Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBIAKAN TANAMAN





ACARA 1

PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERI NG)
DAN MENCANGKOK (AIR LAYERING)



ANDY PRASETYO
131510501245
GOLONGAN C / KELOMPOK 6






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Perbanyakan atau pembiakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan
yang diperlukan untuk menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan
penelitian maupun program penanaman secara luas. Perbanyakan tanaman bisa
dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan secara seksual
atau generatif adalah proses perbanyakan dengan menggunakan salah satu bagian
dari tanaman, yaitu biji. Biji adalah organ tanaman yang terbentuk setelah
terjadinya proses fertilisasi (menyatunya/ meleburnya gamet jantan dan gamet
betina). Biji dapat dianggap sebagai tanaman mini karena di dalamnya sudah
terdapat bagian-bagian tanaman yang tersusun dalam massa yang kompak.
Salah satu tujuan perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji adalah
untuk memperoleh sifat-sifat baik tanaman, seperti akar yang kuat, tahan
penyakit, dan sebagainya. Sedangkan Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif
adalah proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tertentu
dari tanaman seperti, daun, batang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk
menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Prinsip dari
perbanyakan vegetatif adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-
bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar,
batang, dan daun sekaligus.
Perkembangbiakan secara vegetatif alami merupakan cara
perkembangbiakan yang dilakukan tumbuhan tanpa melibatkan bantuan manusia.
Contoh perkembangbiakan secara vegetatif alami antara lain : Rhizoma, Stolon,
Umbi lapis, Tunas, Umbi batang, Spora. Sedangkan perkembangbiakan secara
vegetatif buatan merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja
dilakukan oleh manusia. Manusia sengaja memanfaatkan kemampuan
maristematis tumbuhan untuk menghasilkan lebih banyak keturunan. Cara
perkembangbiakan ini tergolong cara yang sangat efektif karena dilakukan dalam
waktu yang relative lebih singkat dibandingkan dengan perkembang biakan secara
vegetatif alami. Contoh perkembangbiakan secara vegetatif buatan seperti Setek,
Cangkok, Sambung (enten), Tempel (okulasi), Runduk, Kultur Jaringan.


1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan merunduk, serta
untuk mengetahui pertumbuhan akar cangkokan dan rundukan.
2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan dan rundukan terhadap
pembentukan sistem perakaran pada batang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cangkok
Menurut Adinugraha dkk (2012), Penerapan teknik pembiakan vegetatif
diperlukan dalam pengembangan tanaman, karena dapat dilakukan secara
kontinyu, tidak tergantung pada musim buah, caranya cukup mudah dan biayanya
relatif murah (low cost technology) serta tanaman dapat lebih cepat berbuah.
Teknik mencangkok dan sambungan diterapkan untuk memperbanyak pohon
induk nyamplung yang telah diseleksi mengingat penggunaan teknik lainnya
seperti stek cabang dan stek pucuk sulit tumbuh/berakar apabila diambil dari
pohon dewasa.
Pembentukan akar sangat dipengaruhi oleh adanya zat pengatur tumbuh
(zpt) golongan auksin sedangkan pertumbuhan tunas baru sangat dipengaruhi oleh
zpt golongan sitokinin. Penambahan zat pengatur tumbuh sitokinin dan auksin
diduga lebih efektif merangsang pertumbuhan tunas dan pembentukan akar stek
dibandingkan dengan hanya menggunakan satu jenis zpt secara tunggal
(Wulandari, 2013).
Pencangkokan adalah teknik perbanyakan vegetatif yang ditandai dengan
inisiasi akar adventif pada salah satu bagian dari cabang pohon in situ. Setelah
inisiasi akar, bagian berakar (marcott) keluar dari pohon dan ditransplantasi di
dalam substrat di mana ia tumbuh secara mandiri dari pohon induknya. Seperti
teknik perbanyakan vegetatif lainnya, keuntungan utama dari cangkok yaitu
mengkloning pohon yang dipilih dengan sifat yang diinginkan dan serta
memperpendek masa produksi buah (Tchoundjeu et. al, 2010).
Cangkok sayuran secara umum prakteknya salah satunya untuk
mengendalikan penyakit tular tanah dan nematoda, baik dilapangan dan rumah
kaca tempat pertumbuhan. Selain itu, Pencangkokan tanaman dapat menghasilkan
lebih banyak tanaman dan meningkatkan toleransi terhadap cekaman lingkungan,
salinitas tanah dan suhu rendah tanah( Rodriquez et. al, 2010).
Produksi Sayuran yang berasal dari pencangkok telah menjadi praktek
umum untuk mengendalikan penyakit menular patogen. Pencangkokan
merupakan teknik yang populer tetapi pencangkokan masih belum umum didalam
perlindingan tanaman (rk et. al, 2009).
Stek dan penyerbukan menjadi cara termuda untuk meningkatkan varietas
tanaman. Pembiakan tanaman dengan cara penyetekan merupakan salah satu cara
yang tertua praktek hortikultar dan salah satu yang telah dipadu dengan berkebun
dan non-berkebun (Balaj et. al, 2011).
Penggunaan stek dari batang, daun, akar atau tunas terminal dianggap
teknik yang paling sering diterapkan karena kepraktisan dan kesederhanaan
terutama di negara berkembang seperti Nigeria (Okunlola, 2013).

