Anda di halaman 1dari 12

SELEKTIVITAS HERBISIDA

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Teknologi Gulma


Dibimbing oleh:
Ir. Supono Budi Sutoto, MP.

DISUSUN OLEH
1. Rachma Tyas Pratiwi : 134160170
2. Elma Dwi Septiana : 134160176
3. Nur Khosiatun : 134160183
4. Ari Kusuma : 134160184
5. Vita Cahyatama Ailul Latifa : 134160187

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tingkat petani, kehilangan hasil padi karena persaingan dengan
gulma mencapai 10-15%. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang,
dalam mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara
manual ke pemakaian herbisida (Pane et al. 1999). Selain itu, penggunaan
herbisida lebih ekonomis dan efektif mengendalikan gulma dibanding cara
lain, terutama pada hamparan yang luas. Pengendalian gulma dimaksudkan
untuk menekan atau mengurangi populasi gulma sehingga penurunan hasil
secara ekonomis menjadi tidak berarti (Soerjandono, 2005).
Pada pengendalian gulma, mengendalikan gulma secara khemis
merupakan salah satu cara pengendalian disamping pengendalian secara
manual/mekanis. Dalam mengendalikan gulma secara khemis digunakan
herbisida. Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mematikan
atau menghambat pertumbuhan gulma. Secara kasat mata tanaman dan gulma
memiliki morfologi yang hampir sama namun berbeda peran dalam pertanian.
Penyemprot harus memastikan bahwa herbisida yang diberikan terarah pada
gulma dan meniadakan persentuhan semprotan herbisida terhadap tanaman.
Herbisida merupakan bagian atau anggota dari pestisida.
Praktek penggunaan herbisida di lokasi pertanian terjadi karena
kemampuan herbisida pada umumnya untuk mematikan beberapa jenis
tumbuhan (gulma) tanpa menggangu jenis lain atau tanaman lain (tanaman
pokok). Jika dibandingkan dengan pengendalian secara manual, biaya
pengendalian akan semakin tinggi. Apalagi ketika kemampuan selektivitas
herbisida dapat ditingkatkan, maka akan mempermudah pengendalian gulma
dilapangan (Muliyadi, 2005).
Saat ini kehadiran herbisida bukanlah menjadi barang baru bagi petani.
Banyaknya jenis gulma menuntut petani untuk menggunakan herbisida yang
tepat untuk gulma sasaran. Dalam menentukan herbisida yang akan digunakan
tersebut maka salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan adalah bahan
aktif yang terkandung di dalamnya. Berkaitan dengan itu, banyaknya jenis
gulma ternyata berimplikasi pada berbagai jenis bahan aktif dari herbisida.
Pemilihan jenis herbisida dan waktu aplikasi sangat menentukan
keberhasilan pengendalian gulma. Sifat herbisida yang mematikan gulma
adalah gabungan dari tosisitas dan persistensinya. Kedua sifat herbisida ini
apabila dikelola akan dapat membantu upaya pengendalian gulma dalam
jangka waktu yang panjang (Adam, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari selektivitas herbisida?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi seletivitas herbisida?
3. Apa peran penting dalam selektivitas herbisida ?
4. Bagaimana hubungan selektivitas dengan gulma dan tanaman?
5. Bagaimana hubungan selektivitas dengan bahan kimia herbisida?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari selektivitas herbisida
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi seletivitas herbisida
3. Mengatahui peran penting dalam selektivitas herbisida
4. Mengetahui hubungan selektivitas dengan gulma dan tanaman
5. Mengetahui hubungan selektivitas dengan bahan kimia herbisida
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Selektivitas Herbisida


Selektivitas Herbisida adalah sifat yang ada pada senyawa kimia yang
hanya mematikan gulma yang tidak mampu mendetoksifikasi herbisida
(susceptible plants). Selektivitas Herbisida adalah aplikasi herbisida pada
berbagai tumbuhan tetapi hanya akan mematikan gulma dan relatif
tidak mengganggu tanaman yang dibudidayakan. Selektivitas Herbisida
adalah mematikan spesies tumbuhan tertentu dari suatu populasi campuran
namun spesies yang lain tidak terpengaruhi (Widaryanto, 2009)

