Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI GULMA

ABSORBSI HERBISIDA

Disusun oleh :

Indah Fitriana Dwijayanti (134170088)


Eka Marliana (134170090)
Novadhea Salsabilla Putri (134170103)
Daniel Stephen Mulumbot (134170104)
Herlina Hira Nurhasanah (134170114)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhna dan
perkembangan tanaman budidaya adalah keberadaan gulma. Gulma
merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki oleh
petani, karena akan merugikan petani baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam sistem pertanian, gulma tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan
banyak kerugian antara lain yaitu menurunkan hasil, menurunkan mutu,
sebagai tanaman inang hama dan penyakit, menimbulkan keracunan bagi
tanaman pokok seperti allelopati. Keberadaan gulma dengan jumlah populasi
cukup tinggi mengakibatkan kerugian besar bagi petani sehingga perlu
dikendalikan. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara preventif, manual,
kultur teknis, biologi, hayati, terpadu dan kimia dengan menggunakan
herbisida. Pengendalian gulma dengan cara menggunakan herbisida banyak
diminati terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Hal tersebut
dikarenakan herbisida lebih efektif membunuh dan mengendalikan gulma
tanaman tahunan dan semak belukar serta meningkatkan hasil panen pada
tanaman pokok dibandingkan dengan penyiangan biasa. Sehingga dalam
mengaplikasikan herbisida pada tanaman budidaya diperlukan pengetahuan
tentang klasifikasi herbisida, respon morpologi dan biokimia terhadap
herbisida.
Dewasa ini herbisida yang dipakai untuk mengendalikan gulma dalam
usaha pertanian telah dipakai petani secara meluas. Pemakaian herbisida lebih
efektif mengendalikan gulma, lebih efisien waktu, dan tenaga. Herbisida
adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk
menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil
panen yang disebabkan oleh gulma.
Adanya “obat” pengendali gulma(herbisida),baik yang berdaun lebar
ataupun berdaun sempit (rumput) memang sangat membantu dalam
peningkatan proses produksi pertanian, apalagi didaerah- daerah yang
lokasinya luas tetapi agak kurang tenaga kerja. Namun disisi
lain,penggunaanya harus dicermati secara seksama,sebab salah dalam aplikasi
bukan hanya gulma yang mati,tetapi tanaman yang sedang kita budidayakan
juga ikut mati.
Pada prinsipnya herbisida digunakan hanya untuk mengendalikan
gulma. Pada saat herbisida diaplikasikan akan mengalami berbagai proses
lanjutan seperti menguap, tercuci, diserap oleh tanaman, teradsorpsi oleh
koloid tanah, terdekomposisi baik oleh sinar matahari maupun oleh
mikroorganisme (Anderson, 1983; Ashton and Monaco, 1991; Zimdahl,
1993; ).
Dalam penggunaan herbisida perlu diketahui pula bagaimana
penyerapan herbisisda ini pada tanaman atau disebut juga absorbsi. Absorbsi
ini sangat penting diketahui guna para petani dapat lebih teliti dalam
penggunaan herbisida. Karena hal tersebut berkaitan dengan bahan aktif yang
masuk pada tumbuhan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang Dimaksud Penyerapan/Absorbsi Herbisida ?
b. Bagimana mekanisme penyerapan herbisida ?
c. Apa saja faktor yang memengaruhi absorbsi herbisida ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Absorbsi dan Macam – Macam Tempat Penyerapnnya.


Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan gulma. Herbisida
ini dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses
pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis,
respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat
diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan penganggu juga
terhadap tanaman yang dibudidayakan.
Berdasarkan Media Atau Jalur Aplikasinya herbisida berpengaruh
terhadap jalur penyerapannya juga yakni :
1. Foliar Applications
Herbisida yang diaplikasikan melalui daun atau tajuk gulma.
Herbisida yang termasuk dalam kelompok ini adalah herbisida pasca
tumbuh. Herbisida ini diaplikasikan pada saat gulma sudah tumbuh.
Contoh herbisida pasca tumbuh adalah glifosat, paraquat, glufusinat dan
propanil. Herbisida tertentu dapat diaplikasikan melalui daun. Herbisida
yang termasuk dalam kelompok ini adalah herbisida pasca tumbuh, yaitu
herbisida yang diaplikasikan pada saat gulma sudah tumbuh. Beberapa
contoh herbisida pasca tumbuh adalah glifosat, paraquat, glufosinat,
propanil, dan 2,4-D 8
2. Soil Application
Herbisida yang diaplikasikan melalui tanah, baik dilakukan dengan
cara penyemprotan pada permukaan tanah maupun dicampur dengan
tanah. Herbisida yang diaplikasikan melalui tanah diarahkan untuk
mengendalikan gulma sebelum gulma tersebut tumbuh. Contoh Herbisida
ini yaitu diuron, bromacil, oksadiazon, oksifluorfen, ametrin, butaklor
dan metil metsulfuron. Jalur aplikasi herbisida yang lain adalah melalui
tanah, baik dilakukan dengan cara penyemprotan pada permukaan tanah
maupun dicampur/diaduk dengan tanah. Herbisida yang diaplikasikan
melalui tanah diarahkan untuk mengendalikan gulma sebelum gulma
tersebut tumbuh (Sjahril dan Syam’un, 2011).
Jika herbisida menjadi efektif pada proses fisiologis dan biokimia
tanaman, maka harus diserap oleh tanaman dan ditranslokasikan (kecuali
herbisida kontak) dalam jumlah yang memadai ke tanaman. Penyerapan
diferensial dan translokasi, yang membentuk dasar untuk selektivitas
herbisida, menentukan toleransi dan kerentanan spesies tanaman untuk
herbisida tertentu.
Penyerapan Herbisida adalah herbisida gerakan dari permukaan ke
dalam tubuh tanaman. Atau dengan kata lain adalah proses penetrasi herbisida
ke dalam jaringan tanaman. Herbisida diterapkan baik ke tanah atau tanaman
dedaunan. Oleh karena itu, penyerapan herbisida tergantung pada metode
aplikasi dan bagian tanaman yang menyerap kimia terjadi kontak.
Herbisida yang diaplikasikan melalui daun (Semprot) Round-up
merupakan salah satu herbisida non selektif yang dipakai untuk menumbuh
rumput dan gulma yang tidak dikehedaki, tersedia dalam konsentrasi cair dan
kering yang berkekuatan profesional. Ketika round- up disemprotkan pada
daun tanaman ini di absorbs dan kemudian di translokasikan di sepanjang
bagian tanaman. Herbisida ini di aplikasikan melalui daun dan di encerkan
dengan pelarut terlebih dahulu (Djojosumarto, 2000).
Herbisida Yang Diaplikasikan Melalui Akar (Siram) Metasulfron-
methyl adalah senyawa residu yang dipakai sebagai pre selektif dan purna
tumbuh untuk gulma berdaun lebar dan gulma tahunan yang lain. Ada
semacam senyawa kontak antara daun dan tanah dan bekerja secar cepat
sesudah di ambil oleh tanah. Mode of actionnya dengan menghambat
pembagian sel di dalam batang dan akara tanaman dan secara biologis aktif
pada pemakaian angka rendah (Djojosumarto, 2000).
B. Macam – Macam Mekanisme Absorbsi Herbisida
a. Herbisida Melalui Akar dan Bagian Bawah Tanah
Absorbsi herbisida melalui akar pertama kali herbisida seyogyanya
dapat larut dalam air, dan lewat akar dilalukan keatas dalam xylem secara
apoplastik. Akar cukup baik beradaptasi dengan bahan polar dan bahan
yang nonpolar akan tidak diabsorbsikan atau lambat sekali. Akar yang
tumbuh cepat juga akan bertendensi mengabsorbsi larutan lebih cepat.
Laju absorbsi ini erat hubungannya dengan laju respirasi. Dengan
demikian laju absorbsi herbisida akan mengalami hal yang sama. Suatu
herbisida yang nonpolar bila dalam lingkungan yang asam akan
dikonversikan menjadi herbisida polar (Moenandir. 1988).
Herbisida diterapkan pada tanah sebagai pra-tanam atau
pengobatan pramunculnya biasanya diambil oleh akar atau tunas bibit
