Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGAGU TANAMAN

Disusun Oleh :
Kelompok 1 A/ Golongan D

Indah Anggraeni (171510501002)


Dwi Wahyudi Latif (171510501042)
Viva Mega Millensia A. D. (171510501103)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pengembangan produksi pangan khususnya padi, petani
dihadapkan kepada beberapa kendala baik yang bersifat fisik, sosio-ekonomi
maupun kendala yang bersifat biologi (biological constraint). Salah satu kendala
biologi adalah gangguan spesies organisme yang menyebabkan penurunan baik
kuantitasmaupun kualitas produk bahkan sampai menggagalkan panen. Sebelum
swasembada pangan, kebijaksanaan pemerintah dalam pengendalian hama sangat
mengandalkan pada penggunaan pestisida.
Hama menjadi hal penting yang selalu saja dibicarakan dalam budidaya
pertanian, termasuk pertanian padi sawah. Hal ini karena hama dianggap sebagai
musuh petani dalam memperoleh produksi padi. Sebagian besar hama adalah jenis
serangga. dan berbagai jenis serangga hama tersebut mempunyai musuh alami
(natural enemy). Musuh alami serangga hama umumnya berupa Arthropoda dari
jenis serangga dan laba-laba, serta dapat digolongkan menjadi predator dan
parasitoid. Selain hama juga masih banyak berbagai macam jenis pengganggu
tanaman padi yaitu seperti adanya penyakit dan gulam yang tumbuh di sekitar
tanaman padi.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama dalam
peningkatan dan pemantapan produksi hortikultura. Sejalan dengan
perkembangan pengetahuan dan teknologi pengendalian OPT, maka upaya
penerapan pengendalian secara terpadu diharapkan semakin baik, meluas dan
memasyarakat. Teknologi tersebut selanjutnya berkembang menjadi teknologi
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknologi ini harus dapat disebarluaskan
melalui komunikasi pembangunan karena teknologi pengendalian hama terpadu
yang merupakan salah satu teknologi yang dapat menjamin produktivitas, nilai
ekonomi usahatani dan dapat mempertahankan kelestarian ekosistem.
Pengendalian OPT (Hama, Penyakit, dan Gulma) dalam upaya
perlindungan tanaman, dengan demikian perlu mendapatkan perhatian dalam
kegiatan budidaya tanaman, agar tindakan atau cara-cara yang dilakukan tidak

1
menimbulkan berbagai macam masalah yang berdampak negatif. Perlidungan
tanaman adalah semua kegiatan atau upaya untuk mencegah terjadinya kerugian
dalam budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT. Pengendalian OPT juga
dimaksudkan sebagai usaha untuk menekan populasi OPT sampai pada tingkat
yang tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan mencegah kemungkinan
penyebaran OPT ke areal yang lebih luas pada berbagai lokasi atau daerah.
Hama dan penyakit tanaman bersifat dinamis dan perkembangannya
dipengaruhi oleh lingkungan biotik (fase pertumbuhan tanaman, populasi
organisme lain, dsb) dan abiotik (iklim, musim, agroekosistem, dll). Pada
dasarnya semua organisme dalam keadaan seimbang (terkendali) jika tidak
terganggu keseimbangan ekologinya. Di lokasi tertentu, hama dan penyakit
tertentu sudah ada sebelumnya atau datang (migrasi) dari tempat lain karena
tertarik pada tanaman padi yang baru tumbuh. Perubahan iklim, stadia tanaman,
budidaya, pola tanam, keberadaan musuh alami, dan cara pengendalian
mempengaruhi dinamika perkembangan hama dan penyakit. Hal penting yang
perlu diketahui dalam pengendalian hama dan penyakit adalah: jenis, kapan
keberadaannya di lokasi tersebut, dan apa yang mengganggu keseimbangannya
sehingga perkembangannya dapat diantisipasi sesuai dengan tahapan
pertumbuhan tanaman.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemantauan, pengamatan dan pengendalian OPT disawah.
2. Untuk mengetahui nilai ambang ekosistem beberapa serangga yang menerang tanaman padi.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan jenis tanaman pangan yang


bahan tanamannya menggunakan bahan tanam bibit, bahan tanaman bibit ini
didapatkan dari proses persemaian benih. Berdasarkan penelitian Vibhuti et al.
(2015), tanaman padi ditanam pada 161 juta/ha dan produksi yang dihasilkan
pertahun rata-rata 678,7 ton. Kendala dalam upaya meningkatkan hasil produksi
padi adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman padi. Kegiatan
nyata yang perlu diperhatikan yaitu dengan menjaga produksi pertanian dari
serangan pengganggu tanaman. Menurut Penelitian Wiranto. (2017), usaha
pencegahan sudah dilakukan tetapi penyakit masih timbul tanaman, maka perlu
adanya pengendalian. Sampai saat ini belum ada cara pengendalian yang efektif,
sehingga pengendalian terpadu merupakan cara yang paling bijaksana untuk
dilakukan.
Organisme pengganggu tumbuhan merupakan organisme yang dapat
merusak, mengganggu kehidupan atau meneyebabakan kematihan tanaman.
Organisme pengganggu tanaman adalah salah satu penghambat untuk
menghasilkan produksi yang meningkat. Organisme pengganggu tanaman terbagi
atas beberapa bagian yaitu hama, penyakit dan gulma. Menurut penelitian Lou et
al. (2014), metode yang digunakan untuk mengendalikan serangan hama yang
baik yaitu dengan cara pengendalian biologis, pemuliaan dan varietas tahan
tumbuh, serta penggunaan insektisida kimia.
Menurut penelitian Sianipar dkk. (2017), jenis hama yang sering
menyerang tanaman padi adalah hama wereng coklat. Hama wereng menyerang
tanaman padi pada bagain batangnya. Hama wereng sangat senang hidup di
daerah-daerah yang sangat lembab. Jenis penyakit yang sering menyerang
tanaman padi yaitu penyakit blash. Menurut penelitian Suryanto (2010), penyakit
blas dapat dilihat dari gejalanya yaitu bercak-becak pada daun, malai dan gabah.
Bercak di daun berbentuk oval dan elips dengan ujung daun meruncing, seperti
belah ketupat. Bagian tengah bercak biasanya berwarna kelabu atau keputih-
putihan, dengan tepi berwarna coklat atau coklat bata. Perkembangan penyakit

3
blas dipengaruhi oleh beberaapa faktor yaitu iklim makro dan mikro (musim, suhu
dan kelembapan), cara budi daya, lokasi, waktu tanam, dan varietas padi.
Berdasarkan penelitian Sudir dkk. (2014), cara pengendalian penyakit blas dengan
menggunakan pengendalian secara terpadu dengan memadukan komponen
pengendalian dan varietas tahan sebagai komponen utama.
Menurut penelitian Pratiwi. (2016), gulma merupakan tanaman yang
tumbuhnya tidak diinginkan atau tidak dikehendaki karna bisa mengurangi hasil
produksi. Jenis gulma yang menggaggu tanaman yaitu gulma rumput, gulma teki,
gulma berdaun lebar dan gulma pakis. Kebanyakan gulma adalah tanaman yang
cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu yang
singkat. Gulma dapat merugikan karna menghambat aliran air dan merusak
saluran pengairandan menurunkan hasil panen (Shen et al 2018).

4
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pertanian Acara Pengendalian
Organisme Penggagu Tanaman dilakukan pada hari Sabtu, 05 Mei 2018, bertempat di
Agrotechno Park Jubung Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 09.00-12.00.

3.2 Alat dan Bahan


1. Ajir Bambu
2. Lahan Sawah
3. Jaring serangga
4. Tali rafia
5. Plastik ½ kg

3.3 Cara Kerja


1. Menentukan petak contoh (sampel) dengan ukuran 2x2 m.
2. Melakukan pengamatan OPT (hama dan penyakit) pada petak contoh
dengan
menggunakan jaring serangga.
3. Serangga yang diperoleh kemudian dimasukkankedalam plastik.
4. Menentukan antara serangga yang merugikan dan serangga yang
menguntungkan.
5. Menghitung jumlah serangga yang merugikan dan menguntungkan
berdasarkan spesiesnya, kemudian saudara rata-rata dengan kelompok lain
dalam satu kelas.
6. Berdasarkan hasil saudara, kemudian tentukan apakah lahan tersebut perlu
dikendalikan atau tidak perlu dikendalikan berdasarkan ambang ekonomi
serangga tersebut.

5
7. Menilai ambang ekonomi beberapa serangga yang menyerang tanaman
padi.
3.4 Variabel Pengamatan
Pada pengamatan praktikum ini, terdapat variabel yang diamati meliputi :
Jenis Organisme Penggangu Tumbuhan yang meliputi, serangga, hama musuh
alami dan gulma.

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan
dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif dan kualitatif.

6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel ACC
PEKERJAAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN
Petak Jenis OPT (serangga hama, penyakit, Jumlah
Contoh musuh alami) (Foto)
Kelompok 1 DOKUMENTASI KELOMPOK 1: Kelompok 1:
dan Serangga hama: Lalat buah: 1
Kelompok 2 Belalang : 8
Walang sangit : 1
CAPUNG Kepik : 3
Wereng : 2
Capung : 1
Laba-laba : 1
BELALANG Kelompok 2:
Belalang : 6
Walang sangit : 14
Kepik hijau : 1
WALANG Laba-laba : 5
SANGIT Jangkrik : 1
Ulat : 1
TOTAL: 45

KEPIK

WERENG

7
LALAT BUAH

Musuh alami:

LABA-LABA

DOKUMENTASI KELOMPOK 2:
Serangga hama:

BELALANG

WALANG
SANGIT

KEPIK

8
ULAT

MUSUH ALAMI:

LABA-LABA

JANGKRIK

Kelompok 3 DOKUMENTASI KELOMPOK 3: Kelompok 3:


dan Penyakit: Hawar daun : 50
Kelompok 4 Bercak biji : 20
Busuk pelepah : 15
Karat daun: 15
Jamur biji: 5
Hawar Daun Blast Blast: 50
Bercak daun: 15
Kelompok 4:
Kresek: 18
Blast daun: 15
Bercak biji: 12
Jamur biji Karat daun
Xhantomonas: 3

9
TOTAL: 313

Busuk pelepah Bercak biji

Bercak daun

DOKUMENTASI KELOMPOK 4:
Penyakit:

Xhantomonas Kresek

Bercak biji Blast


Kelompok 5 DOKUMENTASI KELOMPOK 5: Kelompok 5:
dan Gulma: Cyperus iria: 14
Kelompok 6 Echinochloa: 54
Commelina : 25
Euporbia hirta: 9
Leersia: 126
Ludwigia : 4
l. octovalvis: 11
Oxalis barelieri: 37

10
Kelompok 6:
Gulma teki: 131
Gulma rumput: 21
Crust ganni: 8
Lyperus : 45
Ageratitum h. : 15
Gulma daun lebar:
57
Gulma daun sempit:
27
Digitana charis: 33
TOTAL: 650

DOKUMENTASI KELOMPOK 6:
Gulma:

11
Kelompok 7 Penyakit: Blast: 10
Hawar daun: 50
Bercak daun: 35

blast hawar daun

bercak daun
Kelompok 8 Gulma: Agerortitum
haistomasumis : 33

12
4.2.2 Grafik Populasi OPT pada Lahan Sawah

Total Populasi
700

600

500

400

300 Total Populasi

200

100

0
hama penyakit gulma

4.2 Pembahasan
Proses budidaya suatu tanaman tidak akan pernah lepas dari permasalahan
organisme pengganggu tanaman pastinya, para petani dituntut bekerja ekstra keras
untuk meminimalisir serangan OPT pada lahan pertanamannya. Para petani juga
disarankan menggunakan metode Pengendalian Hama Terpadu atau yang biasa
disebut IPM. Metode ini tentunya memiliki segudang kelebihan yang memiliki
efek tidak terlalu merugikan dari sisi kualitas produk seperti penjaminan
kesehatan bagi konsumen yang akan memakannya, juga terhadap lingkungan atau
ekosistem yang ada di dalamnya, dan tentunya IPM satu-satunya teknik
pengendalian paling efektif bagi para petani sekarang ini dimana sedang besar-
besarnya tuntutan kesehatan produk pangan yang dihasilkan karena para petani
sudah terlanjur menggunkan sistem penyemprotan dengan pestisida serta bahan-
bahan sintesis kimiawi lainnya. Terdapat tiga jenis organisme pengganggu
tanaman yakni, hama yang biasanya paling sering ditemukan adalah jenis
organisme serangga lalu penyakit serta berbagai jenis patogen, terakhir yaitu
gulma. Serangan masing-masing organisme tentu berbeda-beda dalam satu lahan

13
pertanaman dengan lahan pertanaman lainnya. Tingkat serangan juga
menggambarkan bagaimana tingkat kerusakan yang ada pada lahan pertanaman.
Terkait OPT juga dikenal apa itu ambang ekonomi untuk mengukur sejauh mana
petani dapat melakukan pengendalian adanya OPT pada lahan yang
dibudidayakan. Ambang ekonomi ini tentunya berbeda-beda bagi setiap
komoditas tanaman. Kebetulan kali ini mengenai tanaman padi. Menurut sumber
pada laman sampul pertanian, dikatakan beberapa artikel yang ditemui ambang
ekonomi atau AE mempunyai pengertian suatu tingkat atau batas toleransi
serangan hama dan penyakit terhadap tanaman budidaya. Berbagai hama yang
menyerang tanaman khususnya tanaman padi ternyata mempunyai ambang
ekonomi yang berbeda-beda ditiap rumpun tanaman padi, berikut ini adalah
beberapa hama yang menyerang tanaman padi sesuai intensitas ambang
ekonomisnya,

Wereng Coklat < 40 Hst 9 Ekor/Rumpun


> 40 Hst 18 Ekor/Rumpun
Penggerek Batang Vegetatif 6 % Sundep
Reproduktif 9 % Beluk
Wereng Punggung < 40 Hst 14 Ekor/ Rumpun
Putih > 40 Hst 21 Ekor/ Rumpun
Ulat Grayak Vegetatif 25 % Daun Rusak
Reproduktif 15 % Daun Rusak
Kepinding Tanah Semua Stadia 5 Ekor/ Rumpun
Walang Sangit Matang Susu 10 Ekor/20 Rumpun
Penggulung Daun < 40 Hst 25 % Daun Rusak
> 40 Hst 15 % Daun Rusak
Pelipat Daun Vegetatif 13 % Daun Rusak

Praktikum kali ini terbagi atas 3 kelompok besar mengamati masalah masing-
masing OPT pada lahan padi yang sudah berada pada masa akan panen. Untuk

14
memudahkan proses pengamatan menggunakan alat seperti, jaring penangkap
serangga serta bantuan ajir 4 buah serta tali rafia sebagai ukuran sampel yang
diambil untuk dilakukan pengamatan terkait OPT. Kelompok kami mendapatkan
pembagian tugas mengamati serangan hama bersama kelompok 2 setelah
dilakukan penjaringan secara diagonal didapatkan hasil yang berbeda-beda pada 2
kelompok. Total serangan yang telah diperoleh untuk hama sendiri 45 yang terdiri
atas serangga hama belalang, lalat buah, capung, kepik, walang sangit, wereng
serta musuh alami berupa laba-laba untuk kelompok 1, untuk kelompok 2 antara
lain, serangga hama berupa belalang daun, walang sangit, kepik hijau, serta ulat
serta musuh alami antara lain, laba-laba serta jangkrik yang hampir sama dengan
yang didapatkan oleh kelompok 1. Kelompok 3 serta kelompok 4 mengenai
penyakit diperoleh data total serangan 313 beserta kelompok 7 yang ikut berperan
di dalamnya, serta kelompok 5,6,8 mengamati tentang gulma yang totalnya
sebanyak 650. Diketahui total serangan terbesar adalah OPT jenis gulma.
Rekomendasi pengendalian OPT menurut kami ya menggunakan prinsip PHT
atau IPM lebih baiknya, kita jangan bersifat istilahnya grusa-grusu dalam
menangani masalah OPT. IPM menawarkan solusi terbaik dimana langkah awal
dalam pengendalian adalah mencegah dulu, mencegah serta meminimalisir
serendah mungkin intensitas serangan apakah dengan menggunakan alat
pencegahan berupa tanaman refugia atau orang-orangan sawah, setelah itu jika
timbul serangan dalam kapasitas masih tertanggulangi ya menggunakan cara
manual mungkin bila gulma dengan mencabut dengan tangan secara manual. Bila
serangan kapasitasnya sudah agak tidak terkendali dengan menggunakan berbagai
jenis agen hayati yang tersedia di alam. Tuhan menciptakan masalah tidak
mungkin tanpa memberikan solusi penawar. Nah, dengan memanfaatkan agen
hayati kita dapat ikut juga melestarikan keanekaragaman plasma nutfah kita
sendiri atau yang dimiliki negara kita sendiri. Bila tanaman padi bisa
menggunakan juga pengendalian pestisida nabati untuk OPT. Baru bila benar-
benar sudah tidak bisa dikendalikan menggunakan pestisida kimia namun jangan
melupakan takaran yang selayaknya diberikan atau sesuai prosedurnya, jangan
asal main kasih kepada tanaman.

15
Menurut Balai Besar Penelitian Padi, Kementan Indonesia (2014) melalui
website resminya, Rekayasa ekologi dilakukan dengan perpaduan penggunaan
light trap, penanaman bunga wijen, dan penggunaan pupuk organik efektif dalam
menekan serangan hama dan meningkatkan populasi musuh alami. Di lokasi
Sukamandi Subang, intensitas serangan penggerek batang padi kuning dan
populasi hama wereng punggung putih (WPP) terlihat nyata lebih rendah pada
perlakuan rekayasa ekologi dengan perpaduan penggunaan light trap, penanaman
bunga wijen, dan penggunaan pupuk organik (percobaan: Mei 2013). Selain itu
populasi musuh alami laba-laba terlihat nyata lebih tinggi pada perlakuan
pemberian pupuk organik dan populasi Paederus terlihat nyata lebih tinggi pada
perlakuan bunga wijen. Secara keseluruhan dari pengujian kedua model rekayasa
ekologi menunjukkan bahwa untuk menekan serangan hama dan meningkatkan
populasi musuh alami di lapangan tidak cukup hanya dengan rekayasa ekologi
dengan menanam bunga dan palawija di pematang saja, namun harus dipadukan
antara penggunaan light trap, penanaman bunga dan palawija, serta penggunaan
pupuk organik. Rekomendasi penerapan teknologi pengendalian hama dengan
rekayasa ekologi meliputi perangkap light trap, penanaman bunga, penanaman
palawija, dan penggunaan pupuk organik. Lampu perangkap merupakan suatu
unit alat untuk menangkap atau menarik serangga yang tertarik cahaya pada waktu
malam hari. Alat ini berfungsi untuk mengetahui keberadaan atau jumlah populasi
serangga di lahan pertanian. Satu unit lampu perangkap sebagai monitoring dapat
digunakan untuk luasan 300-500 ha, sedangkan untuk pengendalian seluas 50 ha.
Daya yang digunakan untuk setiap lampu adalahadalah 160 watt. Wereng yang
pertama kali datang dipesemaian atau pertanaman adalah wereng makroptera
berina/jantan imigran. Pasang lampu perangkap sebagai alat untuk menentukan
kapan datangnya wereng imigran. Alat ini penting untuk mengetahui kehadiran
wereng imigran dan dapat menangkap wereng dalam jumlah besar. Penanaman
bunga berfungsi sebagai sumber nektar dan pollen untuk pakan tambahan
parasitoid. Bunga yang digunakan adalah wijen (Sesamum orientale (L))
atau Wedelia trilobata (L). Bunga Sesamum orientale (L) memiliki morfologi
bunga yang besar dan berbentuk lonceng sehingga serangga berguna mudah

16
mengambil nektar. Kandungan nektar (kadar gula reduksi) bunga Sesamum
orientale (L) adalah 0.77%. Bunga Wedelia trilobata(L) berwarna
kuning.Serangga pada umumnya lebih tertarik pada warna kuning. Selain itu
bunga Wedelia trilobata (L) memiliki kandungan nektar sebesar
0.68%. Bunga Sesamum orientale (L) sebaiknya disemai 10 hari sebelum
ditanam di pematang sawah, sementara bunga Wedelia trilobata(L) sebaiknya
distek 1 bulan sebelum di tanam di pematang sawah.Bibit bunga yang sudah
berakar ditanam di pematang sawah pada 1 hari setelah tanaman padi di
tanam. Jarak tanam bunga Sesamum orientale (L) adalah 50 cm dan jarak tanam
bunga Wedelia trilobata(L) adalah 15-20 cm. Pupuk organik berfungsi
meningkatkan proporsi serangga netral untuk pakan predator. Pupuk organik yang
digunakan adalah kompos jerami. Proses pengomposan yang sempurna
berlangsung selama 1,5-2 bulan. Dosis pupuk kompos jerami yang digunakan
adalah 2 ton/ha. Pupuk kompos jerami diberikan pada saat pengolahan tanah
pertama.

17
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Terdapat 3 jenis organisme pengganggu tanaman yakni, hama, penyakit serta
gulma.
2. Tingkat serangan terbesar diakibatkan oleh gulma serta teknik pengendalian
disarankan dengan metode PHT atau IPM.

5.2 Saran
Proses pengendalian OPT padi untuk praktikum selanjutnya sebaiknya juga
dikenalkan dengan teknologi pengendalian padi terkini atau teknologi modern
yang tepat guna serta tidak berdampak negatif pada lingkungan. Praktikum
selanjutnya diharapkan juga dalam mengamati berbagai jenis OPT tidak hanya
terfokus pada seberapa banyak OPT yang telah ditangkap/diambil serta dijadikan
sampel namun juga memperhatikan keragaman jenisnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Lou, Y.L., G.R. Zhang, W.Q Zhang, Y. Hu and J.Zhang. 2014. Reprint of:
Biological Control of Rice Insect Pests in China. Biological Contol. 68;
103-116.

Pratiwi, S., D.R. J Sembodo dan F.F Hidayat. 2016. Efikasi Herbisida
Penoksulam Terhadap Pertumbuhan Gulma Umum pada Budidaya
Tanman Padi Sawah. Agrotek tropika. 4(1) : 16-21.

Shen, S., M. D. Day, G. Xu, D. Li, G. Jin, X. Yin, Y. Yang, S. Liu, Q. Zhang, R.
Gao, F. Zhang and R.L. Winston. 2018. The Current Status of Biologis
Control of Weeds in Southern China and Future Options. Acta Ecologica
Sinica.

Acta Ecologica Sinica


Sianipar., M.S, A. Purnama, E. Santosa, R.C.H Soesilohadi, W.D Natawigena, N.
Susniahti dan A. Primasongko. 2017. Populasi Hama Wereng Batang
Coklat (Nilaparvata lugens Stal.), Keragaman Musuh Alami Predator
Serta Parasitoidnya pada Lahan Sawah di Dataran Rendah Kabupaten
Indramayu. Agrologia. 6(1) : 44-53.

Sudir, A. Nasution, Santoso, dan B. Nuryanto. 2014. Penyakit Blas Pyricularia


grisea pada Tanaman Padi dan Strategi Pengendaliannya. Iptek Panganan
Tanam. 9 (2).

Suryanto, W.A. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta:Kasinus

Vibhuti, C. Shahi, K. Bargali, and S.S Bargali. 2015. Seed Germination and
Seedking Growth Parameters of Rice ( Oryza sativa) Varieties asAffected
by Salt and Water Stress. Agriculture Sciene. 85 (1) : 102-8.

Wiranto. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat


Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ.
1-21.
LAMPIRAN

LITERATUR

Anda mungkin juga menyukai