Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRATIKUM

DASAR – DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


KOLEKSI SERANGGA

Oleh :

Zhuan Anses Armytha (2205901020018)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modifikasi pemanfaatan lahan memiliki dampak baik ekonomi maupun


ekologi. Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati menjadi pusat perhatian
dari sisi ekologi sementara pemanfaatan lahan demi produkti- vitas dianggap
sebagai solusi ketahanan pangan. Serangga berada di dua isu tersebut yaitu
konservasi dan ketahanan pangan. Pratikum ini bertujuan untuk mengenal
serangga secara umum, memperkenalkan metode pengambilan sampel serangga
hama, dan untuk mengetahui penggunaan perangkap – perangkap umum dalam
pengumpulan serangga. Pengamatan data dilakukan di Taman Herbal, Universitas
Teuku Umar , Meulaboh, Aeh Barat (Oktober 2023).
Metode koleksi serangga yang digunakan adalah penetuan tanaman sampel,
pengamatan langsung (observasi), penngunaan jaring serangga, penngunaaan
perangkap jebak, dan pembuatan koleksi serangga.
Serangga yang tertangkap bervariasi berdasar pada tingkat perkembangan
agroforestri dan bulan pengamatan. Terdapat perbedaan keragaman serangga
(jumlah dan jenis) pada lahan Taman Herbal, Universitas Teuku Umar, Meulaboh,
Aceh Barat.
Serangga tidak hanya berperan sebagai hama perusak tanamn saja tetapi ia
juga berperan sebagai polinator atau penyerbuk, sebagai dekomposer atau
pengurai, sebagai predator atau parasitoid (musuh alami), dan sebagai bioindikator
lingkungan (Efendi, S., Febriani, F., & Yusniwati, Y. 2020).

1.1.1 Tujuan Pratikum

Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengenal serangga secara umum,
memperkenalkan metode pengambilan sampel serangga hama, dan untuk
mengetahui penggunaan perangkap – perangkap umum dalam pengumpulan
serangga.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Praktikum merupakan bagian dari kegiatan akademik untuk


mengaplikasikan atau menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan saat
perkuliahan. Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dapat dilakukan di
laboratorium ataupun di lapangan. (Andriani, R.., 2016).

Keanekaragaman hayati merupakan aspek yang diperlukan untuk kelanjutan


kelangsungan hidup manusia. Kajian tentang bagaimana hubungan antara proses
yang terjadi dalam ekosistem serta fungsi ekosistem terhadap keanekaragaman
hayati telah dilakukan (Heviyanti, M., & Syahril, M. 2018).

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan


jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000
spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia.
Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama , Sebagian serangga
juga bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami (Nurmaisah, N., &
Purwati, N. 2021).

Serangga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Bila


mendengar nama serangga, maka selalu diidentikkan dengan hama di bidang
pertanian yang bersifat merugikan, seperti walang sangit, wereng, ulat grayak dan
lainnya. Serangga dapat merusak tanaman sebagai hama dan sumber vector
penyakit pada manusia. Ratusan butir telur kupu-kupu yang menempel pada daun,
akan menetas menjadi ulat yang rakus mengunyah daun tanaman. Tanaman
bukannya untung tapi malah rugi.

Serangga merugikan (Harmful or injerious insect) terdiri dari :


 Poisonous insect seperti ulat bajra atau ulat api, lebah.
 Pest yaitu crop pest seperti serangga hama pada tanaman yang
dibudidayakan, Plnat pest seperti serangga hama pada tanaman hutan atau
tanaman sayuran lainnya.
 Stored groin pest seperti serangga hama gudang.

3
 House hold pest seperti serangga hama pada rumah tangga, contohnya
serangga kecoa
 Domestic animal pest seperti serangga hama pada luka yang diderita hewan
ternak.
 Disease pests seperti serangga yang menyebabkan berbagai penyakit
ataupun vektor penyakit.

Serangga dianggap sebagai hama ketika keberadaannya merugikan


kesejahteraan manusia, estetika suatu produk, atau kehilangan hasil panen.
Apabila pengertian hama itu hewan yang merugikan, maka serangga hama
didefinisikan sebagai serangga yang mengganggu dan atau merusak tanaman haik
secara ekonomis atuu estetis. Definisi hama itu tidak harus dihubungkan dengan
pengendaliannya. Pada populasi serangga yang rendah sehingga kerugian yang
diderita tanaman kecil, tetap serangga itu dikatakan serangga hama tetapi bukan
memerlukan strategi pengendalian. Jadi, permasalahan serangga di bidang
pertanian tidak terlepas dari peran serangga sebagai hama (Suheriyanto, D. 2008).

Serangga merupakan salah satu kelompok binatang yang merupakan hama


utama bagi banyak jenis tanaman yang dibudidayakan manusia. Selain sebagai
hama tanaman beberapa kelompok dan jenis serangga dapat menjadi pembawa
atau vektor penyakit tanaman yang berupa virus atau jamur ( Purwantiningsih, B.
2017).

Serangga memiliki peran negatif disebabkan memakan tumbuhan (fitopag),


sebagai vektor penyakit virus pada tanaman dan sebagai sumber penyakit pada
manusia.

1. Serangga sebagai fitofag atau pemakan tumbuhan


2. Serangga sebagai vektor penyakit virus pada tanaman
3. Serangga sebagai sumber penyakit pada manusia

Peran Positif Serangga di Bidang Pertanian dan Kehidupan Tidak semua


serangga bersifat merugikan karena juga ada serangga yang memiliki dampak
positif. Sebagian serangga bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami.
Melalui peran sebagai musuh alami, serangga sangat membantu manusia dalam

4
usaha pengendalian hama. Selain itu serangga juga membantu dalam menjaga
kestabilan jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem pertanian. Serangga juga
diperlukan untuk kehidupan manusia. Serangga dari kelompok lebah, belalang,
jangkrik, ulat sutera, kumbang, semut membantu manusia dalam proses
penyerbukan tanaman dan menghasilkan produk makanan kesehatan. Peranan
serangga dalam ekosistem antara lain sbagai pollinator, dekomposer, predator
(pengendali hayati), parasitoid hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosistem
sehingga dengan adanya kegunaan serangga itu akan sangat bepengaruh dalam
bidang pertanian. Kelompok serangga yang peranannya berguna disebut juga
Helful or beneficial insect.

Peranan positif serangga adalah sebagai berikut:

1. Serangga sebagai pollinator contohnya adalah lebah dan kupu-kupu


2. Serangga sebagai dekomposer atau pengurai
3. Serangga sebagai parasitoid dan predator
4. Serangga sebagai bioindikator lingkungan
5. Strategi pengelolaan ekosistem pertanian berdasarkan peranan serangga

Dengan mempelajari struktur ekosistem seperti komposisi jenis-jenis


tanaman, hama, musuh alami, dan kelompok biotik lainya, serta interaksi dinamis
antar komponen biotik, dapat ditetapkan strategi pengelolaan yang mampu
mempertahankan populasi hama pada suatu aras yang tidak merugikan.
Agroekosistem perlu dikelola sedemikian rupa sehingga musuh alami dapat
dilestarikan dan dimanfaatkan. Setiap jenis hama secara alami dikendalikan oleh
kompleks musuh alami yang dapat meliputi predator (pemangsa), parasitoid, dan
patogen hama. Dibandingkan dengan penggunaan pestisida, penggunaan musuh
alami bersifat alami, efektif, murah, dan tidak menimbulkan dampak samping
negatif bagi kesehatan dan lingkungan hidup (Meilin, A. 2016).

Dalam pengelolaan serangga yang berorientasi pada bekerjanya sistem


alami, maka perlu dihindari faktor-faktor yang dapat mengganggu sistem tersebut
seperti pembakaran sisa pemangkasan dan atau vegetasi liar, serta penggunaan
insektisida sintetik. Menurut Supriadi et al. (2020) praktek pembakaran dapat

5
membunuh serangga- serangga berguna yang hidup dan berkembang biak di atas
permukaan tanah. Penggunaan insektisida dapat berpangaruh buruk terhadap
musuh alami. Oleh karena itu, penggunaannya dilakukan sebagai alternatif
terakhir jika cara pengelolaan sebelumnya kurang berhasil dalam menekan
populasi serangga yang merugikan, Penggunaannya harus dilakukan secara
bijaksana misalnya dengan memperhatikan saat yang tepat untuk aplikasi
(Nurmaisah, N., & Purwati, N. 2021) ( Triyogo, A., Suryanto, P., Widyastuti, S.
M., Baresi, A. D., & Zughro, I. F. 2017).

6
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat
Adapun beberapa macam alat yang di gunakan dalam Praktikum Genetika
Dasar di laboratorium Universitas Teuku Umar, antara lain :
1) ATK 8) gelas plastik
2) sterofoam ukuran 1 x 1 meter 9) nampan kuning
3) jarum offset atau jarum pentol 10) tali rafia
ukuran kecil 11) botol film,
4) jarum suntikan kecil 12) saringan teh
5) plastic transparan 1,5 meter 13) kertas minyak
6) kardus aqua gelas 14) pinset/forcep
7) jaring serangga 15) kamera.

3.2 Bahan
Alat yang di gunakan dalam pratikum ini ialah :

1) Serangga 5) kertas mika

2) kapur barus 6) lem tikus

3) alkohol 70% 7) kertas label.

4) air sabun

Label ditulis menggunakan pensil 2B dan berisi keterangan:

- Tanggal koleksi:
- Nama serangga:
- Nama Kolektor:
- Tanaman inang:

3.3 Cara kerja

1. Penentuan tanaman sampel


- Tanaman sampel dipilih secara diagonal membentuk hufur X pada lahan

7
percobaan.
- Jarak antar tanaman sampel adalah satu tanaman.
- Setiap tanaman sampel diberikan tanda dengan menggunakan tali raffia.
- Selanjutnya di lihat pada bagian bawah daun, bagian bunga, buah, dan
bagian dalam batang yang telah mati.
- Serangga yang diperoleh, difoto terlebih dahulu kemudian dimasukkan
ke dalam wadah koleksi (botol film yang telah diisi alkohol 70%).

2. Pengamatan langsung (observasi)


- Pengamatan langsung dilakukan pada setiap tanaman sampel yang telah
ditentukan.
- Pada setiap tanaman sampel, diamati dan dikumpulkan setiap serangga yang
ditemukan.
- Serangga yang telah ditemukan, difoto terlebih dahulu kemudian
dimasukkan ke dalam wadah koleksi (botol film yang telah diisi
alkohol 70%).

3. Penggunaan jaring serangga


- Pengoleksian serangga dengan menggunakan jaring dilakukan pada 9 titik di
seluruh lahan.
- Pada masing-masing titik dilakukan ayunan jaring sebanyak 10 kali yang
dilakukan berurutan (kiri dan kanan).
- Setiap serangga yang diperoleh pada masing-masing titik dikumpulkan dan
diberikan label sesuai titiknya.
- Jika diperoleh serangga berupa capung, kupu-kupu, dan ngengat, maka
serangga tersebut ditekan terlebih dahulu bagian dada hingga bunyi.

4. Penggunaan perangkap jebak (pit fall trap)

- Perangkap jebak menggunakan gelas plastik yang ditanam sejajar


dengan tanah di sekitar tanaman sampel.
- Gelas plastik diisi dengan menggunakan air sabun sebanyak 1/3 gelas.
- Perangkap dibiarkan selama 24 jam, hasil koleksinya dikumpulkan esok
harinya.

8
5. Pembuatan Koleksi Kering Serangga
- Masukkan sterofoam kedalam kardus yang telah dibersihkan sesuai ukuran
kardus.
- Suntik serangga dengan menggunakan jarum suntik yang berisi alkohol
70%.
- Offset serangga dengan menggunakan jarum kemudian letakkan di atas
sterofoam.
- Tulis nama serangga beserta nama latinnya.
- Setelah tersusun semua tabur dengan kapur barus yang telah dihancurkan
seperti bubuk.
- Tutup kardus yang bersisi serangga yang telah dikeringkan dengan
menggunakan plastik.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari kegiatan pratikum yang telah dilakuakan
ialah:

4.1.1 Penentuan tanaman sampel

4.1.2 Pengamatan langsung (observasi)

4.1.3 Penggunaan jaring serangga

10
4.1.4 Penggunaan perangkap jebak (pit fall trap)

4.1.5 Pembuatan Koleksi Kering Serangga

4.2. Pembahasan
Berikut akan diuraikan pembahasan tentang hasil :
Pada pemilihan sample ini (4.1.1) adalah salah satu metode yang di lakukan
untuk mengoleksi serangga dan di lakukan pemilihan sampel secara diaogonal
membentuk huruf X pada lahan dan dilakukan pemberian sampel dengan tali
rafiah yang di perluksn dilakukan pengamatan apakah ada serangga pada pada
bagian batang daun dan pada seluruh bagian batang pada seluruh bagian
tumbuhan apa ada serangga yang hinggap pada tanaman tersebut.
Dalam pengamatan terdapat serangga yang kmi peroleh yaitu kepik
(Hemiptera) pada gambar 41.1 tersebut yang dilakukan pada saat pengamatan.

Pada pengamatan observasi (4.1.2) saya dan partner kelompok saya


melihat akan adanya serangga yang menempel / hinggap pada bagian anggota
tubuh tumbuhan, dan pada pengamatan obsevasi ini, kami mendapatkan
serangga berupa capung, belalang, dan semut Angkrang. pada tanaman sampel
yang berada di sekitar lokasi Taman Herbal , Universitas Teuku Umar.

Pengoleksian serangga dapat di lakukan dengan mengunakan jaring


serangga dengan cara mengayunkan jaring sebanyak 9-10 kali pada titik yang
berbeda dan disini kami juga mendapatkan beberapa serangga seperti capung,
kupu kupu, menggat, kepik, lebah,belalang dan mesih bnyak lagi yang lainnya.

Pengamatan dengan perangkap jebak dilakukan dengan memakai gelas


plastik yang berisi air sabun dengan posisi gelas sejajar dengan permukaan
tanah di sekitar sampel, dan waktu di periksa kembali perangkap yang sudah di

11
buat , dan kami mendapatkan hasil bahwasanya tidak terdapat satupun serangga
yang terjebak di perangkap tersebut (waktu 24 jam).

Pembuatan Koleksi Kering Serangga


- Masukkan sterofoam kedalam kardus yang telah dibersihkan sesuai ukuran
kardus.
- Suntik serangga dengan menggunakan jarum suntik yang berisi alkohol
70%.
- Offset serangga dengan menggunakan jarum kemudian letakkan di atas
sterofoam.
- Tulis nama serangga beserta nama latinnya.
- Setelah tersusun semua tabur dengan kapur barus yang telah dihancurkan
seperti bubuk.
- Tutup kardus yang bersisi serangga yang telah dikeringkan dengan
menggunakan plastik.

12
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan dari pengenalan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Dalam melakukan pngoleksian seranga ada beberapa cara seperti


penentuan tanaman sampel, pengamatan langsung, pengunaan jaring serangga,
penggunaan perangkap jebak, dan pembuantan koleksi serangga seperti yang
sudah di tentukan dalam praktikum ini dan mengetahui Bagai mana
pengunaannya secara langsung (didalam lapangan) dalam proses pengoleksian
serangga.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sarumaha, M. (2020). Identifikasi serangga hama pada tanaman padi di desa


bawolowalani. Jurnal Education And Development, 8(3), 86-86.

Suheriyanto, D. (2008). Ekologi serangga.

Purwantiningsih, B. (2017). Serangga polinator. Universitas Brawijaya Press.

Meilin, A. (2016). Serangga dan peranannya dalam bidang pertanian dan


kehidupan. Jurnal Media Pertanian, 1(1), 18-28.

Triyogo, A., Suryanto, P., Widyastuti, S. M., Baresi, A. D., & Zughro, I. F.
(2017). Kemelimpahan dan Struktur Tingkat Trofik Serangga pada
Tingkat Perkembangan Agroforestri Jati yang Berbeda di Nglanggeran,
Gunungkidul Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan, 11(2), 239-248.

Nurmaisah, N., & Purwati, N. (2021). Identifikasi jenis serangga hama pada
tanaman jagung (Zea mays) di Kota Tarakan. Jurnal Proteksi Tanaman
Tropis, 2(1), 19-22.

Heviyanti, M., & Syahril, M. (2018). Keanekaragaman dan kelimpahan serangga


hama dan predator pada tanaman padi (Oryza sativa L.) di Desa Paya
Rahat, Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Penelitian Agrosamudra, 5(2),
31-38.

Efendi, S., Febriani, F., & Yusniwati, Y. (2020). Inventarisasi hama kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) pada daerah endemik serangan di kabupaten
dharmasraya. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 19(1), 1-10.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai