Anda di halaman 1dari 11

PEMAHAMAN AMBANG EKONOMI PADA

PENGENDALIAN HAMA

OLEH:
YOSAFAT SEPTIADI PANJAITAN
184110195

DOSEN PENGAMPU:
Ir. Sulhaswardi
MATA KULIAH:
Pengendalian Hama Penyakit Gulma

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Pemahaman Tentang
Ambang Ekonomi Pada Pengendalian Hama.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Hama ……...............................................................................................5
B. Pengendalian Hama ......................................................................................................... 5
C. Ambang Ekonomi..............................................................................................................7

BAB III PENUTUP............................................................................................................10


A. Kesimpulan......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan sumber daya
alam hayati itu baru sebagian yang sudah dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi
untuk bahan pangan, pakaian, perumahan, obat dan sebagainya. Selain jenis-jenis tumbuhan
tersebut ada sebagian kecil tumbuhan yang termasuk golongan tumbuhan mengandung zat
racun, walaupun tidak begitu membahayakan bagi kehidupan kita. Banyak tumbuhan liar
lainnya yang sampai saat ini merupakan sumber daya hayati tetapi belum diketahui manfaat
maupun kerugian yang mungkin ditimbulkanya.
Sejak mengenal bercocok tanam, masyarakat sering mengalami gangguan yang
bersifat menghambat, merusak, menghancurkan, atau menggagalkan panen. Di beberapa
lokasi, adanya gangguan hama menyebabkan masyarakat tidak dapat melakukan budidaya
tanama. Sebenarnya sejak benih disebarkan hingga tanaman dipanen selalu dihadapkan
kepada gangguan alami yang bersifat biotik maupun abiotik. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan hasil panen yang sesuai dengan kemampuan genetiknya seperti benih induk
semula maka masyarakat harus mampu mencegah atau mengatasi terjadinnya gangguan pada
tanaman tersebut. Dengan hal ini ambang ekonomi berperan dalam pengendalian hama. Oleh
karena itu, penulis akan menjelaskan dalam makalah tentang pemahaman ambang ekonomi
dalam pengendalian hama serta contoh penerapannya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian hama?
2. Apa pengertian pengendalian hama?
3. Apa pengertian ambang ekonomi dan bagaimana penerapannya ?

C. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian hama.
2. Mengetahui pengertian pengendalian hama.
3. Mengetahui pengertian dan penerapan dan ambang ekonomi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hama
Hama dan penyakit tanaman adalah semua jenis organisme pengganggu tanaman yang
dapat menimbulkan kerusakan fisik yang dianggap merugikan dan tidak diinginkan
kehadirannya dalam kegiatan bercocok tanam. dalam dunia pertanian istilah hama sering
dikonotasikan sebagai organisme pengganggu tanaman yang kasat mata, yaitu hewan.
misalnya adalah hama kutu, belalang, burung dan lain sebagainya. sementara penyakit sering
diartikan sebagai bentuk kerusakan fisik tanaman yang disebabkan oleh organisme tidak
kasat mata, yaitu bakteri dan jamur. untuk mencegah kerugian atau melindungi tanaman dari
kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit diperlukan tindakan pencegahan dan
pengendalian secara tepat dan benar. namun sayangnya, hingga saat ini banyak diantara kita
masih menganggap pestisida sintetis kimia adalah satu-satunya solusi untuk melindungi
tanaman dari kerusakan. padahal penggunaan pestisida kimia memiliki dampak yang buruk
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. pestisida kimia jika digunakan secara terus
menerus dan tidak terkendali dapat menyebabkan resistensi hama terhadap suatu bahan aktif
pestisida. lebih parahnya lagi, aplikasi pestisida kimia dapat menimbulkan resurjensi hama,
yaitu peledakan atau peningkatan populasi hama secara cepat. untuk menyelamatkan manusia
dan lingkungan dari efek negatif pestisida kimia maka diperlukan sebuah konsep
pengendalian hama yang sehat dan ramah lingkungan yang dikenal sebagai sistem
pengendalian hama terpadu (pht).

B. Pengendalian Hama
Pengertian pengendalian hama terpadu (pht) adalah suatu konsep atau cara berpikir
dalam upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan hama dengan menerapkan berbagai
teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan untuk mencegah kerusakan
tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomis serta mencegah kerusakan lingkungan dan
ekosistem. dengan kata lain, pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama dan
penyakit tanaman dengan pendekatan ekologi yang bersifat multi-disiplin untuk mengelola
populasi hama dan penyakit dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang
kompatibel.
Pengertian pengendalian hama terpadu (pht) adalah suatu konsep atau cara berpikir
dalam upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan hama dengan menerapkan berbagai
5
teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan untuk mencegah kerusakan
tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomis serta mencegah kerusakan lingkungan dan
ekosistem. dengan kata lain, pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama dan
penyakit tanaman dengan pendekatan ekologi yang bersifat multi-disiplin untuk mengelola
populasi hama dan penyakit dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang
kompatibel. Ada prinsip dasar sistem pengendalian hama terpadu, diantaranya :
1. Budaya tananman sehat
Tanaman yang sehat memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama dan
penyakit. tanaman sehat juga memiliki kemampuan lebih cepat dalam mengatasi dan
memulihkan dirinya sendiri dari kerusakan akibat serangan hama dan penyakit
tersebut. untuk memperoleh tanaman yang sehat perlu memperhatiakn varietas yang
akan dibudidayakan, penyemaian dengan cara yang benar, serta pemeliharaan
tanaman yang tepat.
2. Memanfaatkan musuh alami
Musuh alami atau agens hayati terbukti mampu menekan populasi hama dan
menurunkan resiko kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit.
pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial
merupakan tolok ukur dalam sistem pht. pemanfaatan musuh alami di dalam
agroekosistem diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara populasi hama dan
populasi musuh alaminya. dengan demikian tidak akan terjadi peledakan populasi
hama yang melampaui ambang toleransi tanaman.
3. Pengamatan dan pemantauan rutin
Dalam sistem pengendalian hama terpadu (pht), pengamatan dan pemantauan
perkembangan populasi hama merupakan bagian terpenting yang harus dilakukan
oleh setiap petani. pengamatan dan pemantauan harus dilakukan secara rutin dan
berkala, sehingga perkembangan populasi hama, kondisi tanaman serta perkembangan
populasi musuh alaminya dapat diketahui. hasil pemantauan dan pengamatan
digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.
4. Petani sebagau ahli pht
Sistem pengendalian hama terpadu (pht) sebaiknya dikembangkan oleh petani sendiri,
karena penerapan pht harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. setiap
wilayah atau daerah memiliki ekosistem yang berbeda-beda, sehingga suatu sistem
pht yang dikembangkan pada wilayah tertentu belum tentu cocok jika diterapkan pada
wilayah lainnya. agar setiap petani mampu menerapkan pht diwilayahnya masing-

6
masing, maka setiap petani harus proaktif untuk mempelajari konsep pht. dalam hal
ini peran aktif instansi terkait dalam memasyarakatkan pht sangat diperlukan.

C. Ambang Ekonomi
Ambang Ekonomi adalah kerapatan populasi hama atau persentase kerusakan akibat
hama yang membutuhkan tindakan pengendalian untuk mencegah meningkatnya populasi
hama yang dapat mencapai tingkat luka ekonomis.
Ambang Ekonomi merupakan istilah yang sudah dikenal dan digunakan untuk
pengambilan keputusan pengendalian hama sesuai dengan konsep Pengelolaan Hama
Terpadu (PHT). Menurut Stern dkk. (1959) AE merupakan kepadatan populasi hama yang
memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah terjadinya peningkatan populasi
berikutnya yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi (ALE). Konsep AE lebih menekankan
aspek pengambilan keputusan kapan dan di mana petani harus menggunakan pestisida agar
tindakan tersebut efektif menurunkan populasi hama dan mencegah kerugian lebih lanjut
serta meningkatkan keuntungan usaha tani. ALE lebih menekankan aspek perhitungan
ekonomi, biaya, manfaat, untung rugi dari tindakan pengendalian hama dengan menggunakan
pestisida. Jadi jelas bahwa AE merupakan Aras Keputusan Tindakan Pengendalian. Ambang
Ekonomi secara konsepsi letaknya harus di bawah garis ALE, hal ini karena apabila populasi
hama telah mencapai garis AE kemungkinan populasi akan meningkat terus sehingga dapat
melewati garis AE. Stern dkk. (1959) cit. Untung (2003: 72) menyatakan agar populasi hama
tidak mencapai ALE harus diadakan tindakan pengendalian pada aras populasi digaris AE.
Penentuan AE dan ALE adalah AE harus di bawah ALE, hal ini dimaksudkan agar petani
masih mempunyai waktu untuk menanggapi perubahan yang terjadi di lapangan. Misalnya
apabila dari perhitungan diketahui ALE dari larva penggerek batang padi adalah 5
larva/rumpun maka dapat kita tentukan nilai AE adalah 4 larva/rumpun tanaman.
Ambang Ekonomi sendiri merupakan salah satu unsur yang diterapkan dalam
Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Aplikasi Pestisida Kimia berdasarkan Ambang
Ekonomi. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di lahan,
karena di lahan terdapat ekosistem yang seimbang (ada hama dan ada musuh alami) namun
karena aplikasi pestisida yang kurang bijaksana, seiring waktu musuh alami akan berkurang .

7
a. Penghitungan Ambang Ekonomi :
Model kehilangan hasil untuk penghitungan ambang ekonomi yang digunakan yaitu
“log y = log a + b log x;”
keterangan :
y = % kehilangan hasil
x = kepadatan larva

Contoh : Penghitungan ambang ekonomi ulat grayak berdasarkan data:


1. model kehilangan hasil
2. potensi hasil varietas IR64 (5 ton/ha) (Puslitbbangtan, 1991)
3. harga gabah kering panen pada keadaan lapang Rp 1.400,-/kg;
4. biaya pengendalian per ha
5. persentase reduksi tanaman oleh serangan ulat grayak instar ke-3 (0.8).
Penghitungan ambang ekonomi mandapatkan hasil sebagai berikut:
1) Ambang pendapatan 141,07 kg/ha,
2) Persentase kehilangan hasil 2,82%,
3) Persamaan regresi antara % kehilangan hasil dan kepadatan larva yaitu
pada 30 hst,
log y = log 1,54 + 0,412 log x
pada 45 hst,

8
log y = log 1,22 + 0,230 log x,
4) Berdasarkan penghitungan di atas maka dapat ditentukan ambang ekonomi ulat
grayak untuk instar ke-3. Dari penghitungan yang dilakukan ternyata hanya diperoleh
nilai ambang ekonomi dari tanaman berumur 30 hst. Larva instar ke-3, yaitu 10,8
ekor/rumpun.

b. Ulat Grayak
1. Serangan ulat grayak akan menyebabkan kerusakan pada tanaman padi, semakin
besar kepadatan larva, maka kerusakan yang ditimbulkan semakin tinggi.
2. Seekor larva akan menyebabkan kerusakan pada tanaman padi umur 30 dan 45
hst sebesar 7,21–22,69% dan dapat menurunkan hasil panen antara 16,93–
36,73%.
3. Ambang kehilangan hasil pada tanaman berumur 45 hst sekitar 2 sampai 3 ekor
larva per rumpun, sedangkan pada tanaman umur 30 hst, 4 ekor per rumpun,
dapat menurunkan hasil panen sampai 69%.
4. Ambang ekonomi dengan perkiraan biaya pengendalian Rp 185.000,-/ha dan
harga gabah panen Rp 1.400,-/kg bagi larva instar ke-3 pada tanaman umur 30 hst
bernilai 10,83 ekor/rumpun.
Penggunaan Pestisida sintetis yang kurang bijaksana dalam pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT)mengakibatkan :
1. timbul resistensi OPT terhadap Pestisida sintetis,
2. residu pestisida
3. pencemaran lingkungan dan lain-lain.
Oleh karena itu sangatlah bijaksana apabila dalam pengendalian OPT dilakukan dengan
menggunakan Musuh alami / Agens hayati.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ambang ekonomi: suatu tingkatan populasi hama yang menghasilkan laju pertambahan
kerusakan yang sama dengan biaya untuk menghindari kerusakan tersebut. Jika serangan
hama tidak menyebabkan kerusakan yang melebihi ambang ekonomi maka tindakan
penanggulangan tidak perlu dilakukan dengan menggunakan pestisida kimiawi. Kegiatan
penanggulangan serangan hama dan penyakit tanaman harus sesuai dengan konsep
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Konsep PHT: suatu cara pendekatan atau cara berpikir
tentang pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang didasarkan pada dasar
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agro‐ ekosistem yang
berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Kumbang daun kacang pada kedelai: pada saat
defoliasi daun mencapai 30% (sebelum pembungaan) dan terdapat 5 atau lebih kumbang per
meter baris tanaman. Ulat tanah (Black Cutworms) yang menyerang jagung: aplikasi
insektisida paling tepat dilakukan ketika 3% atau lebih bibit telah terpotong oleh ulat dan
larva masih ditemukan. Pengorok daun (leaf miners) pada melon: 15 ‐ 20 larva/daun tidak
terparasit. Sehingga pada jumlah yang melebihi tersebut di atas, sudah selayaknya
direkomendasikan perlakuan pengendalian secara kimiawi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. Latief. 2005. Permasalahan dalam penerapan Sistem lenggndalian Hama Terpadu
untuk pengelolaan penyakit Tumbuhan di Indonesia. pidato pengularhanJabatan Guru
Besar dalam Ilmu Penyakit Tgmbuhanpada fal<ultas pertanian Universift s Brawijaya,
Malang.
Budiyasa, I Wayan. Analisis Ambang Ekonomi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu UntuK
Pertanian Berkelanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Marwoto. 2007. Dukungan Pengendalian Fhma Telpadu dalam program Bangkit Ke delaL
Iptck Tanaman pangan Vol. 2 N o. 1.
Moekasan, dkk. Penerapan Ambang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan pada
Budidaya Bawang Mera dalam Upaya Mengurangi Penggunaan Pestisida. Jurnal
J..Hort. Vol. 22 Nomor 1.
Supartha, I Wayan. 2018. Panduan Praktikum: Pengelolaan Hama Terpadu Analisis
Agroekosistem, Kehilangan Hasil dan Ambang Ekonomi. Denpasar: Universitas
Udayana.

11

Anda mungkin juga menyukai