2.2 Perundukan
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
media tanam dan pemberian auksin. Untuk mendapatkan hasil perbanyakan bibit
yang baik selain perlu memperhatikan media tumbuh, diperlukan zat pengatur
tumbuh (zpt) untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Auksin
merupakan salah satu hormon yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan
akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel meristem, pembentukan bunga,
pembentukan buah dan terhadap gugurnya daun dan buah (Patma dkk., 2013).
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan sifat
dari tanaman. Untuk mendapatkan hasil yang baik perlu diperhatikan sifat dari
pohon induk, dan jika ingin mendapatkan sifat unggul seperti pohon induk dapat
diperoleh dengan cara perbanyakan atau pembiakan tanaman. Faktor tersebut
perlu diperhatikan apakah cocok/kontanibel digunakan (Hayati, 2012)
Teknik perbanyakan yang paling sesuai terutama untuk jenis-jenis yang
terancam punah dapat menjadi salah satu kontribusi yang sangat penting dalam
upaya pelestarian jenis tersebut. Berbagai teknik perbanyakan yang ada,
penyetekan merupakan teknik yang paling populer dalam memperbanyak tanaman
secara vegetatif, namun juga terdapat teknik perundukan dalam memperbanyak
tanaman (Hendalastuti, 2010).
Menurut Pitojo (2008), Perundukan merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan melengkungkan cabang atau ranting
tanaman yang berada bagian bawaha, dan kemudian menimbunnya dengan tanah.
Perbanyakan dengan cara merunduk adalah merangsang terbentuknya akar atau
tunas adventif sebelum dipisahkan dari pohon induk. Perbanyakan dengan cara
merunduk dapat dilakukan pada jenis tanaman hias yang memiliki percabangan
panjang dan lentur (Rukmana, 2010).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pembiakan tanaman ini dilaksanakan pada tanggal 24
September 2014 pada hari rabu siang pukul 12.00 hingga selesai, bertempat di
Laboratorium Pembiakan Tanaman di Gedung Agonomi Fakultas Pertanian,
Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Tali rafia
2. Plastik Gelap
3. Pisau tajam (cutter) baru
4. Timba/Sprayer
5. Pengait
3.2.2 Bahan
1. Tanaman yang akan di cangkok dan dirundukkan
2. Serabut Kelapa
3. Pupuk kompos
4. Tanah

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Mencangkok (Air Layerage)
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan
2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
3. Menyayat/menghilangkan kambium kulit dan kambium pada batang atau
cabang tersebut sepanjang 10 cm
4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kompos dan
tanah.
5. Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan penyiraman air

3.3.2 Merunduk (Layerage)
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan
2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda Pilih
batang tanaman uang dapat dirundukkan kedalam tanah dan tidak patah.
3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang pada
bagian ujung tanaman tersebut sepanjang 10 cm
4.
Memberikan media tanam yang dapat dibenamkan kedalam tanah dan kompos
sedalam 3-5 cm.

5. Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan menyiram air.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan air layerage
Media
Tanam
Perlakuan
Pembungkus
Ulangan /
Kelompok
Parameter Pengamatan
Jumlah akar
Panjang akar
(cm)
Kompos
+ Tanah



Serabut
Kelapa
1 3 0,1
2 0 0
3 8 0,1
4 0 0
5 0 0
6 0 0
Rerata 1,8 0,03
Kompos
+ Tanah
Plastik
Gelap
1 7 0,01
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 24 0,2
6 1 0,1
Rerata 5,3 0,05









Tabel 2. Tabel Pengamatan Layerage
Media
Tanam
Ulangan /
Kelompok
Parameter Pengamatan
Jumlah akar Panjang akar (cm)
Tanah
1 4 1,15
3 1 0,1
5 11 0
Rerata 5,3 0,42
2 3 6,5
4 0 0
6 0 0
Rerata 1 2,17
Kompos
+ Tanah
1 4 1,15
3 1 0,1
5 11 0
Rerata 5,3 0,42
2 3 6,5
4 0 0
6 0 0
Rerata 1 2,17

4.2 Pembahasan
Pembiakaan vegetatif tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat
oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi melalui pembelahan sel,
spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif buatan dimanfaatkan
melalui cara stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para petani memanfaatkan
pembiakan vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat
berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan induknya. Namun
perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya mampu
menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan pembiakan
vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa
pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara
generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan
beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat. Tanaman yang
dikembangkan secara vegetatif bersifat melestarikan sifat hasil tanaman induk.
Kekurangan dari pembiakan vegetatif adalah merusak tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman induk, jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman
hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek.
Menurut Rukmana (2010), Teknik mencangkok banyak dilakukan untuk
memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan
cara lain seperti melalui biji, stek, atau sambung. Mencangkok adalah membuat
cabang batang tanaman menjadi berakar. Mencangkok dilakukan pada cabang
dekat dengan batang. Caranya, sebagian kulit cabang dibuang. Cabang itu
kemudian dibalut dengan tanah. Pada cabang yang mencangkok akan tumbuh
akar. Cabang ini siap menjadi tanaman baru. Mencangkok biasanya dilakukan
pada tanaman yang berkambium. Tanaman yang biasanya dicangkok umumnya
memiliki kambium atau zat hijau daun. Perbanyakan tanaman dengan cara
mencangkok memiliki kelebihan diantaranya tanaman memiliki sifat unggul
seperti tanaman induknya dan tanaman lebih cepat berproduksi. Syarat tumbuhan
yang dapat dicangkok adalah batang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda,
ukuran tidak besar, tegap, mulus, berwarna coklat muda.
Perbanyakan dengan cara mencangkok akan menumbuhkan akar dari
batang dari batang yang telah dilukai dan ditutup media. Pemotongan jaringan
pengangkut melalui penyayatan kulit cabang berarti pembuangan lapisan
kambium ataupun pembelahan batang yang berarti pemutusan hubungan jaringan
vascular akan menciptakan suatu fenomena bahwa zat-zat makanan (fotosintat)
berasal dari bagian atas cabang yang disayat. Dibelah tersebut akan menunmpuk
pada tepi sayatan bagian atas. Artinya, fotosintat tidak dapat ditersukan ke bagian
bawah daripada sayatan tersebut. Akibat dari penumpukan tersebut, maka kulit
kayu cabang di bagian atas sayatan akan membengkak karena terjadinya
pembelahan sel yang cepat. Pembelahan sel ini dipacu dengan adanya auksin dan
karbonhidrat yang tertumpuk. Fotosintat yang sebagian besar berupa karbonhidrat
akan tertumpuk pada bagian yang disayat atau luka. Pada bagian tersebut
kemudian akan terjadi differensiasi sel-sel yang merupakan tempat inisiasi akar.
Sel-sel terus mengalami pembelahan dan berdifferensiasi membentuk jaringan
primordia akar. Pembentukan primordia akar yang kemudian terus berkembang
membentuk akar biasanya terjadi pada jaringan dekat dengan jaringa pembuluh
pengangkutan. Tanaman berkayu yang telah memiliki dua lapisan atau lebih
pembuluh floem dan xylem, akar-akar akan tumbuh dari jaringan floem sekunder
atau pada pembuluh vaskuler, atau pada kambium. Perakaran pencangkokan
umumnya akan tumbuh setelah 1-3 bulan. Cepat lambatnya pertumbuhan
dipengaruhi oleh keadaan fisiologis bahan tanaman dan faktor luar.
Berdasarkan hasil praktikum mencangkok yang dilakukan, kebanyakan
tanaman yang dicangkok mengalami kegagalan atau mati. Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi seperti batangnya terlalu tua, kurangnya
air maupun kelebihan air yang menyebabkan tumbuhnya jamur. Hal lain yang
menyebabkan kegagalan adalah teknik pencangkokan misal pada penyayatan
terjadi luka pada batang yang akan dicangkok, selain itu faktor suhu dan factor
lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan akar, dapat menjadi kendala
utama dalam pencangkokan. Selain itu juga diperoleh data jika nilai rerata
pertumbuhan akar yang dihasilkan dengan menggunakan perlakuan media tanam
kompos yang ditambahkan tanah serta menggunakan pembungkus plastik gelap
lebih tinggi yaitu rerata sebesar 5,3 dari pada menggunakan pembungkus serabut
kelapa yang memiliki nilai rerata 1,8. Sedangkan untuk panjang akar yang
menggunakan pembungkus serabut kelapa lebih pendek ketimbang menggunakan
pembungkus plastik gelap yaitu berbanding 0,03 : 0,05. Hal ini disebabkan sifat
dari plastik hitam yang dapat mengefektifkan cahaya matahari yang datang.
Sehingga berpengaruh terhadap bagian internal dan eksternal organ yang di
cangkok. Bagian internal yang terpengaruhi ialah proses mempercepat proses
pertumbuhan akar melalui proses respirasi. Sedangkan bagian luar berpengaruh
terhadap suhu, kelembaban dan lain-lain. Sehingga dari segi kontaminasi oleh
bakteri peluangnya sedikit.
Menurut Rukmana (2010), perbanyakan dengan cara merunduk adalah
merangsang (menstimulir) terbentuknya akar atau tunas adventif sebelum
dipisahkan dari pohon induk. Tata cara merunduk adalah dengan melakukan
pembengkokan atau pelengkungan cabang, kemudian sebagian cabang tersebut
ditimbun atau dibenamkan ke dalam tanah. Hal yang harus diperhatikan dalam
merunduk adalah bagian tanaman (cabang) yang dibenamkan harus mengandung
mata. Setelah bagian tanaman yang ditimbun tanah tampak bertunas dan berakarm
barulah dipisahkan dari pohon induknya untuk dijadikan bibit.
Perbanyakan vegetatif secara merunduk dan mencangkok sangatlah
berbeda. Jika cangkok caranya sebagian kulit cabang dibuang dan kemudian
dibalut dengan tanah serta tujuan mencangkok adalah agar diperoleh tumbuhan
baru yang cepat berbuah dan sifatnya sama dengan induknya, maka perbanyakan
dengan cara merunduk yaitu caranya dilakukan dengan merundukkan dan
kemudian membelokkan ke bawah batang atau cabang tanaman. Pada bagian
cabang yang tertimbun tanah kemudian akan tumbuh akar-akar. Setelah akar-
akarnya kuat cabang yang berhubungan dengan batang induk dipotong. Pada
perbanyakan melalui merunduk terdapat 5 teknik antar lain;
1. Tip Layerage, teknik penimbunan ini dilakukan dengan cara merunduk cabang
tanaman kearah permukaan tanah sehingga bagian ujung cabang tersebut dapat
dibenamkan (3-5) cm.
2. Simple Layerage, perbanyakan tanaman dengann menggunakan teknik ini
hampir mirip dengan Tip Layerage. Namun penimbunan bagian cabang yang
cukup panjang dilakukan dengan kedalaman 10-25 cm dengan membiarkan
ujung cabang muncul dipermukaan tanah hingga 10-25 cm.
3. Trench Layerage, pada teknik ini cabang tanamn yang timbun lebih panjang
dari pada kedua teknik diatas. Penanaman cabang berkisar 10-15 cm bahkan
pada beberapa tanaman dapat 25-50 cm dengan kedalaman tanam 10 cm
dibawah permukaan tanah.
4. Serpentive Layerage, sering disebut sebagai compound layarage yaitu cabang
tanaman yang dilengkungkan secara memanjang denagan kemudian
dibenamkan tanah secara berselang seling ditibun dan muncul, kemudian
ditimbun lagi.
5. Mound Layarage, perbanyakan tanaman yang hampir sama dengan teknik
ratoon pada padi. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara batang utama pohon
induk dipotong, kemudian di sekitar batang tersebut ditimbun tanah.
Berdasarkan hasil praktikum merunduk yang dilakukan oleh golongan,
terlihat jika sebagian besar tanaman yang dilakukan merunduk berhasil dan
tumbuh akar pada batang tanaman yang telah dilukai dan dirundukkan ke tanah
namun ada juga tanaman yang mati. Keberhasilan dari teknik perundukan ini bisa
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya cara/teknik perundukan sudah benar, bisa
juga dari faktor lingkungan serta pemeliharaan tanaman. Terlihat jika
kemungkinan besar data yang diambil pada saat pengamatan telah terjadi
kesalahan, karena ada kesamaan antara hasil pada media tanah dan pada media
tanah yang diberi kompos.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Mencangkok adalah membuat cabang batang tanaman menjadi berakar.
2. Perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok memiliki kelebihan
diantaranya tanaman memiliki sifat unggul seperti tanaman induknya dan tanaman
lebih cepat berproduksi.
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan mencangkok seperti batangnya
terlalu tua, kurangnya air maupun kelebihan air yang menyebabkan tumbuhnya
jamur.
4. Merunduk yaitu caranya dilakukan dengan merundukkan dan kemudian
membelokkan ke bawah batang atau cabang tanaman.
5. Merunduk terdapat 5 teknik antar lain Tip Layerage, Simple Layerage, Trench
Layerage, Serpentive Layerage, dan Mound Layarage.
6. Keberhasilan dari teknik perundukan ini bisa dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya cara/teknik perundukan sudah benar, bisa juga dari faktor lingkungan
serta pemeliharaan tanaman.

