Disusun Oleh :
Kelompok 1 A/ Golongan D
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
1
menimbulkan berbagai macam masalah yang berdampak negatif. Perlidungan
tanaman adalah semua kegiatan atau upaya untuk mencegah terjadinya kerugian
dalam budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT. Pengendalian OPT juga
dimaksudkan sebagai usaha untuk menekan populasi OPT sampai pada tingkat
yang tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan mencegah kemungkinan
penyebaran OPT ke areal yang lebih luas pada berbagai lokasi atau daerah.
Hama dan penyakit tanaman bersifat dinamis dan perkembangannya
dipengaruhi oleh lingkungan biotik (fase pertumbuhan tanaman, populasi
organisme lain, dsb) dan abiotik (iklim, musim, agroekosistem, dll). Pada
dasarnya semua organisme dalam keadaan seimbang (terkendali) jika tidak
terganggu keseimbangan ekologinya. Di lokasi tertentu, hama dan penyakit
tertentu sudah ada sebelumnya atau datang (migrasi) dari tempat lain karena
tertarik pada tanaman padi yang baru tumbuh. Perubahan iklim, stadia tanaman,
budidaya, pola tanam, keberadaan musuh alami, dan cara pengendalian
mempengaruhi dinamika perkembangan hama dan penyakit. Hal penting yang
perlu diketahui dalam pengendalian hama dan penyakit adalah: jenis, kapan
keberadaannya di lokasi tersebut, dan apa yang mengganggu keseimbangannya
sehingga perkembangannya dapat diantisipasi sesuai dengan tahapan
pertumbuhan tanaman.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemantauan, pengamatan dan pengendalian OPT disawah.
2. Untuk mengetahui nilai ambang ekosistem beberapa serangga yang menerang tanaman padi.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
blas dipengaruhi oleh beberaapa faktor yaitu iklim makro dan mikro (musim, suhu
dan kelembapan), cara budi daya, lokasi, waktu tanam, dan varietas padi.
Berdasarkan penelitian Sudir dkk. (2014), cara pengendalian penyakit blas dengan
menggunakan pengendalian secara terpadu dengan memadukan komponen
pengendalian dan varietas tahan sebagai komponen utama.
Menurut penelitian Pratiwi. (2016), gulma merupakan tanaman yang
tumbuhnya tidak diinginkan atau tidak dikehendaki karna bisa mengurangi hasil
produksi. Jenis gulma yang menggaggu tanaman yaitu gulma rumput, gulma teki,
gulma berdaun lebar dan gulma pakis. Kebanyakan gulma adalah tanaman yang
cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu yang
singkat. Gulma dapat merugikan karna menghambat aliran air dan merusak
saluran pengairandan menurunkan hasil panen (Shen et al 2018).
4
BAB 3. METODOLOGI
5
7. Menilai ambang ekonomi beberapa serangga yang menyerang tanaman
padi.
3.4 Variabel Pengamatan
Pada pengamatan praktikum ini, terdapat variabel yang diamati meliputi :
Jenis Organisme Penggangu Tumbuhan yang meliputi, serangga, hama musuh
alami dan gulma.
6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel ACC
PEKERJAAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN
Petak Jenis OPT (serangga hama, penyakit, Jumlah
Contoh musuh alami) (Foto)
Kelompok 1 DOKUMENTASI KELOMPOK 1: Kelompok 1:
dan Serangga hama: Lalat buah: 1
Kelompok 2 Belalang : 8
Walang sangit : 1
CAPUNG Kepik : 3
Wereng : 2
Capung : 1
Laba-laba : 1
BELALANG Kelompok 2:
Belalang : 6
Walang sangit : 14
Kepik hijau : 1
WALANG Laba-laba : 5
SANGIT Jangkrik : 1
Ulat : 1
TOTAL: 45
KEPIK
WERENG
7
LALAT BUAH
Musuh alami:
LABA-LABA
DOKUMENTASI KELOMPOK 2:
Serangga hama:
BELALANG
WALANG
SANGIT
KEPIK
8
ULAT
MUSUH ALAMI:
LABA-LABA
JANGKRIK
9
TOTAL: 313
Bercak daun
DOKUMENTASI KELOMPOK 4:
Penyakit:
Xhantomonas Kresek
10
Kelompok 6:
Gulma teki: 131
Gulma rumput: 21
Crust ganni: 8
Lyperus : 45
Ageratitum h. : 15
Gulma daun lebar:
57
Gulma daun sempit:
27
Digitana charis: 33
TOTAL: 650
DOKUMENTASI KELOMPOK 6:
Gulma:
11
Kelompok 7 Penyakit: Blast: 10
Hawar daun: 50
Bercak daun: 35
bercak daun
Kelompok 8 Gulma: Agerortitum
haistomasumis : 33
12
4.2.2 Grafik Populasi OPT pada Lahan Sawah
Total Populasi
700
600
500
400
200
100
0
hama penyakit gulma
4.2 Pembahasan
Proses budidaya suatu tanaman tidak akan pernah lepas dari permasalahan
organisme pengganggu tanaman pastinya, para petani dituntut bekerja ekstra keras
untuk meminimalisir serangan OPT pada lahan pertanamannya. Para petani juga
disarankan menggunakan metode Pengendalian Hama Terpadu atau yang biasa
disebut IPM. Metode ini tentunya memiliki segudang kelebihan yang memiliki
efek tidak terlalu merugikan dari sisi kualitas produk seperti penjaminan
kesehatan bagi konsumen yang akan memakannya, juga terhadap lingkungan atau
ekosistem yang ada di dalamnya, dan tentunya IPM satu-satunya teknik
pengendalian paling efektif bagi para petani sekarang ini dimana sedang besar-
besarnya tuntutan kesehatan produk pangan yang dihasilkan karena para petani
sudah terlanjur menggunkan sistem penyemprotan dengan pestisida serta bahan-
bahan sintesis kimiawi lainnya. Terdapat tiga jenis organisme pengganggu
tanaman yakni, hama yang biasanya paling sering ditemukan adalah jenis
organisme serangga lalu penyakit serta berbagai jenis patogen, terakhir yaitu
gulma. Serangan masing-masing organisme tentu berbeda-beda dalam satu lahan
13
pertanaman dengan lahan pertanaman lainnya. Tingkat serangan juga
menggambarkan bagaimana tingkat kerusakan yang ada pada lahan pertanaman.
Terkait OPT juga dikenal apa itu ambang ekonomi untuk mengukur sejauh mana
petani dapat melakukan pengendalian adanya OPT pada lahan yang
dibudidayakan. Ambang ekonomi ini tentunya berbeda-beda bagi setiap
komoditas tanaman. Kebetulan kali ini mengenai tanaman padi. Menurut sumber
pada laman sampul pertanian, dikatakan beberapa artikel yang ditemui ambang
ekonomi atau AE mempunyai pengertian suatu tingkat atau batas toleransi
serangan hama dan penyakit terhadap tanaman budidaya. Berbagai hama yang
menyerang tanaman khususnya tanaman padi ternyata mempunyai ambang
ekonomi yang berbeda-beda ditiap rumpun tanaman padi, berikut ini adalah
beberapa hama yang menyerang tanaman padi sesuai intensitas ambang
ekonomisnya,
Praktikum kali ini terbagi atas 3 kelompok besar mengamati masalah masing-
masing OPT pada lahan padi yang sudah berada pada masa akan panen. Untuk
14
memudahkan proses pengamatan menggunakan alat seperti, jaring penangkap
serangga serta bantuan ajir 4 buah serta tali rafia sebagai ukuran sampel yang
diambil untuk dilakukan pengamatan terkait OPT. Kelompok kami mendapatkan
pembagian tugas mengamati serangan hama bersama kelompok 2 setelah
dilakukan penjaringan secara diagonal didapatkan hasil yang berbeda-beda pada 2
kelompok. Total serangan yang telah diperoleh untuk hama sendiri 45 yang terdiri
atas serangga hama belalang, lalat buah, capung, kepik, walang sangit, wereng
serta musuh alami berupa laba-laba untuk kelompok 1, untuk kelompok 2 antara
lain, serangga hama berupa belalang daun, walang sangit, kepik hijau, serta ulat
serta musuh alami antara lain, laba-laba serta jangkrik yang hampir sama dengan
yang didapatkan oleh kelompok 1. Kelompok 3 serta kelompok 4 mengenai
penyakit diperoleh data total serangan 313 beserta kelompok 7 yang ikut berperan
di dalamnya, serta kelompok 5,6,8 mengamati tentang gulma yang totalnya
sebanyak 650. Diketahui total serangan terbesar adalah OPT jenis gulma.
Rekomendasi pengendalian OPT menurut kami ya menggunakan prinsip PHT
atau IPM lebih baiknya, kita jangan bersifat istilahnya grusa-grusu dalam
menangani masalah OPT. IPM menawarkan solusi terbaik dimana langkah awal
dalam pengendalian adalah mencegah dulu, mencegah serta meminimalisir
serendah mungkin intensitas serangan apakah dengan menggunakan alat
pencegahan berupa tanaman refugia atau orang-orangan sawah, setelah itu jika
timbul serangan dalam kapasitas masih tertanggulangi ya menggunakan cara
manual mungkin bila gulma dengan mencabut dengan tangan secara manual. Bila
serangan kapasitasnya sudah agak tidak terkendali dengan menggunakan berbagai
jenis agen hayati yang tersedia di alam. Tuhan menciptakan masalah tidak
mungkin tanpa memberikan solusi penawar. Nah, dengan memanfaatkan agen
hayati kita dapat ikut juga melestarikan keanekaragaman plasma nutfah kita
sendiri atau yang dimiliki negara kita sendiri. Bila tanaman padi bisa
menggunakan juga pengendalian pestisida nabati untuk OPT. Baru bila benar-
benar sudah tidak bisa dikendalikan menggunakan pestisida kimia namun jangan
melupakan takaran yang selayaknya diberikan atau sesuai prosedurnya, jangan
asal main kasih kepada tanaman.
15
Menurut Balai Besar Penelitian Padi, Kementan Indonesia (2014) melalui
website resminya, Rekayasa ekologi dilakukan dengan perpaduan penggunaan
light trap, penanaman bunga wijen, dan penggunaan pupuk organik efektif dalam
menekan serangan hama dan meningkatkan populasi musuh alami. Di lokasi
Sukamandi Subang, intensitas serangan penggerek batang padi kuning dan
populasi hama wereng punggung putih (WPP) terlihat nyata lebih rendah pada
perlakuan rekayasa ekologi dengan perpaduan penggunaan light trap, penanaman
bunga wijen, dan penggunaan pupuk organik (percobaan: Mei 2013). Selain itu
populasi musuh alami laba-laba terlihat nyata lebih tinggi pada perlakuan
pemberian pupuk organik dan populasi Paederus terlihat nyata lebih tinggi pada
perlakuan bunga wijen. Secara keseluruhan dari pengujian kedua model rekayasa
ekologi menunjukkan bahwa untuk menekan serangan hama dan meningkatkan
populasi musuh alami di lapangan tidak cukup hanya dengan rekayasa ekologi
dengan menanam bunga dan palawija di pematang saja, namun harus dipadukan
antara penggunaan light trap, penanaman bunga dan palawija, serta penggunaan
pupuk organik. Rekomendasi penerapan teknologi pengendalian hama dengan
rekayasa ekologi meliputi perangkap light trap, penanaman bunga, penanaman
palawija, dan penggunaan pupuk organik. Lampu perangkap merupakan suatu
unit alat untuk menangkap atau menarik serangga yang tertarik cahaya pada waktu
malam hari. Alat ini berfungsi untuk mengetahui keberadaan atau jumlah populasi
serangga di lahan pertanian. Satu unit lampu perangkap sebagai monitoring dapat
digunakan untuk luasan 300-500 ha, sedangkan untuk pengendalian seluas 50 ha.
Daya yang digunakan untuk setiap lampu adalahadalah 160 watt. Wereng yang
pertama kali datang dipesemaian atau pertanaman adalah wereng makroptera
berina/jantan imigran. Pasang lampu perangkap sebagai alat untuk menentukan
kapan datangnya wereng imigran. Alat ini penting untuk mengetahui kehadiran
wereng imigran dan dapat menangkap wereng dalam jumlah besar. Penanaman
bunga berfungsi sebagai sumber nektar dan pollen untuk pakan tambahan
parasitoid. Bunga yang digunakan adalah wijen (Sesamum orientale (L))
atau Wedelia trilobata (L). Bunga Sesamum orientale (L) memiliki morfologi
bunga yang besar dan berbentuk lonceng sehingga serangga berguna mudah
16
mengambil nektar. Kandungan nektar (kadar gula reduksi) bunga Sesamum
orientale (L) adalah 0.77%. Bunga Wedelia trilobata(L) berwarna
kuning.Serangga pada umumnya lebih tertarik pada warna kuning. Selain itu
bunga Wedelia trilobata (L) memiliki kandungan nektar sebesar
0.68%. Bunga Sesamum orientale (L) sebaiknya disemai 10 hari sebelum
ditanam di pematang sawah, sementara bunga Wedelia trilobata(L) sebaiknya
distek 1 bulan sebelum di tanam di pematang sawah.Bibit bunga yang sudah
berakar ditanam di pematang sawah pada 1 hari setelah tanaman padi di
tanam. Jarak tanam bunga Sesamum orientale (L) adalah 50 cm dan jarak tanam
bunga Wedelia trilobata(L) adalah 15-20 cm. Pupuk organik berfungsi
meningkatkan proporsi serangga netral untuk pakan predator. Pupuk organik yang
digunakan adalah kompos jerami. Proses pengomposan yang sempurna
berlangsung selama 1,5-2 bulan. Dosis pupuk kompos jerami yang digunakan
adalah 2 ton/ha. Pupuk kompos jerami diberikan pada saat pengolahan tanah
pertama.
17
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat 3 jenis organisme pengganggu tanaman yakni, hama, penyakit serta
gulma.
2. Tingkat serangan terbesar diakibatkan oleh gulma serta teknik pengendalian
disarankan dengan metode PHT atau IPM.
5.2 Saran
Proses pengendalian OPT padi untuk praktikum selanjutnya sebaiknya juga
dikenalkan dengan teknologi pengendalian padi terkini atau teknologi modern
yang tepat guna serta tidak berdampak negatif pada lingkungan. Praktikum
selanjutnya diharapkan juga dalam mengamati berbagai jenis OPT tidak hanya
terfokus pada seberapa banyak OPT yang telah ditangkap/diambil serta dijadikan
sampel namun juga memperhatikan keragaman jenisnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Lou, Y.L., G.R. Zhang, W.Q Zhang, Y. Hu and J.Zhang. 2014. Reprint of:
Biological Control of Rice Insect Pests in China. Biological Contol. 68;
103-116.
Pratiwi, S., D.R. J Sembodo dan F.F Hidayat. 2016. Efikasi Herbisida
Penoksulam Terhadap Pertumbuhan Gulma Umum pada Budidaya
Tanman Padi Sawah. Agrotek tropika. 4(1) : 16-21.
Shen, S., M. D. Day, G. Xu, D. Li, G. Jin, X. Yin, Y. Yang, S. Liu, Q. Zhang, R.
Gao, F. Zhang and R.L. Winston. 2018. The Current Status of Biologis
Control of Weeds in Southern China and Future Options. Acta Ecologica
Sinica.
Vibhuti, C. Shahi, K. Bargali, and S.S Bargali. 2015. Seed Germination and
Seedking Growth Parameters of Rice ( Oryza sativa) Varieties asAffected
by Salt and Water Stress. Agriculture Sciene. 85 (1) : 102-8.
LITERATUR