B. Faktor Yang Mempengaruhi Seletivitas Herbisida


Herbisida yang selektif terhadap suatu tanaman belum tentu selektif
terhadap tanaman lainnya. Contohnya herbisida berbahan aktif atrazin dan
ametrin sangat selektif bagi tanaman jagung, tebu, dan nanas, tapi tidak
selektif terhadap padi. Di sisi lain, propanil, triasulforan, dan metsulfuron
metil sangat selektif terhadap padi, tetapi belum tentu selektif terhadap
tanaman lainnya. Selektivitas herbisida dipengaruhi oleh dua hal, yaitu :
1. Faktor tanaman yang berhubungan dengan herbisida, terdiri dari
selektivitas fisiologis dan selektivitas fisik.
a. Selektivitas fisiologis dapat dikatakan selektivitas bawaan bahan aktif
herbisida tersebut dalam “memilih” tumbuhan sasarannya yang akan
“dibunuh”. Suatu tanaman dapat mengubah bahan aktif
herbisida(dalam takaran tertentu) menjadi bahan yang tidak meracuni
tanaman tersebut. Contoh kasusnya adalah atrazin pada tanaman
jagung, dimana tanaman ini mampu mendetoksifikasi atrazin sehingga
tidak beracun bagi jagung.
b. Selektivitas fisik terjadi karena adanya zat penghalang atau lapisan
tertentu pada tanaman yang mampu menahan herbisida sehingga tidak
bisa mencapai bagian tanaman yang peka. Contoh kasusnya adalah
lapisan kayu pada pohon dewasa, sehingga herbisida yang non-selektif
sekali pun dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman
perkebunan yang sudah berkayu.
2. Faktor teknik penggunaan, terdiri dari selektivitas posisional dan
selektivitas teknik penyemprotan.
a. Selektivitas posisional memanfaatkan perbedaan posisi dari bagian-
bagian tanaman dan gulma yang peka terhadap herbisida. Contoh
kasusnya adalah herbisida pra-tumbuh yang aktif di dalam tanah (soil
acting) sesudah diaplikasikan pada tanah, akan segera membentuk
semacam lapisan herbisida dengan kedalaman tertentu di lapisan tanah
bagian atas. Biji-biji gulma yang kebanyakan berada di lapisan ini
akan terpapar oleh herbisida dan tidak akan berkecambah. Jika
berkecambah pun, kecambah akan segera mati. Sementara benih
tanaman utama yang ditanam lebih dalam tidak terpapar herbisida dan
akan tetap tumbuh.
b. Selektivitas teknik penyemprotan, berdasarkan pada tata cara aplikasi
yang tepat, sehingga herbisida yang non-selektif pun bisa
dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma pada beberapa jenis
tanaman. Contoh kasusnya adalah penggunaan herbisida non-selektif
(yang bukan sistemik) bisa digunakan untuk mengendalikan gulma
diantara barisan beberapa jenis tanaman dengan teknik directed spray
menggunakan sungkup atau corong.
Faktor-faktor selektifitas yang terpenting adalah :
1. Perbedaan struktur atau morfologi
2. Penyerapan,
3. Translokasi dan Perbedaan fisiologi
4. Formulasi herbisida (Widaryanto, 2005).
C. Peran Penting Dalam Selektivitas Herbisida
Ada empat peran penting yang mempengaruhi keselektivan herbisida
ialah peran – peran tumbuhan, herbisida, lingkungan dan cara aplikasi
1. Peran Tumbuhan
Beda tumbuhan menunjukan beda kepekaan pada suatu herbisida, yang
sangat ditentukan oleh faktor luar dan faktor dalam, yaitu antara lain:
a. Morfologi, tanaman dengan bagian batang yang toleran terhadap
herbisida dapat terus diaplikasikan pada gulma. Absorpsi oleh daun
dipengaruhi oleh tegak/datar, lebar/sempit, dan kadar lilin serta
kutikula yang keras atau jumlah stomata. Letak meristem apical seperti
tanaman berdaun lebar terletak pada ujung batang yang langsung lebih
dapat berhubungan dengan hasil semprotan herbisida daripada
meristem apical tanaman berdaun sempit yang tersembunyi, begitu
juga dengan tanaman yang berakar dalam.
b. Absorpsi, masuknya herbisida dalam tanaman dipengaruhi oleh
tebal/tipis kutikula serta luas dari lubang stomata. Disini bahan adisi
seperti wetting agent, detergent atau sticker sangat besar perannya.
c. Translokasi, lalunya pergerakan herbisida secara simplastik maupun
apoplastik mempengaruhi pula selektivitas herbisida.
d. Fisiologis, bila suatu herbisida dapat menghambat proses fotosintetik
seperti penghambatan padareaksi Hill, kegiatan fotokimiawi dapat
diredusir.
e. Biofisika, absorpsi dan kemantapan membrane menentukan herbisida
dilakukan atau ditahan setempat dengan sendirinya akan menentukan
terhambatnya pertumbuhan suatu gulma.
f. Biokimiawi, interaksi herbisida dengan enzim dapat melemahkan kerja
herbisida atau dapat pula sebaliknua. Kepakaan suatu gulma pada
herbisida hakihatnya ditentukan oleh kemampuan gulma tersebut
dalam memetabolisasikan herbisida tertentu.
g. Laju Pertumbuahan dan Unsur Tanaman, gulma yang cepat tumbuh
dan gulma yang muda akan lebih peka pada kerja suatu herbisida
daripada gulma dengan kondisi sebaliknya.
2. Peranan Herbisida
Herbisida mempunyai kemampuan untuk dapat membunuh
meskipun dalam konsentrasi yang rendah.
a. Bentuk molekul
Keragaman dalam bentuk molekul dari herbisida mengubah dan
memodifikasikan pengaruhnya pada tumbuhan. Segi lain dari sifat
kimiawi sehubungan dengan kepekaan gugusan tersebut untuk
dipatahkan karena cahaya, mikro organisme ke daunnya dalam tanah
dan tumbuhan.
b. Konsentrasi herbisida
Jumlahnya dapat menentukan terjadinya hambatan atau pemacu pada
suatu pertumbuhan. Pada umumnya dengan semakin meningkatnya
konsentrasi maka semakin meningkat pula penekanannya atau
meningkatkan pengaruh herbisida terhadap gulma.
c. Formulasi herbisida
Bagi suatu spesies, selektivitas herbisida sangat ditentukan oleh bentuk
formulasinya. Tipe formulasi yang mengindusir selektivitas ialah
bentuk butiran pejal atau surfactant maupun adjuvant.
Contoh : penambahan minyak yang non-fitotoksik atau surfactant pada
atrazine atau diuron mengindikasikan kemampuan kontak daun dalam
herbisida tanah. Penggunaan granular akan menghindari daun dan
sampai pada tanah.
d. Mode of action
Aspek ini juga termasuk yang penting dalam pengaruhnya terhadap
selektivitas herbisida, yang sangat tergantung pada sifat kimiawi
tumbuhan maupun herbisidanya sendiri. Keseimbangan dalam factor-
faktor tersebut menentukan luasnya kerusakan pada tumbuhan.
3. Peranan Lingkungan
Lingkungan dapat memodifikasikan semua faktor yang
mempengaruhi selektivitas herbisida. Suatu herbisida yang tidak selektif
dapat menjadi selektif hanya karena letaknya terhadap tumbuhan.
a. Cahaya
Panjang dan intensitas cahaya matahari perlu dipertimbangkan dalam
hal ini, beberapa herbisida dapat terdekomposisikan oleh cahaya
tersebut. Untuk hasil kerja yang maksimal herbisida kontak maupun
sistemik tergantug daripada adanya cahaya matahari, seperti herbisida
penghambat proses photosintesis.
b. Air
Dalam tanah kelembaban penting untuk absorpsi herbisida oleh akar.
Larutan yang dapat tersedia bagi akar tumbuhan juga tergantung kadar
kelembaban. Curah hujan mencuci herbisida yang ada pada bagian
tumbuhan di atas tanah masuk ke dalam tanah, yang akan
menghilangkan efek daripada herbisida daun. Maka kelembaban dalam
tanah dan dan di atas tanah menentukan aktivitas herbisida.
c. Suhu
Suhu banyak mempengaruhi fungsi-fungsi dalam tubuh tumbuhan,
seperti masuk dan pergerakan herbisida. Selain itu juga berpengaruh
pada daya menguapnya.
d. Angin
Angin dapat berpengaruh pada hasil semprotan pada daun maupun
tanah, seperti adanya “drift”, desikasi dan cepatnya terjadi penguapan.
e. Tanah
f.
Absorpsi, pencucian, degradasi dan persistensi herbisida akan
dipengaruhi oleh mineral, kadar liat, bahan organik, pH,
mikroorganisme dan absorpsi, misalnya tanah berpasir membutuhkan
sedikit herbisida daripada tanah berat.
4. Peranan Aplikasi
Cara aplikasi menentukan derajad keberhasilan dalam
pengendalian gulma, seperti aplikasi yang mengurangi kontak dengan
tanaman bubidaya dan memperbanyak kontak dengan gulma, ialah dalam
alur, setempat, langsung. Herbisida kontak yang diaplikasikan secara
menyeluruh dapat mengenai tanaman maupun gulma. Penyemptotan
langsung dan setempat hanya akan mengenai gulma saja sedang tanaman
relatif aman.
Waktu aplikasi menentukan pula aktivitas herbisida, seperti
herbisida kontak dengan residu rendah sebaiknya diaplikasikan secara pra-
tanam. Sedangkan aplikasi pra-tumbuh diperuntukkan herbisida yang
diabsorbir tanah (tanaman akan menjadi peka bila berakar lebat dan
dangkal). Herbisida pra-tumbuh dirancang untuk gugusan yang dapat
diabsorpsi dalam tanah, yang akan tetap tinggal pada lapisan tanah di
permukaan. Gulma yang mempunyai perakaran banyak dalam permukaan
akan menjadi peka pada gugusan herbisida pra-tumbuh. Selektivitas
herbisida daun yang ditranslokasikan yang diaplikasikan secara pasca
tumbuh akan menyebabkan stadia pertumbuhan, kemampuan untuk
menahan gugusan.
Surfactant, stiker atu wetting agent dapat meningkatkan retensi dan
absorpsi ke dalam daun. Sebab terlalu banyak wetting agent juga dapat
meningkatkan tetesan semprotan mudah mengalami run-off. Ukuran
tetesan ditentukan oleh volume semprotan dan ukuran serta bentuk nozel.
Pada keadaan berangin, tetesan semprotan dengan ukuram besar akan
menjadi berguna, dengan ketentuan perlu volume yang cukup tinggi
(herbisida kontak). Sedangkan jumlah volume yang rendah dibutuhkan
untuk herbisida translokasi (Moenandir, Jody 1984).
D. Hubungan Selektivitas Dengan Gulma Dan Tanaman
Penyerapan adalah pengangkutan zat di dalam tanaman dari sumber
eksternal (biasanya daun dan akar). Herbisida harus terserap oleh tanaman
agar pengendalian bisa efektif. Beberapa permukaan tanaman menyerap
herbisida dengan cepat sementara permukaan tanaman lain menyerap secara
perlahan-lahan atau tidak sama sekali. Sifat bahan kimia dari herbisida juga
berpengaruh, karena itu, penyerapan diferensial atau penyerapan selektif
mungkin memperhitungkan perbedaan respon dari tiap tanaman.
Perbedaan struktur memungkinkan aplikasi herbisida yang selektif,
melindungi area tanam-tanaman agar tidak mengalami kerusakan akibat
pemberian herbisida dan keterlibatan perbedaan permukaan tanaman atau
berorientasi pada bagian-bagian tanaman yang mungkin mempengaruhi
retensi semprotan dan penyerapan herbisida. Tanaman tinggi yang batangnya
toleran terhadap bahan kimia mempermudah pemakaian herbisida pada gulma
yang ada di dekat permukaan tanah. Contoh herbisida yang sering diberikan
pada gulma dan semak-semak di bawah pohon tinggi tidak akan merusak
tanaman tersebut. Tetesan dari mulut semprotan dipakai untuk menyemprot
gulma pada tanaman pokok yang tergolong peka seperti kapas, jagung dan
sorghum. Herbisida tersebut disemprotkan di dekat permukaan tanah dan
hanya menyentuh batang tanaman pokok yang resisten (Muliyadi, 2005)

E. Hubungan Selektivitas Dengan Bahan Kimia Herbisida


Herbisida selektif adalah herbisida yang bila di aplikasikan pada
berbagai tumbuhan akan mematikan spesies tertentu (gulma) dan relatif tidak
mengganggu tanaman lain (tumbuhan yang dibudidayakan).
Herbisida yang selektif adalah bahan kimia yang lebih beracun pada satu
tanaman dibandingkan pada tanaman lain. Saat herbisida semacam itu
diberikan pada berbagai macam tanaman, beberapa tanaman ada yang mati
dan yang lain ada yang terpengaruh sedikit atau tidak sama sekali (Moenandir,
2005).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selektivitas Herbisida adalah sifat yang ada pada senyawa kimia
yang hanya mematikan gulma yang tidak mampu mendetoksifikasi
herbisida (susceptible plants). Faktor-faktor selektifitas yang terpenting
yaitu Perbedaan struktur atau morfologi, Penyerapan, Translokasi dan
Perbedaan fisiologi, Formulasi herbisida. Ada empat peran penting yang
mempengaruhi keselektivan herbisida ialah peran – peran tumbuhan,
herbisida, lingkungan dan cara aplikasi.
Beberapa permukaan tanaman menyerap herbisida dengan cepat
sementara permukaan tanaman lain menyerap secara perlahan-lahan atau
tidak sama sekali. Sifat bahan kimia dari herbisida juga berpengaruh,
karena itu, penyerapan diferensial atau penyerapan selektif mungkin
memperhitungkan perbedaan respon dari tiap tanaman. Herbisida yang
selektif adalah bahan kimia yang lebih beracun pada satu tanaman
dibandingkan pada tanaman lain.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, F. P., 2008. Pengaruh Pencampuran Herbisida dan Persiapan Lahan


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Herbicide Mixture
and Land Preparation on Growth and Yield of Rice). Univ Brawijaya.
Malang.
Moenandir, Jody. 1987. Fisiologi Hebisida (Ilmu Gulma). Malang. Fakultas
Pertanian.
Moenandir, J. 2005. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers. Jakarta.
Muliyadi. 2005. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. IPB Press. Bogor.
Soerjandono. 2005. Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida Persistensi
Rendah pada Tanaman Padi.
Widaryanto, E. 2009. Teknologi Pengandalian Gulma. Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai