PENGENDALIAN HAYATI
ACARA 6
“PENGENALAN CENDAWAN PATOGEN GULMA”
Oleh :
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mengenal cendawan pathogen gulma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami
untuk mengendalikan populasi hama dan penyakit tanaman yang merugikan. Pengendalian
hayati sangat dilatar belakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tenteng
pengenturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem.pengendalian terhadap
hama dan penyakit tanaman pada keadaan sekarang masih mengandalkan penggunaan pestisida
sebagai upaya pengendalian utama. Hasil dari penggunaan petisida tersebut menunjukkan bahwa
upaya pengendalian dengan menggunakan senyawa kimia bukan merupakan alternatif yang
terbaik, maka perlu diambil alternatif pengendalian yaitu pengendalian hayati (Suryaningsih et
al., 2011).
Agen-agen pengendalian hayati selain serangga, penggunaan patogen-patogen, seperti
virus, bakteri, jamur, nematoda dan berbagai jenis vertebrata. Pemanfaatan agens hayati dalam
proses produksi suatu produk tanaman khususnya dalam menekan kehilangan dan kerugian hasil
akibat organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu aspek penting yang sangat
berpeluang untuk memberikan jawaban pada petani dalam upaya mencegah terjadinya
penggunaan pestisida yang berlebihan (Nhmau et al., 2015).
Isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba dengan substratnya. Mengisolasi mikroba
dengan cara menumbuhkan (menanam) dalam medium padat. Hal ini karena dalam medium
padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni yang tepat pada tempatnya. Sel mikroba akan
tertangkap pada medium padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka sel atau kumpulan sel
mikroba yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah.
Habitat hidup mikroorganisme yang banyak berperan di dalam pengendalian hayati
adalah di dalam tanah disekitar akar tumbuhan (rizosfir) atau di atas daun, balang, bunge, dan
buah (fillosfir). Mikroorganisme yang bisa hidup pada daerah rizosfir sangat sesuai digunakan
sebagai agen pengendalian hayati ini mengingat bahwa rizosfir adalah daerah yang utama
dimana akar tumbuhan terbuka terhadap serangan patogen. Jika terdapat mikroorganisme
antagonis padd deerah ini patogen akan berhadapan selama menyebar dan menginfeksi akar.
Keadaan ini disebut hambatan alamiah mikroba dan jarang dijumpai, rnikroba antagonis ini
sangat potensial dikembangkan sebagai agen pengendalian hayati (Ngittu et al., 2014).
Cendawan merupakan istilah umum untuk jamur makro, merupakan salah satu
keanekaragaman hayati di hutan tropis Indonesia. Cendawan memiliki peran penting dalam
siklus biogeokimia tanah, siklus hara, dan membantu proses dekomposisi bahan organik dalam
ekosistem hutan (Santosa et al. 2013).
Kelompok cendawan secara nyata mempengaruhi jaring-jaring makanan di hutan, seperti
kelangsungan hidup atau perkecambahan anakan-anakan pohon dan pertumbuhan pohon. Pada
awal musim penghujan merupakan waktu bagi pertumbuhan beberapa cendawan. Di mana,
beberapa cendawan dapat membentuk badan buah, namun ada juga beberapa jenis lainnya tidak
dapat membentuk badan buah. Munculnya badan buah (fruiting body) akan mempermudah
dalam pengamatan, sayangnya kemunculan badan buah cendawan tergantung pula pada musim
penghujan. Cendawan tumbuh dengan baik pada musim penghujan dan akan mati setelah musim
kemarau tiba (Kim et al. 2017). Dari hasil observasi yang telah dilakukan di Arboretum Inamberi
ditemukan beberapa spesies cendawan yang tumbuh pada kayu lapuk, serasah, dan tanah.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat di sekitar Arboretum Inamberi ternyata mereka
hanya mengetahui cendawan yang biasa dikonsumsi atau diolah sebagai bahan makanan, namun
mereka belum mengetahui informasi tentang cendawan yang dapat dijadikan sebagai obat.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut :
No Gambar Keterangan
Nama Gulma : Krinyuh
Cendawan penyerang : Chondrostereum
purpureum,
1.
Cendawan Chondrostereum
purpureum,
2.
4.2. Pembahasan
Agen pengendalian hayati merupakan organisme yang memiliki kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan dan menyebabkan pengurangan jumlah populasi patogen penyebab
penyakit. Agen hayati memiliki kemampuan untuk mengurangi kerapatan inokulum patogen
penyebab penyakit. Salah satu jenis agen hayati yaitu mikroorganisme antagonis. Antagonis
merupakan mikroorganisem yang memiliki kemampuan untuk melawan atau merusak patogen
penyebab penyakit, sehingga keberadaan antagonis pada media pertumbuhan tanaman diperlukan
untuk mengendalikan patogen penyebab kerusakan pada tumbuhan. Menurut Manurung dkk
(2014), mikroorganisme antagonis memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim, toksik,
serta antibiosis yang dapat digunakan untuk membunuh patogen penyebab penyakit dalam
konsentrasi tertentu. Keberadaan mikroorganisme antagonis dapat diperoleh dengan cara
melakukan isolasi dari berbagai media yang kemungkinan besar merupakan habitat dari
mikroorganisme antagonis. Isolasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menumbuhan
mikroorganisme lain pada media baru dengan tujuan untuk menghasilkan koloni tunggal atau
biakan tunggal. Biakan tunggal tersebut nantinya akan diidentifikasi untuk mengetahui jenis dari
antagonis, serta perannya dalam mengendalikan patogen penyebab penyakit tanaman.
Hasil isolat murni patogen penyebab penyakit pada gulma krinyuh pada praktikum kali
ini terdapat beberapa perbedaan dari hasil pengamatan mikroskopis. Gulma yang diamati sama
yaitu krinyuh Chromolaena odorata. Jenis patogen yang menyerang tanaman krinyuh di
perkiraan jamur yang terdapat pada hasil pengamatan adalah Chondrostereum purpureum,
phytopthora palmivora dan Fusarium oxyporum.
Tanaman kirinyuh merupakan gulma yang sangat merugikan tanaman budidaya dan dapat
tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan khususnya pada lingkungan yang ekstrim. Salah satu
faktor yang menunjang pertumbuhan tanaman kirinyuh adalah keberadaan agens hayati yang
hidup di daerah perakaran dan jaringan tanaman. Penelitian ini bertujuan mengisolasi cendawan
antagonis dari tanaman kirinyuh dan menguji potensinya sebagai agens hayati untuk
pengendalian penyakit dan pertumbuhan tanaman. Cendawan dieksplorasi dan diisolasi dari
bagian rizosfer, rizoplan, filoplan, dan endofit diisolasi dari dalam jaringan tanaman. Isolasi
cendawan menggunakan medium martin’s agar (MA) dan malt extract agar (MeA).
DAFTAR PUSTAKA
Kim, CS, Han SK, Nam JW, Jo JW, Kwag YN, Han JG, Sung GH, Lim YW, Oh S. 2017 –
Fungal communities in a Korean red pine stand, Gwangneung Forest, Korea. Journal of
Asia-Pacific Biodiversity 10(4), 559–572. https://doi.org/10.1016/j.japb.2017.08.002
Ngittu, Y.S., F.R. Mantiri, T.E. Tallei, dan F.E.F. Kandou. 2014. Identifikasi Genus Jamur
Fusarium Yang Menginfeksi Chromolaena odorata L. di Danau Tondano. Pharmacon,
3(3): 156-161.
Santosa AAG, Uno WD, Rahman SR. 2013 – Identifikasi Jamur Makroskopis Di Cagar Alam
Tangale Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo,
Gorontalo. KIM Fakultas Matematika dan IPA 1(1), xx–xx.
Suryaningsih, M. Joni, dan A.A.K. Darmadi. 2011. Inventarisasi Gulma Pada Tanaman
Jagung(Zea mays L.) di Lahan Sawah Kelurahan Padang Galak,Denpasar Timur, Kodya
Denpasar, Provinsi Bali. Simbiosis, 1(1): 1-8.