR BENIH PADI
HIBRIDA MELALUI INVIGORASI

Invigorasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu fisiologis


benih, terutama vigor benih, melalui perlakuan fisik maupun kimiawi. Benih yang
bervigor tinggi mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam proses
perkecambahan dalam kondisi lingkungan yang beragam.

A. BAHAN DAN METODE


Penelitian dilakukan di Laboratorium Benih Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi (BB Padi) pada tahun 2009. Bahan penelitian yang digunakan
adalah benih padi hibrida (F1) varietas Hipa 5 dengan mutu awal benih sedang
(daya berkecambah awal 81%) dan dengan mutu benih awal rendah (daya
berkecambah awal 71%).

Penelitian disusun dalam rancangan faktorial acak lengkap dengan empat


ulangan. Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu
● mutu awal benih yang terdiri dari mutu sedang (a1), mutu rendah (a2),
● invigorasi yang terdiri dari tanpa perlakuan (kontrol, b1),perendaman
dalam air selama 48 jam (b2), perendaman dalam larutan PEG 6000 1,0
Mpa 24 jam (b3), perendaman dalam larutan GA3 5 ppm 24 jam (b4),
perendaman dalam larutan GA3 10 ppm 24 jam (b5), hardening 12 jam
(dua daur) (b6), hardening 24 jam (satu daur) (b7) dan perendaman dalam
larutan campuran GA3 10 ppm dan Kinetin 15 ppm (b8).

Benih yang sudah diberi perlakuan kemudian diuji daya berkecambahnya


mengikuti metode ISTA (2007), yaitu benih dikecambahkan pada substrat kertas
dan diinkubasi pada germinator kabinet dengan suhu berganti (suhu 20oC selama
16 jam dan suhu 30o C selama 8 jam). Penghitungan kecambah normal dilakukan
pada hari ke-5 dan ke-14.

43
Pengujian vigor benih menggunakan teknik metode AAT (Accelerated
Ageing Test) mengikuti metode AOSA (www.aosaseed.com 2009) dengan
modifikasi kertas merang. Benih didera pada suhu 50oC dan kelembaban relatif
>90% selama 5 hari, kemudian dikecambahkan dalam substrat kertas merang dan
diinkubasi pada germinator dengan suhu berganti. Selain itu diamati kecepatan
tumbuh benih, panjang akar dan panjang batang bibit, dan bobot kering bibit.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap variabel mutu benih dan
pertumbuhan kecambah tampak beragam. Invigorasi berpengaruh nyata terhadap
semua variabel yang diamati. Mutu awal benih, kombinasi mutu awal benih, dan
invigorasi berpengaruh nyata terhadap beberapa variabel mutu benih dan
pertumbuhan kecambah.

● Daya Berkecambah Benih


Daya berkecambah benih nyata dipengaruhi oleh mutu awal benih, dan
kombinasi antara mutu awal benih, dan invigorasi. Pada tingkat mutu awal benih
yang sama, semua benih yang diberi perlakuan invigorasi menghasilkan daya
berkecambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, dengan peningkatan
4-8% pada benih dengan mutu awal sedang dan 1-8% pada benih dengan mutu
awal rendah (Tabel 2). Pada benih dengan mutu awal sedang maupun rendah,
perlakuan invigorasi dengan cara merendam benih dalam larutan GA3 10 ppm +
kinetin 5% mempunyai daya berkecambah tertinggi dibanding perlakuan lainnya.

● Vigor dan Kecepatan Tumbuh Benih


Pengaruh perlakuan invigorasi dan mutu awal benih terhadap vigor benih
tampak beragam antar perlakuan dan antarbenih dengan mutu awal yang berbeda
(Tabel 1). Pada benih dengan mutu awal rendah, semua perlakuan meningkatkan
vigor benih dengan kisaran 1-8% bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3).
Meskipun demikian, pada benih dengan mutu awal rendah (vigor awal/kontrol
64%), setelah aplikasi semua benih masih menunjukkan vigor di bawah 80%.
Pada benih dengan mutu awal sedang (vigor awal 77%), empat perlakuan

44
invigorasi yaitu perendaman dalam air selama 48 jam,perendaman dalam larutan
PEG 1,0 Mpa selama 24 jam,perendaman dalam larutan GA3 5 ppm atau 10 ppm
selama 24 jam, nyata meningkatkan vigor benih Hipa 5 yang mencapai lebih dari
80%.

● Panjang Dan Bobot Kering Batang Kecambah


Panjang batang kecambah nyata dipengaruhi oleh perbedaan mutu benih
awal dan perlakuan invigorasi, tetapi kombinasi antara mutu benih awal dan
invigorasi tidak berpengaruh nyata, sedangkan bobot kering kecambah hanya
dipengaruhi oleh invigorasi.
Benih dengan mutu benih awal sedang mempunyai panjang batang (rata-
rata 14,8 cm) lebih tinggi dibandingkan dengan benih dengan mutu awal rendah
(14,1 cm). Pengaruh invigorasi terhadap panjang batang kecambah dan bobot
kering batang ditampilkan pada Tabel 5. Data pada tabel tersebut menunjukkan
bahwa semua perlakuan invigorasi meningkatkan panjang batang dan bobot
kering batang kecambah, kecuali perlakuan perendaman dalam air selama 48jam.
Hasil penelitian Wahyuni etal. menunjukkan perendaman benih dalam
larutan GA3 menghasilkan kecambah yang tinggi tetapi kurus dengan daun bibit
sempit, dan kecambah/bibit baru kembali ke bentuk semula setelah berumur 15
hari.

● Panjang dan Bobot Akar Kering Kecambah


Panjang akar dan bobot kering akar kecambah nyata dipengaruhi oleh
kombinasi mutu awal benih dan perlakuan invigorasi (Tabel 1). Pada benih
dengan mutu awal rendah, beberapa perlakuan menghasilkan panjang akar
kecambah dan bobot kering akar lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Pada
benih dengan mutu awal sedang, perlakuan perendaman dalam larutan PEG 6.000
1,0 Mpa selama 24 jam menurunkan panjang dan bobot kering akar. Pada
perlakuan lainnya, panjang dan bobot kering akar setara atau lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6 dan 7). Perlakuan hardening 12 jam
menunjukkan panjang dan bobot kering akar tertinggi dibanding perlakuan
lainnya.

45
Di sisi lain, pada benih dengan mutu awal sedang, perlakuan perendaman
benih dalam larutan GA3 10 ppm + kinetin 15 ppm menunjukkan penampilan
yang lebih baik, yaitu kecambah tinggi seperti pada perlakuan GA3 10 ppm,
dengan perakaran yang lebih baik seperti pada perlakuan hardening 12 jam (dua
daur).

C. KESIMPULAN
1. Perlakuan invigorasi meningkatkan daya berkecambah 1-8% dan kecepatan
tumbuh. benih 0,7-4,3%/24 jam, baik pada benih Hipa 5 dengan mutu benih
awal sedang maupun rendah.
2. Pada benih dengan vigor awal sedang, perendaman dalam larutan GA3 10
ppm + kinetin 15 ppm meng- hasilkan daya berkecambah tertinggi (89%),
setara dengan perendaman dalam larutan GA3 10 ppm.
3. Pada benih dengan vigor awal rendah,invigorasi dengan GA3 10 ppm +
kintein 15 ppm juga menunjukkan daya berkecambah tertinggi (79%), setara
dengan perlakuan Hardening 24 jam (78%).
4. Perlakuan perendaman benih dalam air selama 48 jam, perendaman dalam
larutan PEG 6000 1,0 Mpa 24 jam, perendaman dalam larutan GA3 5 ppm 24
jam, dan perendaman dalam larutan GA3 10 ppm 24 jam meningkatkan vigor
benih hibrida Hipa 5 dengan mutu awal sedang.
5. Semua perlakuan invigorasi yang diuji, kecuali perendaman dalam air selama
48 jam, meningkatkan panjang batang kecambah dan perendaman dalam
larutan GA3 10 ppm menunjukkan panjang batang tertinggi (16,8 cm).
6. Semua perlakuan invigorasi meningkatkan bobot kering batang dan tertinggi
ditunjukkan oleh perendaman dalam larutan GA3 10 ppm + kinetin 15 ppm
(526 mg/kecambah).
7. Perlakuan perendaman benih dalam larutan GA3 10 ppm atau larutan
campuran GA3 10 ppm + kinetin 15 ppm merupakan perlakuan invigorasi
yang efektif untuk meningkatkan vigor dan pertumbuhan bibit padi hibrida
Hipa 5, baik pada benih dengan mutu awal sedang maupun rendah.

46
DAFTAR PUSTAKA

A.A. Keswari Krismandika, E. W. (2017, mei). Pemanfaatan Bakteri


Pseudomonas Flourescens Rh4003 dan Asam Askorbat untuk
Mempertahankan Viabilitas Benih Padi Hibrida. Dipetik Oktober Kamis,
2017, dari Bul.Agrohorti:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/16800

Budi Raharjo, I. S. (2014, September). Kajian Penyimpanan Benih dengan Sistem


Hermetis di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Dipetik Oktober
Selasa, 2017, dari Http://pur-plso.unsri.ac.id/userfiles/47_budi-
raharjo_revisi1.pdf

DK, K. d. (2015, April). Pengaruh Lama Penyimpanan dan Invigorasi Terhadap


Viabilitas dan Vigor Benih Padi Lokal Bangka Aksesi Mayang. Dipetik
Oktober Selasa, 2017, dari Enviagro, Jurnal Pertanian:
http://jurnal.ubb.ac.id/index.php/enviagro/article/view/148

Eny Widajati, S. S. (2013). Perlakuan Coating dengan Menggunakan Isolat


Methylobacterium spp. dan Tepung Curcuma untuk Meningkatkan Daya
Simpan Benih Padi Hibrida . Dipetik Oktober Kamis, 2017, dari
Bul.Agrohorti:
http://agrohort.ipb.ac.id/journal/index.php/agh/article/view/120

Ikrarwati, S. I. (2014, Desember). Keefektifan Pelapisan Benih terhadap


Peningkatan Mutu Benih Padi Selama Penyimpanan. Dipetik Oktober
Selasa, 2017, dari
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jppt/article/view/2751.

Palupi Tantri, J. S. (2012). Pengaruh Formula "Coating Terhadap Viabilitas dan


Vigor Serta Daya Simpan Benih Padi (Oryza Sativa L)". Dipetik Oktober
Senin, 2017, dari http://media.neliti.com/media/publications/125484-ID-
Peningkatan-Daya-Berkecambah-dan-vigor-b.pdf

47
Siti Rahayu, Y. P. (2011, April). Penyimpanan Benih Padi Menggunakan
Berbagai Jenis Pengemasan. Dipetik Oktober Senin, 2017, dari Agrin:
http://www.jurnalagrin.net/index.php/agrin/article/viewFile/117/103

Wahyuni, S. (2011). Peningkatan Daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi


Hibrida Melalui Invigorasi. Dipetik Oktober Selasa, 2017, dari
http://mail.student.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/artikel/view/14255

48

Anda mungkin juga menyukai