Anda di halaman 1dari 19

TEKNIK PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI ( PENGENALAN

HERBISIDA)
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pengendalian Tanaman)

Oleh

Beta Sania
1854131008
Kelompok 11

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ISI

Tabel Data Hasil Pengamatan Herbisida


KAYABAS

Nama dan Kandungan bahan aktif : KAYABAS ; Astrazin 500 g/l, Mesotrion 55 g/l
Jenis formulasi : SC
Translokasi : Sistemik
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Saat tanaman jagung berumur 10-15 hari setelah tanam
Tanaman sasaran : Tanaman Jagung
Gulma sasaran dan dosisnya : Commelina benghalensis, Digitaria ciliaris, Richardia
brasiliensis dosisnya 1-1,5 l/ha
Volume semprot : 75 ml
Mekanisme kerja : Penyemprotan volume tinggi diantara larika tanaman jagung
SORALIS

Nama dan Kandungan bahan aktif : Soralis ; Mesotrion 50g/l, Astrazin 500 g/l
Jenis formulasi : SL
Translokasi : Sistemik
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Saat gulma sedang tumbuh aktif, dilakukan pada pagi hari dan
perkirakan hujan tidak akan turun 6 jam setelah penyemprotan
Tanaman sasaran : Tanaman Jagung
Gulma sasaran dan dosisnya : Ageratum conyzoides, Borveria alata,
Synedrellanoliflora, Eleusine indica; 2-3 l/ha
Volume semprot : 75 ml
Mekanisme kerja : Penyemprotan volume tinggi
ZERAM

Nama dan Kandungan bahan aktif : Zeram, Oksiflourien 250 g/l


Jenis formulasi : EC
Translokasi : Kontak
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : 3 hari sebelum tanam dan 3 hari setelah tanam
Tanaman sasaran : Bawang merah
Gulma sasaran dan dosisnya : Gulma daun lebar, Teki dan Gulma daun sempit di
tanaman bawang merah, 1-2 l/ha
Volume semprot : 2-4 m/l
Mekanisme kerja : Penyemprotan langsung ke gulma dan hindari mengenai tanaman
budidaya
TOPSTAR

Nama dan Kandungan bahan aktif : Topstar; Flurosipor 1-MHE, Isophonil


aminoglifosat
Jenis formulasi : EW
Translokasi : Sistemik
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Pada saat gulma aktif tumbuh dan sebelum gulma berbunga
Tanaman sasaran : Kelapa sawit dan Karet
Gulma sasaran dan dosisnya : Gulma daun lebar dan daun sempit, 1-2 l/ha
Volume semprot : 450- 500 l/ha
Mekanisme kerja : Disemprot pada pinggiran kelapa sawit dan pada lajur tanaman
karet
TUNTAS

Nama dan Kandungan bahan aktif : Tuntas, Isopronil amino glifosat 300g/l, 2-4,D
dimetil amina 100g/l
Jenis formulasi : SL
Translokasi : Sistemik
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Saat penutupan gulma 75%
Tanaman sasaran : Karet, Kelapa sawit, Padi sawah
Gulma sasaran dan dosisnya : Gulma daun lebar dan daun sempit 1,5-3 l/ha
Volume semprot : 400-600 l/ha
Mekanisme kerja : Setelah disemprot dalam waktu 6 jam dan jangan terkena hujan
KNOCKOUT

Nama dan Kandungan bahan aktif : Knockout, Soproplmna glifosat 120g/l


Jenis formulasi : AS
Translokasi : Sistemik
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Pada saat gulma tumbuh subur
Tanaman sasaran : Karet
Gulma sasaran dan dosisnya : Gulma daun lebar dan daun sempit 2,4-4 l/ha
Volume semprot : -
Mekanisme kerja : Penyemprotan volume tinggi secara sistemik purna tumbuh

RUDSTAR
Nama dan Kandungan bahan aktif : Rudstar, Oksadiazon 250g/l
Jenis formulasi : EC Pekatan
Translokasi : Kontak
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Dilakukan setelah tanam
Tanaman sasaran : Bawang merah
Gulma sasaran dan dosisnya : Alternanthera selilis, Ageratum conyzoides, 2-3 l/ha;
Echionocioa colonum, Fimbristylis litoralis & lyperus
sp., 1-2 l/ha
Volume semprot : 400-600 l/ha
Mekanisme kerja : Diaplikasikan setelah tanam
BASTA

Nama dan Kandungan bahan aktif : Basta, Amonium glufosinat 150g/l


Jenis formulasi : WSC Pekatan
Translokasi : Kontak dan Sistemik
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Saat gulma daun lebar dan daun sempit dalam pertumbuhan aktif
dan alang-alang pada fase sebelum berbunga
Tanaman sasaran : Kelapa sawit, Karet, Kopi, Kakao, Teh, Tebu, Cengkeh dan
Kedelai
Gulma sasaran dan dosisnya : Gulma daun sempit, 5-10 l/ha; gulma daun lebar, 5-10
l/ha; teki, 3 l/ha; alang-alang, 15-30 l/ha; tebu, 1-2 l/ha
dan kedelai, 1-1,5 l/ha
Volume semprot : 200-800 l/ha
Mekanisme kerja : Dapat diaplikasikan dengan berbagai alat semprot
REDZONE

Nama dan Kandungan bahan aktif : Redzone, Paraboat diklorida 276 g/l
Jenis formulasi : 2765 L
Translokasi : Kontak
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Pada saat gulma tumbuh aktif
Tanaman sasaran : Kelapa sawit dan Karet
Gulma sasaran dan dosisnya : Gulma daun lebar dan daun sempit
Volume semprot : 400-500 l/ha
Mekanisme kerja : Dilakukan dengan penyemprotan volume tinggi
STARQUAT

Nama dan Kandungan bahan aktif : Starquat 135 SI, Parakuat doklorida
Jenis formulasi : SL
Translokasi : Kontak
Selektivitas : Selektif
Waktu aplikasi : Pada saat gulma tumbuh aktif
Tanaman sasaran : Kakao
Gulma sasaran dan dosisnya : Gulma daun lebar dan daun sempit,, 3-4 l/ha
Volume semprot : 600 l/ha
Mekanisme kerja : -

Pembahasan

Pengertian Herbisida
Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan,
mematikan, atau menghambat pertumbuhan gulma tanpa mengganggu tanaman
pokok. Herbisida juga merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan.
Herbisida ini dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses
pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi,
metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan
tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Di samping itu herbisida
bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman.
Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian dari
jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan
dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya (Riadi, 2011).

Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi


tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa
frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan
formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga
menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dilapangan. Pestisida diproduksi
dengan berbagai macam bentuk formulasi, yang secara garis besar digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu formulasi padat dan formulasi cair. Berikut ini adalah beberapa
jenis formulasi pestisida yang banyak beredar dipasaran :
FORMULASI PADAT
1. WP (Wattable Powder) – merupakan formulasi pestisida yang berbentuk tepung
dengan ukuran partikel yang sangat kecil (ukuran partikel beberapa mikron).
Formulasi ini biasanya memiliki kadar bahan aktif yang relatif tinggi, antara 50 –
80%. Pestisida dengan formulasi WP jika dilarutkan dengan air akan membentuk
suspensi. Aplikasi pestisida WP lazimnya dilakukan dengan penyemprotan.
2. SP (Soluble Powder) – formulasi yang juga berbentuk tepung dan diaplikasikan
dengan penyemprotan. Formulasi SP jika dicampur dengan air akan membentuk
larutan homogen.
3. Butiran – formulasi pestisida dengan bentuk butiran seperti pasir. Formulasi ini
memiliki kadar bahan aktif yang relatif rendah, sekitar 2%. Pestisida dengan
formulasi ini diaplikasikan dengan cara ditaburkan.
4. WG atau WDG (Water Dispersible Granule) – merupakan formulasi pestisida
yang berbentuk butiran. Namun aplikasinya dilakukan dengan cara
penyemprotan. Formulasi WDG/WG harus diencerkan dengan air terlebih dahulu
sebelum digunakan.
5. SG (Soluble Granule) – hampir sama dengan formulasi WG/WDG yang
berbentuk butiran. Namun pestisida dengan formulasi SG akan membentuk
larutan sempurna jika dicampur dengan air. Aplikasi dengan penyemprotan,
dengan melarutkannya terlebih dahulu menggunakan air.
6. Tepung Hembus – merupakan formulasi pestisida yang siap pakai, tidak perlu
dicampur dengan air. Aplikasi dilakukan dengan cara dihembuskan (dusting).
Formulasi ini memiliki kadar bahan aktif rendah, yaitu 2% dengan ukuran
partikel sangat kecil (antara 10 – 30 mikron) (Utami, 2014).

FORMULASI CAIR
1. EC (Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate) – merupakan
formulasi pestisida yang berbentuk konsentrat atau pekatan cair dengan kadar
bahan aktif yang cukup tinggi. Pestisida dengan formulasi EC menggunakan
solvent berbasis minyak, sehingga jika dicampur dengan air akan membentuk
emulsi. Emulsi adalah suatau kondisi dimana butiran benda cair yang melayang
dalam media cair lainnya. Formulsai EC adalah formulasi yang paling banyak
digunakan hingga saat ini.
2. WCS (Water Soluble Concentrate) – Formulasi ini mirip dengan formulasi EC,
akan tetapi sistem solvent yang digunakan berbasis air bukan minyak. Oleh sebab
itu, formulasi WCS jika dicampur dengan air akan membentuk larutan homogen.
3. AS (Aquaeous Solution) – adalah formulasi pestisida yang sangat mudah
dilarutkan dengan air. Karena formulasi ini memiliki sifat kelarutan yang tinggi
dalam air.
4. SL (Soluble Liquid) – merupakan formulasi pestisida berbentuk cair yang mudah
larut dalam air.
5. ULV (Ultra Low Volume) – merupakan formulasi pestisida yang pada umumnya
berbasis minyak. Formulasi ini dibuat khusus untuk penyemprotan dengan
volume sangat rendah, antara 1 – 5 liter/hektar.
6. F / FW (Flowable / Flowable in Water) – merupakan formulasi pestisida
berbentuk cair yang sangat pekat. Formulasi ini akan membentuk emulsi jika
dilarutkan dengan air. Pada dasarnya formulasi F/FW adalah formulasi WP dalam
bentuk basah atau dibasahkan (Peer Group Ilmu Gulma, 2006).

Cara aplikasi herbisida ada 2 yaitu :


1. Bersifat kontak : berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan
yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma
setahun, karena bila terkena akan menyebabkan mati secara keseluruhan.
Contohnya : herbisida paraquat (Gromoxone) kerjanya menghambat proses
photosistem 1 pada fotosintesis. Herbisida kontak selektif : herbisida ini hanya
membunuh satu beberapa spesies gulma. Herbisida kontak non selektif :
herbisida ini dapat membunuh semua jenis tumbuhan yang terkena, terutama
bagian yang berwarna hijau.
2. Bersifat sistemik : berarti herbisida yang diberikan pada tumbuhan (gulma)
setelah diserap oleh jaringan daun kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian
tumbuhan tersebut misalnya : titk tumbuh, akar, rimpang, dan lain-lain, sehingga
tumbuhan/gulma tersebut akan mengalami kematian total. Contoh : Glyphosate
(Roundup) cara kerjanya menghambat sintesa protein dan metabolisme asam
amino (Riadi, 2011).

Prinsip penggunaan pestisida secara bijaksana adalah penggunaan Pestisida yang


memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu :
1. Tepat Sasaran
1) Golongan Hama. Untuk menentukan agar tepat sasaran sebelumnya perlu
dilakukan pengamatan terhadap gangguan pada tanaman misalnya tikus, kutu,
dan ulat, Semuanya tersebut adalah hama, namun tak semua pestisida tepat
untuk menaggulanginya, misalnya hama tikus tidak tepat jika digunakan pada
pestisida jenis akarisida
2) Golongan Gulma. Demikian pula pada gulma, herbisida memiliki daya yang
baik pada jenis gulma tertentu, sebagai contoh gulma berdaun lebar akan lebih
cocok bila diaplikasikan dengan herbisida sasaran berdaun lebar, demikian pula
pada gulma pakis
3) Golongan Penyakit. Contoh penyakit padi kerdil rumput & hampa yang
disebabkan oleh wereng hijau. Maka sasaran pengendalian adalah Wereng
Hijau pembawa virus tungo. Pengamatan dengan ketelitian sangat perlu
dilakukan untuk menentukan penyebabnya agar penggunaan pestisida dapat
tepat pada sasaranya (Sukmana, 2002).

2. Tepat Jenis
Jenis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan hama atau penyakit yang
akan dikendalikan, jenis-jenis pestisida
1) Insektisida untuk pengendalian serangga
2) Fungisida untuk pengendalian jamur atau cendawan
3) Rodentisida untuk pengendalian tikus
4) Herbisida untuk pengendalian gulma
5) Akarisida untuk pengendalian tungau
6) Bakterisida untuk pengendalian bakteri
7) Nematisida untuk pengendalian cacing atau nematode
8) Dan lain – lain (Sukmana, 2002).

3. Tepat Waktu
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi antara jam 06.00 - 10.00 WIB atau sore
hari antara jam 15.00-17.00 WIB. Waktu untuk penyemprotan pestisida ada
beberapa macam :
1) Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi Pestisida pada saat
hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik
2) Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi
Pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi
3) Preventif (pencegahan) Penyemprotan yang di- lakukan sebelum terjadi
serangan hama atau penyakit
4) Kuratif adalah penyemprotan yang dilakukan setelah ada serangan hama atau
penyakit.
5) Eradikatif adalah penyemprotan yang dilakukan untuk membersihkan apabila
ada ledakan hama atau penyakit
6) Sistem kalender adalah penyemprotan yang dilakukan secara berkala tanpa
memperhatikan adanya serangan hama atau penyakit (Sukmana, 2002).

4. Tepat Dosis/ Konsentrasi


Penggunaan dosis kurang dari anjuran akan menyebabkan hama/penyakit tidak
mati bahkan menjadikan hama kebal terhadap pestisida. Sedangkan dengan dosis
berlebihan akan mengakibatkan boros biaya. Dosis merupakan jumlah pestisida
yang dibutuhkan per satuan luas lahan (Kg/Ha, Liter/ Ha), sedangkan
Konsentrasi adalah jumlah yang harus dicampurkan dalam setiap liter air
(gram/liter, ml/ lt) (Sukmana, 2002).

5. Tepat Cara
1) Berdasarkan bentuk pestisida
EC (Emulsible Concentrate) Berbentuk cairan pekat, penggunaannya dengan
cara disemprotkan
WP (Wettable Powder) Berbentuk tepung, penggunaanya dilarutkan dengan
air terlebih dahulu sebelum disemprotkan
G (Granule) Berbentuk butiran. Penggunaanya dengan cara langsung
ditaburkan di lahan
D (Dust) Berbentuk tepung, penggunaanya dengan cara dihembuskan
2) Berdasarkan cara kerja
Yang umum ditemui dilapangan adalah penyemprotan dari atas, namun
beberapa jenis hama bersembunyi pada bawah daun (Sukmana, 2002).
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum “Teknik Pengendalian Gulma Secara Kimiawi


(Pengenalan Herbisida)” ini adalah sebagai berikut :
1. Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan,
mematikan, atau menghambat pertumbuhan gulma tanpa mengganggu tanaman
pokok. Herbisida juga merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan.

2. Formulasi herbisida terbagi menjadi formulasi padat dan formulasi cair.


Formulasi padat terdiri dari WP, SP, G, WG SG dan Tepung Hembus. Sedangkan
formulasi cair terdiri dari EC, WCS, AS, SL, ULV, F/FW.

3. Pengaplikasian herbisida dapat melalui kontak maupun sistemik. Kontak berarti


herbisida hanya mematikan bagian tumbuhan yang terkena semprotan.
Sedangkan sistemik berarti herbisida diberikan kepada tanaman yang kemudian
akan diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan.

4. Prinsip penggunaan pestisida dapat disebut juga dengan 5 tepat yaitu tepat
sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis/konsentrasi dan tepat cara.
DAFTAR PUSTAKA

Peer Group Ilmu Gulma, Jurusan Budidaya Pertanian. 2006. Panduan Praktikum
Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma. Universitas Lampung. Lampung

Riadi, Muhammad. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Jurusan Budidaya Pertanian


Universitas Hasanuddin. Makasar

Sukmana, Yernelis. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Pt Raja Grafindo


Persada. Jakarta

Utami, Yesi Lufi. 2014. Pengenalan dan Identifikasi Herbisida Pada Tanaman.
Universitas Lmapung. Lampung
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai