Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rizka Amalia

NIM : 134170147
Kelas :C
Soal dan jawaban kuis teknologi gulma
1. Apa yang dimaksud dengan pengendalian gulma terpadu, pengendalian vertical,
dan pengendalian horizontal? Berikan contoh pengendalian vertical dan
pengendalian horizontal!
2. Apa yang dimaksud dengan resistensi? Sebutkan factor penyebab resistensi!
Bagaimana cara agar tidak terjadi resistensi? Jelaskan mekanisme resistensi!
3. Bagaimana mekanisme masuknya herbisida melalui daun dan akar! Sebutkan
factor masuknya herbisida melalui daun dan akar! Jelaskan factor aplikasi
herbisida!
4. Mengapa herbisida bisa mematikan suatu gulma tanpa mematikan gulma yang
lain? Jelaskan dan beri contoh selektivitas morfologi dan selektivitas fisiologi!
5. Jelaskan klasifikasi herbisida berdasarkan waktu aplikasi melalui daun dan akar!

Jawab :
1. Pengendalian gulma terpadu adalah system pengandalian gulma yang
mengintegrasikan pengendalian gulma sejak sebelum tanam, terus menerus
samapai panen (Swanto dan Weise, 1991).
Pengendalian gulma secara terpadu horizontal merupakan penerapan suatu cara
pengendalian gulma dengan memperhatikan lingkungan baik teknis, ekonomi,
hayati, maupun social budaya (Sukman & Yakup, 1991). Pengendalian horizontal
dilakukan dengan memperhatikan peran gulma dan lingkungannya, tidak semua
gulma yang ada harrus diberantas. Gulma yang dapat menghasilkan keuntungan
dan tidak merugikan dapat dikendalikan populasinya tanpa diberantas. Contohnya
adalah gulma yang terdapat di perkebunan the yang harus di pertimbangkan peran
gulma serta kondisi lingkungannya.
Pengendalian secara vertical adalah pengendalian gulma yang dilakukan secara
terpisah-pisah sehingga terjadi penurunan populasi gulma dan hal itu dipetahankan
dibawah tingkat kerusakan ekonomi. Contohnya adalah pada lahan padi di sawah
yaitu dengan dibabat, dibajak, digenangi, dan mekanik. Dan juga di perkebunan
karet yaitu dengan cara preventif (persiapan lahan secara bersih), dan cara mekanik
(pengolahan lahan, pembabatan gulma secara periodic) (Kuis Teknologi Gulma,
2019).

2. Resistensi herbisida yaitu sebagai kemampuan yang diturunkan dari biotipe gulma
atau tanaman untuk bertahan hidup dari aplikasi herbisida yang dosisnya biasanya
akan mempengaruhi atau mematikan populasi yang normal (Prostko dan
Culpepper, 2005).
Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya resistensi meliputi faktor
genetik, biologi dan operasional (Georgiou, 1983).
a. Faktor genetik antara lain meliputi frekuensi, jumlah dan dominansi alel
resisten. Faktor biologi-ekologi meliputi perilaku gulma, jumlah generasi per
tahun, keperidian, mobilitas dan migrasi.
b. Faktor operasional meliputi jenis dan sifat herbisida yang digunakan, jenis-
jenis herbisida yang digunakan sebelumnya, persistensi, jumlah aplikasi dan
stadium sasaran, dosis, frekuensi dan cara aplikasi, bentuk formulasi ,dan
yang lain.
c. Faktor genetik dan biologi-ekologi lebih sulit dikelola dibandingkan faktor
operasional. Faktor genetik dan biologi merupakan sifat asli gulma sehingga
di luar pengendalian kita. Dengan mempelajari sifat-sifat tersebut dapat
dihitung risiko munculnya populasi resisten suatu jenis gulma.
Populasi resisten terbentuk akibat adanya tekanan seleksi oleh penggunaan
herbisida sejenis secara berulang-ulangdalam periode yang lama (Purba, 2009).
Sehingga salah satu cara agar tidak terjadi resistensi adalah dengan mengganti
bahan aktif yang terdapat pada herbisida setiap melakukan penyemprotan
herbisida.
Keempat mekanisme yang dikenal resistensi terhadap herbisida adalah:
a. Berubahnya target-site. Herbisida memiliki target aksi tertentu yang pada
umumnya bertindak untuk mengganggu proses atau fungsi tertentu dalam
tumbuhan. Jika target aksi ini berubah, herbisida tidak lagi terikat ke lokasi
aksi dan tidak dapat mengerahkan efek fitotoksiknya . Mekanisme ini
merupakan mekanisme yang paling umum dari resistensi herbisida.
b. Peningkatan Metabolisme. Metabolisme pada tumbuhan merupakan salah
satu mekanisme tanaman yang digunakan untuk mendetoksifikasi senyawa
asing seperti herbisida. Gulma yang resisten dapat memiliki kemampuan
untuk cepat menonaktifkan herbisida yang berpotensi toksik sebelum dapat
mencapai target-site di dalam tanaman.
c. Kompartementasi atau Penyerapan. Beberapa tumbuhan mampu membatasi
pergerakan senyawa asing yang menyebabkan efek berbahaya bagi tumbuhan
seperti herbisida dalam sel atau jaringan tanaman. Dalam hal ini, herbisida
dapat dinonaktifkan atau dihapus dari daerah aktif secara metabolik dari sel
ke daerah-daerah yang tidak aktif, sehingga herbisida menjadi tidak
berpengaruh.
d. Over- ekspresi protein target. Jika protein target pada tumbuhan diproduksi
dalam jumlah besar, maka efek herbisida dapat menjadi tidak signifikan atau
tidak berpengaruh bagi tumbuhan (Buhler, 2002).

3. Mekanisme masuknya herbisida melalui daun terdapat tiga tahapan yang harus
dilewati herbisida, yaitu trikoma, epidermis atau kutiluka, dan stomata yang
kemudian akan di teruskan ke dalam sel. Terdapat beberapa factor yang
mempengaruhi masuknya herbisida ke dalam daun yaitu kutikula yang tebal, daun
yang hidrophobik, tercuci oleh hujan, larutan herbisida yang cepat menguap, dan
kerusakan daun.
Mekanisme masuknya herbisida melalui akar pada tanaman yaitu melaui bulu
akar, epidermis, plasmodesmata, korteks, endodermis atau pita kaspari, perisikel,
dan yang terakhir adalah xylem. Salah satu factor yang mempengaruhi masuknya
herbisida melalui akar adalah laju transpirasi, semakin tinggi laju transpirasi maka
herbisida yang masuk ke dalam jaringan gulma juga akan semakin tinggi (Kuis
Teknologi Gulma, 2019).
Aplikasi herbisida dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang terdapat pada gulma itu sendiri yaitu fase pertumbuhan
gulma. Berdasarkan faktor internalnya, waktu aplikasi herbisida yang paling tepat
adalah pada saat gulma masih muda dan belum memasuki pertumbuhan generatif.
Pada fase ini, penyerapan bahan aktif herbisida yang diaplikasikan dapat
berlangsung lebih efektif. Faktor eksternal adalah faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi keefektifan dan efisiensi aplikasi herbisida, misalnya curah hujan,
angin, sinar matahari (cahaya), temperatur dan kelembaban udara. Curah hujan
dapat menyebabkan bahan aktif herbisida tercuci, angin yang kencang dapat
menerbangkan butiran-butiran larutan herbisida dan sinar matahari yang terik
dapat menyebabkan terjadinya penguapan larutan herbisida yang diaplikasikan
(Djojosumarto, 2008).

4. Herbisida bisa mematikan suatu gulma tanpa mematikan gulma yang lain karena
herbisida ada yang bersifat selektif sehingga hanya gulma tertentu yang dapat mati
saat disemprot jenis herbisida ini.
Selektifitas herbisida dipengaruhi oleh dua hal, yaitu :
a. Selektivitas Fisiologik, Selektivitas Fisiologik merupakan selektivitas bawaan
dari herbisida untuk memilih sasaran (mematikan tumbuhan yang satu tetapi
tidak mematikan lainnya). Contohnya yaitu Atrazin dimana jika diaplikasikan
pada lahan jagung atrazine tidak beracun tetapi atrazine tidak selektif pada
tanaman padi.
b. Selektivitas Fisik (morfologi), Selektivitas fisik disebabkan oleh adanya zat
atau lapisan tertentu pada tanaman yang mampu menahan herbisida, sehingga
herbisida tidak dapat mencapai bagian tanaman yang peka. Contohnya yaitu
lapisan kayu pada pohon dewasa, sehingga herbisida yang non-selektif sekali
pun dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman perkebunan
yang sudah berkayu (Agus, 2017).

5. Herbisida dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu aplikasi yaitu pre plant, pre
emergence, dan post emergence. Herbisida tertentu dapat diaplikasikan melalui
daun. Herbisida yang termasuk dalam kelompok ini adalah herbisida pasca
tumbuh, yaitu herbisida yang diaplikasikan pada saat gulma sudah tumbuh.
Beberapa contoh herbisida pasca tumbuh adalah glifosat, paraquat, glufosinat,
propanil, dan 2,4-D. Jalur aplikasi herbisida yang lain adalah melalui tanah, baik
dilakukan dengan cara penyemprotan pada permukaan tanah maupun
dicampur/diaduk dengan tanah. Herbisida yang diaplikasikan melalui tanah
diarahkan untuk mengendalikan gulma sebelum gulma tersebut tumbuh (Sjahril
dan Syam’un, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Krisno, A. 2017. Herbisida Organik. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.


Malang.

Buhler,W. 2002. Incidence and History of Herbicide Resistance (WSSA). Pesticide


Environmental Stewardship. Promoting Proper Pesticide Use and Handling.
Center for Integrated Pest Management.

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Kuis Teknologi Gulma. 2019. Kuis. Yogyakarta. 7 Mei 2019.

Prostko, E. P and A. Stanley Culpepper. 2005. Herbicide Resistant Weeds And Their
Management. Departement of Crop and Soil Science. The University of
Geotgia Tifton.

Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida dalam Pengendalian Gulma Mengatasi


Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara. Medan.7 hal.

Sjahril, R., dan Syam’un, E. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Makasar.

Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta : Rajawali
Pers.

Swanton, C.J. and S.F. Weise. 1991. Integrated weed management. The rationale and
approach. Weed Technol. 5(3): 657-663.

Anda mungkin juga menyukai