yang muncul. Air, garam dan herbisida yang larut dalam air yang diambil
oleh rambut akar dan korteks, molekul herbisida bermigrasi melalui
xylem pada daun melalui aliran transpirasi. Herbisida diserap oleh kedua
mekanisme pasif dan aktif sebagai seperti ion anorganik. Pintu masuk
pasif terutama di sepanjang air diserap dan herbisida bergerak dengan air
melalui tanaman dan keluar di apoplast (Interkoneksi sel dinding dan
ruang antar, termasuk air atau udara diisi elemen xylem -a sistem hidup
non) herbisida dapat masuk tanaman dan bergerak terutama oleh salah
satu atau kedua mekanisme ini tergantung pada sifat kimia dan fisik dari
molekul. Selain akar tanah diterapkan herbisida juga diserap oleh tunas
berkembang, biji-bijian dan juga oleh rimpang, umbi-umbian dan bagian
vegetatif lain dari gulma tahunan. Secara umum tunas herbisida aktif
seperti atrazin dan urea herbisida membunuh gulma dengan penyerapan
melalui tunas.
Dalam kasus tanah diterapkan herbisida, penempatan herbisida
dalam tanah merupakan faktor penting yang mengatur efisiensi dan
selektivitas herbisida dalam pengendalian gulma. Aplikasi permukaan
herbisida akan menjamin selektivitas yang lebih besar untuk
mengendalikan gulma berakar dangkal dari tanaman berakar. Sebagian
besar herbisida diterapkan biasanya terkonsentrasi di atas 2 sampai 8 cm
dari tanah. Jika herbisida tidak terkonsentrasi di zona mana gulma
tumbuh, aplikasi herbisida mungkin terbukti tidak efektif atau kurang
efektif.
b. Absorbsi/Penyerapan melalui Daun dan Batang
Herbisida dapat masuk tubuh tumbuhan lewat daun. Daun
mempunyai dua permukaan, ialah permukaan atas dan permukaan
bawah. Secara umum, dedaunan yang digunakan herbisida harus
memenuhi lima hambatan utama sebelum mencapai bagian dalam sel
individu untuk beraksi. Hambatan-hambatan ini adalah i) Lilin
permukaan dan Rambut ii) Kutikula iii) Periderm iv) dinding sel dan v)
Lemma plasma. Dinding sel luar daun disebut kutikula yang berfungsi
sebagai pelindung dan terdiri dari lapisan. Ketebalan dan kualitas bahan
kimia dari masing-masing penghalang bervariasi dengan spesies tanaman
dan kondisi lingkungan tempat tanaman tersebut ditanam. Misalnya,
tanaman yang tumbuh di tempat teduh memiliki kutikula tipis
dibandingkan dengan ketika itu tumbuh di bawah sinar matahari terbuka.
Demikian juga, tanaman dalam kondisi lahan kering memiliki kutikula
yang tebal untuk mencegah hilangnya kelembaban, sedangkan dalam
situasi basah dinding dan kutikula selnya tipis. Kitin berupa polimer
asam dengan alkohol yang bersifat non- polar. Sifat lilin yang ada pada
daun juga dapat bervariasi tergantung spesies tanaman dan lingkungan.
Biasanya penghalang yang lebih tipis memungkinkan penyerapan
herbisida dengan cepat oleh tunas tanaman. Molekul-molekul herbisida
non-polar memasuki kutikula dan lapisan lilin melalui konstituen liphilic
mereka, sedangkan molekul polar memasukkannya melalui saluran
hidrofilik yang ada dalam hambatan.
Trikhoma bertindak langsung sehubungan dengan absorbsi daun
sebagai tambahan dalam pengaruh pembasahan dan retensi. Pola absorbsi
ditentukan oleh adanya pengeringan bahan herbisida yang mengenai
rambut daun, sebagai perluasan sel epidermis. Stomata berada dalam
jumlah banyak pada permukaan daun sebelah bawah. sehingga
permeabilitas terbesar terletak padanya dan absorbsi juga terbesar lewat
daerah itu (Moenandir, 1989)
Absorbsi herbisida lewat daun dapat melalui permukaan daun
atau stomata. Herbisida yang menguap, uapnya dapat masuk lewat
stomata. Namun yang terpenting ialah yang lewat permukaan daun.
Herbisida akan menembus kutikula dan dinding sel yang terdiri dari
selulosa dan pectin aupun lapisan lilin (nonpolar). Polar bermuatan listrik
positif. Molekul nonpolar tidak mempunyai muatan kuat yang positif
atau negative, atau pada umumnya tidak elektrolit seperti bahan organic.
Demikian pula kutikula berlilin dan selulosa daun dan batang tanaman
akan nonpolar (Moenandir, 1988).
Herbisida juga diserap oleh batang. Penyerapan herbisida lebih
banyak melalui batang hijau dan sukulen (batang muda) daripada batang
berkayu atau keras (batang tua). Penyerapan stomata lebih besar melalui
permukaan yang lebih rendah daripada permukaan daun atas karena
penetrasi melalui kulit kayu atau tanaman berkayu sangat sulit.

C. Faktor Yang Memengaruhi Penyerapan/Absorbsi Herbisida


Absorbsi herbisida oleh gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor sbb:
a. Perbedaaan anatomi tumbuhan
Lapisan kutikula tumbuhan satu dengan lainnya mempunyai
ketebalan kutikula yang berbeda-beda. Pada tumbuhan yang masih muda
atau tumbuh ditempat yang terlindung maka lapisan kutikulanya akan
lebih tipis sehingga herbisida yang disemprotkan pada kondisi tersebut
akan lebih efektif. Demikian pula pada tumbuhan yang mempunyai daun
dengan stomata yang lebih banyak akan lebih banyak pula herbisida yang
diserap. Daun yang permukaannya mempunyai bulu-bulu/rambut-rambut
akan lebih sulit melakukan absorbsi butiran herbisida di atasnya, karena
butiran tidak dapat menempel pada permukaan daun.
b. Sifat herbisida
Herbisida yang bersifat polar (bermuatan listrik) sperti garam
amine, 2,4-D, dan MCPA akan lebih mudah menarik zat lain yang
bersifat polar juga. Maka jika herbisida tersebut diberikan pada daun
yang permukaannya mengandung lilin (non polar) absorbsinya akan
rendah. Juga dengan herbisida yang mempunyai sifat mudah menguap
akan lebih sulit untuk diabsorbsi.
c. Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap absorbsi herbisida
oleh tumbuhan, yang pertama adalah suhu yang berpengaruh terhadap
besarnya air yang diuapkan. Untuk herbisida yang terbentuk larutan Na
2,4-D (garam) pada suhu yang tinggi air mudah menguap sehingga
herbisida yang ditinggalkan pada permukaan daun menjadi sangat pekat
bahkan kadang-kadang bisa mengkristal. Karena larutan tersebut menjadi
pekat maka akan menyebabkan plasmolisis. Hal ini berarti akan merubah
sifat herbisida yang diberikan, yang semula bersifat sistemik berubah
menjadi kontak. Pada suhu rendah akan mengakibatkan herbisida
bertahan lebih lama pada permukaan daun. Bila penyemprotan herbisida
menghasilkan ukuran butiran yang halus maka akan dihasilkan
semprotan bentuk kabut sehingga bila mengenai daun yang
permukaannya berbulu herbisida tersebut akan muda h mencapai
permukaan daun melalui sela-sela diantara rambut-rambut. Jadi suhu
yang rendah sangat membantu absorbsi herbisida.
Yang kedua, adalah kelembaban. Herbisida akan melakukan
penetrasi melalui lewat stomata dan ruang-ruang pada kutikula. Pada saat
kelembapan rendah maka ruang-ruang tersebut akan terisi udara sehingga
dapat menghalangi penyerapan herbisida melalui stomata/ruang-ruang
pada kutikula. Pada kelembapan yang tinggi, stomata atau ruang-ruang
pada kutikula akan terisi uap air sehingga menjadi jenuh, dengan
demikian cairan herbisida yang menempel permukaan daun akan masuk
melalui stomata dan ruang-ruang kutikula karena tidak ada penghalang.
Secara tidak langsung kedua faktor tersebut mempengaruhi juga
membuka dan menutupnya stomata. Pada pagi hari (kelembapan tinggi,
suhu rendah) setelah terjadi penyinaran matahari kegiatan fotosintesis
dimulai sehingga CO2 yang ada digunakan daun. Hal ini menyebabkan
perubahan pH dalam daun. Perubahan pH ini mengakibatkan karbohidrat
dirubah menjadi gula sehingga tekanan turgor menjadi tinggi yang
menyebabkan stomata membuka.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyerapan Herbisida adalah herbisida gerakan dari permukaan ke
dalam tubuh tanaman. Atau dengan kata lain adalah proses penetrasi
herbisida ke dalam jaringan tanaman. Absorbsi herbisida dapat melalui
bagian tumbuhan dibawah tanah atau dapat melalui bagian daub/batang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi herbisida antara lain perbedaan
anatomi tumbuhan, sifat herbisida dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Contoh Laporan Herbisida.


http://ankyunky.blogspot.com/2011/03/contoh-laporan-pesta.html
(Diakses Pada 26 April 2019)

Anonim, 2017. Absorption and Translocation of Herbicides.


https://agriinfo.in/absorption-and-translocation-of-herbicides-2194/
(Diakses Pada 25 April 2019)

Tjitrosoedirdjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT, Gramedia,


Jakarta.

Moenandir, 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajaali : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai