Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pentingnya perkecambahan dalam suatu kegiatan budidaya/usahatani tidak
dapat dielakkan dan dipungkiri, tanpa perkecambahan bagaimana mungkin tanaman
dapat tumbuh dan berkembang. Kemampuan benih untuk melakukan perkecambahan
juga sangat menentukan bagi pengukuran standar minimum sebagai dasar dari
kalsifikasi atau penuntun pengukuran untuk menentukan tinggi rendahnya mutu suatu
benih. Kepentingan dalam melakukan uji daya kecambah dan kekuatan tumbuh
kecambah ini pada akhirnya kan selalu bermuara untuk memenuhi perkemabangan
bidang teknologi benih yang berorientasi pada pencarian varietas unggul.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang
teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap
air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk
uap air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel
embrio membesar dan biji yang melunak (Latunra, dkk., 2009).
Benih mengandung tanaman mini yang dilengkapi struktur dan bagian-
bagianyang sesuai dengan peranannya sebagai unit penyebaran atau perbanyakan.
Pemahaman mengenai tipe perkecambhan benih sangatlah diperlukan karena hal
tersebut berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan benih menjadi individu
baru yang utuh dan bersifat autotrop. Melalui mengetahui hal tersebut benih sebagai
media perbanyakan generative diharapkan dapat terjaga kualitasnya dengan baik,
sehingga setiap struktur dan bagian-bagian di dalamnya tidak mengalami kerusakan
untuk menunjang terbentuknya suatu tanaman baru yang sehat. Oleh karena itu, maka
perlu dilakukannya praktikum untuk memahami lebih lanjut mengenai tipe
perkecambahan pada benih
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pada acara ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui struktur kecambah dan dapat membedakan tipe-tipe perkecambahan
beberapa jenis tanaman serta dapat mengamati perubahan dalam fase-fase
perkembangan benih
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam istilah pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, benih dan bibit.
Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan
perkembangan yang terkekang. Biji tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa
campur tangan manusia misalnya terbawa perantaraan binatang. Benih ialah biji
tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usahatani, memiliki
fungsi agronomis. Benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami perlakukan
khusus sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Bibit yaitu
benih/biji yang telah disemai sebelumnya yang akan ditanam ke lahan/media tanam
dan memenuhi persyaratan dalam budidaya tanaman. Termasuk dalam kategori bibit
yaitu hasil cangkokan, sambungan, okulasi, kultur jaringan dan bibit hasil
perbanyakan vegetatif lainnya (Sutopo, 2010).
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses
perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus
kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini
terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh
memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah.
Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak (Indah dkk,
2012). Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk
memperkirakan kedalaman tanam (Morla dkk, 2011).
Faktor-faktor penghambat perkecambahan benih dapat dibedakan menjadi dua
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri dari tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansi benih, zat penghambat perkecambahan misalnya larutan
NaCl, herbisida dll. Faktor luar yang menghambat perkecambahan benih terdiri dari
air, temperatur, cahaya, nutrisi, oksigen, dan media tumbuh (Sutopo, 2002., dalam
Siregar AF, 2011)
Faktor lain yang cukup menentukan terhadap keberhasilan perkecambahan
adalah faktor kematangan biji (seed maturity). Adapun faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap proses perkecambahan yaitu air, udara, temperatur, cahaya, dan
zat kimia yang mendukung pada proses perkecambahan.Air adalah salah satu faktor
lingkungan yang sangat diperlukan dalam perkecambahan. Adanya air sangat penting
untuk aktivitas enzim dan penguraiannya, translokasi dan untuk keperluan fisiologis
lainnya (Mudiana, 2016).
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Adapun pelaksanaan praktikum Ilmu dan Teknologi Benih acara 7 yaitu
Struktur dan Tipe Kecambah dilaksanakan pada tanggal pada hari Senin, 21
November 2022 yang dimulai pukul 13.50-15.05 WITA. Praktikum ini dilaksanakan
di Laboratorium Pemulian Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, cetok, bak plastic, dan
ember dan sprayer. Sementara itu, adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu pasir, benih tanaman pangan (jagung dan kacang hijau), air dan kertas label.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum ini yaitu :

a. Bak pesemaian diisi pasir sampai ¾ tinggi bak, kemudian disiram air sampai
lembab (tidak tergenang)
b. Benih tanaman ditanam pada bak-bak yang sudah di sediakan.
c. Benih tanaman ditanam kemudian ditutup dengan pasir, kedalaman tanaman
jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal.
d. Dilaukan perawatan setiap hari.
e. Dilakukan pengamatan :
- Pengatan dilakukan setiap hari, selama sepuluh hari dimulai 1 hari (1x
24 jam) setelah penanaman
- Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mencabut benih yang sudah
berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai rusak.
- Parameter pengamatan pada tiap perkecambahan benih adalah (1)
panjang akar dan panjang tunas (b) jumlah benih berkecambah (c)
gambar fase-fase perkecambahan benih mulai saat tanam sampai hari ke
10 (sepuluh).
DAFTAR PUSTAKA

Indah Asmayannur., Chairul., dan Zuhri syam, 2012. Analisis Vegetasi Dasar di
Bawah Tegakan Jati Emas (Tectona grandis L.) dan Jati Putih (Gmelina
arborea Roxb.) di Kampus Universitas Andalas. Laboratorium Riset Ekologi
Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas, Kampus UNAND :
Limau Manis Padang, Sumatra Barat.
Morla,S.,C.S.V. Ramachandra Rao, R.Chakrap ani. 2011. Factors affecting seed
germination and seedling growth of tomato plants cultured in vitro
conditions. Journal of Chemical, Biological and Physical Sciences 1: 328-334.
Mudiana, Deden. 2006. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels. Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Pasuruan : Jawa Tengah, Indonesia.
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih Edisi Revisi. Cetakan 7. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sutopo., 2002 dalam AF Siregar, 2011. Botani Tanaman. Universitas Sumatera
Utara : Aceh, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai