Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENYIMPANAN DAN

PENGEMASAN BENIH
PENGGUNAAN DESIKAN (ABSORBEN) DALAM PENYIMPANAN
BENIH

Dosen Pengampu :
Ir. Muchamad Bintoro, MP
Leli Kurniasari, S.P., M.Si

Teknisi :
Herman Estu Eka Putra, S.ST.
Syaiful Mukhlis, SP

Oleh:
Golongan A
Fajar Soleh Hamid (A41200878)
Kamilatur Rohmah (A41201049)
Ahmad Farhan Athollah (A41200007)
Athilah Putra Pratama (A41200123)
Rani Farhaniyah (A41200301)
M. Ferdinar Iman A. (A41200104)

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kacang hijau adalah tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.
Tanaman ini termasuk dalam keluarga kacang-kacangan dan sudah lama
dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, tanaman kacang hijau termasuk tanaman
kacang-kacangan ketiga yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang
tanah (Purwono dan Hartono, 2012).
Menurut data (Badan Pusat Statistik,2016), produksi kacang hijau nasional
fluktuasi dari tahun 2011-2015 yaitu 341.342 ton, 284.257 ton, 204.670
ton,244.589 ton, dan 271.463 ton pada tahun 2015 sedangkan produksi kacang
hijau pada tahun 2019 diproyeksikan mencapai 309.400 ton. Untuk tetap dapat
mencapai produksi yang tinggi, maka perlu perbaikan teknik budidaya, salah
satunya adalah penggunaan benih yang berkualitas. Ketersediaan benih yang
berkualitas dapat diperoleh dari mulai penyimpanan benih. Untuk menjaga benih
selama dalam penyimpanan, diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai dengan
benih. Hal tersebut serupa dengan pernyataan (Agus,2005) bahwa penyimpanan
kacang hijau di gudang dapat menentukan kualitas produk yang disimpan
sehingga perlu mendapat perhatian serius.salah satu merosotnya kualitas benih
kcang hijau pada gudang penyimpanan adalah menurun nya viabilitas benih
dikarenakan pada wadah penyimpanan nya.
Benih adalah sarana produksi yang sangat penting, pada produksi
benih,kualitas benih akan menetukan produktivitas dan kualitas hasil tanaman
pada nantinya , sejalan dengan hal itu maka proses produksi dan penanganan
benih harus ditangani secara serius agar memperoleh benih yang dapat memenuhi
kriteriapada mutu berkualitas yang telah ditetapkan
Upaya memperoleh benih yang bermutu baik tidak terlepas dari rangkaian
kegiatan pada teknologi benih yaitu pada pemilihan bahan tanam, pengelolaan
benih , pengujian benih ,sertifikasi benih ,penyimpanan benih hingga benih di
tanam Kembali. Benih yang memiliki mutu unggul adalah salah satu sarana
produksi yang menentukan produktivitas benih. Industri benih memegang
peranan yang sangat penting dalam penyediaan benih kacang hijau yang bermutu,
namun pada kenyataanya produsen benih nasional maupun penangkar lokal
belum banyak berperan dalam hal ini. berbeda dengan komonditas padi dan
jagung , usaha perbenihan kacang hijau masih tertinggal karena petani lebih
banyak memakai benih dari hasil panen yang sebelumnya.

Selama periode penyimpanan, benih akan mengalami kemunduran


(deterioration) yang menyebabkan penurunan kualitas benih. pada proses
kemunduran benih tidak dapat dihentikan. cara yang dapat dilakukan adalah
menekan atau mengurangi laju kemunduran benih dengan mengendalikan faktor-
faktor yang mempengaruhi laju kemunduran. Laju kemunduran benih selama
masa penyimpanan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal) Benih kacang hijau seperti halnya benih-
benih lain dalam kelompok benih ortodoks tidak tahan disimpan lama dan
mudah rusak atau menurun mutunya. Apabila benih kacang hijau disimpan pada
kadar air tinggi atau disimpan pada ruang dengan kelembaban tinggi dan suhu
ruang simpan tinggi. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan penurunan mutu
baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang berupa susut berat karena rusak,
,cacat, atau penurunan daya berkecambah, dan lain-lain.
Menurut Kuswanto (2003) kadar air yang tinggi pada benih ortodoks seperti
kacang hijau dapat menyebabkan menurunnya viabilitas benih dan
memperpendek masa simpan benih, meningkatkan aktivitas pertumbuhan dan
perkembangan cendawan jika kelembaban lebih dari 70 % . Apabila kadar air
telalu rendah misalnya antara 3%- 5%, maka dapat pula menimbulkan beberapa
dampak yaitu menurunkan laju perkecambahan benih tidak dapat berimbibisi,
menyebabkankematian embrio .
Menurut (Robi’in,2007) bahwa penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat
melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembaban
dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang
simpan yang baik untuk benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Prinsip
dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor
benih. Karena itu, benih yang disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas
dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor pada benih dapat
dipertahankan. Pada pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari 2
faktor yaitu biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara
fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan.
bahan/wadah pengemasan juga dibuat agar mengurangi akibat dari pengaruh
lingkungan dan memperpanjang umur simpan , kemasan sendiri dapat secara
efektif meningkatkan umur simpan , seperti menjadi hambatan terhadap cahaya
dan oksigen. ( Brown andWilliams ,2003).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penelitian yang berjudul
pengaruh pemberian desikan dan bahan wadah simpan terhadap mutu benih
kacang hijau (vigna radiata) ini penting untuk dilakukan untuk menenmukan
solusi perlakuan penyimpanan yang tepat untuk benih kacang hijau.