5.2 Saran
Sebaiknya saat dilakukan pencangkokan diharapkan bisa dilakukan di
areal kampus/fakultas saja agar memudahkan bagi praktikan dan tim asisten juga
bisa ikut mengamati.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan A., Mahfudz, E. W. Muchtiari dan S. Huda. 2012.
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tunas Pada Bibit Nyamplung Hasil
Pembiakan Dengan Teknik Sambungan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan,
6 (2) : 91-102

Balaj, Nexhat dan Zogaj, Refki. 2011. Production Seedlings Of Roses By Grafting
With Bud For Hybrid Teas And Climbing Roses Cultivars. Research
Journal of Agricultural Science, 43 (2) : 155 161

rkm, Sebahattin. H. Y. Dasgan, S. Mansuroglu, S. Kurt. 2009. Grafted
eggplant yield, quality and growth in infested soil with Verticillium dahliae
and Meloidogyne incognita. Pesq. agropec. bras., 44, (12)

Hayati, Erita., Sabaruddim, dan Rahwati. 2012. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Dan
Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak
Pagar (Jatropha Curcas L.). Jurnal Agrista, 16 (3) : 129-135

Hendalastuti, Henti, A. Subiakto, I. Z. Siregar, Dan Supriyanto. 2010. Uji
Pertumbuhan Stek Cemara Sumatra Taxus Sumatrana (Miquel) De Laub.
Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 7 (3) : 289-298

Okunlola, A. I.. 2013. The Effects of Cutting Types and Length on Rooting of
Duranta Repens in the Nursery. Global Journal of HUMAN SOCIAL
SCIENCE Geography, Geo-Sciences, Environmental & Disaster
Management, 13 (3) : 1 - 5

Patma, U., L. A. P. Putri , L. A. M. Siregar. Respon Media Tanam Dan Pemberian
Auksin Asam Asetat Naftalen Pada Pembibitan Aren (Arenga Pinnata
Merr). Jurnal Online Agroekoteknologi, 1 (2) : 286-296

Pitojo, Setijo. 2008. Ceplukan Herba Berkasiat Obat. Yogyakarta : Kanisius.

Rodriquez, Maria Maribel dan Bosland, Paul W. 2010. Grafting Capsicum to
Tomato Rootstocks. The Journal of Young Investigator, 20 (2) : 1-6

Rukmana, Rahmat. 2010. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Yogyakarta :
Kanisius.

Tchoundjeu, Zac., A. C. Tsoberg, E. Asaah, dan P. Anegbeh. 2010.
Domestication of Irvingia gabonensis (Aubry Lecomte) by air layering.
Horticulture and Forestry, 2(7) : 171-179

Wulandari, Retno C., R. Linda, dan Mukarlina. 2013. Pertumbuhan Stek Melati
Putih (Jasminum sambac (L) W. Ait.) dengan Pemberian Air Kelapa dan
IBA (Indole Butyric Acid ). Protobiont, 2 (2) : 39 43

Anda mungkin juga menyukai