1.2 Rumusan Masalah


Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh
masyarakat , menurut badan pusat statsitik produksi kacang hijau dari tahun
ketahun mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil, untuk tetap dapat
mencapai produksi yang stabil dan tinggi maka perlu perbaikan untuk Teknik
budidayanya, salah satunya yaitu penggunakan benih berkualitas, ketersediaan
benih yang berkualitas dapat diperoleh dari penyimpanan benih. Untuk menjaga
benih selama dalam penyimpanan dibutuhkan di butuhkan kondisi lingkungan
yang sesuai dengan benih. Untuk saat ini penggunaan wadah simpan pada
penyimpananbenih kacang hijau saat digudang banyak yang hanya menggunakan
karung atau plastic saja, tanpa perlakuan apapun. Oleh karena itu perlu dicari
bahan wadah simpan dan perlakuan lain yang tepat untuk menjaga kualitas benih
tersebut.pada penelitian ini plastic vacuum 80 mikron,plastic vacum embos 280
mikron, karung goni, aluminium foil dan glangsing akan digunakan untuk bahan
wadah penyimpanan serta perlakuan desikan yang mana dapat diketauhi bahwa
zat higroskopis pada desikan dapat digunakan untuk mempertahankan kondisi
sekitarnya agar tetap kering. untuk itu peneliti ingin mengetahui jenis bahan
wadah simpan mana yang terbaik untuk mempertahankan benih kacang hijau, serta
apakahdesikan berpengaruh dalam mempertahankan mutu benih kacang hijau.
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1) Untuk mengetahui interaksi pada pemberian desikan dan bahan
wadahsimpan terhadap mutu benih kacang hijau
2) Untuk mengetahui pengaruh pemberian desikan dalam
mempertahankanmutu benih kacang hijau terutama pada kadar airnya.
3) Untuk mengetahui bahan wadah simpan yang terbaik
4) Untuk mempertahankan mutu benih kacang hijau.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1) Mahasiswa mampu mengetahui interaksi pada pemberian desikan dan
bahan wadahsimpan terhadap mutu benih kacang hijau
2) Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh pemberian desikan dalam
mempertahankanmutu benih kacang hijau terutama pada kadar airnya.
3) Mahasiswa mampu mengetahui bahan wadah simpan yang terbaik.
4) Mahasiswa mampu mengetahui cara mempertahankan mutu benih
kacang hijau.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan morfologi tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata L.)
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang memiliki umur
pendek atau kurang lebih 60 hari. Tanaman ini disebut juga mungbean, green
gram atau golden gram. Tanaman kacang hijau adalah tanaman yang termasuk
kacang- kacangan yang diduga berasal dari india dan tumbuh menyebar di
seluruh tempat di Indonesia , baik di dataran rendah hingga daerah dengan
ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Panen kacang hijau dapat dilakukan
beberapa kali dan berakhir pada hari ke 80 setelah tanam.
Susunan tubuh tanaman kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga,
buah dan biji. Tanaman kacang hijau berakar tunggang, batangnya berbentuk
bulat dan berbuku-buku. buah kacang hijau berbentuk polong. Panjang polong
sekitar 5-16 cm, setiap polong berisi 10-15 biji. Polong berbentuk bulat silindris
atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau,
setelah tua berubah menjadi kecokelatan atau kehitaman. Bijinya berbentuk bulat
dengan bobot (berat) sebesar 0,5-0,8 mg, berwarna hijau sampai hijau mengkilap
(Purwono dan Hartono, 2012). Muafifah (2006) juga mengatakan bahwa polong
kacang hijau dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pendek berukuran 12,0-13,5,
sedang berukuran 15,2-16,8) dan Panjang berukuran (18,5-20,0).
Benih kacang hijau termasuk kedalam benih ortodoks , yaitu jenis benih
yang tahan terhadap pengeringan sampai kadar air 5% dan dapat disimpan pada
suhu rendah, daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menununkan kadar
air dan suhu. (Hasanah,2002) menjelaskan bahwa biji kacang hijau merupakan
biji dikotil yaitu biji berkeping dua dan memiliki tipe perkecambahan epigeal.
Benih kacang hijau merupakan biji tanaman kacang hijau yang akan tumbuh
menjadi tanaman muda. Selanjutnya tanaman muda tersebut menjadi dewasa
yang menghasilkan bunga dan berbuah. Untuk menghasilkan tanaman kacang
hijau dengan produksi maksimal, yaitu dibutuhkan benih bermutu tinggi. Benih
bermutu (berkualitas) merupakan syarat mutlak untuk menghasilkan tanaman
kacang hijau yang tumbuh subur dan menghasilkan buah maksimal (Purwono
dan Hartono, 2012).

2.2 Mutu Benih


Menurut Kartasapoetra (2003) benih bermutu ialah benih yang telah
dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul
dengan daya tumbuh lebih dari 80%. Hal dasar yang paling penting dalam
pertanian adalah mutu benih. Penggunaan benih bermutu memiliki fungsi
agronomis yang menentukan keberhasilan dalam pertanaman. Penggunaan benih
yang tidak bermutu dan tidak jelas asal-usulnya dapat menyebabkan kerugian
langsung untuk petani, baik dari segi biaya maupun waktu. Kesalahan dalam
penggunaan bahan tanam akan 9 menyebakan kerugian pada jangka panjang.
Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan
pertanaman yang mampu memberikan hasil yang memuaskan menurut
Situmorang (2010) dalam Samuel et al. (2012).
(Saenong et al,2016) menyatakan bahwa mutu benih mencangkup tiga
aspek, yaitu: (a) mutu genetis, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan
berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat
kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak
hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman; (b) mutu
fisiologis, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi
daya berkecambah atau daya tumbuh dan vigor benih; (c) mutu fisik, yaitu aspek
mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi
ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan
kadar air . Benih bermutu ditandai dengan karakteristik yaitu memiliki daya
tumbuh yang tinggi yakni lebih dari 80%, kecepatan tumbuh (vigor) benih baik
(kurang dari 4 hari), murni atau tidak tercampur dengan varietas lain, sehat atau
tidak mengandung bibit hama atau penyakit, tidak tercampur dengan biji gulma,
biji berwarna mengilat, tidak keriput,dan bebas dari luka bekas gigitan serangga.
Wirawan and Wahyuni (2012) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu benih antara lain: a. faktor genetik, merupakan faktor
bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetik benih. Setiap varietas memiliki
identitas genetika yang berbeda. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh perbedaan
gen yang ada dalam benih. b. Faktor lingkungan, merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan
selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. c. Faktor kondisi
fisik dan fisiologis benih, yaitu berkaitan dengan performa benih seperti tingkat
kerusakan mekani s, t i ngkat keusan gan, t ingkat kesehat an dan
berat j enis komposisi kimia, struktur benih, tingkat kadar air dan dormansi
benih.

2.3 Periode Simpan Benih Kacang Hijau


Dalam periode simpan benih dibagi menjadi dua yaitu benih yang kuat dan
lemah, karena periode simpan merupakan fungsi dari waktu jadi perbedaan benih
kuat dan lemah terletak pada kemampuanya untuk tidak dimakan oleh waktu
(Sadjad, 1976)
Berdasarkan umur yang dicapai oleh benih tanaman dalam kondisi optimal
dibagi menjadi tiga golongan , yaitu:
1) Mikrobiotik : untuk biji-bijian yang umurnya tidak melampui dari 3
Tahun
2) Mesobiotik : untuk biji-bijian yang umurnya dapat mencapai antara 3-15
tahun.
3) Makrobiotik : untuk biji-bijian yang umurnya dapat mencapai antara 15-
100 tahun.
Penggolongan pada benih ini sangat tergantung kepada kondisi
penyimpanan yang optimal bagi tiap jenis tanaman. Biasanya udara yang benar-
benar kering dan dingin dapat melindungi benih dengan baik. Biji-bijian dan
benih dari bahan pangan biasanya tidak tahan disimpan terlalu lama, seperti benih
kedelaidan kacang hijau.
Sadjad (1977) menyatakan bahwa membedakan anata kondisi lingkungan
yang memungkinkan penyimpanan jangka pendek, menengah dan Panjang
sebagaiberikut:
1) Penyimpanan jangka pendek (1-9 bulan)
Secara garis besar untuk penyimpanan jangka pendek adalah, apabila
temperature dan kelembaban nisbi lingkungan simpan 30oC – 50%, maka
kadar air maksimum untuk benih Cerealia 12% dan benih berminyak 8%.
Sedangkan pada kondisi tempat simpan 20o-60%, kadar air maksimum
untuk benih-benih tersebut masing-masing 13% dan9,5%.
2) Penyimpanan jangka menengah (18-24 bulan)
Penyimpanan jangka waktu sedang, kondisi lingkungan simpan benih
tanaman pangan harus memiliki temperature kelembaban nisbi yang
relative rendah. Dengan kondisi tempat penyimpanan 30o- 40%, kadar air
benih Cerealia maksimum 10% dan benih berminyak 7,5%. Pada kondisi
lingkungan simpan 20oC- 50% , kadar benih maksimum untuk masing-
masing jenis benih 12% dan 8%, sedangkan pada 10oC- 60 %, kadar air
benih maksimum untuk masing-masing jenih benih adalah 12% dan 9%.
3) Penyimpanan jangka Panjang (3-10 tahun)
Penyimpanan benih jangka Panjang memerlukan kondisi tempat
penyimpanan yang memiliki tempratur dan kelembaban yang relative
rendah, misalnya untuk penyimpanan dengan jangka waktu simpan 3,5
tahun, diperlukan tempratur dan kelembaban nisbi 10oC dan 45%,
sedangkan untuk jangka penyimpanan 5-15 tahun diperlukan temperature
dan kelembaban nisbi 0-5oC dan kelembaban nisbi 30-40%, kondisi ini
dapat dicapai apabila kondisi lingkungan penyimpanan tertutup.
Ketahanan benih untuk disimpan juga beraneka ragam tergantung dengan
jenis cara dan tempat penyimpanan. Tempat/wadah untuk menyimpan benih juga
bermacam-macan dan berfariasi tergantung dari macam benih dan lama
penyimpanannya. Tempat penyimpanan benih dapat dilakukan ditempat
terbukan dan tertutup seperti : botol, kaleng, kantong kertas, karung goni,
kantong kain, plastic, aluminium voil, polyethylene dan lain-lain.
2.1 Pengaruh Desikan Pada Penyimpanan Benih
Desikan termasukan zat higroskopis yang dapat digunakan untuk
mempertahankan kondisi sekitarnya agara tetap kering, desikan biasanya
dikemas menggunakan wadah obat atau kantong makanan untuk
mempertahankan kerenyahan nya, desikan yang telah dikemas biasnya berbentuk
padatan dan dapatmenyerap air.
Mulyanto (2010) mengatakan bahwa desikan merupakan senyawa kimia
yang mempunyai fungsi yaitu menyerap air dalam kemampuan yang tinggi, dan
dapat digunakan untuk pengeringan atau mempertahankan kelembaban rendah
jikadisimpan Bersama dengan benih.
Mesikpun beberapa desikan bersifat lengai (sangat kecil effectnya) secara
kimia namun desikan lainya sangat reaktif dan memerlukan Teknik penanganan
khusus. Desikan yang paling umum digunakan yaitu silica gel yang berbentuk
padatan putih dan tidak terlarut dalam air, puluhan ribu ton desikan di produksi
setiap tahunnya desikan yang paling umum lainya yaitu kalsium sulfat (CaSO4),
kalsium klorida (CaCl2) dan saringan molekuler (biasanya zeloid).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum desikan dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Februari 2023 pukul
11.00-13.00 WIB di Laboratorium Pengolahan Benih Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah timbangan, gunting, cutter, bak plastik, jarum,
oven, germinator, cawan petri, pinset, sprayer, thermometer, alat vacum plastik
dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau
varietas vima 4 (yang baru dipanen),plastic vakum ukuran 80 mikron dan 280
mikron , karung goni, glangsing, kemasan aluminium foil, silica gel, kalsium
sulfat, kalsium klorida ,arang aktif, aquades, plastik, kertas dan label.

3.3 Prosedur Pelaksanaan


1) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2) Menimbang abu gosok, kapur tohor, dan silica gel sebanyak 5 gram untuk
setiap ulangan
3) Menimbang benih kacang hijau sebanyak 35 gram untuk setiap ulangan
4) Setelah ditimbang benih dimasukkan ke dalam wadah plastik, sebanyak 9
wadah (2 kapur tohor, 3 abu gosok dan 3 silica gel)
5) Kemudian masukkan kapur tohor, abu gosok dan silica gel yang telah
dibungkus kasa ke masing-masing toples
6) Tutup rapat toples yang telah berisi benih kacang hijau dan desikan
7) Lalukan penyimpanan selama satu bulan kemudian dilakukan pengamatn
terhadap daya berkecambah dan kadar air
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Daya Berkecambah Kacang Hijau
Perlakuan Daya Berkecambah (%)
Kontrol 96%
Kapur Tohor 96%
Abu Gosok 100%
Silica Gel 98%

b. Kadar Air Kacang Hijau


 Kapur Tohor
Kacang Hijau
Rerata U1 U2 Toleransi
Kontrol
11.98% 10,20 % 10,26 % 0,06

 Abu Gosok
Kacang Hijau
Rerata U1 U2 Toleransi
Kontrol
11.98% 9,72% 9,94% 0,22

 Silica Gel
Kacang Hijau
Rerata U1 U2 Toleransi
Kontrol
11.98% 9,97% 9,17% 0,2
4.2 Pembahasan
Desikan merupakan zat yang digunakan untuk mempertahankan kondisi
sekitar tetap kering. Desikan bersifat higroskopis artinya zat tersebut dapat
menyerap molekur air dari lingkungan sekitarnya. Jenis desikan yang digunakan
untuk praktikum ini adalah kapur tohor, abu gosok dan silica gel. Penggunaan
desikan dalam penyimpanan benih adalah untuk mengendalikan kelembaban (RH)
di sekitar benih dengan sifat desikan yang dapat menyerap molekul air diharapkan
kadar air benih dapat dipertahankan sehingga penyimpanan benih menjadi lebih
lama. Teknik penggunaan desikan pada praktikum ini yaitu dengan cara
dibungkus kain kasa kemudian diletakkan kedalam kemasan bersamaan dengan
benih.

100
99
Kontrol
98
97 kapur tohor
96 abu gosok
95
silica gel
94
Kontrol kapur abu silica gel
tohor gosok

4.2 Grafik Daya Berkecambah Kacang Hijau


Hasil dari uji daya kecambah kacang hijau deengan berbagai macam desikan
yaitu kapur tohor, abu gosok dan silica gel menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan kontrol. Daya berkecambah atau viabilitas awal benih
kacang hijau adalah sebesar 96%, kapur tohor 96%, abu gosok 100% dan silica
gel 98%. Perlakuan terbaik didapatkan dengan penggunaan desikan abu gosok
dengan daya berkecambah 100%. Hal ini dikarenakan desikan mampu menjaga
kondisi area sekitar benih tetap kering sehingga kelembaban dan kadar air dapat
dikontrol dan viabilitas benih terjaga. Perlakuan dengan hasil terbaik adalah
dengan penggunaan abu gosok yaitu didapatkan DB sebesar 100%. Abu gosok
mengandung Ca (kalsium) yang dapat mengikat uap air disekitar benih. Semua
perlakuan desikan menggunakan kapur tohor, abu gosok dan silica gel dapat
meningkatkan daya berkecambah dari kacang hijau setelah penyimpanan.
Benih kacang hijau termasuk kedalam jenis benih otodoks yakni kelompok
benih yang tidak dapat disimpan lama dan mudah mengalami deterioasi selama
penyimpanan apabila kadar airnya tinggi. Kadar air optimum pada benih kacang
hijau selama penyimpanan adalah sekitar 6-11%. Kadar air benih sangat
bergantung pada kelembababan relatif udara disekitarnya. Sehingga untuk
melindungi kacang hijau dari penurunan mutu dapat dilakukan dengan mengontrol
kelembaban pada penyimpanan. Apabila kelembaban meningkat maka kadar air
pada benih juga akan meningkat karena benih bersifat higroskopis.

12,00%

10,00%

8,00%
U1
6,00% U2
Kontrol
4,00%

2,00%

0,00%
Kontrol Kapur Tohor Abu Gosok Silica Gel

Tabel. 4.2 Grafik Kadar Air Kacang Hijau


Penggunaan desikan berfungsi untuk mencapai kadar air optimal setelah
benih dikeringkan untuk kemudian disimpan. Hasil pengujian kadar air dengan
beberapa jenis desikan menunjukkan bahwa desikan dapat menurunkan kadar air
benih selama penyimpanan. Kadar air awal benih sebelum diberi perlakuan
sebesar 11,98% dan setelah diberi perlakuan desikan turun hingga sekitar 1
sampai 2%. Benih yang diberi perlakuan desikan ini disimpan sekitar 1 bulan.
Perlakuan desikan dengan kadar air paling rendah didapatkan pada silica gel yaitu
sebesar 9,97% dan 9,17% kemudian diikuti dengan abu gosok dan kapur tohor.
Menurut Deptan (2009) dalam jurnal Zulfikar menyatakan bahwa desikan jenis
silica gel memberikan efek terbaik dari beberapa perlakuan lainnya dalam
menyerap kadar air benih. Menurut Zhanyong et al., (2002) silica gel efisien
dalam proses pengeringan benih karena dapat di regenerasi dengan metode oven
dengan suhu 130o-150o dalam waktu 8 jam sehingga dapat mengurangi biaya dan
waktu pengeringan. Desikan kapur tohor dapat menyerap CO2 sehingga
menghambat terjadinya respirasi selama penyimpanan sehingga tidak ada uap air
yang dihasilkan pada kemasan yang menyebabkan kelembaban meningkat.
Menurut Yunitasari dan Ilyas (1994), abu gosok memiliki kapasitas daya pegang
air yang tinggi.
Dari ketiga jenis desikan yang digunakan dalam penyimpanan benih mampu
menekan laju deteriorasi atau kerusakan benih. Penggunaan abu gosok, kapur
tohor, dan silica gel mampu meningkatkan viabilitas benih kacang hijau yang
disimpan selama satu bulan. Ketiga jenis desikan ini juga mampu menurunkan
kadar air benih kacang hijau menjadi kadar air optimum selama masa
penyimpanan. Hal tersebut dikarenakan desikan bersifat higroskopis terhadap
lingkungan sekitar benih sehingga kelembaban tetap terjaga. Oleh karena itu,
penggunaan tiga jenis ini dapat dipertimbangkan untuk penyimpanan benih karena
mampu menjaga mutu benih selama penyimapanan.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Desikan berfungsi untuk menjaga kestabilan kelembaban disekitar benih.
Desikan bersifat higroskopis yaitu dapat menyerap molekul air disekitarnya.. Dari
hasil uji desikan kacang hijau dengan 3 jenis desikan yaitu kapur tohor, abu
gosok, dan silica gel selama satu bulan menunjukkan peningkatan viabilitas dan
penurunan kadar air. Perlakuan terbaik pada uji viabilitas diperoleh dari perlakuan
abu gosok dengan hasil DB 100%. Pada uji kadar air, penurunan kadar air paling
rendah didapatkan dari perlakuan silica gel dengan kadar 9,97% dan 9,17%.
Desikan mampu mengontrol kelembaban dan menyerap air disekiat benih pada
saat penyimpanan sehingga kadar air menurun pada kondisi optimum untuk benih
kacang hijau. Seiring dengan penurunan kadar air, maka viabilitas akan tetap
terjaga serta umur penyimpanan akan semakin lama.

5.2 Saran
Desikan mampu mempertahankan viabilitas dan menurunkan kadar air pada
kondisi optimum pada saat penyimpanan benih kacang hijau. Oleh karena itu
penggunaan desikan disarankan untuk digunakan karena jenis desikan yaitu abu
gosok, kapur tohor dan silica gel juga mudah untuk ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA

Dinarto, W. (2010). Pengaruh Kadar Air dan Wadah Simpan terhadap Viabilitas
Benih Kacang Hijau dan Populasi Hama Kumbang Bubuk Kacang Hijau
Callosobruchus Chinensis L. Jurnal AgriSains, 1(1), 68–78.
Muhsin, M., & Widiarta, I. N. (2009). Patosistem, Strategi, dan Komponen
Teknologi Pengendalian Tungro pada Tanaman Padi. Iptek Tanaman
Pangan, 4(2), 202–221.
Yunitasari M & Ilyas S. 1994. Kemungkinan Beberapa Media Padatan
sebagai Media Matriconditioning Benih Cabe(Capsicum annum
L.).Keluarga BenihVol. V. No.2, Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Benih, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Zulfikar, P. T., Muharam, Sugiono, D., & Hidayatun, N. (2021). Pengaruh silica
gel dan waktu pengeringan terhadap Penurunan kadar air dan viabilitas benih
kedelai anjasmoro. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 7(1), 391–402.
https://doi.org/10.5281/zenodo.5504640
LAMPIRAN

(Gambar 3 jenis desikan (abu gosok, silica (Gambar proses penimbangan desikan)
gel dan kapur tohor))

(Gambar proses pembungkusan desikan (Gambar benih kacang hijau yang disimpan
dengan kain kasa) dengan desikan)

Anda mungkin juga menyukai